Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

Kata Pengantar 2

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB II Status Obstetri dan Ginekologi 5

BAB III Tinjauan Pustaka

A Definisi 11

B Epidemiologi 11

C. Etiologi 11

D. Klasifikasi 13

E. Patofisiologi 14

F. Manifestasi Klinis 14

G. Diagnosis 14

H. Pemeriksaan penunjang 16

I. Penatalaksanaan 16

J. Komplikasi 18

K. Prognosis 19

BAB III Penutup

4.1 Kesimpulan & saran 23

Daftar pustaka 24

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb,

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah swt atas segala nikmat dan
karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah saw, keluarga, sahabat,
dan para pengikutnya. Atas kehendak Allah sajalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus dengan judul “ GIII P2002 Ab000 UK 12-14 minggu dengan Abortus
Inkomplit”.
Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu obstetri dan
ginekologi, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran untuk penyempurnaan kami perlukan, semoga telaah ini dapat berguna dan memberikan
manfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum wr wb,

Malang, 23 Juni 2011

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
2
I.1 LATAR BELAKANG
Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan mengalami kehamilan yang tidak
direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilan
mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsi secara umum adalah illegal. Seperti di negara-negara
berkembang lainnya dimana terdapat stigma dan pembatasan yang ketat terhadap aborsi, perempuan
Indonesia sering kali mencari bantuan untuk aborsi melalui tenaga-tenaga nonmedis yang
menggunakan cara-cara antara lain dengan meminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan melakukan
pemijatan penguguran kandungan yang membahayakan.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram. Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena banyak kasus abortus
provokatus tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan tidak jelas umur
kehamilannya hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak
melapor atau berobat. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini disebabkan oleh kegagalan gamet
(misalnya sperma dan disfungsi oosit).
Di Indonesia saat ini hukum tentang aborsi didasarkan pada hukum kesehatan
tahun 1992.Walaupun bahasa yang digunakan untuk aborsi adalah samar-samar, secara umum
hukum tersebut mengizinkan aborsi bila perempuan yang akan melakukan aborsi
mempunyai surat dokter yang mengatakan bahwa kehamilannya membahayakan
kehidupannya, surat dari suami atau anggota keluarga yang mengijinkan penguguran
kandungannya, test laboratorium yang menyatakan perempuan tersebut positif dan pernyataan yang
menjamin bahwa setelah melakukan aborsi perempuan tersebut akan menggunakan kontrasepsi.

I.2 RUMUSAN MASALAH


I.2.1 Bagaimana etiologi dan patofisiologi abortus inkomplit?
I.2.2 Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan abortus inkomplit?

I.3 TUJUAN
I.3.1 Mengetahui etiologi dan patofisiologi abortus inkomplit.
I.3.2 Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan abortus inkomplit.
I.4 MANFAAT

3
I.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu
kebidanan dan kandungan pada khususnya
I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu kebidanan dan kandungan

BAB II
STATUS PASIEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

4
II.1 IDENTITAS PASIEN
No. Reg : 257441
Identitas pribadi :
Nama penderita : Ny. N Nama Suami : Tn.K
Umur penderita : 38 tahun Umur suami : 49 tahun
Alamat : Sanankerto 03/01 Turen
Pekerjaan penderita : IRT Pekerjaan suami : Swasta (Pedagang)
Pendidikan penderita : SD (6 tahun) Pendidikan suami : SMP (tamat)

Anamnesa :
1. Masuk rumah sakit tanggal : 20 Juni 2011
2. Pasien dikirim oleh : Puskesmas Turen
3. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir 1 jam sebelum MRS, perdarahan berwarna
merah segar dan mengalir banyak, serta keluar jaringan berwarna putih.
4. Keluhan penyerta : Sakit pada perut bagian bawah dan terasa kenceng-kenceng seperti
mau melahirkan. Pasien juga sempat pingsan saat terjadi perdarahan.
5. Riwayat menstruasi : menarche umur 12 tahun, HPHT 30-03-2011
6. Riwayat perkawinan : pasien menikah 1 x, lamanya 8 tahun, umur pertama menikah
30 tahun.
7. Riwayat persalinan sebelumnya : Partus 1 spontan di bidan tahun 2004, tidak ada
penyulit, Partus 2 spontan dibidan tahun 2009, tidak ada penyulit.
8. Riwayat penggunaan kontrasepsi : Suntik 1 bulanan selama 2 bulan
9. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : -
10. Riwayat penyakit keluarga : -
11. Riwayat Kehamilan: Hamil awal pasien mual muntah selama 1 minggu, ANC 1x di
bidan
12. Riwayat kebiasaan dan sosial : sosial menengah ke bawah, Riwayat coitus semalam
sebelum MRS (22.00)
13. Riwayat pengobatan yang telah dilakukan : pasien mengkonsumsi obat penambah
darah dan antimual dari bidan
Pemeriksaan fisik
A. Status present
Keadaan umum : kesadaran compos mentis

5
Tekanan darah : 90/60 Nadi : 68 x/menit
Suhu: 36°C Jumlah pernapasan : 20x/menit
B. Pemeriksaan umum
Kulit : normal
Kepala :
Mata : anemi (-/-) ikterik (-/-) odem palpebra (-/-)
Wajah : simetris
Mulut : kebersihan gigi geligi kurang stomatitis (-)
hiperemi faring (-) pembesaran tonsil (-)
Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-)
pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax :
Paru :
Inspeksi : hiperpigmentasi areola mammae (-), ASI (-)
pergerakan pernapasan simetris tipe pernapasan normal
retraksi costa -/-
Palpasi : teraba massa abnormal -/- pembesaran kelenjar axila -/-
Perkusi : sonor +/+ hipersonor -/- pekak -/-
Auskultasi : vesikuler +/+ suara nafas menurun -/-
wheezing -/- ronki -/-
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : thrill -/-
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : denyut jantung S1 S2
Abdomen :
Inspeksi : flat -/-, distensi -/-, gambaran pembuluh darah kolateral -/-
Palpasi : pembesaran organ -/- nyeri tekan -/-
teraba massa abnormal -/-
Perkusi : timpani
Auskultasi : suara bising usus +/+ metallic sound -/-
Ekstremitas : odem -/-
C. Status obstetri

Pemeriksaan luar
Leopold I : Tinggi fundus uteri : 2 jari di atas symphisis pubis
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
Bunyi jantung janin :-
Ukuran panggul luar (jika diperlukan) : -
Pemeriksaan Dalam
Pengeluaran pervaginam :-
6
Vulva / vagina : Blood (+)
Pembukaan : 2 cm teraba jaringan
Penipisan portio :-
Ketuban :-
Bagian terdahulu :-
Bagian tersamping terdahulu : -
Bagian terendah :-
Hodge :-
Molase :-
Ukuran panggul dalam (kalau diperlukan) : -

Ringkasan :
Anamnesa : Perdarahan dari jalan lahir 1 jam sebelum MRS, perdarahan berwarna merah
segar dan mengalir banyak. Pasien juga mengeluh sakit pada perut bagian bawah dan terasa
kenceng-kenceng seperti mau melahirkan. Pasien juga sempat pingsan saat terjadi perdarahan.
Pemeriksaan fisik : keadaan umum : kesadaran compos mentis, tekanan darah : 90/60, nadi :
68x/menit, suhu: 36°C, jumlah pernapasan : 20x/menit

Pemeriksaan obstetric luar :


Leopold I : Tinggi fundus uteri : 2 jari di atas symphisis pubis
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
Pemeriksaan obstetric dalam : Vulva / vagina : Blood, Pembukaan: 2 cm teraba jaringan

Diagnose : GIII P2002 Ab000 UK 12-14 minggu dengan Abortus Inkomplit


Rencana tindakan :
1. Infus RL
2. Antibiotik
3. Kuretase

7
Lembar Follow Up

Nama pasien : Ny. N


Ruang kelas : IRNA B
Dignose : GIII P2002 Ab000 UK 12-14 minggu dengan Abortus Inkomplit

Tanggal/jam Catatan Observasi Paraf/Nama terang


20 Juni 2011 S : keluhan nyeri pada perut
bagian bawah dan perdarahan
masih terasa mengalir
O : T : 90/60, N :68x/menit, S :
36°C, RR: 20 x/menit
A : GIII P2002 Ab000 UK 12-14
minggu dengan Abortus Inkomplit
P : Infus RL
Injeksi ceftazidine 2x1
Injeksi kalnex 2 amp
8
Pro: Kuretase

21 Juni 2011 S : Nyeri sudah berkurang,


perdarahan juga sudah berkurang
(tidak mengalir)
O : T : 100/60, N : 78x/menit, S :
36°C, RR: 20x/menit
A : GIII P2002 Ab000 UK 12-14
minggu dengan Abortus Inkomplit
P : Injeksi ceftazidine 2x1
Pro: Kuretase (hari ini)

21 Juni 2011 S : Nyeri sudah tidak ada,


perdarahan juga sudah tidak ada
(hanya flek-flek sedikit)
O : Observasi post kuret
T : 120/70, N : 80x/menit, S :
36°C, RR: 20 x/menit
A : GIII P2002 Ab000 UK 12-14
minggu dengan Abortus Inkomplit
P : Infus di aff
CoAmoxiclav 3x1
B.Comp 3x1

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram.

B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi dari aborsi bervariasi tergantung dari variabel yang digunakan untuk menentukan status
aborsi dari suatu kehamilan.
Menurut penelitian yang dilakukan Aan Guttmacher Institute, angka kejadian aborsi di
Amerika Serikat adalah 1.287.000 kasus pada tahun 2003 dengan rasio 20.8 per 1000
kelahiran pada wanita usia produktif (15-49 tahun).
Di Indonesia sendiri, sebuah penelitian menunjukkan angka kejadian aborsi sebesar 2.000.000
kasus pada tahun 2000 dengan rasio 37 per 1000 kelahiran pada wanita usia produktif (15-49 tahun).
Penelitian ini dilakukan pada fasilitas kesehatan dari 6 wilayah. Dari penelitian yang telah dilakukan,
terbukti sebagian besar perempuan yang melakukan aborsi memiliki profil khusus yaitu
mereka cenderung sudah menikah dan hampir dua pertiga sudah pernah duduk di bangku Sekolah
Menengah Atas.

10
Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa hanya38% dari perempuan pernah kawin
yang pernah duduk di bangku Sekolah Menengah. Selanjutnya ditemukan bahwa hampir setiap
klien yang melakukan aborsi berusia lebih dari 20 tahun (58% berusia lebih dari 30 tahun).
Dan hampir separuh dari perempuan-perempuan tersebut sudah memiliki paling sedikit dua
anak. Hampir sebagian besar dari mereka yang melakukan praktek aborsi mengaku karena
sudah tidak ingin memiliki anak lagi.

C. ETIOLOGI
Aborsi memiliki banyak faktor penyebab, tetapi beberapa studi menunjukkan 60% disebabkan
oleh kelainan kromosom.
Berikut adalah penyebab yang umum didapatkandalam kasus aborsi:
1. Faktor janin:
a. Aborsi aneuploidi
95% dari kelainan kromosom yang berkaitan dengan aborsi disebabkan oleh kesalahan
gametogenesis. Trisomi autosomal paling sering ditemukan berkaitan dengan kelainan
kromosom pada aborsi pada trimester pertama. Sedangkan monosomy X
adalah kelainan kromosom tunggal spesifik yang paling sering ditemukan
b. Aborsi eupliodi
Janin dengan kromosom normal cenderung untuk aborsi lebih jauh di kemudian hari
dibandingkan dengan aborsi aneuploidi. Angka kejadian dari aborsi euploidi
berkurang dramatis setelah umur ibu lebih dari 35 tahun.
2. Faktor ibu:
a. Infeksi
Infeksi tidak umum menyebabkan aborsi. Studi yang dilakukan Simpson dan teman-
teman (1996) tidak menemukan bukti aborsi akibat infeksi. Studi lain yang
dilakukan Oakshet dan teman-teman (2002) menunjukkan hubungan antara aborsi
pada trimester kedua dengan bakterial vaginosis
b. Hipotiroid
Defisiensi tiroid yang berat mungkin berkaitan dengan aborsi. Efek dari hipotiroid
sendiri terhadap aborsi belum banyak diteliti namun peningkatan
autoantibodi terhadap tiroid berkaitan dengan peningkatan angka kejadian
dari aborsi.
c. Diabetes Mellitus

11
Kadar gula darah yang tidak terkontrol meningkatakan angka kejadian
aborsi
d. Merokok
Kebiasaan merokok berkaitan dengan meningkatnya resiko dari aborsi
euploidi. Resiko ini meningkat sesuai dengan peningkatan frekuensi dan dosis dari
merokok itu sendiri.
e. Alkohol
Konsumsi alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan berkaitan erat dengan
peningkata angka kejadian aborsi
f. Kafein
Peningkatan resiko aborsi baru terjadi pada mereka yang mengkonsumsi kafein lebih
dari 500 mg per hari.
g. Defek uterus
Resiko aborsi meningkat pada sindrom Asherman
h. Servix inkompeten
Servix inkompeten adalah terjadinya dilatasi servix yang tidak sakit pada trimester
kedua. Kejadian tersebut bisa diikuti oleh prolap dan penggembungan dari membran ke
vagina sehingga terjadi expulsi dari janin prematur.

D. KLASIFIKASI
Secara umum aborsi dibagi menjadi:
1. Abortus Spontan:
a. Abortus yang mengancam (iminens)
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang tidak disertai dengandilatasi
servix dan pengeluaran janin
b. Abortus insipiens
Ditandai oleh terjadinya perdarahan pada awal kehamilan yang disertai
dengandilatasi servix dan nyeri
c. Abortus inkomplit
Ditandai oleh pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteru
d. Abortus komplit
Ditandai oleh pengeluaran seluruh hasil konsepsi
e. Abortus tertunda

12
Ditandai oleh kematian janin tanpa disertai pengeluaran hasil konsepsi
f. Abortus Habitualis
Ditandai oleh abortus yang berlangsung selama 3 kali atau lebih secara berurutan
g. Abortus Septik
Abortus yang disertai dengan infeksi pada uterus

2. Abortus yang diinduksi:


Aborsi yang dicetuskan karena pertimbangan medis atau secara elektif.

E. PATOFISIOLOGI
Walau sebagian besar kasus abortus spontan disebabkan oleh karena kelainan
kromosom, pada prakteknya banyak ditemukan anak lahir dengan kelainan kromosom tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami proses terjadinya abortus secara umum. Dalam
sebagian besar dari kasus aborsi, terdapat plasentasi yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
kegagalan dari sel-sel trofoblast untuk masuk dalam arteri spiralis. Kegagalan dari sel-sel trofoblast
tersebut mengakibatkan terjadinya peredarahan dari dari ibu ke anak yang prematur.
Masuknya darah ibu tersebut lama-kelamaan menyebabkan terjadinya ekspulsi dari kantung
kehamilan. Selain hal tersebut, kegagalan sel-sel trofoblast di atas mengakibatkan peningkatan tekanan
oksigen di ruang intervili sehingga terjadi peningkatan stres dan berkurangnya fungsi dari plasenta.

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada abortus pada umumnya sama, antara lain:
a. Perdarahan atau bercak darah dari jalan lahir pada trimester pertama
b. Jumlah darah umumnya sedikit
c. Warna darah bervariasi dari kecoklatan hingga merah segar
d. Perdarahan bisa berlangsung hingga beberapa hari
e. Biasa didahului oleh mulas-mulas atau sakit pinggang

G. DIAGNOSA
a. Abortus iminens:
 Anamnesis:

13
 Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
 Biasa berupa bercak-bercak
 Bisa atau tidak disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
 Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
 Pemeriksaan Fisik:
 Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak ditemukan
jaringan

b. Abortus insipiens:
 Anamnesis:
o Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
o Biasa berupa darah segar yang mengalir
o Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
o Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
 Pemeriksaan Fisik:
o Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio terbuka, tidak ditemukan
jaringan

c. Abortus inkomplit:
Anamnesis:
 Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
 Biasa berupa darah segar yang mengalir
 Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
 Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
Pemeriksaan Fisik:
 Inspekulo: ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, portio terbuka, bisa
ditemukan jaringan di jalan lahir

d. Abortus komplit:
 Anamnesis:
 Perdarahan pada trimester pertama kehamilan
14
 Darah biasa berupa bercak-bercak
 Disertai dengan mulas atau nyeri pinggang
 Ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
 Pemeriksaan Fisik:
 Inspekulo: ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak ditemukan
jaringan

e. Abortus tertunda:
 Anamnesis:
o Uterus yang berkembang lebih rendah dibandingkan usia kehamilannya
o Bisa tidak ditemukan perdarahan atau hanya bercak-bercak
o Tidak ada riwayat keluarnya jaringan dari jalan lahir
 Pemeriksaan Fisik:
o Inspekulo: bisa ditemukan bercak darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak
ditemukan jaringan

f. Abortus septik:
Anamnesis:
 Ditemukan satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas
 Riwayat sedang menggunakan IUD
 Riwayat percobaan aborsi sendiri
Pemeriksaan Fisik:
 Demam > 38 °C
 Inspekulo: ditemukan salah satu tanda abortus seperti di atas

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Penunjang:
o Serum β – hCG
Serum β - hCG > 2500 IU per mL disertai dengan USG transvaginal merefleksikan 90%
kehamilan intrauterine

15
Serum β - hCG > 6500 IU per mL disertai dengan USG abdomen merefleksikan 90%kehamilan
intrauterine
o USG
Gerakan jantung janin harusnya sudah bisa dilihat sejak masa gestasi 6 - 7 minggu

I. PENATALAKSANAAN
Secara umum tatalaksana aborsi dibagi 2, yaitu:
a. Terapi medikasi
Terapi medikasi menggunakan mifepristone yang disusul dengan penggunaan misoprostol atau
mungkin hanya misoprostol saja. Terapi medikasi ini digunakan pada aborsi dengan
masa gestasi 4-9 minggu dan lebih dari 14 minggu. Terapi bedah cenderung digunakan pada masa
gestasi 9-14 minggu. Regimen lain seperti methotrexate disusul dengan misroprostol juga sering
digunakan. Indikasi penggunaan terapi medikasi:
 Pilihan pasien
 Masa gestasi yang kecil
 Obesitas (BMI > 30) tanpa kelainan kardiovaskular
 Fibroma uterus
 Malformasi uterus
 Riwayat bedah sevik sebelumnyaKontraindikasi terapi medikasi;
 Riwayat alergi mifepristone, misoprostol atau obat terapi medikasi lainnya
 Mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang
 Gagal ginjal kronik
 Kelainan pembekuan darah
 IUD yang masih terpasang
 Infeksi daerah panggul yang berat

Rekomendasi WHO dan IPPF:


o Mifeprostone 200mg oral diikuti misprostol 800µg 36-48 jam setelahnya (oral,
sublingual, bukal atau intravaginal) dalam satu dosis atau dibagi menjadi dua dosis
400µg yang diberikan selang 2 jam
Rekomendasi FDAAmerika Serikat:
o Hari pertama: Mifepristone 600mg per oral dalam satu kali minum

16
o Hari kedua: Rh-imunoglobin 50µg tidak lebih dari 48 jam sesudah terjadinya tanda-
tanda aborsi pada pasien dengan Rh -
o Hari ketiga: bila proses aborsi belum selesai dan dikonfirmasi dengan USG,
berikanmisoprostol 400µg
o Hari keempat belas: cek kembali keadaan aborsi pasien dengan USG atau serum -
hCG. Serum β - hCG seharusnya berada di bawah 1.000IU/L setelah 2 minggu
pemberian mifepristone. Bila proses aborsi belum selesai, dilanjutkan dengan aspirasi
vakum.
b. Terapi bedah
Indikasi terapi bedah:
 Pilihan pasien
 Sterilisasi
 Terdapat kontraindikasi pada pemakaian terapi medikasi
 Pasien tidak mampu datang untuk kontrol setelah terapi medikasi

Pendekatan terapi bedah yang umum dilakukan yaitu:


1. Aspirasi Vakum
Aspirasi vakum adalah prosedur yang aman dan efektif dan menjadi terapi
pilihan sebelum teknik dilatasi dan kuretase. Teknik ini bisa digunakan hingga
masa gestasi 12 minggu dan 99,5% efektif. Komplikasi teknik ini lebih rendah
dibandingkan teknik dilatasi dan kuretase, dilatasi servik yang dibutuhkan lebih kecil, harga
yang lebih murah, tidak diperlukan anastesi umum.
2. Dilatasi dan Kuretase
Teknik ini lebih berbahaya dan lebih sakit dibandingkan teknik aspirasi vakum
sehingga pemilihan teknik ini umumnya dibatasi bila aspirasi dan terapi medikasi tidak bisa
diberikan. Teknik ini bisa digunakan hingga masa gestasi 12 mingguan 99% efektif.

J. KOMPLIKASI
Komplikasi pada aborsi dibagi dua antara lain:
a. Komplikasi akut
Komplikasi ini terjadi selama prosedur atau 3 jam sesudah proses abortus selesai:
 Perdarahan
 Luka serviks

17
 Perforasi uterus
 Hematometra
b. Komplikasi lanjut:
o Infeksi
o Jaringan sisa
o Sensitisasi Rh

K. PROGNOSIS
Resiko dari kematian atau komplikasi medis yang serius lebih banyak terjadi pada
wanita dengan kehamilan cukup bulan dibandingkan aborsi, kesehatan secara umum lebih baik pada
pasien aboertus dibandingkan kelahiran cukup bulan. Resiko kematian yang berkaitan
dengan kehamilan dan kelahiran berkisar 7 - 8 per 100.000 kelahiran sedangkan bila dikaitkan
dengan abortus, berkisar kurang dari 1 per 100.000 kelahiran. Beberapa studi tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan antara aborsi dengan penurunan kesuburan atau resiko
terjadinya kehamilan ektopik. Sebuah studi di Cina berkaitan dengan pemakaian
mifepristone dan misoprostol menunjukkan tidak adanya hubungan antara pemakaian obat tersebut
dengan peningkatan resiko kehamilan prematur

18
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh
pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin
untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau dokter umum yang
mempunyai kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk
usia diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.
5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.

III.2 SARAN
1. Dilakukan penelitian tentang komplikasi dan bahaya abortus di Indonesia
2. Mahasiswa diharapkan lebih mengenalkan kepada masyarakat tentang bahaya
abortus

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Guttmatcher Institute. Aborsi di Indonesia. Guttmatcher Institue. 2008


2. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan.P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009
3. Norman F. Gant MD, Kenneth J., Md Leveno, Larry C., Iii, Md Gilstrap, John C., MdHauth, Katharine
D., Md Wenstrom, John C.Hauth, J. Whitridge Obstetrics Williams(Editor), StevenL. Clark, Katharine
D. Wenstrom.Williams Obstetrics 23rd Ed: McGraw-Hill Professional
4. McBride, Dorothy E. Abortion in United State. ABC-CLIO.2008
5. Evans, Arthur T.Manual of Obstetric 7th ed .Lippincot Williams and Willkins. 2007
6. Morgan, Mark. Siddighi, Sam.Obstetrics and Gynecology Volume 1.LippincotWilliams and Willkins.
2004
7. R. James. Scoot, Md. S. Ronald et al.Danforth’s Obstetric and Gynecology 9thEdition.Lippincott
Williams & Wilkins. 2003
8. Keeling, Jean W. Khong T Yee.Fetal and Neonatal Pathology. Springer. 2007
9. World Health Organization. Safe Abortion: Technical and Policy Guidance for HealthSystems. World
Health Organization. 2003
10. Hatcher, Robert A. Trussell, James.Nelson, Anita L. Contraceptice Technology.Ardent Media. 2008

20

Anda mungkin juga menyukai