html
ELECTRO CARDYOGRAPH
DATA TEKNIS ELEKTRO CARDIOGRAF
KALIBRASI PULSA 1 mV
Sensitifity
0.5 1 KB
1 2 KB
2 4 KB
Prosedur kalibrasi 1 mV
1. Pilih lead selektor pada posisi C
2. Pilih sensitifitas 1
3. Tekan start
4. Tekan tombol kalibrasi
Kecepatan Motor
Kecepatan 25 mm/s
Berarti dalam 1 detik ditempuh 25 mm/25 KC/5 KB dengan demikian
1 KC ditempuh dalam waktu = 1/25=0.04 s
1 KB ditempuh dalam waktu = 1/5 = 0.2 s
Kecepatan 50 mm/s
Berarti dalam 1 detik ditempuh 50 mm/50 KC/10 KB dengan demikian
1 KC ditempuh dalam waktu = 1/50=0.24 s
1 KB ditempuh dalam waktu = 1/10 = 0.1s
Missal : Kecepatan 50 mm/s
Berarti dalam 1 detik ditempuh 50 mm/50 KC/10 KB dengan demikian
1 KC ditempuh dalam waktu = 1/50=0.24 s
1 KB ditempuh dalam waktu = 1/10 = 0.1s
a. Sebelum pemasangan elektroda , bersihkan terlebih dahuu bagian tubuh yang akan
ditempelkan elektroda, dengan menggunakan krim khusus atau dengan alcohol 70%
b. Gunakan jelly / pasta khusus secukupnya pada permukaan tubuh yang akan ditepelkan
elektroda agar penghantar sinyal jantung dapat tertangkap dengan baik oleh elektroda.
c. Pasang elektroda sesuai dengan kode yang ada pada ujung kabel sesuai dengan pola
berikut ini :
PEMELIHARAAN ALAT
1) Bersihkan elektroda dari sisa jelly atau pasta yang masih tersisa / melekat
2) Bersihkan pesawat dari debu dan kotoran yang ada pada badan pesawat dengan menggunakan
kain yang lembut
3) Simpan pada tempat yang kering dan sejuk
4) Periksa keadaan elektroda dan kencangkan bila perlu
5) Lakukan pengecekan standart kalibrasi pada bentuk pulsa kalibrasi 1 mV dengan tinggi pulsa 10
mm
6) Lakukan pemeriksaan stylus dengan mengatur tekanan stylus pada kertas perekaman dan periksa
apakah kondisi stylus masih dapat difungsikan dengan baik.
7) Alat harus selalu di lakukan pengecekan sedikitnya setiap 6 bulan sekali, artinya harus di lakukan
secara rutin.
8) Jika ingin memperpanjang jenjang waktu pemeliharaan rutin, pastikan kondisi alat dalam keadaan
normal.
9) Dalam pengkalibrasian alat handaknya tidak hanya menggunakan satu alat kalibrasi, tetapi lebih
agar bisa terus memantau kinerja alat.
10) Setiap kali menggunakn alat selalu memperhatikan kondisi betray yang terlihat pada indicator
battray, jika kondisi battray lemah lakukan charger.
11) Jangan gunakan battray jika level battray kurang daari 80%.
12) Untuk casing alat, bisa di bersihkan dengan kain yang di basahkan jika ada noda yang
13) Untuk kabel pasien / elektroda bersihkan dengan air dan sabun atau air hangat bersih kemudian
di keringkan sebelum di gunakan.
TROUBLESHOOTING
Keluhan pesawat
Pada hasil pemeriksaan ECG terjadi trilling
Analisa kerusakan
Filter pada pesawat ECG Belum diaktifkan sehingga dapat interferensi dari luar.
Kabel elektroda ECG ada yang putus
ECG tidak mendapat grounding
Perbaikan
Setelah di check filternya sudah pada posisi ON
Setelah di ukur dengan multi meter ternyata kabel elektroda tidak ada yang putus hanya saja cup
elektroda yang kepasien kotor, banyak kerak karena gel yang mengering dan setelah itu kotoran
tersebut segera dibersihkan.
Setelah dicoba ternyata pesawat masih trilling, ternyata groundnya kurang baik sehingga ground
ditambah dengan kapas/kain yang dibasahi agar ground lebih baik.
Sumber : http://basukidwiputra.blogspot.co.id/2015/06/electrocardiography-ecg.html
ELECTROCARDIOGRAPHY (ECG)
Elektrokardiografi adalah pemeriksaan penunjang jantung tertua, sejak permulaan abad 20.
Walaupun sudah tua EKG masih merupakan pemeriksaan yang penting, dan tak tergantikan
dengan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang lebih baru.
Jika Anda pernah berurusan dengan tenaga kesehatan, hampir pasti Anda pernah mendengar,
bahkan melihat EKG. Saat ini pemeriksaan EKG sudah merupakan bagian pemeriksaan rutin untuk
setiap pemeriksaan kesehatan dasar. Termasuk juga sebagai persyaratan pemeriksaan kesehatan
dasar untuk karyawan baru, melanjutkan sekolah, atau masuk asuransi.
Rekaman listrik jantung yang dihasilkan EKG dapat memberi petunjuk adanya beberapa kelainan
jantung seperti:
Gangguan irama jantung
Penyakit jantung koroner
Serangan jantung
Penebalan otot jantung dan pembesaran rongga jantung
Apa yang tidak dapat dinilai dengan EKG
Rekaman EKG sangat bermanfaat memeberikan informasi tentang berbagai kelainan jantung.
Meskipun demikian, tidak semua kondisi jantung bisa dinilai dengan EKG.
Misalnya, EKG tidak dapat menilai kemampuan kontraksi atau pompa jantung. Artinya dokter
jantung tidak dapat menentukan apakah pompa jantung masih baik atau tidak dengan melihat
EKG.
EKG tidak dapat menentukan ada tidaknya kebocoran katup atau sekat jantung. EKG juga tidak
dapat menentukan ada tidaknya penyempitan katup jantung. Apalagi menentukan berat ringannya
kebocoran atau penyempitan katup jantung. Pemeriksaan ekokardiografi adalah pemeriksaan
standar untuk menilai kelainan katup seperti ini.
Pemeriksaan EKG tidak memerlukan persiapan khusus. Tetapi paling tidak Anda harus dalam
keadaan rileks dan nyaman saat diperiksa. Posisi yang senyaman mungkin akan memberikan
gambaran rekaman yang paling baik. Tentu saja pada pasien dengan kondisi yang berat, seperti
sesak atau nyeri dada hebat, hal ini tidak selalu mungkin dilakukan.
Anda disarankan untuk tidak dalam kondisi sehabis aktivitas berat, atau baru minum kopi, karena
akan mempengaruhi laju jantung Anda. Sebaiknya juga jangan minum minuman dingin sesaat
sebelum pemeriksaan, karena bisa merubah gambaran pola rekaman salah satu gelombang EKG.
Anda akan diminta untuk melepas semua benda dari logam, supaya perekaman memberikan hasil
gambar yang optimal. Anda akan diminta berbaring, dan dipasang elektroda di kedua kaki dan
lengan Anda, dan di dada. Pemeriksaan EKG sama sekali tidak menyakitkan, dan hanya
membutuhkan waktu 5-10 menit.
Kegunaan/ keuntungan menggunakan EKG antara lain :
Satu.
Dua
6 (enam) buah sadapan dada yaitu V1, V2, V3, V4, V5, V6
Tiga
Kabel sadapan yang terdiri dari 10 elektroda (4 buah unruk elektroda ekstremitas, dan 6 buahuntuk
elektroda dada)
Empat
Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun
kecepatan yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1
mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak
kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar
per detik. 12 sadapan EKG berkualitas diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm
sama dengan 0,1 mV. Sinyal “kalibrasi” harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1
mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG.
Lihat gambar 2
Monitor EKG (Bedside Monitor) modern memiliki banyak penyaring untuk pemrosesan sinyal.
Yang paling umum adalah mode monitor dan mode diagnostik.
Dalam mode monitor, penyaring berfrekuensi rendah (juga disebut penyaring bernilai tinggi
karena sinyal di atas ambang batas bisa lewat) diatur baik pada 0,5 Hz maupun 1 Hz dan penyaring
berfrekuensi tinggi (juga disebut penyaring bernilai rendah karena sinyal di bawah ambang batas
bisa lewat) diatur pada 40 Hz. Hal ini membatasi EKG untuk pemonitoran irama jantung rutin.
Penyaring bernilai tinggi membantu mengurangi garis dasar yang menyimpang dan penyaring
bernilai rendah membantu mengurangi bising saluran listrik 50 atau 60 Hz (frekuensi jaringan
saluran listrik berbeda antara 50 dan 60 Hz di sejumlah negara). Dalam mode diagnostik,
penyaring bernilai tinggi dipasang pada 0,05 Hz, yang memungkinkan segmen ST yang akurat
direkam. Penyaring bernilai rendah diatur pada 40, 100, atau 150 Hz. Sebagai akibatnya, tampilan
EKG mode monitor banyak tersaring daripada mode diagnostik, karena bandpassnya lebih sempit.
Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi yaitu bisa merujuk ke kabel yang
menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau ke gabungan elektrode yang
membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik diukur. Lalu, istilah benda sadap
longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12 sadapan EKG menggunakan arti yang baru.
Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektroda.
Definisi terakhir sadapan inilah yang digunakan di sini.
Sebuah elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik antara sejumlah titik
tubuh menggunakan
penguat instrumentasi biomedis. Sebuah sadapan mencatat sinyal listrik jantung dari gabungan
khusus elektrode rekam yang itempatkan di titik-titik tertentu tubuh pasien.
Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik)
menciptakan defleksi positif di EKG di sadapan yang berhubungan.
Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan defleksi negatif
pada EKG di sadapan yang berhubungan.
Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor
listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EKG, yang akan bernilai positif saat
muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor listrik) mendekati (A), dan kemudian menjadi
negatif saat melintas dekat (B).
Sadapan Prekordial
Penempatan sadapan prekordial yang benar.
Sadapan prekordial V1 (merah), V2 (kuning), V3 (hijau), V4 (coklat), V5 (hitam), dan V6 (ungu)
ditempatkan secara langsung di dada. Karena terletak dekat jantung, 6 sadapan itu tak memerlukan
augmentasi. Terminal sentral Wilson digunakan untuk elektrode negatif, dan sadapan-sadapan
tersebut dianggap unipolar. Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di bidang horizontal.
Sumbu kelistrikan jantung di bidang horizontal disebut sebagai sumbu Z.
Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial kanan sedangkan V4, V5, dan V6
disebut sebagai sadapan prekordial kiri.
Kompleks QRS negatif di sadapan V1 dan positif di sadapan V6. Kompleks QRS harus
menunjukkan peralihan bertahap dari negatif ke positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan
ekuifasik itu disebut sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal daripada sadapan V3,
peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi setelah sadapan V3, peralihan ini disebut
sebagai peralihan akhir. Harus ada pertambahan bertahap pada amplitudo gelombang R antara
sadapan V1 dan V4. Ini dikenal sebagai progresi gelombang R. Progresi gelombang R yang kecil
bukanlah penemuan yang spesifik, karena dapat disebabkan oleh sejumlah abnormalitas konduksi,
infark otot jantung, kardiomiopati, dan keadaan patologis lainnya.
Setiap peralatan elektronik yang kontak dengan pasien, misalnya pompa infus intravena yang
diatur secara elektrik dapat menimbulkan artefak pada EKG.
Rekaman EKG biasanya dibuat pada kertas yang berjalan dengan kecepatan standard 25mm/ detik
dan defleksi 10mm sesua dengan potensial 1mV
Gambaran EKG normal menunjukkan bentuk dasar sebagai berikut :
Gelombang P :
Gelombang ini pada umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil depolarisasi atrium kanan
dan kiri.
Segmen PR :
Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang menghubungkan antara gelombang P dengan
Kompleks QRS
Kompleks QRS :
Kompleks QRS merupakan suatu kelompok gelombang yang merupakan hasil depolarisasi
ventrikel kanan dan kiri.Kompleks QRS pada umumnya terdiri dari gelombagn Q yang merupakan
gelombang defleksi negatif pertama, gelombang R yang merupakan gelombang defleksi
positif pertama, dan gelombang S yang merupakan gelombang defleksi negatif pertama setelah
gelombang R.
Segmen ST :
Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang menghubungkan kompleks QRS dengan gelombang
T
Gelombang T :
Gelombang T merupakan pontesial repolarisasi dari ventrikel kiri dan kanan
Gelombang U :
Gelombang in berukuran kecil dan sering tidak ada. Asal gelombang ini masih belum jelas
Lihat gambar 1
Dalam melaporkan hasil EKG sebaiknya mencakup hal-hal beikut :
Frekuensi (heart rate)
Irama jantung (Rhyme)
Sumbu jantung (Axis)
Ada /tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium/ventrikel)
Ada/tidaknya tanda tanda kelainan mikard (iskhemi/ injuri/infark)
Ada/tidaknya tanda tanda akibat gangguan lain (efek obat obatan, gangguan keseimbangan
elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung )
Gagal jantung atau payah jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala) ditandai
oleh sesak napas (dispneu) dan mudah lelah (fatigue), baik pada saat istirahat atau saat aktivitas)
yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung, yang mengganggu kemampuan
ventrikel (bilik jantung) untuk mengisi dan mengeluarkan darah ke sirkulasi. Gagal jantung
kongestif merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi
ventrikel kiri dan kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja
fisis retensi cairan, dan memendeknya umur hidup.
Prevalensi gagal jantung di negara berkembang cukup tinggi dan makin meningkat. Oleh karena
itu gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang utama. Setengah dari pasien yang
terdiagnosis gagal jantung masih punya harapan hidup 5 tahun(4). Penelitian Framingham
menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada pria dan 42% wanita Berdasar perkiraan
tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta penderita gagal jantung dan setiap tahunnya bertambah
400.000 orang. Walaupun angka-angka yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia, dapat
diperkirakan jumlah penderita gagal jantung akan bertambah setiap tahunnya. Dan angka
kematian pun secara tidak langsung akan meningkat karena tidak tertangani dengan baik akibat
biaya pengobatan yang sangat mahal. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu tindakan preventif
atau pencegahan, yaitu dengan cara memonitoring kondisi jantung dengan cara merekam
aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan untuk melakukan
tindakan ini disebut Elektrokardiogram (EKG).
Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas listrik otot jantung.
EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang
electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kondisi
jantung dari pasien. Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat
memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas.
Elektrokardiogram
Fungsi Elektrokardiogram (EKG)
Sensor EKG
Elektroda EKG
Fungsi dasar dari elektroda adalah mendeteksi sinyal kelistrikan jantung. Fungsi dari transducer
adalah untuk mengkonversi informasi biologis menjadi sinyal elektrik yang dapat diukur.
Transducer ini dipakai dengan menggunakan interface jelly electrode-electrolyte. Dengan
menggunakan elektroda Ag/AgCl mengurangi noise dengan frekuensi rendah pada sinyal EKG
yang terjadi karena pergerakan.
Signal EKG yang berasal dari jantung merambat keseluruh tubuh dan mempunyai magnitude
dengan arah tertentu (cardiac vector). Untuk mendeteksi signal EKG, ditentukan tittik-titik
referensi pengukuran untuk menempatkan elektroda. Pengukuran signal EKG dilakukan dengan
pemilihan tiga titik bipolar (diperkenalkan pertama kali oleh Einthoven) sehingga disebut dengan
istilah segitiga Einthoven.
1. Lead I : potensial antara Right Arm (RA) terhadap Left Arm (LA)
2. Lead II : potensial antara Right Arm (RA) terhadap Left Leg (LL)
3. Lead III : potensial antara Left Arm (LA) terhadap Left Leg (LL)
Standarisasi diperlukan karena adanya beberapa pabrik pembuat alat ini. Kebutuhan akan
standarisasi ini telah dikembangkan beberapa tahun yang lalu (anonymous 1991). Rekomendasi
tersebut bagian dari voluntary standard (standar tidak mengikat). FDA berencana untuk
mengembangkan mandatory standard.
Elektrokardiogram merupakan suatu instrumen yang prinsip kerjanya dapat dijelaskan melalui
suatu blok diagram. Dimana diagram blok elektrokardiogram tersebut terdiri atas :
1. Rangkaian Proteksi
2. Lead Selector
3. Sinyal Kalibrasi
4. Preamplifier
5. Rangkaian isolasi
6. Rangkaian Driven Right Leg
7. Driver Amplifier
8. Sistem Memory
9. Mikrokomputer
10. Recorder Printer
Rangkaian proteksi berfungsi untuk mencegah tegangan tinggi yang muncul pada input EKG
pada kondisi tertentu agar tidak merusak alat. Lead selector berfungsi untuk memilih elektroda
yang akan diambil datanya. Sinyal kalibrasi 1 mV berfungsi pada saat tertentu pada setiap kanal
yang direkam. Preamplifier merupakan penguat awal sinyal EKG dimana impedansi input dan
CMRR tinggi. Rangkaian Isolasi merupakan rangkaian pencegah arus dari power line (50 Hz
atau 60 Hz). Rangkaian driven right leg ialah rangkaian titik referensi pada pasien (normal
sebagai ground) yang dihubungkan dengan elektroda pada kaki kanan pasien. Driver amplifier
ialah rangkaian dengan penguatan yang mendekati sinyal perekaman. Inputnya merupakan
kopling ac sehingga tegangan offset yang dikuatkan preamplifier dapat dihilangkan. Status
memory berfungsi untuk menyimpan hasil perekaman sinyal ECG. Mikrokomputer digunakan
untuk mengontrol semua operasi alat. Recorder printer merupakan alat pencetak (hardcopy) hasil
perekaman sinyal ECG termasuk identitas pasien dan informasi klinis yang dimasukkan oleh
operator.
Bagian penting lainnya dari EKG ialah elektrokardiograf dan kertas perekam. Elektrokardiograf
telah mengembangkan model sederhana untuk menyatakan aktivitas listrik jantung. Sebuah
elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan
yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1 mm².
Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil
menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar per
detik. 12 sadapan EKG berkualitas diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm
sama dengan 0,1 mV. Sinyal “kalibrasi” harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1
mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG.
1. Lead Bipolar
Lead yang merekam biopotensial jantung dari bidang frontal. Lead ini hanya merekam beda
potensial dua elektrode, ditandai dengan angka romawi I, II, III yang disebut dengan
Lead I : mengukur potensial antara Right Arm (RA) terhadap Left Arm (LA) – aVL
Lead II : mengukur potensial antara Right Arm (RA) terhadap Left Leg (LL) – aVR
Lead III: mengukur potensial antara Left Arm (LA) terhadap Left Leg (LL) – aVF
Lead unipolar prekordial menggunakan 6 elektroda yang ditempatkan pada permukaan dada
pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
Peranan Elektrokardiogram
Kemampuan EKG untuk menganalisis irama jantung menjadikannya berperan penting dalam
mengontrol kondisi aktivitas kelistrikan jantung manusia. Ada beberapa aturan dasar yang dapat
diikuti untuk mengenali irama jantung pasien, yaitu denyutan, keteraturan denyut dan lain-lain.
Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus jantung) terdiri atas 1
gelombang P, 1 kompleks QRS dan 1 gelombang T. Sebuah gelombang U kecil normalnya
terlihat pada 50-75% di EKG. Voltase garis dasar elektrokardiogram dikenal sebagai garis
isoelektrik. Khasnya, garis isoelektrik diukur sebagai porsi pelacakan menyusul gelombang T
dan mendahului gelombang P berikutnya.
1. Gelombang P
Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ke nodus AV,
dan menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri. Vektor ini berubah ke gelombang P di EKG,
yang tegak pada sadapan II, III, dan aVF (karena aktivitas kelistrikan umum sedang menuju
elektrode positif di sadapan-sadapan itu), dan membalik di sadapan aVR (karena vektor ini
sedang berlalu dari elektrode positif untuk sadapan itu). Sebuah gelombang P harus tegak di
sadapan II dan aVF dan terbalik di sadapan aVR untuk menandakan irama jantung sebagai
Irama Sinus. Analisisnya :
2. Interval PR
Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya panjangnya
120-200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak kecil.
Interval PR lebih dari 200 ms dapat menandakan blok jantung tingkat pertama.
Interval PR yang pendek dapat menandakan sindrom pra-eksitasi melalui jalur tambahan
yang menimbulkan pengaktifan awal ventrikel, seperti yang terlihat di Sindrom Wolff-
Parkinson-White.
Interval PR yang bervariasi dapat menandakan jenis lain blok jantung.
Depresi segmen PR dapat menandakan lesi atrium atau perikarditis.
Morfologi gelombang P yang bervariasi pada sadapan EKG tunggal dapat menandakan
irama pacemaker ektopik seperti pacemaker yang menyimpang maupun takikardi atrium
multifokus.
3. Kompleks QRS
Durasi, amplitudo, dan morfologi kompleks QRS berguna untuk mendiagnosis aritmia
jantung, abnormalitas konduksi, hipertrofi, infark otot jantung, gangguan elektrolit, dan
keadaan sakit lainnya.
Gelombang Q bisa normal (fisiologis) atau patologis. Bila ada, gelombang Q yang
normal menggambarkan depolarisasi septum interventriculare. Atas alasan ini, ini dapat
disebut sebagai gelombang Q septum dan dapat dinilai di sadapan lateral I, aVL, V5 dan
V6.
Gelombang Q lebih besar daripada 1/3 tinggi gelombang R, berdurasi lebih besar
daripada 0,04 s (40 ms), atau di sadapan prekordial kanan dianggap tidak normal, dan
mungkin menggambarkan infark mikokardium.
4. Segmen ST
Elevasi segmen ST bisa menandakan infark otot jantung.
5. Gelombang T
Gelombang T menggambarkan repolarisasi (atau kembalinya) ventrikel. Interval dari awal
kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode refraksi absolut. Separuh
terakhir gelombang T disebut sebagai periode refraksi relatif (atau peride vulnerabel). Jika
gelombang T terbalik atau negatif bisa menjadi iskemia koroner, sindrom Wellens, hipertrofi
ventrikel kiri atau gangguan SSP. Jika gelombang T yang tinggi atau bertenda bisa menandakan
hiperkalemia. Gelombang T yang datar dapat menandakan iskemia koroner atau hipokalemia.
6. Interval QT
Interval QT beragam berdasarkan pada denyut jantung, dan sejumlah faktor koreksi telah
dikembangkan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut jantung
7. Gelombang U
Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi otot papillaris atau serabut Purkinje.
Gelombang U yang menonjol sering terlihat di hipokalemia, namun bisa ada di hiperkalsemia,
tirotoksitosis, atau pemajanan terhadap digitalis, epinefrin, dan antiaritmia Kelas 1A dan 3,
begitupun di sindrom QT panjang bawaan dan di keadaan pendarahan intrakranial. Sebuah
gelombang U yang terbalik dapat menggambarkan iskemia otot jantung atau kelebihan muatan
volume di ventrikel kir
Daftar Referensi
http://www.wikipedia.com
Surawan, Tri. 2011. Modul Biopotensial Amplifier. Instrumentasi Medis. Fisika UI. Jakarta