Radiografi Sudut
Radiografi Sudut
PENDAHULUAN
Gigi impaksi merupakan terhalangnya gigi yang akan erupsi karena kurangnya
ruang pada lengkung rahang atau obstruksi tulang pada daerah impaksi. Molar ketiga
maksila dan mandibula serta kaninus rahang atas merupakan gigi yang sering
mengalami impaksi. Pada penelitian sebelumnya juga ditemukan bahwa gigi yang
mempunyai angka kejadian paling tinggi sebagai gigi impaksi adalah gigi molar ketiga
mandibula. 1,2
teknik radiografi mana yang dipakai. Gambaran radiografi sangat membantu dokter gigi
dalam menegakkan diagnosis dan rencana perawatan yang akan dilakukan. Pemeriksaan
radiografi sering digunakan pada klinis dan penelitian untuk mengevaluasi kasus
impaksi. Radiografi dapat mengevaluasi posisi dan tipe impaksi, relasi gigi impaksi
dengan gigi tetangganya, bentuk dan ukuran gigi impaksi, kedalaman impaksi dalam
tulang, kepadatan tulang di sekitar gigi yang impaksi, dan hubungan gigi impaksi
dengan struktur anatomi lainnya, seperti kanal mandibula, foramen mentale, dan sinus
maksilaris. 3
1
Dalam kedokteran gigi, radiografi periapikal dan panoramik merupakan salah
satu metode untuk memperoleh gambaran gigi dan jaringan lunak sekitarnya. Radiografi
rahang atas dan rahang bawah pada satu film. Radiografi panoramik dapat digunakan
radiografi panoramik memperoleh gambaran sekitar gigi yang lebih luas, namun
penggunaan radiografi periapikal memberi keterangan yang lebih jelas tentang gigi dan
jaringan sekitarnya. Oleh karena itu radiografi periapikal juga digunakan sebagai
pada pembedahan molar ketiga untuk melihat kondisi gigi terhadap oclusal plane atau
arah molar kedua. Meskipun radiografi panoramik digunakan untuk melihat posisi
dapat digambarkan secara jelas seperti radiografi periapikal. Dokter gigi harus tahu
Berdasarkan penelitian Haris, impaksi gigi menjadi kasus yang penting dalam
kedokteran gigi. Lokasi yang tepat dari gigi impaksi menjadi sangat dibutuhkan untuk
meminimalkan trauma yang ditimbulkan pada saat pembedahan. Meskipun lokasi molar
ketiga dapat diketahui melalui gambaran radiografi, namun gambaran radiografi bisa
salah dalam interpretasi. Dari kasus yang dilaporkan oleh Haris, lokasi gigi yang
2
Perbedaan keuntungan, indikasi, maupun hasil gambaran radiografi gigi
menyebabkan adanya dua jenis radiografi yang dipakai pada pemeriksaan molar ketiga,
maka dari itu penulis ingin mengetahui distribusi pemakaian radiografi yang sering
digunakan pada pasien impaksi molar ketiga mandibula sebagai kasus dengan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang
2. Teknik radiologi apa yang paling sering digunakan pada pemeriksaan impaksi
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik radiologi yang lebih
sering digunakan pada pemeriksaan impaksi molar ketiga mandibula. Tujuan dari
teknik radiologi periapikal dan panoramik pada pemeriksaan molar ketiga mandibula.
3
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1. Dapat memberikan informasi mengenai jumlah dan distribusi teknik foto radiologi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
1. Panoramik
secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan
maksilofasial. 5
2. Periapikal
Periapikal adalah radiografi intraoral yang mencakup gigi geligi dan jaringan
sekitarnya sampai dengan daerah periapikal. Teknik ini digunakan untuk melihat
1. Panoramik
Posisi yang benar collimator harus diperiksa di cermin. Posisi bidang oklusal
dan pengaturan median bidang sagital dari daerah oksipital kepala harus diperiksa.
5
b. Jelaskan pada pasien prosedur dan pergerakan alat.
c. Jelaskan pada pasien bite holder yang digunakan dan pemasukan kaset film.
g. Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk
h. Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka bersentuhan
k. Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam saat
penyinaran.
l. Paparkan film.
Gambar 2.1: Posisi pasien saat pengambilan gambar panoramik. Sumber : Pasler FA. Color Atlas of
Dental Medicine: Radiology. Rateitschak KH, Wolf HF, editors. New York: Thieme; 1993. p. 13. 9
6
Gambar 2.2: Teknik pengambilan gambar panoramik. Sumber: Pasler FA. Color Atlas of Dental
Medicine: Radiology. Rateitschak KH, Wolf HF, editors. New York: Thieme; 1993. p. 10-11. 9
2. Periapikal
Tidak semua anatomi rongga mulut memiliki posisi yang ideal untuk
menghasilkan gambar yang baik. Untuk mengatasi masalah tersebut, ada dua teknik
pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik biseksi dan
paralel. 8
a. Sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dan sumbu panjang film
b. Tabung sinar-x diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titik
dibentuk dengan menarik garis lurus titik sinar-x terhadap bidang oklusal.
7
- Penentuan sudut horisontal tabung sinar-x ditentukan oleh bentuk lengkung
rahang dan posisi gigi. Dalam bidang horizontal titik pusat sinar-x diarahkan
memastikan seluruh gigi tercakup di dalam film. Perlu diperhatikan juga sisi yang
menghadap tabung sinar-x adalah sisi yang menghadap gigi dengan tonjol orientasi
c. Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan ibu jari
atau telunjuk (menahan film dengan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan
d. Tabung sinar-x diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horizontal yang tepat.
8
Insisivus Maksila
Gambar 2.3: Teknik bidang bagi pada insisivus maksila. A. Ibu jari sebagai pemegang film B.
Menggunakan film holder. C. Posisi film, gigi dan x-ray. Sumber: Whaites E. Essentials of Dental
Radiography and Radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003. p. 88. 8
Kaninus Maksila
Gambar 2.4: Teknik bidang bagi pada kaninus maksila. A. Ibu jari sebagai pemegang film B.
Menggunakan film holder. C. Posisi film, gigi dan x-ray. Sumber: Whaites E. Essentials of Dental
Radiography and Radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003. p. 88. 8
9
Premolar Maksila
Gambar 2.5: Teknik bidang bagi pada premolar maksila. A. Ibu jari sebagai pemegang film B.
Menggunakan film holder. C. Posisi film, gigi dan x-ray. Sumber: Whaites E. Essentials of Dental
Radiography and Radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003. p. 89. 8
Molar Maksila
Gambar 2.6: Teknik bidang bagi pada molar maksila. A. Ibu jari sebagai pemegang film B. Menggunakan
film holder. C. Posisi film, gigi dan x-ray. Sumber: Whaites E. Essentials of Dental Radiography and
Radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003. p. 89. 8
10
Insisivus Mandibula
Gambar 2.7: Teknik bidang bagi pada insisivus mandibula. A. Ibu jari sebagai pemegang film B.
Menggunakan film holder. C. Posisi film, gigi dan x-ray. Sumber: Whaites E. Essentials of Dental
Radiography and Radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003. p. 90. 8
Kaninus Mandibula
Gambar 2.8: Teknik bidang bagi pada kaninus mandibula. A. Ibu jari sebagai pemegang film B.
Menggunakan film holder. C. Posisi film, gigi dan x-ray. Sumber: Whaites E. Essentials of Dental
Radiography and Radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003. p. 90. 8
11
Premolar Mandibula
Gambar 2.9: Teknik bidang bagi pada premolar mandibula. A. Ibu jari sebagai pemegang film B.
Menggunakan film holder. C. Posisi film, gigi dan x-ray. Sumber: Whaites E. Essentials of Dental
Radiography and Radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003. p. 91. 8
Molar Mandibula
Gambar 2.10: Teknik bidang bagi pada molar mandibula. A. Ibu jari sebagai pemegang film B.
Menggunakan film holder. C. Posisi film, gigi dan x-ray. Sumber: Whaites E. Essentials of Dental
Radiography and Radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003. p. 91. 8
12
Periapikal Paralel (Kesejajaran)
a. Film diletakkan pada film holder dan ditempatkan dalam mulut, pada posisi paralel
b. Tube head (cone) diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film.
penentu arah tube head, teknik ini dapat diulang dengan posisi dan kondisi yang
a. Untuk pemeriksaan gigi insisivus dan kaninus rahang atas dan bawah gunakan film
holder khusus untuk regio anterior, dengan film ditempatkan secara vertikal.
Sedangkan untuk gigi premolar dan molar gunakan film holder khusus untuk regio
posterior, film ditempatkan secara horizontal. Harus diperhatikan sisi film yang
b. Kepala pasien bersandar pada kursi, bidang oklusal horizontal sejajar dengan lantai.
- Regio insisivus dan kaninus rahang atas, ditempatkan seposterior mungkin untuk
- Regio insisivus dan kaninus rahang bawah, ditempatkan di dasar mulut, segaris
13
- Regio premolar dan molar rahang bawah, ditempatkan di sulkus lingual,
- Letakkan gulungan kapas di bawah bite lock, yang dapat menjaga film dan gigi
pada posisi paralel, juga megurangi rasa tidak nyaman karena adanya holder di
dalam mulut.
- Pasien diminta menggigit secara perlahan, agar posisi bite lock stabil.
- Sesuaikan posisi lingkaran penentu dengan ujung cone. Dengan ini sudut
Insisivus Maksila
Gambar 2.11: Teknik kesejajaran insisivus maksila. A. Posisi Pasien B. Diagram posisi C. Posisi film.
Sumber: Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3rd ed. New York: Churchill
Livingstone; 2003. p. 78. 8
14
Kaninus Maksila
Gambar 2.12: Teknik kesejajaran kaninus maksila. A. Posisi Pasien B. Diagram posisi C. Posisi film.
Sumber: Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3 rd ed. New York: Churchill
Livingstone; 2003. p. 79. 8
Premolar Maksila
Gambar 2.13: Teknik kesejajaran premolar maksila. A. Posisi Pasien B. Diagram posisi C. Posisi film.
Sumber: Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3 rd ed. New York: Churchill
Livingstone; 2003. p. 80. 8
15
Molar Maksila
Gambar 2.14: Teknik kesejajaran molar maksila. A. Posisi Pasien B. Diagram posisi C. Posisi film.
Sumber: Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3 rd ed. New York: Churchill
Livingstone; 2003. p. 81. 8
Insisivus Mandibula
Gambar 2.15: Teknik kesejajaran insisivus mandibula. A. Posisi Pasien B. Diagram posisi C. Posisi film.
Sumber: Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3 rd ed. New York: Churchill
Livingstone; 2003. p. 82. 8
16
Kaninus Mandibula
Gambar 2.16: Teknik kesejajaran kaninus mandibula. A. Posisi Pasien B. Diagram posisi C. Posisi film.
Sumber: Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3 rd ed. New York: Churchill
Livingstone; 2003. p. 83. 8
Premolar Mandibula
Gambar 2.17: Teknik kesejajaran premolar mandibula. A. Posisi Pasien B. Diagram posisi C. Posisi film.
Sumber: Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3 rd ed. New York: Churchill
Livingstone; 2003. p. 84. 8
17
Molar Mandibula
Gambar 2.18: Teknik kesejajaran molar mandibula. A. Posisi Pasien B. Diagram posisi C. Posisi film.
Sumber: Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. 3 rd ed. New York: Churchill
Livingstone; 2003. p. 85. 8
1. Panoramik
a. Semua jaringan pada area yang luas dapat tergambarkan pada film, mencakup
biasanya 3-4 menit (termasuk waktu yang diperlukan untuk posisi pasien dan
paparan)
18
e. Gambar mudah dipahami pasien dan media pembelajaran.
f. Kedua sisi mandibula dapat ditampakkan pada satu film, sehingga mudah untuk
g. Gambaran yang luas dapat digunakan untuk evaluasi periodontal dan penilaian
orthodontik.
b. Bayangan jaringan lunak dan udara dapat mengkaburkan struktur jaringan keras.
d. Pergerakan tomografi bersama dengan jarak antara bidang tumpu dan film
e. Penggunaan film dan intensifying screen secara tidak langsung dapat menurunkan
kualitas gambar.
f. Teknik pemeriksaan tidak cocok untuk anak-anak di bawah lima tahun atau pasien
g. Beberapa pasien tidak nyaman dengan bentuk bidang tumpu dan beberapa struktur
2. Periapikal
19
Keuntungan Teknik Biseksi 8
a. Relatif nyaman untuk pasien, karena tidak ada alat tambahan lain kecuali film.
c. Bila penentuan sudut horizontal dan vertikalnya benar, gambaran radiografis yang
dihasilkan akan sama besar dengan yang sebenarnya, dan memadai untuk hampir
d. Tak perlu sterilisasi khusus, karena tidak menggunakan alat bantu tambahan.
c. Tinggi tulang periodontal, tidak dapat dilihat dan dinilai dengan baik.
d. Bayangan tulang zygomatik sering tampak menutupi regio akar gigi molar.
e. Sudut vertikal dan horizontal dapat berbeda-beda pada setiap pasien, dengan
f. Tidak bisa mendapatkan gambaran dengan kondisi dan posisi yang sama, pada gigi
yang sama di waktu yang berbeda, karena tidak ada alat bantu yang dapat
g. Dapat terjadi cone cutting bila titik pusat sinar-x tidak tepat di pertengahan film.
20
i. Sulit mendeteksi karies proksimal, pada gambaran radiografis mahkota gigi yang
mengalami distorsi.
j. Gambaran radiografis pada akar bukal gigi premoar dan molar rahang atas sering
mengalami pemendekan.
terjadinya pembesaran gambar. Tulang zygomatik berada di atas apeks gigi molar
atas.
d. Mahkota gigi dapat tampak dengan jelas sehingga karies proksimal dapat dideteksi
dengan baik.
e. Sudut vertikal dan horizontal, sudah ditentukan oleh lingkaran penentu posisi cone
f. Arah sinar X sudah ditentukan pada pertengahan film sehingga dapat menghindari
cone cutting.
g. Dapat membuat beberapa foto radiografi dengan posisi dan kondisi yang sama pada
a. Penggunaan film holder dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien,
21
c. Kondisi anatomis dalam rongga mulut sering menyulitkan teknik ini. Misalnya
f. Bila menggunakan short cone, tidak dapat menghasilkan gambaran radiografis yang
baik.
2.2. IMPAKSI
2.2.1. Pengertian
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada
kisaran waktu yang diperkirakan. Suatu gigi mengalami impaksi akibat gigi tetangga,
lapisan tulang yang padat, atau jaringan lunak yang tebal dan menghambat erupsi.
Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur hidup pasien kecuali
semua gigi yang tidak erupsi dinyatakan mengalami impaksi. Jadi, diagnosis impaksi
Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang
kurang adekuat dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang total
lengkung gigi. Gigi-geligi yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga
rahang atas dan bawah, gigi kaninus rahang atas dan premolar rahang bawah. Gigi
22
molar tiga paling sering mengalami impaksi karena merupakan gigi yang paling
tiga. Dua faktor yang dinyatakan paling ‘prognostik’ adalah angulasi gigi molar tiga
2.2.2. Klasifikasi
a. Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua dengan cara
Kelas III : Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus
mandibula.
Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal.
Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal
Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal
molar.
23
2. Klasfikasi menurut George Winter 12, 14
Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi impaksi
digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Posisi-
posisi meliputi:
a. Vertical
b. Horizontal
c. Inverted
Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi Pell dan Gregory. Bedanya,
Kelas A: Bagian terendah gigi molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua.
Kelas B: Bagian terendah gigi molar ketiga berada di atas garis oklusal molar
Kelas C: Bagian terendah gigi molar ketiga lebih tinggi dari garis servikal molar
kedua.
24
Sinus Approximation (SA): Bila tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan tulang
Non Sinus Approximation (NSA): Bila terdapat ketebalan tulang yang lebih dari
impaksi secara jelas. Radiografi panoramik memberikan gambaran yang baik jika
Gambar 2.19: Radiograf Panoramik Impaksi Molar Ketiga. Sumbe: Haris PS, Balan A. Importance
of Localization of Impacted Teeth. Dentomaxillofacial Radiology 2007;36:373. 7
25
2.3.2 Proyeksi Periapikal
sehingga sering sulit untuk menginterpretasi karena film yang digunakan hanya
Gambar 2.20 : Radiograf Periapikal Molar Ketiga Mandibula. Sumber : Whaites E. Essentials of Dental
Radiography and Radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003. p. 85. 8
bagian posterior untuk mengambil gambar semua molar ketiga mandibula (terutama
26
BAB III
KERANGKA KONSEP
Impaksi Molar
Ketiga Mandibula
Pemeriksaan
Radiologi
Proyeksi Proyeksi
Panoramik Periapikal
Penanganan
Impaksi
Keterangan :
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
bertempat di :
Populasi penelitian adalah semua data foto panoramik dan periapikal pasien
impaksi molar ketiga yang dirujuk ke bagian radiologi di Rumah Sakit Wahidin
28
Sudirohusodo (RSWS), Ladokgi Yos Sudarso dan Pusat Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut (PPKGM).
suatu interval waktu yang ditetapkan atau jumlah sampel atau pasien.
Sampel penelitian adalah data foto panoramik dan periapikal pasien impaksi
molar ketiga yang dirujuk ke bagian radiologi setiap harinya mulai pada bulan Maret–
April 2012 di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS), Ladokgi Yos Sudarso dan
1. Kriteria Inklusi
b. Pasien impaksi molar ketiga mandibula yang melakukan foto panoramik dan
periapikal
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien impaksi molar ketiga mandibula yang tidak melakukan foto panoramik
maupun periapikal
29
4.8. DEFINISI OPERASIONAL
2. Impaksi: gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada kisaran waktu yang
diperkirakan. 12
3. Radiografi Panoramik: salah satu teknik radiografi ekstraoral yang telah digunakan
keseluruhan maksilofasial. 6
4. Radiografi Periapikal: teknik radiografi intraoral yang mencakup gigi geligi dan
Data yang dikumpulkan berasal dari data rekam medik pada bagian radiologi Klinik
radiologi selama dua bulan terakhir yaitu Maret s/d April 2012 di RSWS, Ladokgi
dan PPKGM.
2. Mencatat data pasien impaksi molar ketiga mandibula di bagian radiologi yang
merupakan rujukan permohonan foto rontgen dari bagian Bedah Mulut selama dua
bulan terakhir yaitu Maret s/d April 2012 di RSWS, Ladokgi dan PPKGM.
30
2. Penyajian data : Data disajikan dalam bentuk tabel
31
BAB V
HASIL PENELITIAN
Ladokgi TNI-AL Yos Sudarso dan Pusat Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Makassar (PPKGM) dengan cara melihat data foto panoramik dan periapikal pasien
impaksi molar ketiga mandibula di bagian radiologi dari bulan Maret sampai April
2012.
Sejumlah 421 data pengunjung klinik radiologi rumah sakit tempat penelitian
menjadi subyek penelitian. Dari data yang dikumpulkan pada bulan Maret sampai April
tidak didapatkan data yang di-drop out sehingga distribusi dilakukan terhadap 421
subyek.
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi ke dalam lengkung rahang pada
kisaran waktu yang diperkirakan.12 Secara umum impaksi merupakan keadaan gigi
terhalang erupsi untuk mencapai kedudukan yang normal. Impaksi gigi dapat berupa
gigi yang tumbuhnya terhalang sebagian atau seluruhnya oleh gigi tetangga, tulang atau
jaringan lunak sekitarnya.16 Defenisi tersebut dapat digunakan sebagai indikator yang
32
Dari hasil penelitian yang dilakukan dari bulan Maret sampai bulan April 2012
dapat diambil kesimpulan bahwa pada tiap bulannya teknik yang lebih sering digunakan
pada pasien impaksi molar ketiga mandibula berdasarkan tabel 5.1 adalah teknik foto
Tabel 5.1 Distribusi Pemakaian Radiografi Periapikal dan Panoramik pasien Impaksi Molar Ketiga
Mandibula Bulan Maret – April
Jenis Foto /
PERIAPIKAL PANORAMIK
Tempat
∑ 14 ∑ 89
RSWS
% 13,6 % 86,4
∑ 59 ∑ 161
LADOKGI
% 26,8 % 73,2
∑ 48 ∑ 50
PPKGM
% 49 % 51
33
350
300
250
200
Panoramik
150 Periapikal
100
50
0
Intraoral Extraoral
Grafik 5.1 Distribusi Pemakaian Radiografi Periapikal dan Panoramik pasien Impaksi Molar Ketiga
Mandibula Bulan Maret
160
140
120
100
80 Panoramik
Periapikal
60
40
20
0
Intraoral Ekstraoral
Grafik 5.2 Distribusi Pemakaian Radiografi Periapikal dan Panoramik pasien Impaksi Molar Ketiga
Mandibula Bulan April
34
BAB VI
PEMBAHASAN
periapikal dan panoramik pada pasien impaksi molar ketiga mandibula yang lebih
banyak digunakan adalah teknik radiologi panoramik. Pada teknik foto periapikal
didapatkan persentase 25,7% untuk bulan Maret dan 31,7% untuk bulan April, dengan
persentase 74,3% untuk bulan Maret dan 68,3% untuk bulan April, dengan persentase
rata-rata 71,3%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena radiografi panoramik
populer di bidang kedokteran gigi, tidak hanya berguna untuk mendeteksi kelainan pada
gigi dan jaringan pendukung, juga dapat mengidentifikasi anatomi serta gambaran
maksilomandibular sehingga dapat menampilkan gigi molar impaksi lebih dari saatu
regio. Oleh karena itu foto panoramik banyak dilakukan selain foto periapikal.
Pada beberapa kasus impaksi yang terjadi, penggunaan teknik foto periapikal
sangat diindikasikan dari perawatan yang akan dilakukan dengan berbagai keuntungan
lainnya seperti gambaran yang dihasilkan lebih jelas dan detail, yang meliputi jaringan
35
4
gigi dan pendukungnya sehingga mempermudah diagnosa dan rencana perawatan.
Selain itu harga foto periapikal lebih murah dibanding foto panoramik serta teknik
sehingga panoramik harus dilengkapi dengan radiografi intraoral karena dimensi ini
36
BAB VII
PENUTUP
7.1.SIMPULAN
pasien impaksi molar ketiga mandibula di bagian radiologi RSWS dan Ladokgi yang
lebih banyak digunakan adalah teknik radiologi panoramik dengan persentase rata-rata
7.2.SARAN
1. Sebaiknya dilakukan perbaikan dan peningkatan dari segi kualitas dan pelayanan
impaksi molar ketiga mandibula, agar dokter gigi dapat melihat kelainan jaringan
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Cheung LK, Chow RLK, Chu FCS, Li TKL, Lui VKB, Newsome PRH. Prevalence
of impacted teeth and assosiated pathologies – a radiographic study of the Hong
Kong Chinese population. Hong Kong Med J 2003;9(3):158-63.
2. Chandra R, Kaushal A. Inverted and impacted third molar. J Oral Health Comm
Dent 2011;5(2):56-7.
5. Kang BC, Lee JS. Screening panoramic radiographs in a group of patients visiting a
health promotion center. Korean Journal of Oral and Maxillofacial Radiology
2005;35:199-202.
8. Whaites E. Essentials of dental radiography and radiology. 3rd ed. New York:
Churchill Livingstone; 2003. p. 75-94: 172.
38
9. Pasler FA. Color atlas of dental medicine: radiology. Rateitschak KH, Wolf HF,
editors. New York: Thieme; 1993. p. 9-16.
10. Lurie AG. Panoramic imaging. In: White SC, Pharoah MJ, editors. Oral radiology
principles and interpretation. 5th ed. Canada: Mosby; 2000. p. 121-5: 191-2.
11. Ness GM, Peterson LJ. Impacted teeth. In: Miloro M, editor. Peterson’s of oral and
maxillofacial surgery. 2nd ed. London: BC Decker Inc; 2004. p.140-153.
12. Peterson LJ, editor. Principles of management of impacted teeh. In: Contemporary
oral and maxillofacial surgery. 4th ed. St Louis: Mosby; 2003. p.184-212.
13. Jaffar RO, Tin-Oo MM. Impacted mandibular third molars among patients
attending hospital university sains malaysia. Archives of Orofacial Sciences
2009;4(1):7-12.
14. Fragiskos FD, editor. Oral surgery. Verlag Berlin Heidelberg: Springer; 2007,
p.121-76.
15. Farman AG, editor. Panoramic radiology: seminar on maxillofacial imaging and
interpretation. New York: Springer; 2007. p.74-6.
16. Coulthard P, Horner K, Sloan P, Theaker E. Master dentistry: oral and maxillofacial
surgery, radiology, pathology and oral medicine. Volume 1. New York: Churcill
Livingstone; 2003. p. 84-85.
39