Puji Syukur kepada Allah S.W.T karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
Spondilolistesis” tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu syarat
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dina Arfiani Rusjdi, Sp.Rad
sebagai pembimbing referat ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR GAMBAR
2
Gambar 2.1 Anatomi vertebra...........................................................................8
Gambar 2.6 A.Gambaran normal foto polos lumbar, B. Anterolistesis setinggi L4-
5........................................................................................................................15
BAB I
3
PENDAHULUAN
Spondilolistesis berasal dari dua bahasa yaitu spondylo yang berarti spine
(tulang belakang) dan listhesis yang berarti bergeser. Keadaan tersebut terjadi
biasanya terjadi pada vertebra lumbal 4 dan 5 atau lumbal 5 dan sacrum. Secara
epidemiologi, kira-kira 82% kasus ismik spondilolistesis terjadi di L4-L5 dan L5-
S1.1,2
tinggi pada sumbu tubuh berperan penting dalam etiologi spondilolistesis secara
derajat pergeseran yang timbul. Gejala tersebut adalah nyeri punggung bawah,
kekakuan, dan spasme otot, kebas, serta skiatika (nyeri yang terasa menjalar dari
dari spondilolistesis baik dengan foto polos lumbal, maupun dengan modalitas
yang lebih canggih seperti Computerized Tomography Scan (CT Scan) dan
dibuat berdasarkan foto polos lumbal dimana terdapat pergeseran dari badan
4
hidup pasien nantinya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas
Metode penulisan referat ini adalah dengan tinjauan pustaka yang merujuk
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Spondylolisthesis berasal dari dua bahasa yaitu spondylo yang berarti
spine (tulang belakang) dan listhesis yang berarti bergeser. Keadaan tersebut
biasanya terjadi pada vertebra lumbal 4 dan 5 atau lumbal 5 dan sacrum. Hal ini
sangat berat.1,2
2.2 Epidemiologi
2-3% wanita. Kira-kira 82% kasus isthmic spondylolisthesis terjadi di L4-L5 dan
mereka yang suka angkat berat dan pemain bola. Pada orang dengan usia lebih
bone spur, dan pergeseran minimal pada tulang belakang. Hal ini bisa saja
2.3 Klinis
spondilolistesis dapat terjadi saat lahir atau melalui trauma. Stress fraktur yang
gravitasi, tekanan rotasional dan stres/tekanan kosentrasi tinggi pada sumbu tubuh
6
Pergeseran diukur dengan memberikan nilai skala derajat 1 (25%) sampai
derajat 4 (100%). Semakin jelas kurva yang terbentuk (swayback atau lordosis),
derajat pergeseran yang timbul. Gejala tersebut adalah nyeri punggung bawah,
kekakuan, dan spasme otot , kebas, serta skiatika (nyeri yang terasa menjalar dari
panggul sampai kedua kaki). Nyeri pada kaki yang dirasakan akan semakin berat
terdiri dari kolumna vertebra, korda spinalis, otot-otot dan jaringan lunak.
tujuh tulang vertebra, regio torakal tersusun atas dua belas tulang vertebra, regio
lumbal terdiri dari lima tulang vertebra, regio sakrum terdiri dari lima tulang yang
menyatu, dan regio koksik terdiri dari empat tulang yang menyatu.5
7
Tulang belakang memiliki kurvatura yang bervariasi pada tiap regio. Pada
regio servikal kurvatura vertebra adalah lordosis, pada region torakal adalah
kifosis, pada regio lumbal adalah lordosis, dan regio sacral adalah kifosis.2
Secara umum, tulang belakang terdiri atas: korpus vertebra, arkus (pedikel
dan lamina), prosesus spinosus dan transversa, serta foramina vertebralis dan
normal. Arkus vertebra terdiri atas pedikel dan lamina. Arkus vertebra terbentuk
dari dua pusat osifikasi yang menyatu. Arkus vertebra yang menyatu dibagian
tengahnya akan membentuk kanal vertebra yang terisi oleh korda spinalis.1,5
A B
Gambar 2.2 Anatomi vertebra. A. Potongan Sagital MRI. B. Foto polos oblik
8
transversus akan berfungsi sebagai perlekatan ligamen dan artikulasi dengan
tulang iga.1
Vertebra lumbal disusun oleh lima tulang vertebra. Vertebra lumbal relatif
fungsinya sebagai penyangga beban tubuh. Facet pada vertebra lumbal berada
dalam posisi sagital sehingga memungkinkan pergerakan fleksi dan ekstensi lebih
besar dari pada vertebra torakal. Daerah antar facet merupakan lokasi yang paling
korpus vertebra dan bagian anterior dari diskus intervertebral merupakan ligamen
gerakan hiperfleksi.5
9
Diskus intervertebral merupakan struktur yang terletak diantara dua
serta distribusi tekanan beban. Diskus intervertebral membentuk 25% dari tinggi
tulang belakang. Diskus intervertebral terdiri dari annulus fibrosus dan nucleus
pulposus. Annulus fibrosus merupakan struktur terluar yang terdiri dari annulus
bagian luar dan annulus bagian dalam. Annulus bagian luar tersusun atas serat
kolagen tipe 2 yang tersusun lebih longgar. Serat kolagen terususun oblik dan kuat
menahan beban regangan. Annulus bagian luar memiliki inervasi saraf sehingga
terususun atas air, proteoglikan dan kolagen tipe 2. Struktur ini mampu menahan
beban kompresi dimana beban kompresi terbesar adalah dalam posisi duduk
sambil condong ke depan. Komposisi air dan proteoglykan akan menurun seiring
garis besar dibagi menjadi dua yaitu otot ekstrinsik dan otot instrinsik. Otot
minor, rhomboid mayor, serratus posterior superior, dan serratus posterior. Otot-
otot intrinsik dibagi menjadi tiga grup besar antara lain grup spinotransverse, grup
Korda spinalis berjalan dari batang otak sampai conus medularis (berakhir
10
sampai L1). Terminal filum dan cauda equine (serat saraf lumbar dan sacral)
berlanjut di dalam spinal canal. Spinal cord melebar di daerah leher dan lumbar
mater dan pia mater. Beberapa serat saraf berasal dari dorsal yang membawa
Spinal cord berakhir pada area memipih yang disebut conus medullaris,
yang terletak pada level vertebra L1-2. Pada titik ini serat saraf berjalan kebawah
membentuk kumpulan yang disebut cauda equina “horse’s tail”. Spinal cord
melekat dibagian inferior oleh filum terminalis yang menempel pada coccyx.1
kongenital yang mempengaruhi sakrum lebih atas atau arkus neural dari
degeneratif yang lama dari sendi zigopofisis dan artikulasi diskus vertebra,
interartikularis.
Tipe 5 : patologis. Terjadi karena berhubungan dengan penyakit sistemik
tulang, osteoporosis).
11
Tipe 6 : iatrogenik. Menjelaskan spondilolisis akibat intervensi tulang
belakang.
satu level namun bisa juga pada multipel level. 4 Proyeksi yang digunakan dalam
dibawahnya. Posisi erect dilakukan kecuali ada indikasi lainnya (seperti trauma).
namun, pada kasus berat, bisa menunjukkan tanda ’topi Napoleon’ karena
terbalik.
12
Gambar 2.4 Gambaran anteroposterior pada spondilolistesis, tampak
gambaran topi Napoleon terbalik pada kasus spondilolistesis yang berat 6
b. Lateral6
Untuk visualisasi badan vertebra lumbar, pedikel dan sendi facet.
Proyeksi ideal jika ada kecurigaan fraktur.
Bisa dilakukan dalam posisi erect untuk menilai kestabilan fraktur
(dibawah pengawasan).
Posisi ini sangat baik untuk menilai adanya suatu listesis. Posisi optimal
akan memberikan satu garis lurus pada bagian korteks posterior dari tiap badan
vertebra dimana garis ini akan membentuk garis yang mulus tanpa adanya
interupsi. Namun, posisi lateral bisa terganggu karena rotasi pasien, dibuktikan
dengan adanya dua permukaan posterior yang tampak karena pasien berotasi.
Pada gambar dibawah ini ditunjukkan dengan adanya titik tengah yang
menghubungkan dua korteks ini dan saling membentuk garis yang mulus.
13
Gambar 2.5 Penilaian alignment badan vertebra pada gambaran lateral
lumbar dengan dan tanpa rotasi pada pasien. Alignment normal
ditunjukkan oleh gambar (a). Foto polos lateral lumbosakral dengan posisi
optimal. Tampak garis yang mulus tanpa interupsi dapat ditarik sepanjang
batas posterior badan vertebra L1-S1 (garis putus-putus). (b) Gambaran
lateral pasien dengan rotasi. Tampak batas posterior badan vertebra pada L5
ditandai dengan satu garis putus-putus, sedangkan pada L4 ke atas, terdapat
dua garis batas posterior dari vertebra (garis putus-putus, dengan posisi
divergen ke arah superior. Alignment normal dikonfirmasi dengan
memvisualisasikan garis lurus yang menghubungkan titik tengah (*)
diantara garis putus-putus. (c) Posisi lateral lainnya dengan pasien dalam
keadaan rotasi. Alignment pada pasien ini dinilai degan memvisualisasikan
garis mulus yang menghubungkan titik tengah dari batas anterior dari
badan vertebra.6
vertebra pasien dengan spondilolistesis, dan juga lebih baik dalam mengevaluasi
progresivitas. Posisi lateral juga lebih baik karena translasi yang terjadi pada
potongan sagital dan sering menonjol selama berdiri (karena orientasi oblik ruang
14
A B
Gambar 2.6 A.Gambaran normal foto polos lumbar, B. Anterolistesis setinggi
L4-5.6
c. Posisi oblik
arah kiri atau kanan. Pada posisi ini, posisi elemen vertebra posterior menyerupai
anjing Scottie. Bagian anjing Scottie yang dapat diidentifikasi adalah mata
(facet artikular inferior) dan leher (pars interartikularis) seperti terlihat pada
Gambar 2.7 Anatomi ‘Anjing Scottie’ normal pada posisi proyeksi oblik pada
gambar (a) dan foto polos oblik posterior kanan (b). Facet artikular superior
(S) = telinga, facet artikular inferior (I)= kaki, pedikel (P) = mata, pars
interartikularis (*) = leher, prosesus transversus (T)= hidung. Juga dapat
15
terlihat sendi facet (F) dan badan vertebra (VB).(c) proyeksi oblik posterior
kiri tanpa label.6
2. CT Scan
CT merupakan metode pilihan untuk memperlihatkan detail tulang pada pars yang
mengalami defek dan lebih akurat daripada foto polos dan MRI. Hampir 10%
defek yang terlihat pada CT tidak terlihat pada foto polos. Deteksi patologi seperti
herniasi diskus L4-L5 dan kompresi saraf juga dapat dilihat meski lebih baik
a. Defek Pars
Gambar CT axial memungkinkan diagnosis definitif pada daerah fraktur.
Lokalisasi anatomi celah pada pars dapat dibuat kecuali lokasi lain yang
16
sklerosis, irreguleritas, permukaan halus korteks, dan pembesaran yang
membulat.3
Tulang rawan, cairan atau lemak bisa terdapat pada celah dan bony
dari sendi facet normal kadang sulit tapi biasanya dilakukan pada
potongan sagital atau rekonstruksi tiga dimensi. Pada gambar aksial sendi
facet terletak pada level diskus dan halus, cekung-cembung dan sering
kapsul sendi. Rotasi antara L5 dan sakrum juga dapat terlihat, memastikan
lateral dari herniasi diskus L4-L5 (far out disc syndrome), hal ini juga
terjadi akibat peregangan akar saraf dengan kehilangan tinggi diskus dan
17
Studi kepadatan dan densitas proton pada potongan sagital T-1 merupakan
adalah edema sumsusm tulang. Pada pasien muda dengan nyeri punggung
memperlihatkan saraf yang tidak dapat dibedakan dari jaringan diskus pars
Hidrasi normal sering terjadi pada kasus ringan. Herniasi posterior sangat
cara.3 Ketika terjadi pergeseran yang besar, sering kelainannya dapat diobservasi,
namun pada banyak kasus sering malposisi bisa terjadi. Umumnya garis yang
dipakai untuk perbandingan garis badan vertebra posterior adalah garis George
18
pada L5 dan S1, namun metode ini mudah terjadi kesalahan. Cara kedua yang
digunakan adalah dengan menggunakan garis Ulmann (gambar 2.9) yang diambil
dengan cara menarik garis tegak lurus terhadap dasar sakrum dari promontorium
sakrum anterior, jika memotong batas anterior inferior dari badan vertebra L5,
milimeter.3
19
Gambar 2.10 Klasifikasi Meyerding. A. Pembagian basis sakrum . B.
Derajat 1. C. Derajat 2. D. Derajat 3. E. Derajat 4. F. Contoh
spondilolistesis derajat 1.3
20
Gambar 2.12 Spondiloptosis, L5. A. Pelvis AP. Tampak gambaran topi
napoleon terbalik dan garis lengkung Brailsford (panah). B. Lateral lumbar.
Badan vertebra L5 bergeser total terhadap sakrum. Promontorium sakrum
berbentuk kubah (panah) dan badan L5 berbentuk trapezoid (kepala
panah), yang merupakan karakteristik derajat 3,4 dan 5.3
B. Metode kedua adalah metode persentase (Taillard). Pergeseran antara basis
kemudian dikalikan dengan 100. Keuntungan utama dari metode ini adalah
diukur dalam milimeter dengan mengukur jarak antara posterior L5 dan sakrum
posterior. Pengukuran ini diambil dari potongan yang paralel dengan diskus.
21
BAB III
KESIMPULAN
nyeri, biasanya terjadi pada vertebra lumbal 4 dan 5 atau lumbal 5 dan sacrum.
bawah, kekakuan, dan spasme otot , kebas, serta skiatika (nyeri yang terasa
22
satu level namun bisa juga pada multipel level. Modalitas lain seperti CT scan
dan MRI juga dapat membantu memperlihatkan detail lebih jelas pada pars
DAFTAR PUSTAKA
Elsevier, 2010.
3. Yochum TR, Rowe LJ. 2005. Essential of Skeletal Radiology 3rd Edition.
Radiol. 2005;60:533–546.
5. Hu, et al. 2008. Spondylolisthesis and Spondylolysis. J Bone Int Surg Am.
2008;90: 656-671.
23