AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Dosen Pengampu: Dr. Anak Agung Gde Putu Widanaputra, S.E., M.Si., Ak.
Disusun Oleh
Nama Kelompok:
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Akuntansi keprilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi serta dimensi keperilakuan dari organisasi di mana
manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya. Dengan demikian, definisi
akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tentang perilaku akuntan atau non-akuntan yang
dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan (Bamber, 1993).
Menurut Schiff dan Lewin (1974) ada lima aspek penting dalam akuntansi keperilakuan, yaitu:
Belkoui (1989) lebih awal memantapkan pengertian di atas. Akuntansi keperilakuan menekankan
pada relevansi dari informasi akuntansi terhadap pengambilan keputusan individu maupun
kelompok yang disebabkan oleh terjadinya komunikasi di antara mereka. Akuntansi
keperilakuan berkonsentrasi pada keperilakuan orang yang terkait dengan informasi akuntansi
dan segala pemasalahannya.
Ilmu akuntansi merupakan ilmu yang selalu berkembang. Perkembangan ilmu akuntansi seiring
dengan perkembangan dunia bisnis saat ini. Pada perkembangannya, akuntansi berperan dalam
menghasilkan informasi keuangan maupun non-keuangan yang digunakan oleh para pemakainya
dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Jadi, akuntansi adalah infromasi, atau lebih tepatnya
sistem informasi akuntansi. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam
memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada
aktivitas bisnis dan ekonomi.
Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan penting di
dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses
perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling
berhubungan untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan didalam perusahaan. Motivasi
dan perilaku dari pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu sistem
informasi akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pemakai internal (internal user) dan pemakai eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak
internal dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga
memiliki suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi.
Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen
khususnya penganggaran (budgeting), namun yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan
bergeser searah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. Perkembangan yang
pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan
dihadapkan dengan ilmu-ilmu sosial secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan menggunakan
metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur
dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Binberg
dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran (school),
yaitu:
Akuntansi Konvensional
Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang
relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai
internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi keuangan
melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki tujuan yang
beberapa diantaranya adalah :
1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi
investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan
sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tgersebut.
3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba.
4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam melunasi utang-utangnya.
5. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan
perusahaan.
6. Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.
Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari berbagai
komponen yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki
sasaran, input output, dan lingkungan untuk mencapai target geser yang telah ditetapkan.
Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang baru diantara
karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin perubahan struktur organisasi.
Dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang menent penting yang
menentukan efektukan efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi. Jackson (1986)
mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam pengembangan
sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu :
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral dari
kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada semua tahap
yang dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut adalah perencanaan,
analisis, perancangan, implementasi dan pascaimplementasi. Untuk mengukur keterlibatan
pemakai ini, Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam tingkatan keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem informasi, yaitu :
Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya untuk
mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan oleh
manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi
secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan
oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetitif. Agar proyek
pengembangan sistem informasi tidak sia-sia, perlu dipahami tahapan-tahapan dalam
pengembangan sistem tersebut seperti yang diutarakan oleh Bodnar dan Hopwood (1995), yaitu :
1. Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi
masalah sistem dan penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem.
2. Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi yang dipilih oleh proses
analisis sistem.
3. Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan metode
baru atau revisi ke dalam operasi.
Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang dapat menyediakan
atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan seperti itu sebab
akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang mengkomunikasikan berbagai
fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi yang terjadi disuatu organisasi bisnis kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan peristiwa ekonomi tersebut.
Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan
proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non
akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970).
Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan:
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk
menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil
riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak
pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali
pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya
disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada
akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada
tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan
Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada
akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi
akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Studi yang
mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu
membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan
riset yang diikuti.
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan semakin
meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel
selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam
kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya.
Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai
oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi
menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel perilaku yang
terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi dapat dilihat pada gambar dibawah
ini,
LANDASAN TEORI DAN PENDEKATAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior science),
teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku manusia dalam
organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak
diragukan lagi.
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat
sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk.
Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan
diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah
harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi
manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk
menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku
manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.
Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi ketidakpastian
lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan
persepsi atas manfaat sistem akuntansi.
Refrensi
Ikhsan, Arfan, dan Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba
Empat.