Anda di halaman 1dari 10

RMK

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Dosen Pengampu: Dr. Anak Agung Gde Putu Widanaputra, S.E., M.Si., Ak.

Disusun Oleh

Nama Kelompok:

Ni Ketut Sri Wahyuni (1515351003)


Putu Arisna Dewi (1515351011)
Putu Ayu Regita Naraswari (1515351014)
Ida Ayu Intan Dwiyanti (1515351031)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Akuntansi keprilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mengkaji hubungan
antara perilaku manusia dan sistem akuntansi serta dimensi keperilakuan dari organisasi di mana
manusia dan sistem akuntansi itu berada dan diakui keberadaannya. Dengan demikian, definisi
akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tentang perilaku akuntan atau non-akuntan yang
dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan (Bamber, 1993).

Menurut Schiff dan Lewin (1974) ada lima aspek penting dalam akuntansi keperilakuan, yaitu:

1. Teori perusahaan dan keperilakuan manajerial.


2. Penganggaran dan perencanaan.
3. Pengambilan keputusan.
4. Pengendalian.
5. Pelaporan keuangan.

Belkoui (1989) lebih awal memantapkan pengertian di atas. Akuntansi keperilakuan menekankan
pada relevansi dari informasi akuntansi terhadap pengambilan keputusan individu maupun
kelompok yang disebabkan oleh terjadinya komunikasi di antara mereka. Akuntansi
keperilakuan berkonsentrasi pada keperilakuan orang yang terkait dengan informasi akuntansi
dan segala pemasalahannya.

Ilmu akuntansi merupakan ilmu yang selalu berkembang. Perkembangan ilmu akuntansi seiring
dengan perkembangan dunia bisnis saat ini. Pada perkembangannya, akuntansi berperan dalam
menghasilkan informasi keuangan maupun non-keuangan yang digunakan oleh para pemakainya
dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Jadi, akuntansi adalah infromasi, atau lebih tepatnya
sistem informasi akuntansi. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam
memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada
aktivitas bisnis dan ekonomi.

Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan penting di
dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses
perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling
berhubungan untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan didalam perusahaan. Motivasi
dan perilaku dari pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi aspek penting dari suatu sistem
informasi akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pemakai internal (internal user) dan pemakai eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak
internal dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga
memiliki suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi.

Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen
khususnya penganggaran (budgeting), namun yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan
bergeser searah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. Perkembangan yang
pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan
dihadapkan dengan ilmu-ilmu sosial secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan menggunakan
metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur
dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Binberg
dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran (school),
yaitu:

1. Pengendalian manajemen (management control)


2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)
3. Desain sistem informasi (information system design)
4. Riset audit (audit research)
5. Sosiologi organisasional (organizational sociology)

Akuntansi Konvensional

Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang
relevan dan tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai
internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi keuangan
melalui pelaporan keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki tujuan yang
beberapa diantaranya adalah :
1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi
investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan
sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tgersebut.
3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba.
4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam melunasi utang-utangnya.
5. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan
perusahaan.
6. Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam
memperkirakan arus kas masuk ke dalam perusahaan.

Akuntansi sebagai Suatu Sistem Informasi

Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari berbagai
komponen yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki
sasaran, input output, dan lingkungan untuk mencapai target geser yang telah ditetapkan.

Akuntansi adalah Sistem

Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang baru diantara
karyawan yang ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin perubahan struktur organisasi.
Dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang menent penting yang
menentukan efektukan efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi. Jackson (1986)
mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam pengembangan
sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu :

1. Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan


perusahaan.
2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.
3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek teknisnya.
4. Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat yang
akan diperoleh dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal tersebut.
5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan
yang lebih baik dalam pengembangan sistem.

Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral dari
kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada semua tahap
yang dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut adalah perencanaan,
analisis, perancangan, implementasi dan pascaimplementasi. Untuk mengukur keterlibatan
pemakai ini, Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam tingkatan keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem informasi, yaitu :

1. Tidak ada keterlibatan (no-involvement).


2. Keterlibatan simbolis (symbolic involvement).
3. Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice).
4. Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control).
5. Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing).
6. Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by strong control).

Keterlibatan Manajemen Puncak dalam Pengembangan Sistem

Perencanaan Strategis Perencanaan Sistem Implementasi


a. Kandungan proses a. Pengendalian rencana
a. Integrasi Sistem
perencanaan strategis implementasi
b. Tingkat rincian rencana
b. Kegunaan rencana b. Keterbatasan sumber daya
proyek
c. Pencapaian tujuan
c. Keterpaduan dalam rencana c. Integrasi hardware
perencanaan
d. Pengkoordinasian tindakan
d. Perencanaan proyek
perencanaan
Akuntansi adalah Informasi

Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya untuk
mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan oleh
manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi
secara cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan
oleh masing-masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetitif. Agar proyek
pengembangan sistem informasi tidak sia-sia, perlu dipahami tahapan-tahapan dalam
pengembangan sistem tersebut seperti yang diutarakan oleh Bodnar dan Hopwood (1995), yaitu :

1. Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi
masalah sistem dan penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem.
2. Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi yang dipilih oleh proses
analisis sistem.
3. Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan metode
baru atau revisi ke dalam operasi.

Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang dapat menyediakan
atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan seperti itu sebab
akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang mengkomunikasikan berbagai
fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi yang terjadi disuatu organisasi bisnis kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan peristiwa ekonomi tersebut.

PERKEMBANGAN SEJARAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan
dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan
proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non
akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970).
Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang berhubungan dengan:

1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.


2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk
menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil
riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak
pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.

Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali
pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya
disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada
akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada
tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan
Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada
akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi
akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Studi yang
mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu
membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan
riset yang diikuti.

Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan semakin
meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel
selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam
kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya.
Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai
oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi
menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel perilaku yang
terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan akuntansi dapat dilihat pada gambar dibawah
ini,
LANDASAN TEORI DAN PENDEKATAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior science),
teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku manusia dalam
organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak
diragukan lagi.

Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat
sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk.
Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan
diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah
harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif.

Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi
manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk
menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku
manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.

Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi

Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic


approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena
pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang
selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi
(contingency approach). Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan
dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan
dan penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi
yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor eksternal
lainnya.
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses
produksi, produk masal, dan lainnya.
3. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan.
5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi, sentralisasi,
budaya organisasi dan lainnya.

Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi ketidakpastian
lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan
persepsi atas manfaat sistem akuntansi.
Refrensi

Ikhsan, Arfan, dan Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba
Empat.

Sasongko, Noer. 2009. Pengantar Akuntansi Keperilakuan.


http://akuntansikeperilakuan.blogspot.co.id/2009/07/pengantar-akuntansi-
keperilakuan_9945.html?m=1. (diakses pada 20 September 2017).

Anda mungkin juga menyukai