Disusun oleh :
Bagus Drajat T
Muhammad Rury R
Raka Puspa N
Wahyu Winadi
Diajukan sebagai syarat melengkapi tugas mata pelajaran Storage and Handling pada
Semester 4 tahun ajaran 2013/2014, jurusan Teknik Pengolahan Minyak, Gas dan Petrokimia,
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Depok ( STM Pembangunan ) , Sleman, Yogyakarta
dan sebagai bukti telah menempuh tugas dalam mata pelajaran Storage and Handling.
Disusun Oleh :
Disahkan Oleh
SLEMAN, YOGYAKARTA
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berisi tentang SPBU.
Makalah ini berisikan tentang informasi solar dan lilin parafin atau yang lebih
khususnya membahas tentang prosesnya , Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang SPBU.
Makalah ini di tujukan untuk dapat mengetahui tentang SPBU dengan mudah dan cepat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Kelompok 2
SEJARAH LAHIRNYA SPBU
Adalah sebuah era dimana lalu-lintas di Amerika banyak menggunakan kuda ataupun
kereta kuda. Setelah ditemukannya minyak dan kendaraan berbahan bakar gasolin maka para
pengendara mulai berburu tempat penjualan gasolin seperti toko serba ada ataupun toko besi
yang menjual bahan bakar tersebut serta pelumas.
Pada tahun 1907, John McLean seorang manajer penjualan Standar Oil Co (California)
di Seattle - kelak menjadi Chevron, mendapatkan ide cemerlang. Ia memasang tangki
berkapasitas 30 galon lalu menyambungkannya dengan selang untuk mengalirkan gasolin serta
diujung selang ia memasang gelas ukur untuk menakar jumlah gasolin yang akan dijual kepada
pembeli. Dengan dilengkapi atap dari kanvas, jalur kendaraan serta meteran untuk mengetahui
jumlah bahan bakar yang dijual maka jadilah sebuah SPBU pertama di dunia. Meskipun pada
awalnya banyak mendapat perlawanan dari pemerintah lokal karena takut akan bahaya
kebakaran namun masyarakat begitu terbuai dengan pelayanan SPBU ini. Tahun 1914,
Standard mengoperasikan 34 SPBU dan mereka menyebutnya pada waktu itu dengan istilah
berada di 6 kota di California.
Dengan ditambahkannya fasilitas air bersih dan udara bagi ban kendaraan secara gratis
maka berkembang menjadi stasiun layanan bahan bakar. Para pemilik kendaraan begitu tertarik
mengunjungi SPBU jenis ini karena pemandangan dan model tamannya yang banyak diiikuti
oleh seluruh SPBU milik Standard selama Perang Dunia I setelah Presiden Woodrow Wilson
meminta warga Amerika untuk menjalankan gerakan taman rumah.
Rival Jarak Jauh
Periode pasca perang merupakan saat yang dramatis bagi pertumbuhan bisnis SPBU
perusahaan ini. Akhir tahun 1919, Standard Oil Co (California) memiliki 218 SPBU yang
tersebar di Washington, Oregon, California, Nevada serta Arizona yang jumlah ini adalah lebih
banyak dari jumlah SPBU 3 perusahaan pesaingnya jika digabungkan. Empat tahun kemudian
jumlah SPBU milik perusahaan ini bertambah menjadi 700 unit yang tersebar di lima negara
bagian tadi.
Dengan terus meningkatnya sistem jalan raya maka semakin mendorong para pemilik
kendaraan untuk bepergian dengan jarak yang jauh. Oleh karenanya Standard menarik para
pemilik kendaraan dengan menambahkan fasilitas kenyamanan di SPBUnya seperti ruang
istirahat dan air minum dingin saat cuaca panas. Fasilitas lainnya yang ditawarkan adalah
pemeriksaan oli dan pembersihan karburator.
One-stop motoring
Layanan ini bersamaan dengan didirikannya Standard Stations Inc, sebuah anak
perusahaan yang mengoperasikan seluruh fasilitas SPBU pada tahun 1931. Tanda SPBU ini
berupa lampu neon berwarna merah, putih dan biru membentuk logo chevron (tanda
kepangkatan). Saat Amerika memasuki depresi ekonomi maka Standard mulai fokus pada
peningkatan bisnis melalui standarisasi, tampilan menarik dan mudah dikenali, kualitas
produk, layanan superior dan beroperasi secara efisien.
Tampilan Harmoni
SPBU milik Standard Oil Co. of California didesain untuk menyesuaikan dengan
kondisi lingkungan sekitarnya. Misalnya Standard membangun sebuah SPBU dengan type
outdoor untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pegunungan dan alam pedesaan di
Amerika Serikat bagian barat.
Setelah Perang Dunia II, perusahaan meluncurkan Program SPBU Chevron di fasilitas
yang dioperasikan oleh dealer swasta. Program ini bertujuan untuk memperkuat pengenalan
konsumen atas BBM dan brand Chevron.Upaya pemasaran yang dilakukan Standard terus
tumbuh pada akhir 1940an saat anak perusahaan ini mengoperasikan 2.360 SPBU Calso
(California Standard Oil) di Timur Laut AS. Sepuluh tahun kemudian perusahaan ini mengubah
brand SPBU Calso menjadi Chevron.
Pertumbuhan jaringan SPBU terus meningkat pada tahun 1961 saat Standard of
Kentucky menjadi anggota keluarga Standard Oil Company of California. Dengan jumlah
SPBU mencapai 8.500 unit, Standard of Kentucky terus memimpin persaingan dalam bisnis
produk BBM di lima negara bagian yaitu Kentucky, Georgia, Florida, Alabama dan
Mississippi.
Logo Kesuksesan
Tahun 1969, 2 tahun setelah dilakukan studi identitas korporat, Standard membuat logo
baru berupa dua garis tebal berwarna biru dan merah sejajar menyerupai huruf V dengan kata
Chevron diatasnya. Logo ini disebar di seluruh SPBU, pabrik pengepakan, kendaraan, kantor
maupun kapal tempat dimana perusahaan ini melakukan usahanya yang mencerminkan tujuan
terbaik yang dicapai di masa lalu, kualitas esensial perusahaan, serta menjadi perusahaan energi
global di masa depan.
Menggabungkan citra
1. Desain bangunan harus disesuaikan dengan karakter lingkungan sekitar (contoh: letak
pintu masuk, pintu keluar, dan lain-lain);
2. Elemen bangunan yang adaptif terhadap iklim dan lingkungan (sirip penangkal sinar
matahari, jendela yang menjorok ke dalam, dan penggunaan material dan tekstur yang
tepat);
3. Desain bangunan SPBU harus sesuai dengan bangunan di lingkungan sekitar yang
dominan;
4. Arsitektur bangunan sarana pendukung harus terintegrasi dengan bangunan utama;
5. Seluruh fasade bangunan harus mengekspresikan detail dan karakter arsitektur yang
konsisten;
6. Variasi bentuk dan garis atap yang menarik;
7. Bangunan harus adaptif terhadap panas matahari dan pantulan sinar matahari dengan
merancang sirip penangkal sinar matahari dan jalur pejalan kaki/ trotoar yang tertutup
dengan atap;
8. Bangunan dibagi-bagi menjadi komponen yang berskala lebih kecil untuk menghindari
bentuk massa yang terlalu besar;
Panduan untuk kanopi adalah sebagai berikut:
1. Pump island ini terdiri dari fuel dispenser, refuse container, alat pembayaran
otomatis,bollard pengaman, dan peralatan lainnya;
2. Desain pump island harus terintergrasi dengan struktur lainnya dalam lokasi, yaitu
dengan menggunakan warna, material dan detail arsitektur yang harmonis
3. Minimalisasi warna dari komponen-komponen pump island, termasuk dispenser,
bollard dan lain-lain.
Sirkulasi/jalur masuk dan keluar:
1. Jalan keluar masuk mudah untuk berbelok ke tempat pompa dan ke tempat antrian dekat
pompa, mudah pula untuk berbelok pada saat keluar dari tempat pompa tanpa terhalang
apa-apa dan jarak pandang yang baik bagi pengemudi pada saat kembali memasuki
jalan raya;
2. Pintu masuk dan keluar dari SPBU tak boleh saling bersilangan;
3. Jumlah lajur masuk minimum dua lajur;
4. Lajur keluar minimum tiga lajur atau sama dengan lajur pengisian BBM;
5. Lebar pintu masuk dan keluar minimal 6 m.
PERSYARATAN LOKASI SPBU
Dalam pembangunan sebuah SPBU, luas minimal lahan tergantung dari letak lahan
yang akan dibangun menjadi sebuah SPBU. Apabila lahan yang akan dibangun SPBU
terletak dijalan besar/utama, maka luas lahan yang harus dimiliki minimal 2500 m².
Sedangkan untuk akses jalan lokal minimal 700 m².
SPBU terdiri dari 5 tipe diantaranya adalah tipe A.B.C.D dan E. dimana klasifikasi
SPBU tersebut adalah sebagai berikut :
KOMPONEN TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D TIPE E
Minimal Ukuran Lahan 2500 1600 1225 900 700
(m²)
Min Lebar Muka Jalan 50 40 35 30 20
Selang Min. 26 20 – 25 16 - 20 10 - 16 Max 10
Kapasitas Tangki Min. 160 Min. 140 Min. 100 Min. 80 Min. 60
kl kl kl kl kl
GELAS UKUR
Man Hole untuk (Tank Truck)
SWIVEL
PASTA MINYAK
1. LEBIH BAIK ISI DI POM BENSIN PERTAMINA KODE 31 atau (Angka Kedua 1)
Tiap pom bensin memiliki kode depan masing-masing..dimana anda bisa mengetahuinya ?
Berikut ini saya berikan tips buat isi di Pom Bensin yang bagus:
Pernah memperhatikan plang nama besar saat menuju ke SPBU? Di wilayah Jakarta
dan sekitarnya tertera huruf 31.XXXXX atau 34.XXXXX. itu bukan kode buntut. Huruf awal
pertama menandakan kode wilayah . Sedang angka kedua mengandung arti kepemilikan.
Kepala 3 berarti SPBU berdomisili di Jakarta Jawa Barat, Banten dan sekitarnya. Kalo kepala
5 kayaknya Surabaya.
Digit kedua, jika angka 1 berarti kepemilikan Pertamina sendiri. Sedangkan angka 4
berarti kepemilikan swasta atau dealer..jadi yang penting angka keduanya 1 gak masalah
berapapun angka pertamanya karena itu kode wilayah . Karena, sebenarnya ada tiga kategori
SPBU. Pertama COCO alias corporate owner corporate operate, CODO yakni corporate owner
dealer operate. Terakhir DODO, dealer owner dealer operate. Ini berdasar pada situs
spbu.pertamina.com Karena dikendalikan oleh pertamina, maka kualitas SPBU model COCO
dan CODO diyakini lebih baik dibanding DODO. Tanpa bermaksud menyamaratakan, di sisi
bisnis bisa dimengerti, karena ingin cepat balik modal, pengusaha jadi berlaku curang. kalo
saya sih nyaranin ngisi bensin sebaiknya di SPBU yang milik Pertamina (angka keduanya 1)
karena quality control-nya cukup bagus. saya denger2 juga dari supir taksi dan orang2 yang
telah pengalaman ngecek pas ngisi bensin katanya yang kode 31 (Angka Kedua 1)takarannya
sesuai sedangkan yang 34 agak berbeda meskipun punya tanda "PASTI PAS".
Menurut banyak orang juga kode pertamina 31 (Angka Kedua 1)ternyata paling
baik(kualitas bensin) dibanding denanda yang kode 34. Cara buktiinya:
Coba bagi anda yang menggunakan mobil/ motor matic, pastinya akan terasa tarikan
mobilnya .jika mengisi bensin di pertamina dengan tanda kode 31 (Angka Kedua 1)akan terasa
tarikan mobilnya lebih kencang dan tidak terlalu kotor dibanding dengan tanda pom dengan
tanda kode lainnya
Coba anda bandingkan jumlah mobil/ motor yang ngisi bensin di pom
bensin tersebut,,,di pom bensin kode 31(Angka Kedua 1) pasti sangat ramai sedangkan yang
kode 34 agak cenderung sepi..ini udah saya buktikan sendiri. Coba anda ngisi 1 Liter bensin di
Pom bensin 31 (Angka Kedua 1)dan pom bensin 34..bandingkan aja dari sisi kualitas (mesin
lebih enak) maupun kuantitasnya (yang mana yang lebih cepat habis). Coba anda tanya sama
supir angkot atau supir taksi dimana pom bensin yang bagus, pasti sebagian besar mereka jawab
di pom bensin 31 (Angka Kedua 1)karena mereka juga banyak ngisi di pom bensin 31. Kalo
gak percaya bisa dibuktikan sendiri anda...tapi gak semua 34 juga yang kaya begitu
2. TIAP ISI BENSIN MINTA KEPADA PETUGASNYA TUAS HANDLE SELANG JANGAN
DITEKAN TAPI DILEPAS AJA WAKTU DITARUH DI TANGKI KITA
Pernah gak anda sewaktu ngisi bensin, tuas handle ditekan2 begitu sama petugasnya?
pasti pernah lah nemuinnya...kenapa begitu? karena banyak oknum yang nakal denanda cara
memainkan takaran bensin dengan tanda cara seperti itu sehingga jumlah bensin yang kita isi
lebih sedikit dari apa yang seharusnya. Pengalaman saya ngisi di pom bensin kode 31 (Angka
Kedua 1), petugas gak pernah menekan-nekan tuas handle selang sewaktu mengisi sedangkan
di kode 34 liat aja deh, kalo anda sewaktu ngisi bensin digituin, petugasnya ditegur aja.
3.ISILAH BENSIN WAKTU HARI MASIH PAGI KETIKA TEMPERATUR TANAH MASIH
DINGIN
Alasannya adalah semakin banyak bahan bakar yang ada di tanki kendaraan, maka
semakin sedikit udara yang ada di bagian tanki yang kosong. Bensin menguap lebih cepat dari
pada yang bisa kita bayangkan. Dalam bisnis perminyakan biasanya tanki penyimpanan bensin
mempunyai apa yang kita sebut atap yang mengapung (floating roof) yang berfungsi sebagai
clearance zero antara bensin dan atmosfer sehingga penguapannya bisa dikurangi.,tetapi hal itu
tidak terdapat di SPBU.
5.JANGAN ISI BENSIN JIKA ADA TRUK BAHAN BAKAR SEDANG MENGISI TANKI
PENYIMPANAN
Hampir pasti bensin/solar akan teraduk saat bahan bakar dipompakan dari truck ke tanki
penyimpanan SPBU, dan kemungkinannya akan ada kotoran di dasar tanki penyimpanan yang
teraduk naik dan terikut masuk ke tanki kendaraan anda.
TINGKAT KEHILANGAN BBM (LOSSES)
1. tentukan terlebih dahulu jalur mana yang diduga mengalami kebocoran, kemudian ketahui
jalur tersebut menghubungkan tangki pendam yang mana, ke dispenser unit yang mana.
2. hentikan penjualan yang dilayani oleh dispenser unit bersangkutan.
3. ukur stok BBM di tangki pendam, tapi sebelumnya biarkan selama 10 – 15 menit agar
permukaan BBM di dalam tangki pendam benar-benar diam tanpa ada riak gelombang,
kemudian catat hasil pengukurannya.
4. jalankan pompa pada tangki pendam dengan cara enarik/mengangkat nozzle pada dispenser
hingga menunjukkan angka 0, lalu biarkan selama 5 – 10 menit. Proses ini akan mengalirkan
BBM dari tangki pendam ke mesin dispenser. Jangan mengeluarkan BBM dari nozzle, biarkan
saja nozzle tergeletak, hal ini mungkin akan menyebabkan dispenser berbunyi bip berulang-
ulang.
5. hentikan mesin pompa dengan cara kembalikan nozzle pada tempatnya (dispenser unit)
sehingga dispenser kembali pada posisi semula (idle).
6. diamkan selama 10 – 15 menit sehingga permukaan BBM pada tangki pendam benar-benar
dalam posisi diam dan tidak ada riak gelombang.
7. ukur kembali stok BBM di tangki pendam dan bandingkan dengan hasil pengukuran awal
yang disebutkan pada langkah ke 3.
Jika terdapat selisih dalam pembandingan hasil pengukuran awal dengan hasil
pengukuran akhir, maka dapat dipastikan bahwa pipa jalur mengalami kebocoran.
- tangki pendam
Cara pertama untuk mengetahui kebocoran pada tangki pendam adalah dengan
mengambil sample air yang terdapat pada sumur pantau. Logikanya, jika tangki pendam
mengalami kebocoran, BBM akan meresap ke dalam tanah dan resapan ini akan tertampung
dalam sumur pantau. Karena massa jenis BBM lebih kecil dari massa jenis air (massa jenis air
=1; massa jenis premium = 0,7; massa jenis solar = 0,8) maka BBM akan mengapung di atas
air. Untuk itulah perlu diambil sample air dari sumur pantau dan dilihat apakah terdapat lapisan
BBM pada permukaannya. Cara kedua adalah dengan mengetahui kadar air dalam tangki
pendam. Jika tangki pendam mengalami kebocoran, air di dalam tanah akan dengan mudah
masuk ke dalam tangki pendam. Cara untuk mengukur kadar air adalah dengan menggunakan
pasta air.
1. buka sambungan pipa lossing dengan tangki pendam, biasanya di atas manhole
tangki pendam terdapat sambungan pipa dari pipa yang keluar dari dalam tanah dengan
pipa yang menjulur masuk ke dalam tangki pendam. Nah, sambungan ini-lah yang
dibuka.
2. tutup ujung pipa yang keluar dari dalam tanah dengan plendes yang dilapisi paking
karet dan pastikan tutup plendes ini terpasang dengan baik tanpa mengeluarkan tetesan
BBM sedikit pun.
3. isikan BBM ke dalam pipa lossing (dari filling pot) hingga BBM meluap keluar dari
filling pot bertanda pipa lossing telah terisi penuh.
4. tutup dan biarkan untuk beberapa lama (1/2 – 1 hari).
5. periksa apakah permukaan BBM pada filling pot berkurang atau masih dalam kondisi
penuh. Pada kondisi normal tanpa kebocoran, BBM mungkin akan berkurang sedikit
saja karena pengaruh suhu dan penguapan.
b. Tera
Tera adalah takaran pengeluaran nozzle yang biasanya di ukur dengan menggunakan
bejana 20 liter yang telah disertifikasi oleh Dinas Metrologi. Dari hasil pengeluaran nozzle
sebanyak 20 liter ke dalam bejana akan terlihat nilai pengeluaran sebenarnya. Toleransi takaran
yang dianjurkan untuk SPBU Pasti Pas adalah 0, namun dalam kenyataannya -60 ml/20 liter
adalah batas maksimal yang diperbolehkan. Tera dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan
disaksikan oleh petugas dari Dinas Metrologi, dan dengan biaya yang lumayan tinggi. Pada
kondisi Tera mesin yang tidak stabil, bisa terjadi loncatan Tera dari -30/20 ke 0/20 s.d. +30/20.
Misalkan saja penjualan dari 1 nozzle dengan nilai Tera tersebut mencapai 8.000 liter, berarti
kita hanya kehilangan sebanyak 12 liter saja.
Tapi, yang namanya mesin memang tidak bisa ditebak dan tidak bisa dipaksa untuk
terus konsisten. Walupun kita telah melakukan setting Tera ke nilai -, namun menurut
keterangan dari teman-teman di SPBU lain, mesin dispenser tertentu memiliki kecenderungan
untuk berubah Tera-nya ke nilai +.
Belum lagi teknik pengeluaran BBM-nya itu sendiri, apakah melalui preset atau
manual. JIka anda melihat berkas laporan hasil audit Intertek, terdapat salah satu lembaran
yang memuat hasil Tera dari nozzle yang diuji (minimal 50% dari jumlah nozzle yang ada).
Disitu tertulis dua nilai untuk 1 nozzle yang di tes, yaitu preset dan manual. Perlu diketahui,
bahwa pengeluaran nozzle dengan methode manual cenderung memberikan nilai (-) yang lebih
kecil daripada dengan methode preset, jika kedua methode ini digabungkan dengan teknik
pengaturan speed pada nozzle. Yang dimaksud pengaturan speed pada nozzle adalah
banyaknya keluaran BBM dari besar kecilnya bukaan klep di dalam nozzle.
Satu hal yang sangat penting adalah pengaturan speed di nozzle pada saat pengeluaran
BBM. Mungkin teman-teman juga sudah mengetahui, bahwa untuk BBM jenis Premium, untuk
memperoleh nilai (-) yang minimal, speed pengeluaran BBM pada nozzle harus di set rendah
atau lambat. Sedangkan untuk BBM jenis Solar/Bio Solar, pengeluaran BBM pada nozzle
harus di set tinggi atau cepat.
Tindakan ini bisa digunakan pada saat menghadapi Audit yang dilakukan oleh Intertek,
supaya hasil keluaran nozzle cenderung memiliki nilai (-) yang rendah. Jika anda masih
bingung, akan saya berikan rumusnya sbb:
- Premium : speed rendah + manual terlebih dahulu
- Solar : speed tinggi + manual terlebih dahulu
Hal lain yang menentukan besar kecilnya nilai Tera adalah seberapa sering nozzle yang
diuji digunakan oleh operator. Semakin lama nozzle tidak digunakan, semakin besar
kemungkinannya untuk mengeluarkan BBM dalam nilai (-) yang tinggi. Ini dikarenakan BBM
pada selang nozzle dan di dalam mesin mengalami penyusutan, akibat jarang digunakan
sehingga ruangan terisi oleh angin.
Cara terbaik untuk menjaga nilai Tera agar stabil adalah dengan melakukan test rutin
dan melakukan pengaturan ulang jika didapat nilai Tera yang mengalami perubahan ke (+) atau
(-). Kondisi Tera seperti yang dijelaskan di atas, juga berlaku untuk Depot pengisian. Seperti
yang kita tahu, Depot juga menggunakan mesin dispenser, hanya saja bentuk, ukuran dan
mekanismenya berbeda. Maksud saya, apakah keluaran dari filling point depot benar-benar
8.000 liter/kompartemen? Kalau lebih, sih, tidak jadi masalah. Yang jadi masalah’kan kalau
kurang? Toleransi untuk SPBU saja 60 ml /20 liter atau -0,3% , lalu toleransi untuk depot
pengisian berapa? Oleh karena itu, seharusnya ada proses Audit juga untuk depot pengisian,
jangan cuma SPBU saja yang di Audit.
C. Faktor Manusia
Jika kita telusuri dari awal, proses distribusi BBM hingga sampai ke konsumen adalah
sebagai berikut: Depot – Transportir – SPBU. Berapa banyak manusia yang dilibatkan untuk
menyelesaikan proses tersebut? yang jadi kendala utama adalah, yang namanya manusia ada
saja yang berbuat "nakal" dan kita tidak tahu pasti pada proses yang mana "kenakalan" itu
terjadi. Keterangan yang saya tulis dibawah ini adalah bentuk "kenakalan" pada umumnya, ada
yang benar-benar terjadi, ada juga yang belum. Tapi ini patut menjadi bahan masukan dan
dicari tindak lanjut penyelesaiannya.
- Depot
Dengan semakin canggihnya teknologi saat ini, keterlibatan manusia dalam proses
pengisian BBM ke mobil tangki dibatasi. Sekarang, tidak ada lagi petugas pengisian di Depot,
para sopir/kernet yang akan mengisi mobil tangki tinggal menekan tombol tertentu di filling
point dan otomatis BBM akan tercurah senilai 8.000 liter pada setiap kompartemen mobil
tangki mereka. Namun, katanya (baru katanya, lho) keluaran BBM dari filling point depot
tersebut masih bisa dirubah/di set oleh petugas yang berada di kontrol room Depot.
Caranya, sebelum melakukan pengisian, para sopir/kernet akan menghubungi kontrol
room (atau sebaliknya, kontrol room menghubungi sopir/kernet) dan berubahlah kapasitas
pengeluaran BBM pada filling point pun sesuai dengan yang mereka kehendaki.
Bagi anda pekerja SPBU, pernahkah anda mendapati mobil tangki yang membawa BBM ke
SPBU anda dalam kondisi yang penuh pada setiap kompatemennya? (mereka menyebutnya
dengan istilah "stok").
Saya pernah mendapati mobil tangki dengan stok sebanyak 200 liter/kompartemen,
total 400 liter!!!! dan mereka (sopir/kernet) meminta pihak SPBU untuk membayar stok 400
liter tersebut senilai Rp. 1.200.000,- Ketika ditanya dari mana stok sebanyak itu, mereka
menjawab ini titipan "orang dalam". "Kenakalan" lainnya adalah, mereka memotong kapasitas
BBM yang akan dikirim ke SPBU. Modusnya begini:
- mobil A akan mengirim BBM ke SPBU C, dengan tips (uang curah, DB, uang makan)
yang rendah atau bahkan tidak ada tips sama sekali.
- mobil B akan mengirim BBM ke SPBU D, dengan tips yang besar (> Rp. 50.000)
- mobil A akan memotong kapasitas keluaran BBM di filling point, yang seharusnya
8.000 liter/kompartemen menjadi, misalkan, 7.900 liter/kompartemen.
- mobil B akan diisi sebanyak 8.000 liter/kompartemen + 100 liter/kompartemen (dari
hasil pemotongan mobil A).
Bagaimana mana sistem jualbeli-nya, saya sendiri kurang paham, tapi yang pasti,
begitulah informasi yang saya dapat dari para sopir/kernet mobil.
Mungkin, masih banyak lagi kecurangan lainnya yang terjadi di Depot, tapi hanya itu
yang saya dengar, mungkin teman-teman punya informasi lain mengenai hal ini.
- Transportir
Dulu, sering ada istilah "kencing". Kencing ini maksudnya para sopir/kernet menjual
BBM pada mobil tangki yang seharusnya dikirim ke SPBU, sebelum mereka sampai di SPBU
yang dituju. Entah sekarang, apakah masih terjadi atau tidak, yang pasti untuk mencegah
terjadinya hal seperti ini, perlu juga sekali-kali petugas SPBU mengawal tangki yang akan
menuju ke SPBU mereka.
- SPBU
Pengawas/supervisor atau foreman, ya, mereka-lah yang berbuat nakal. Ada beberapa
modus yang saya ketahui:
Pada saat lossing, petugas SPBU akan memeriksa kuantitas BBM, dengan methode
yang sudah saya jelaskan pada postingan sebelumnya. Seharusnya, petugas SPBU memeriksa
dengan teliti dan membuat Berita Acara Penerimaan, jika diketahui kuantitas BBM pada mobil
tangki yang bersangkutan tidak sesuai, dalam hal ini selisih kurangnya lebih dari 12
liter/kompartemen. Dengan membiarkan terjadinya kekurangan tersebut, petugas SPBU akan
mendapat "tips" dari sopir/kernet.
Sopir/kernet yang telah bekerja sama dengan petugas SPBU, akan menghentikan proses
lossing pada saat BBM belum benar-benar habis/kosong. Salah satu dari mereka akan menutup
kran pada mobil tangki, padahal proses lossing masih berjalan. Sisa BBM yang belum tercurah
di dalam mobil tangki, (mungkin) akan dijual oleh sopir/kernet, dan untuk memperlancar aksi
tersebut sopir/kernet akan memberi "tips" atau "uang tutup mulut" kepada petugas SPBU yang
bersangkutan. Kedua modus ini benar-benar terjadi di SPBU kami, akibatnya losses Bio Solar
mencapai 1% pada saat itu, yang seharusnya 0,1% – 0,3% saja rata-rata per bulannya.
Untuk mengatasi "kenakalan" seperti ini:
- petugas lossing tidak boleh dibiarkan sendiri dalam menjalankan tugasnya. Dia harus
ditemani oleh petugas SPBU lainnya yang dedikasi dan loyalitasnya sudah terbukti, artinya
benar-benar bisa dipercaya.
- setelah selesai lossing, pastikan untuk memeriksa kondisi di dalam mobil tangki, apakah
sudah benar-benar kosong.
- usahakan untuk tidak lossing pada malam hari (kecuali benar-benar terpaksa)
- jalin hubungan yang baik dengan sopir/kernet sehingga mereka segan untuk melakukan
"kenakalan" seperti di atas.
Pengawas/supervisor SPBU akan berusaha mendapatkan kode untuk mesin dispenser
yang bisa merubah totalizer/nomerator digital penjualan pada masing-masing nozzle. Perlu
diketahui, kode ini hanya dimiliki oleh teknisi dari vendor yang bersangkutan, tapi entah
bagaimana caranya, toh kode ini bisa bocor ke tangan yang tidak bertanggungjawab.
Untuk menjalankan modus ini, pengawas harus bekerja sama dengan operator, karena operator
yang menerima uang di lapangan hasil dari penjualan. Sebelum masa shift kerja berakhir,
pengawasnya sendiri atau operator yang telah diberi kode tersebut, akan merubah nilai
totalizer/nomerator penjualan seharusnya, dengan nilai totalizer yang mereka kehendaki.
Misalnya, totalizer seharusnya dari hasil penjualan adalah 192.480,123 mereka rubah ke
192.400,123 sebanyak 80 liter mereka kurangi dari totalizer seharusnya. Berkurangnya
totalizer ini tentu akan mengurangi jumlah setoran penjualan seharusnya, tapi karena BBM nya
benar-benar terjual, maka yang terjadi adalah losses sebanyak -80 liter.
Selain kode untuk merubah totalizer, ada lagi kode untuk menghentikan totalizer pada
saat penjualan. Maksudnya, totalizer tidak akan bertambah walaupun nozzle mengeluarkan
BBM. Kalau yang ini, operator pelakunya, namun tidak menutup kemungkinan,
pengawas/supervisor berada di balik aksi mereka.
Saat ini, (lagi-lagi baru katanya) salah satu vendor mesin dispenser sedang menyelidiki
para staff dan teknisinya, mengenai bocornya kode rahasia tersebut. Bocornya kode tersebut
diketahui oleh managemen vendor dari komplain yang dilakukan pengusaha SPBU.
Untuk mencegah aksi "nakal" seperti pada poin 3 di atas, yang perlu dilakukan adalah:
- catatlah selalu tolalizer analog pada setiap berakhirnya masa kerja shift. Totalizer analog ini
biasanya terletak di bawah display digital pada mesin dispenser. Pencatatan ini dilakukan untuk
membandingkan hasil pengeluaran totalizer digital dengan totalizer analog, apakah terdapat
selisih yang terlalu besar atau tidak.
“
“Maaf sedang ada pembongkaran BBM”, rambu pemberitahuan ini biasanya terpasang
saat spbu melakukan serah terima BBM di spbu. Bagi Anda yang sedang buru-buru atau ada
keperluan mendesak yang akan segera dilakukan, baiknya Anda mencari Spbu lain untuk
mengisi kendaraan Anda, itupun jika Anda merasa yakin bahwa Bahan Bakar di kendaraan
Anda mencukupi untuk ke spbu tersebut. Jika Ragu dengan isi Bahan Bakar di kendaraan Anda,
bersabar saja menunggu sampai 25-40 menit ke depan setelah serah terima BBM di
spbu.(tergantung dari kapasitas truk tangki yang bongkar di Spbu; truk tangki berkapasitas 8
kiloliter maksimal dibongkar 15 menit). Walaupun stok di spbu masih ada, ketika serah terima
ini berlangsung, secara otomatis operator menghentikan aktifitas penjualan pada mesin pompa.
Namun bisa Juga Operator tetap melayani Anda jika operator memakai nozzle yang tidak ada
keterhubungan dengan tangki tinbum yang sedang diisi (jalur pipa antara mesin pompa
berbeda). Berikut sedikit uraian sederhana saat spbu melakukan pembongkaran BBM dari
mobil Tangki di Spbu :
Bagian Penerimaan BBM spbu mengambil delivery order (DO) dari sopir truk tangki, melihat
data yang tertulis di DO. Seperti Nomor Polisi kendaraan, memastikan BBM yang diterima
apakah sesuai dengan alamat, banyaknya jumlah kiloliter apakah sesuai dengan permintaan.
Karena seringnya ditemui Pihak Spbu salah menerima pengiriman BBM dari Depot Pertamina,
menyebabkan keterlambatan pengiriman ke Spbu yang seharusnya menerima. Awak 1 dan 2
yang mengantar BBM, jam pengiriman, ketinggian minyak, catatan observarsi dan suhu serta
nomor segel yang terpasang di tangki mobil.
Sebelum bagian penerimaan BBM Spbu membongkar, terlebih dahulu mengukur ketinggian
minyak yang berada di dalam tangki timbun untuk menentukan di mana nantinya cairan BBM
akan dimasukkan. Atau Bagian Penerimaan BBM melihat Buku catatan stok persediaan pagi .
Kemudian mulai mencocokkan data yang tertulis di DO. Nomor segel pada pintu pipa mobil
tangki, segel yang terpasang di handle kerangan pipa, penutup moncong pipa di mobil tangki
dan tuas klep angin tangki mobil.
Menyiapkan Alat Pemadam Api ringan (Apar) di dekat truk tangki dan di area tangki pendam
(selain pemadam roda besar).
Selanjutnya mengambil ember besar untuk mengambil sample BBM, melihat warna BBM
sekaligus memeriksa secara visual ke dalam ember bahwa BBM yang diterima tidak
mengandung kadar air. Air berada di bawah (berat jenis minyak tidak sama).
Melihat posisi truk tangki, apakah berada tepat di atas landasan bongkar. Bagian Penerimaan
BBM lalu naik ke truk tangki mencocokkan nomor segel pada penutup menhole (lubang bagian
atas tangki), membuka dan mengukur ketinggian minyak dengan mistar ukur (deepstick).
Sebelum memasukkan mistar ukur, bagian penerimaan BBM mengolesi pasta air di bagian
bawah mistar juga mengolesi pasta minyak pada ketinggian yang dituliskan di DO. Pada tahap
ini, bagian Penerimaan BBM memasukkan mistar ukur secara perlahan-lahan ke dalam tangki
demi keakuratan pengukuran.
Sample BBM yang diambil tadi di ember besar, kemudian diperiksa kualitasnya, dicocokkan
dengan data pengiriman dari depot. Observasi dan suhu dari Depot dikurangi Observasi dan
suhu yang diperiksa oleh bagian penerimaan BBM, apakah hasil spesifik gravitasi (sg)
selisihnya tidak melebihi dari +/-0,0050 ml. (setelah membuka tabel ASTM 15 dengan
berpatokan di tiga angka di belakang koma).
Setelah pengukuran mutu BBM dan pengukuran ketinggian minyak pada point di atas dianggap
aman, maka bagian penerimaan BBM mulai memasang kabel arde truk tangki ke besi pembumi
yang berada di area tangki timbun dan memasang selang penghubung dari mobil tangki ke
dombak pipa tangki timbun.
Sebelum bagian penerimaan BBM menarik tuas kerangan pipa, bagian penerimaan BBM
memeriksa semua kunci pengaman selang pembongkaran BBM, menanyakan apakah sirkulasi
udara pada mobil tangki berfungsi dengan baik. Agar nantinya proses loading tidak
berlangsung lama. Serta menginformasikan ke operator agar tidak melakukan penjualan yang
berhubungan dengan tangki pendam yang sedang diisi.
Lalu bagian penerimaan BBM spbu menarik tuas kerangan pipa mobil tangki (mulai proses
pembongkaran). Saat Proses pembongkaran berlangsung, bagian penerimaan BBM akan
mengawasi jalannya proses loading sambil mengisi data-data yang nantinya akan dikembalikan
ke Depot Pertamina melalui awak 1 atau 2 truk tangki dan konsumen yang mencoba melihat
proses ini akan dijauhkan dari area pembongkaran, agar menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, terutama bahaya kebakaran. Karena kita tidak tahu bahaya kebakaran bisa datang
darimana saja.
Setelah pembongkaran selesai. Bagian penerimaan BBM melepas selang bongkar kemudian
naik kembali ke atas tangki mobil memeriksa apakah tangki benar-benar sudah dalam keadaan
kosong. Jika masih ada, maka akan dilakukan proses pengurasan dengan cara mengganjal ban
atau memaju-mundurkan mobil truk tangki dilihat dari letak lubang klep di dalam
kompertemen mobil tangki.
Menandatangani dan mencap lembaran bagian dokumen untuk Depot Pertamina yang di bawa
tadi oleh awak truk tangki, sebagai laporan bahwa proses penerimaan BBM di Spbu telah
Selesai.
Pasca pembongkaran, menunggu sekitar 10 menit hingga minyak di dalam tangki pendam
tenang dan dilakukan kembali pengukuran ketinggian minyak di tangki timbun. Setelahnya itu,
penjualan boleh kembali dilanjutkan.
Mengukur Kualitas BBM
salah satu Prosedur penerimaan BBM di Spbu yakni dengan cara mengukur kualitas
BBM itu sendiri, apakah sesuai dan memastikan tidak adanya zat-zat lain yang terkandung
dalam cairan. Prosedur ini biasanya dinamakan Density Observasi. Di mana sample BBM
sebanyak kurang lebih satu liter dimasukkan ke wadah tertentu, guna mengetahui sejauh mana
Berat Jenis dan Suhu perbandingan pengiriman dari Depot Pertamina setempat. Berikut uraian
sederhana cara pelaksanaannya :
Mula-Mula Anda siapkan dulu alat pendukung seperti Gelas Ukur, Thermometer dan
Hydrometer
Gambar : Thermometer
Gambar : Hydrometer
Masukkan cairan BBM seperti yang terlihat pada gambar di bawah
Solar
Premiun
Pertamax
Fasilitas Umum :
Kamar mandi
Mushola
Parkir
Kran Air
ATM
Sistem Keamanan :
Solar
Premium
Pertamax
Pertamax plus
LPG
Fasilitas umum :
Parkir
Kamar mandi
Mini market
Mushola
Mini gazebo + tv + ht
Sistem Keamanan
Ada oil catcher yang merupakan instalasi untuk mengalirkan bbm yang tercecer di
area pengisian
Instalasi sumur pantau
SPBU di Turi melakukan perawatan setiap hari sabtu. Namun apabila sebelum hari sabtu
sudah ada peralatan yang memang harus diperbaiki ya pihak SPBU langsung bertindak.
Perawatan rutin ini lebih fokus ke perawatan perlengkapan pengisian bahan bakar umum
yang notabene bekerja lebih keras ( kurang lebih sehari).
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada dasarnya sebuah spbu ada semuanya sudah ada standarnya dari PT. Pertamina yang
merupakan perusahaan nasional tunggal yang dipasrahi mengurusi pemerataan bbm di
Nusantara entah itu perusahaan negeri atau swasta. Yang membuat sebuah spbu ‘berlabel jelek’
adalah karena orang orang penyedia jasa itu sendiri yang bekerja tidak pada aturannya.
Sehingga terkena imbasnya pada apabila terjadi inspeksi mendadak oleh pihak Pertamina
pusat. Dalam hal ini penulis ingin mengajak para pembaca agar kelak bisa bekerja sesuai
prosedur masing masing agar tercipta kedamaian dan ketrentraman di seluruh bagian
Nusantara. aamiin
DAFTAR PUSTAKA