Jika terdapat banyak partikel kecil akibat larutan yang terlalu superjenuh,
maka partikel2 tersebut bisa bertabrakan dan membentuk gumpalan2
(agglomerate). Untuk menghindari gumpalan2 yang tidak diinginkan ini,
maka kondisi superjenuh harus dikendalikan. Pada praktiknya, laju
pertumbuhan kristal yang besar terjadi pada larutan yang terlalu jenuh.
Akibatnya, pada kondisi yang sama, jumlah zat2 pengotor pun bertambah
banyak di dalam kristal yang dihasilkan.
Menghasilkan superjenuh
Larutan superjenuh dapat dihasilkan dengan mengubah temperatur dan
komposisinya. Untuk ini diperlukan data kelarutan dan diagram fasa, yang
keduanya didapat melalui eksperimen. Gambar 3 menunjukkan metode
apa yang dapat digunakan untuk menghasilkan superjenuh.
Cara lain adalah dengan mensirkulasi sebagian dari volume aktif unit
kristalisasinya. Sirkulasi yang bisa dilakukan adalah sirkulasi larutan induk
(mother liquor) atau larutan induk dengan partikelnya. Gambar 5
merangkum apa saja yang bisa dilakukan untuk mengendalikan
superjenuh.
Dari sudut pandang mass balance, kedua teknik sirkulasi ini sama. Akan
tetapi, dari sisi operasi, keduanya berbeda di dua hal. Pertama, di
sirkulasi ML, tidak ada kristal yang dicampurkan dengan umpan.
Sedangkan di sirkulasi T, terdapat kristal yang dicampurkan dengan
umpan. Intinya, sirkulasi ML menghasilkan cairan super jenuh dan
mengontakkannya dengan kristal yang sedang tumbuh. Sementara di
sirkulasi T, kristal yang sedang tumbuh dicampurkan dengan cairan yang
menjadi superjenuh. Akibatnya, distribusi ukuran partikel dari kedua
teknik ini akan berbeda.
Kesimpulan
Beberapa situasi berikut ini patut dipertimbangkan dalam mendesain dan
mengoperasikan unit kristalisasi: