Torus Removal Surgery
Torus Removal Surgery
Torus merupakan suatu pembasaran, penonjolan yang membulat pada rongga mulut. Jika
terjadi di daerah palatum disebut torus palatines, sedangkan jika terjadi di daerah lingual maka disebut
torus lingualis (Harty, 1995).
Torus lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Torus biasanya muncul pada orang dewasa
dan jarang terjadi pada usia dibawah 15 tahun. Torus dianggap sebagai suatu anomaly yang
berkembang, yang tumbuh secara perlahan-lahan sepanjang hidup. Torus biasanya Nampak pada area
premolar dan dapat muncul multiple di rongga mulut, berdiameter 1,5-4 cm. Torus mempunyai
tempat-tempat yang spesifik. Torus palatius terletak di median line palatal, dan torus mandibularis
terletak di sisi lingual dari alveolar, sedangkan bukal eksotosis terletak pada alveolar bagian bukal.
Kadang torus sulit dibedakan dengan peripheral ossifying fibroma atau produksi masa jaringan lunak
tulang pada mulut.
Torus palatinus adalah penonjolan tulang yang umum terjadi di tengah palatum durum.
Ukurannya bervariasi dari yang hampir tidak nyata hingga sangat besar, dari yang datar/flat hingga
terbatas/lobular. Torus palatinus pada rongga mulut ini bukan merupakan penyakit atau tanda dari
suatu penyakit tetapi jika ukurannya besar kemungkinan akan menjadi masalah dalam konstruksi dan
pemakaian denture. Torus palatinus pada rongga mulut ini biasanya terdiri dari tulang kanselous
(cancellouse bone) yang matur dan padat dikelilingi tulang kortikal dengan ketebalan bervariasi
(Belsky, 2003). Torus palatinus, mempunyai ukuran dan bentuk sangat bervariasi, bisa berupa tonjol
kecil tunggal/ berupa tonjol multilobuler yang luas (Pedersen, 1996).
Torus mandibularis terletak diatas perlekatan otot mylohyoid, dan biasanya bilateral.
Pertumbuhan bersifat jinak dan jarang membutuhkan perawatan khusus. Pengambilan tulang ini
biasanya disebut dengan prosedur astetomi (Pedenser, 1996).
Etiologi - Penyebab utama adanya torus baik itu pada mandibula (torus mandibularis) maupun
palatina (torus palatinus) saat ini belum diketahui dengan pasti. Teori yang saat ini paling diterima
secara luas adalah berhubungan dengan genetik. Di bawah ini adalah kemungkinan etiologi dari torus
yang ditemukan oleh para peneliti:
1. Peneliti menyebutkan bahwa torus diturunkan secara autosomal dominan. Dimana pada anak
perempuan, ibu dan nenek memiliki autosomal dominan torus palatinus ditemukan terdapat
pada semua wanita tersebut.
2. Adanya injury superficial atau kejadian tersebut merupakan respon fungsional individual.
3. Kebiasaan makan. Peneliti menghubungkan konsumsi ikan dengan adanya torus karena ikan
berisi asam lemak tak jenuh dan vitamin D yang dapat mendorong pertumbuhan tulang.
Selain itu, adannya penggunaan jangka panjang dari phenitoin merupakan faktor yang dapat
meningkatkan ukuran torus karena phenitoin akan mempengaruhi peningkatan hemostasis kalsium,
berfungsi sebagai agen osteogenik. Namun faktor ini bukan merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya torus. (Garcia, 2000)
Indikasi:
Torus (palatinus dan mandibularis) merupakan variasi normal setiap individu. Torus tidak
membutuhkan treatment kacuali jika menjadi besar dan mengganggu penempatan protesa gigi dan
fungsi rongga mulut atau menyebabkan ulcer karena trauma yang berulang (Gorlin, 1970).
Indikasi torus removal adalah bagi orang yang memakai gigi tiruan dan alat orho lepasan,
terdapat ulserasi yang berulang (kambuhan), dan kesultan dalam makan dan berbicara (Laskin, 1985).
Sedangkan menurut Fragiskos (2007) torus removal perlu dilakuakan jika torus tersebut
membesar dan pasien merasa terganngu dengan danya torus tersebut, sehingga dapat menghambat
fungsi dari rongga mulut itu sendiri.
Menurut Ardan (2007) indikasi torus removal adalah sebagai apabila mengganggu stabilitas
gigi tiruan lepasan, apabila ukurannya terlalu besar, dan apabila tidak dilakukan relief pada landasan
gigi tiruan.
Kontraindikasi:
Karena torus removal merupakan tindakan bedah minor,sehingga kontra inidikasinya sama
dengan kontra indikasi bedah minor yaitu :
Kelainan darah
Purpura hemoragik
Lekemia
Penyakit ginjal
Penyakit kelenjar endokrin
Diabetes Melitus
Kehamilan
Penyakit kardiovaskuler
Hipertensi
Jaundice
AIDS
Sifilis
Hipersensitivitas
2. Setelah dilakukan anastesi, Dilakukan insisi di sepanjang midline palatum dengan dua insisi
serong pada anterior dan posteriornya
3. Flap yang terbentuk lalu ditarik dengan benang jahit atau jahitan traction.
4. Lesi kermudian dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan fissure bur
7. Apabila ada jaringan lunak yang berlebihan maka dilakukan pemotongan seperlunya
8. Dilakukan penutupan flap dimulai dari posterior dan dengan beberapa jahitan matres
horizontal terputus.
9. Hematom yang terjadi di bawah flap palatal merupakan hal biasa yang terjadi. Kejadian ini
bisa dihindari atau diperkecil dengan pengikatan sponge pada palatum sehingga membantu
menekan flap kea rah palatum.
Ardan,Rachman. 2007. Perbedaan Ciri Morfologis Torus Mandibularis antar Populasi dan antar Seks pada
Orang Baduy Dalam,Orang Baduy Luar, dan Suku Sunda Sekitarnya. Bandung : Universitas
Padjajaran
Belsky JL, Josephine SH, Janet EH, Karl I and William J. Torus Palatinus: A New Anatomical Correlation
with Bone Density in Postmenopausal Women. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.
2003;88(5): 2081-2086.
Fragiskos FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer
Garcia-Garcia AS, Jose Maria MG, Rafael GF, Angeles SR and Lucia OR. 2000. Current Status of the Torus
Palatinus and Torus Mandibularis. Med Oral Patol Cir Bucal.
Harty, F.J. and Ogston, R. .1995. Kamus Kedokteran Gigi. EGC. Jakarta