Anda di halaman 1dari 19

1.

Titanium

Titanium, Ti
22

Sifat umum

Nama, simbol titanium, Ti

/taɪˈteɪniəm/
Pengucapan
tye-TAY-nee-əm

Penampilan abu-abu putih perak metalik

Titanium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ti dan
nomor atom 22. Unsur ini merupakan logam transisi yang ringan, kuat, berkilau, tahan korosi
(termasuk tahan terhadap air laut, aqua regia, dan klorin) dengan warna putih-metalik-keperakan.

Titanium ditemukan di Cornwall, Kerajaan Britania Raya pada tahun 1791 oleh William
Gregor dan dinamai oleh Martin Heinrich Klaproth dari mitologi Yunani Titan. Elemen ini ada di
antara deposit-deposit berbagai mineral, diantaranya rutile dan ilmenit, yang banyak terdapat pada
kerak bumi dan litosfer, serta pada hampir semua makhluk hidup, batuan, air, dan tanah.[2] Logam ini
diekstrak dari bijih mineralnya melalui proses Kroll[3] atau proses Hunter. Senyawanya yang paling
umum, titanium dioksida, adalah fotokatalisator umum dan digunakan dalam pembuatan pigmen
putih.[4] Senyawa lainnya adalah titanium tetraklorida (TiCl4), komponen layar asap dan katalis; dan
titanium triklorida (TiCl3), digunakan sebagai katalis dalam produksi polipropilena.[2]

Titanium dapat digunakan sebagai aloi dengan besi, aluminium, vanadium, dan
molybdenum, untuk memproduksi aloi yang kuat namun ringan untuk penerbangan (mesin jet, misil,
adan wahana antariksa), militer, proses industri (kimia dan petrokimia, pabrik desalinasi, pulp, dan
kertas), otomotif, agro industri, alat kedokteran, implan ortopedi, peralatan dan instrumen dokter
gigi, implan gigi, alat olahraga, perhiasan, telepon genggam, dan masih banyak aplikasi lainnya.[2]

Dua sifat yang paling berguna pada titanium adalah ketahanan korosi dan rasio kekuatan
terhadap densitasnya yang paling tinggi di antara semua logam lain.[5] Pada kondisi murni, titanium
sama kuat dengan beberapa baja, namun lebih ringan.[6] Ada dua bentuk alotropi[7] dan lima isotop
alami dari unsur ini, 46Ti sampai 50Ti, dengan 48Ti adalah yang paling banyak terdapat di alam
(73,8%).[8] Meski memiliki jumlah elektron valensi dan berada pada golongan tabel periodik yang
sama dengan zirkonium, keduanya memiliki banyak perbedaan pada sifat kimia dan fisika.

Keunggulan Titanium

 Salah satu karakteristik Titanium yang paling terkenal adalah dia sama kuat dengan baja
tetapi hanya 60% dari berat baja.

 Kekuatan lelah (fatigue strength) yang lebih tinggi daripada paduan aluminium.

 Tahan suhu tinggi. Ketika temperatur pemakaian melebihi 150 C maka dibutuhkan titanium
karena aluminium akan kehilangan kekuatannya secara nyata.

 Tahan korosi. Ketahanan korosi titanium lebih tinggi daripada aluminium dan baja.

 Dengan rasio berat-kekuatan yang lebih rendah daripada aluminium, maka komponen-
komponen yang terbuat dari titanium membutuhkan ruang yang lebih sedikit dibanding
aluminium.[15]

Aplikasi Titanium

 Militer. Oleh karena kekuatannya, unsur ini digunakan untuk membuat peralatan perang
(tank) dan untuk membuat pesawat ruang angkasa.

 Industri. Beberapa mesin pemindah panas (heat exchanger)dan bejana bertekanan tinggi
serta pipa-pipa tahan korosi memakai bahan titanium.

 Kedokteran. Bahan implan gigi, penyambung tulang, pengganti tulang tengkorak, struktur
penahan katup jantung.

 Mesin. Material pengganti untuk batang piston.

 Perikanan. Karena sifat Titanium yang kuat, ringan, dan tahan korosif air laut jadi untuk
pembuatan pancingan.

2. Besi Tuang
Sebuah panci yang terbuat dari besi tuang

Besi tuang atau besi cor (bahasa Inggris: cast iron) adalah paduan besi-karbon dengan
kandungan karbon lebih dari 2%.[1] Paduan besi dengan kandungan karbon kurang dari 2% disebut
sebagai baja. Unsur paduan utama yang membentuk karakter besi tuang adalah karbon (C) antara 3-
3,5% dan silikon (Si) antara 1,8-2,4%. Perbedaan kadar C dan Si menyebabkan titik lebur besi tuang
lebih rendah dari baja, yakni sekitar 1.150 sampai 1.200° C. Unsur paduan yang terkandung
didalamnya mempengaruhi warna patahannya; besi tuang putih mengandung unsur karbida
sedangkan besi tuang kelabu mengandung serpihan grafit.
Besi tuang cenderung rapuh, kecuali besi tuang mampu tempa (malleable cast iron). Dengan
titik leleh relatif rendah, fluiditas yang baik, mampu tempa, mampu mesin yang sangat baik,
ketahanan terhadap deformasi dan ketahanan aus, besi tuang telah menjadi bahan rekayasa dengan
berbagai aplikasi dan juga digunakan dalam pipa, mesin dan suku cadang industri otomotif, seperti
kepala silinder, blok silinder dan gearbox.

Artefak besi tuang tertua yang ditemukan arkeolog adalah dari abad ke-5 SM di Jiangsu,
Tiongkok. Di masa Tiongkok kuno, besi tuang digunakan untuk alat perang, pertanian dan
arsitektur.[2] Selama abad ke-15, besi tuang digunakan untuk membuat artileri di Burgundy,
Perancis dan di Inggris selama masa Reformasi.[3] Jembatan besi tuang pertama dibangun pada
tahun 1770-an oleh Abraham Darby III yang dikenal sebagai Iron Bridge. Besi tuang juga banyak
digunakan dalam konstruksi bangunan.

Fabrikasi

Besi tuang dibuat dengan meleburkan kembali besi kasar (pig iron) hasil tanur tinggi dari
bijih besi, dan ditambah dengan besi tua, baja tua, batu kapur untuk membantu pembentukan terak
(slag) yang dapat mengikat kotoran sehingga memisahkannya dari besi cair, dan karbon (kokas)
sebagai bahan bakar. Peleburan besi tuang biasanya dilakukan dalam tanur tinggi jenis khusus yang
sering disebut kupola, namun dewasa ini banyak pabrik pengecoran menggunakan tanur listrik jenis
tanur induksi dan tanur busur listrik untuk menggantikan kupola. Logam cair yang keluar dari kupola
diangkut menggunakan ladel.

Jenis

Besi tuang kelabu

Besi tuang kelabu (gray cast iron) mengandung grafit berbentuk serpihan-serpihan tipis yang
terbagi merata dalam seluruh strukturnya, sehingga menyebabkan bidang patahannya berwarna
kelabu. Besi tuang jenis ini sering banyak dipakai karena biayanya yang murah dan mudah dituang
dalam jumlah besar. Komposisi kimia besi tuang jenis ini adalah 2,5-4% karbon dan 1-3% silikon.
Pada kadar karbon yang tinggi, besi tuang juga mempunyai kadar silikon yang tinggi, dengan
presentase sulfur dan mangan yang rendah. Oleh sebab itu, pembentukan karbon bebas meningkat
dan setelah didinginkan besi tuang kelabu mengandung grafit. Besi tuang kelabu memiliki kekuatan
tarik dan ketangguhan yang lebih rendah dari baja, namun kekuatan tekannya setara dengan baja
karbon rendah dan sedang. Sifat mekanis tersebut dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan distribusi
serpihan grafit yang terdapat dalam struktur mikro.[4]

Besi tuang putih

Besi tuang putih (white cast iron) memiliki bidang patahan yang berwarna putih karena
mengandung sejumlah besar sementit dengan kandungan karbon lebih dari 1,7%. Dengan
kandungan silikon yang rendah dan laju pendinginan yang cepat, maka setelah didinginkan akan
terbentuk fasa metastabil sementit, Fe3C. Karena sementit bersifat keras dan getas, besi tuang putih
memiliki kekerasan dan ketahanan aus yang tinggi namun mampu mesin dan kekuatan tariknya
rendah. Besi tuang putih ini merupakan bahan baku untuk pembuatan besi tuang mampu tempa.

Besi tuang mampu tempa


Besi tuang mampu tempa (malleable cast iron) merupakan besi tuang putih yang diberi
perlakuan panas sampai kurang lebih 900 °C. Perlakuan panas yang diterapkan pada besi tuang putih
umumnya adalah anil yang bertujuan untuk memisahkan karbida besi Fe3C menjadi besi dan grafit.
Secara umum, besi tuang ini memiliki sifat yang sama seperti baja ringan. Besi tuang jenis ini
memiliki mampu tempa yang sangat baik, serta ketahanan terhadap beban kejut dan mampu mesin
yang baik sehingga banyak digunakan pada industri kereta api, otomotif, sambungan pipa dan
industri pertanian.

Besi tuang nodular

Besi tuang nodular (nodular cast iron) memiliki bentuk grafit yang bulat. Penambahan
magnesium dan cerium (paduan Fe-Si-Mg) pada saat besi tuang dalam keadaan cair menyebabkan
grafit menjadi bulat (nodularisasi). Besi tuang nodular mempunyai kekuatan, keuletan dan
ketangguhan yang lebih baik dibandingkan besi tuang kelabu, karena bentuk grafitnya yang bulat
maka konsentrasi regangannya menjadi lebih kecil.

3. Baja nirkarat

Baja nirkarat atau baja tahan karat atau lebih dikenal dengan stainless steel adalah material
yang mengandung senyawa besi dan setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi
(pengaratan logam). Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida
Kromium yang menghalangi proses oksidasi besi (Ferum).

Klasifikasi

1. 12-14% kromium(Cr), di mana sifat mekanik bajanya sangat tergantung dari kandungan
unsur karbon (C).

2. Baja dengan pengerasan lanjut, 10-12% Kromium(Cr), 0.12% Karbon (C) dengan sedikit
tambahan unsur-unsur Mo, V, Nb, Ni dengan kekuatan tekanan mencapai 927 Mpa
dipergunakan untuk bilah turbin gas.

3. Baja kromium tinggi, 17%Cr, 2,5% Ni. Memiliki ketahanan korosi yang sangat tinggi.
Dipergunakan untuk poros pompa, katup dan fitting yang bekerja pada tekanan dan
temperatur tinggi tetapi tidak cocok untuk kondisi asam.
4. Magnet tidak dapat menempel pada bahan stainless steel.

Anting-anting · Bando · Bros · Cincin · Chatelaine · Gelang · Gelang kaki ·


Gesper · Jam (jam kantung) · Jamang · Kalung · Kancing kerah · Kancing kerah
Bentuk
tangan · Kelat bahu · Kembang goyang · Lapel pin · Mahkota · Pendan · Pending ·
Penjepit dasi · Rantai perut · Siger · Sumping · Tiara · Tusuk konde · Upawita

Bench jeweler · Pandai emas · Perancang perhiasan ·


Orang
Lapidary · Pembuat jam

Casting (centrifugal, lost-wax, vacuum) · Enameling ·


Pembuatan
Proses Engraving · Filigree · Metal clay · Plating · Polishing · Repoussé
and chasing · Soldering · Stonesetting · Wire wrapping

Alat Draw plate · File · Palu · Mandrel · Tang

Logam mulia Emas · Paladium · Platinum · Rodium · Perak

Perak Britannia · Emas berwarna · Emas mahkota ·


Aloi logam mulia Elektrum · Sterling platinum · Shakudo · Shibuichi · Perak
Sterling · Tumbaga

Kuningan · Perunggu · Tembaga · Mokume-gane ·


Logam/aloi dasar
Pewter · Baja tahan karat · Titanium
Bahan

Aventurin · Agate · Aleksandrit · Ametis · Akuamarin ·


Karnelian · Sitrin · Intan · Diopsida · Zamrud · Garnet · Jade ·
Batu permata mineral Jasper · Lapis lazuli · Malasit · Markasit · Batu bulan · Obsidian ·
Oniks · Opal · Peridot · Kuarsa · Rubi · Safir · Sodalit · Batu
matahari · Tanzanit · Mata Harimau · Topaz · Tourmalin

Batu permata organik Amber · Kopal · Koral · Jet · Mutiara · Abalon

Istilah Karat (massa) · Karat (kemurnian) · Finding · Millesimal fineness


4. Besi

Besi, 26Fe

Garis spektrum besi

Sifat umum

Nama, simbol besi, Fe

Pengucapan /ˈaɪ.ərn/

logam berkilau dengan semburat


Penampilan
kelabu

Besi adalah unsur kimia dengan simbol Fe (dari bahasa Latin: ferrum) dan nomor atom 26.
Merupakan logam dalam deret transisi pertama.[3] Ini adalah unsur paling umum di bumi
berdasarkan massa, membentuk sebagian besar bagian inti luar dan dalam bumi. Besi adalah unsur
keempat terbesar pada kerak bumi. Kelimpahannya dalam planet berbatu seperti bumi karena
melimpahnya produksi akibat reaksi fusi dalam bintang bermassa besar, di mana produksi nikel-56
(yang meluruh menjadi isotop besi paling umum) adalah reaksi fusi nuklir terakhir yang bersifat
eksotermal. Akibatnya, nikel radioaktif adalah unsur terakhir yang diproduksi sebelum keruntuhan
hebat supernova. Keruntuhan tersebut menghamburkan prekursor radionuklida besi ke angkasa
raya.

Seperti unsur golongan 8 lainnya, besi berada pada rentang tingkat oksidasi yang lebar, −2
hingga +6, meskipun +2 dan +3 adalah yang paling banyak. Unsur besi terdapat dalam meteorit dan
lingkungan rendah oksigen lainnya, tetapi reaktif dengan oksigen dan air. Permukaan besi segar
tampak berkilau abu-abu keperakan, tetapi teroksidasi dalam udara normal menghasilkan besi
oksida hidrat, yang dikenal sebagai karat. Tidak seperti logam lain yang membentuk lapisan oksida
pasivasi, oksida besi menempati lebih banyak tempat daripada logamnya sendiri dan kemudian
mengelupas, mengekspos permukaan segar untuk korosi.

Logam besi telah digunakan sejak zaman purba, meskipun paduan tembaga, yang memiliki
titik lebur lebih rendah, yang digunakan lebih awal dalam sejarah manusia. Besi murni relatif lembut,
tetapi tidak bisa didapat melalui peleburan. Materi ini mengeras dan diperkuat secara signifikan oleh
kotoran, karbon khususnya, dari proses peleburan. Dengan proporsi karbon tertentu (antara 0,002%
dan 2,1%) menghasilkan baja, yang lebih keras dari besi murni, mungkin sampai 1000 kali. Logam
besi mentah diproduksi di tanur tinggi, dimana bijih direduksi dengan batu bara menjadi pig iron,
yang memiliki kandungan karbon tinggi. Pengolahan lebih lanjut dengan oksigen mengurangi
kandungan karbon sehingga mencapai proporsi yang tepat untuk pembuatan baja. Baja dan paduan
besi berkadar karbon rendah bersama dengan logam lain (baja paduan) sejauh ini merupakan logam
yang paling umum digunakan oleh industri, karena lebarnya rentang sifat-sifat yang didapat dan
kelimpahan batuan yang mengandung besi.

Senyawa kimia besi memiliki banyak manfaat. Besi oksida dicampur dengan serbuk
aluminium dapat dipantik untuk membuat reaksi termit, yang digunakan dalam pengelasan dan
pemurnian bijih. Besi membentuk senyawa biner dengan halogen dan kalsogen. Senyawa
organologamnya antara lain ferosen, senyawa sandwich pertama yang ditemukan.

Besi memainkan peranan penting dalam biologi, membentuk kompleks dengan oksigen
molekuler dalam hemoglobin dan myoglobin; kedua senyawa ini adalah protein pengangkut oksigen
dalam vertebrata. Besi juga logam pada bagian aktif sebagian besar enzim redoks yang berperan
dalam respirasi seluler serta oksidasi dan reduksi dalam tumbuhan dan hewan.

Karakteristik

Sifat-sifat mekanis

Nilai karakteristik daya tarik (TS) dan kekerasan Brinell (BH) berbagai bentuk
[4][5]
besi.

TS BH
Material
(MPa) (Brinell)

110
Kumis besi
00

Ausformed (hardened) 293


850–1200
steel 0

207
Baja martensit 600
0

138
Baja bainit 400
0

120
Baja pearlitik 350
0

Besi dingin 690 200


Besi kecil-butiran 340 100

Besi mengandung karbon 140 40

Murni, besi kristal tunggal 10 3

Sifat mekanik besi dan paduannya dapat dievaluasi menggunakan berbagai uji, termasuk uji
Brinell, uji Rockwell dan uji kekerasan Vickers. Data pada besi begitu konsisten sehingga sering
digunakan untuk kalibrasi peralatan atau uji perbandingan.[5][6] Namun, sifat mekanik besi sangat
dipengaruhi oleh kemurnian sampel: besi murni kristal tunggal untuk keperluan penenelitian
faktanya lebih lunak daripada aluminium,[4] dan besi hasil produksi industri yang paling murni
(99,99%) memiliki kekerasan 20–30 Brinell.[7] Kenaikan kandungan karbon dalam besi akan
menyebabkan kenaikan yang signifikan pada kekerasan dan kekuatan tarik. Kekerasan maksimum 65
Rc dicapai dengan kadar karbon 0.6%, meskipun prosedur ini untuk logam dengan daya tarik
rendah[8]

Volume molar vs tekanan untu besi-α pada temperatur kamar

Karena signifikansinya untuk inti planet, sifat fisik besi pada tekanan dan suhu tinggi juga
telah dipelajari secara mendalam. Bentuk besi yang stabil di bawah kondisi standar dapat mengalami
tekanan hingga 15 GPa sebelum berubah menjadi bentuk tekanan tinggi, seperti yang dijelaskan
pada bagian selanjutnya.

Besi merupakan contoh alotropi pada logam. Setidaknya ada empat bentuk alotrop besi,
yang dikenal sebagai α, γ, δ, dan ε; pada tekanan yang sangat tinggi dengan volume yang rendah,
beberapa bukti eksperimental yang kontroversial ada untuk fase β yang stabil pada tekanan dan
suhu yang sangat tinggi.[9]
Diagram fasa tekanan rendah besi murni

Besi cair dingin mengkristal pada 1538 °C ke alotrop δ, yang memiliki struktur kristal body-
centered cubic (bcc). Setelah mendingin lebih lanjut menjadi 1394 °C, berubah menjadi besi alotrop
γ, dengan struktur kristal face-centered cubic (fcc), atau austenit. Pada 912 °C atau lebih rendah,
struktur kristal berubah kembali menjadi alotrop besi α bcc, atau ferit. Akhirnya, pada 770 °C (titik
Curie, Tc) besi menjadi magnet. Ketika besi melewati suhu Curie tidak ada perubahan dalam struktur
kristal, tetapi ada perubahan dalam "struktur domain", di mana setiap domain mengandung atom
besi dengan spin elektron tertentu. Dalam besi non magnet, semua spin elektron dari atom dalam
satu domain berada dalam arah yang sama, namun, domain sekitarnya menunjuk ke berbagai arah
lain sehingga dengan demikian secara keseluruhan mereka menetralkan satu sama lain. Hasilnya,
besi tidak bersifat magnet. Dalam besi magnet, spin elektron dari semua domain selaras, sehingga
efek magnetik domain tetangga saling memperkuat. Meskipun setiap domain mengandung miliaran
atom, ukuran mereka sangat kecil, hanya sekitar 10 mikrometer.[10] Pada tekanan di atas sekitar 10
GPa dan suhu beberapa ratus kelvin atau kurang, besi-α berubah menjadi struktur hexagonal close-
packed (hcp), yang juga dikenal sebagai besi-ε; fase-γ yang temperaturnya lebih tinggi juga berubah
menjadi besi-ε, tetapi tidak terjadi pada tekanan yang lebih tinggi. Fase-β, jika ada, akan muncul
pada tekanan minimal 50 GPa dan suhu minimal 1.500 K; telah diperkirakan memiliki struktur
ortorombik atau struktur hcp ganda.[9]

Besi sangat penting ketika dicampur dengan logam tertentu lainnya dan dengan karbon
untuk membentuk baja. Ada banyak jenis baja, semua dengan sifat yang berbeda, dan pemahaman
tentang sifat-sifat alotrop besi adalah kunci untuk pembuatan baja berkualitas baik.

Besi-α, juga dikenal sebagai ferit, adalah bentuk besi paling stabil pada temperatur normal.
Ini adalah logam yang cukup lunak yang dapat larut hanya dengan konsentrasi kecil karbon (tidak
lebih dari 0,021% massa pada 910 °C).[11]

Di atas 912 °C dan sampai 1400 °C besi-α mengalami transisi fasa dari bcc ke konfigurasi
besi-γ fcc, juga disebut austenit. Logam Ini juga lunak tetapi dapat melarutkan jauh lebih banyak
karbon (sebanyak 2,04% massa pada 1146 °C). Bentuk besi ini digunakan dalam jenis baja nirkarat
yang digunakan untuk membuat peralatan makan, dan rumah sakit serta peralatan jasa layanan
makanan.[10]

Besi fasa tekanan tinggi penting sebagai model untuk bagian-bagian padat pada inti planet.
Inti dalam planet bumi umumnya diasumsikan terdiri dari paduan besi-nikel dengan struktur ε (atau
β).

Titik lebur besi didefinisikan secara eksperimen dengan baik untuk tekanan sampai sekitar
50 GPa. Untuk tekanan yang lebih tinggi, studi yang berbeda menempatkan titik triple γ-ε cair pada
tekanan yang berbeda hingga puluhan gigapascal dan menghasilkan perbedaan titik lebur lebih dari
1000 K. Secara umum, simulasi komputer dinamika molekuler pada besi yang sedang meleleh dan
percobaan gelombang kejut memberikan titik leleh yang lebih tinggi dan kemiringan kurva lebur
yang lebih curam daripada percobaan statis yang dilakukan dalam sel diamond anvil.[12]
5. Tembaga

Tembaga, 29Cu

Native copper (~4 cm in size)

Sifat umum

Nama, simbol tembaga, Cu

Pengucapan /ˈkɒpər/ KOP-ər

Penampilan merah-jingga metalik

Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cu dan
nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum.Tembaga merupakan konduktor
panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni
sifatnya halus dan lunak, dengan permukaan berwarna jingga kemerahan. Tembaga dicampurkan
dengan timah untuk membuat perunggu.

Ion Tembaga(II) dapat berlarut ke dalam air, di mana fungsi mereka dalam konsentrasi tinggi
adalah sebagai agen anti bakteri, fungisi, dan bahan tambahan kayu. Dalam konsentrasi tinggi maka
tembaga akan bersifat racun, tetapi dalam jumlah sedikit tembaga merupakan nutrien yang penting
bagi kehidupan manusia dan tanaman tingkat rendah. Di dalam tubuh, tembaga biasanya ditemukan
di bagian hati, otak, usus, jantung, dan ginjal.

Karakteristik

Fisik

Tembaga, perak, dan emas berada pada unsur golongan 11 pada tabel periodik dan
mempunyai sifat yang sama: mempunyai satu elektron orbital-s pada kulit atom d dengan sifat
konduktivitas listrik yang baik.
Sifat lunak tembaga dapat dijelaskan oleh konduktivitas listriknya yang tinggi (59,6×106 S/m)
dan oleh karena itu juga mempunyai konduktivitas termal yang tinggi (kedua tertinggi) di antara
semua logam murni pada suhu kamar.[3]

Bersama dengan sesium dan emas (keduanya berwarna kuning) dan osmium (kebiruan),
tembaga adalah satu dari empat logam dengan warna asli selain abu-abu atau perak.[4] Tembaga
murni berwarna merah-oranye dan menjadi kemerahan bila kontak dengan udara.[5]

Kimia

Tembaga tidak bereaksi dengan air, namun ia bereaksi perlahan dengan oksigen dari udara
membentuk lapisan coklat-hitam tembaga oksida. Berbeda dengan oksidasi besi oleh udara, lapisan
oksida ini kemudian menghentikan korosi berlanjut. Lapisan verdigris (tembaga karbonat) berwarna
hijau dapat dilihat pada konstruksi-konstruksi dari tembaga yang berusia tua, seperti pada Patung
Liberty.[6] Tembaga bereaksi dengan sulfida membentuk tembaga sulfida.[7]

Aplikasi

Penggunaan tembaga terbesar adalah untuk kabel listrik (60%), atap dan perpipaan (20%)
dan mesin industri (15%). Tembaga biasanya digunakan dalam bentuk logam murni, tetapi ketika
dibutuhkan tingkat kekerasan lebih tinggi maka biasanya dicampur dengan elemen lain untuk
membentuk aloi.[12] Sebagian kecil tembaga juga digunakan sebagai suplemen nutrisi dan fungisida
dalam pertanian.[26][27]

6. Perak

Perak, 47Ag

perak didapat dari elektrolit

Sifat umum

Nama, simbol perak, Ag

Pengucapan /ˈsɪlvər/

Penampilan logam putih berkilau


Perak adalah unsur logam dengan nomor atom 47. Simbolnya adalah Ag, dari bahasa Latin
argentum, dari akar PIE yang direkonstruksi sebagai *h₂erǵ-, "abu-abu" atau "bersinar". Sebuah
logam transisi lunak, putih, dan berkilau, ia memiliki konduktivitas listrik, konduktivitas termal, dan
reflektivitas tertinggi di antara semua logam. Logam ini terjadi secara alamiah dalam bentuk murni,
bentuk bebas (perak asli), sebagai paduan dengan emas dan logam lainnya, dan dalam mineral
seperti argentit dan klorargirit. Kebanyakan perak diproduksi sebagai produk samping penambangan
tembaga, emas, timah, dan seng.

Perak telah lama dinilai sebagai logam mulia. Lebih melimpah daripada emas, logam perak
telah berfungsi di banyak yang sistem moneter pramodern sebagai spesi koin, kadang-kadang
bahkan bersama emas. Kemurniannya biasanya diukur berbasis per-mil; paduan murni 94%
dijelaskan sebagai "0,940 fine". Selain itu, perak memiliki berbagai aplikasi di luar mata uang, seperti
pada panel surya, penyaringan air, perhiasan dan ornamen, peralatan makan dan perabotan bernilai
tinggi (muncullah istilah silverware), dan juga sebagai investasi dalam bentuk koin dan bulion. Perak
digunakan industri dalam stop kontak dan konduktor listrik, pada cermin khusus, pelapis jendela dan
dalam katalisis reaksi kimia. Senyawanya digunakan dalam film fotografi dan sinar-X. Larutan perak
nitrat encer dan senyawa perak lainnya digunakan sebagai disinfektan dan mikrobisida (efek
oligodinamika), ditambahkan ke perban dan pembalut luka, kateter dan peralatan medis lainnya.

Karakteristik

Perak bulion batang 1000 ozt (~31 kg).

Perak dihasilkan selama ledakan supernova jenis tertentu oleh nukleosintesis dari unsur-
unsur yang lebih ringan melalui proses-r, suatu bentuk fusi nuklir yang menghasilkan banyak unsur
yang lebih berat daripada besi, salah satunya adalah perak.[2]

Perak sangat elastis, dapat dibentuk (sedikit lebih sulit daripada emas), logam koin univalen,
kilau logam putih terang yang dapat dipoles.[3] Perak terproteksi mempunyai reflektivitas optik yang
lebih tinggi daripada aluminium pada panjang gelombang lebih dari ~450 nm.[4] Pada panjang
gelombang kurang dari 450 nm, reflektivitas perak menjadi di bawah aluminium dan turun drastis
menjadi nol pada 310 nm.[5]

Konduktivitas listrik perak adalah yang tertinggi di antara seluruh logam, bahkan lebih tinggi
daripada tembaga, tetapi tidak banyak digunakan untuk keperluan listrik karena biayanya yang
tinggi. Perkecualian terhadap hal ini adalah dalam rekayasa frekuensi radio, terutama VHF dan
frekuensi yang lebih tinggi, di mana pelapisan perak dilakukan untuk meningkatkan konduktivitas
listrik pada bagian-bagian dan kabel-kabel tertentu (pada frekuensi tinggi arus cenderung mengalir
pada permukaan konduktor, bukan di dalam, oleh karenanya pelapisan emas meningkatkan
konduktivitas secara keseluruhan). Perak juga mempunyai resistensi kontak paling rendah di antara
seluruh logam.[6] Selama Perang Dunia II di AS, 13.540 ton digunakan dalam elektromagnet yang
digunakan untuk pengayaan uranium, terutama karena pada masa perang terjadi kekurangan
tembaga.[7][8][9]

Perak murni memiliki konduktivitas termal tertinggi di antara seluruh logam, meskipun
karbon nonlogam dalam bentuk intan dan helium-4 superfluida lebih tinggi.[6]

Perak halida bersifat fotosensitif dan memiliki kemampuan yang menakjubkan dalam hal
merekam citra laten yang kemudian dapat dikembangkan secara kimiawi. Perak bersifat stabil di
udara murni dan air, tetapi menjadi kusam (tarnish) ketika terpapar udara atau air yang
mengandung ozon atau hidrogen sulfida, yang disebut terakhir membentuk lapisan hitam perak
sulfida, yang dapat dihilangkan dengan asam klorida encer.[6] Tingkat oksidasi perak yang paling
umum adalah +1 (misalnya, perak nitrat, AgNO3); yang kurang umum adalah senyawa +2 (misalnya,
perak(II) fluorida, AgF2), lebih tidak umum lagi adalah +3 (misalnya, kalium tetrafluoroargentat(III),
KAgF4), dan bahkan ada senyawa +4 (misalnya, kalium heksafluoroargentat(IV), K2AgF6).[10]

7. Timah

Timah, 50Sn

Sifat umum

Nama,
timah, Sn
simbol

Pengu
/ˈtɪn/
capan

Penam silvery (left, beta) or gray (right,


pilan alpha)

Timah (atau timah putih) adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Sn (bahasa Latin: stannum) dan nomor atom 50.Timah termasuk logam pasca-transisi di
kelompok 14 dalam tabel periodik.Timah menunjukan kemiripan kimia dengan Germanium dan
Timbal yang juga berada di kelompok 14 dan memiliki dua kemungkinan bilangan oksidasi, +2 dan +4
yang sedikit lebih stabil. Timah adalah elemen ke 49 yang paling melimpah di bumi, memiliki 10
isotop stabil, jumlah terbesar dalam tabel periodik.
Unsur ini merupakan logam miskin (logam post-transisi) keperakan, dapat ditempa
(malleable), tidak mudah teroksidasi dalam udara sehingga tahan karat, ditemukan dalam banyak
aloy, dan digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat. Timah diperoleh terutama
dari mineral kasiterit yang terbentuk sebagai oksida.

Karakterisasi Bijih Timah

Bijih timah yang ditambang di Indonesia umumnya adalah dari jenis endapan timah aluvial
dan sering disebut sebagai endapan timah sekunder atau disebut timah placer. Jenis bijih timah ini
sudah terlepas dari endapan induknya yaitu timah primer, dan oleh air diendapkan kembali di
tempat lain yang lebih rendah.

Secara ekonomis, mineral penghasil timah putih adalah kasiterit dengan rumus kimia SnO2,
walaupun ada sebagian kecil timah yang dihasilkan dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit,
kanfieldit dan tealit. Mineral utama yang terkandung di dalam bijih timah adalah kasiterit, sedangkan
mineral ikutannya adalah pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit,
xenotim, dan monasit.

8. Uranium

Uranium, 92U

Sifat umum

Nama, simbol uranium, U

Logam kelabu keperakan;


Penampilan teroksidasi menjadi hitam ketika terpapar
dengan udara

Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang U dan
nomor atom 92. Ia merupakan logam putih keperakan yang termasuk dalam deret aktinida di dalam
tabel periodik. Uranium memiliki 92 proton dan 92 elektron, dengan elektron valensi 6. Inti uranium
mengikat sebanyak 141 sampai dengan 146 neutron, sehingganya terdapat 6 isotop uranium. Isotop
yang paling umum adalah uranium-238 (146 neutron) dan uranium-235 (143 neutron). Semua isotop
uranium tidak stabil dan bersifat radioaktif lemah. Uranium memiliki bobot atom terberat kedua
(setelah plutonium) di antara semua unsur-unsur kimia yang dapat ditemukan secara alami.[2] Massa
jenis uranium kira-kira 70% lebih besar daripada timbal, namun tidaklah sepadat emas ataupun
tungsten. Uranium dapat ditemukan secara alami dalam konsentrasi rendah (beberapa bagian per
juta (ppm)) dalam tanah, bebatuan, dan air.

Uranium yang dapat dijumpai secara alami adalah uranium-238 (99,2739–99,2752%),


uranium-235 (0,7198–0,7202%), dan sekelumit uranium-234 (0,0050–0,0059%). Uranium meluruh
secara lambat dengan memancarkan partikel alfa. Umur paruh uranium-238 adalah sekitar 4,47
milyar tahun, sedangkan untuk uranium-235 adalah 704 juta tahun.[3] Oleh sebab itu, uranium dapat
digunakan untuk penentuan umur Bumi.

Little Boy, bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Hiroshima, Jepang berhulu
ledak uranium.

Uranium-235 merupakan satu-satunya isotop unsur kimia alami yang bersifat fisil (yakni
dapat mempertahankan reaksi berantai pada fisi nuklir), sedangkan uranium-238 dapat dijadikan fisil
menggunakan neutron cepat. Selain itu, uranium-238 juga dapat ditransmutasikan menjadi
plutonium-239 yang bersifat fisil dalam reaktor nuklir. Isotop uranium lainnya yang juga bersifat fisil
adalah uranium-233, yang dapat dihasilkan dari torium.

9. Emas

Emas, 79Au

Sifat umum

Nama, simbol emas, Au

Penampilan kuning metalik


Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:
'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap,
kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tetapi
terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk
di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU. Emas
melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat Celsius.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain
yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan
(gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan
sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida
yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida,
sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium.
Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa


endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas
dikategorikan menjadi dua yaitu:

 Endapan primer; dan

 Endapan plaser.

Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga digunakan sebagai
perhiasan, dan elektronik. Penggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai
moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun
secara resmi di bursa komoditas dunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika.
Bentuk penggunaan emas dalam bidang moneter lazimnya berupa bulion atau batangan emas dalam
berbagai satuan berat gram sampai kilogram.

10. Plutonium

Keterangan Umum Unsur

Nama, Lambang, Nomor atom plutonium, Pu, 94

Deret kimia aktinida

Golongan, Periode, Blok n/a, 7, f

putih keperakan

Penampilan
Massa atom (244) g/mol

Konfigurasi elektron [Rn] 5f6 7s2

Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 18, 32, 24, 8, 2

Plutonium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pu dan
nomor atom 94. Ia merupakan unsur radioaktif transuranium yang langka dan merupakan logam
aktinida dengan penampilan berwarna putih keperakan. Ketika terpapar dengan udara, ia akan
mengusam oleh karena pembentukan plutonium(IV) oksida yang menutupi permukaan logam. Unsur
ini pada dasarnya memiliki enam alotrop dan empat keadaan oksidasi. Ia bereaksi dengan karbon,
halogen, nitrogen, dan silikon. Ketika terpapar dengan kelembaban udara, ia akan membentuk
oksida dan hidrida dengan volume 70% lebih besar dan menjadi bubuk yang dapat menyala secara
spontan. Ia juga merupakan racun radiologis yang dapat berakumulasi dalam sumsum tulang. Oleh
karena sifat-sifat seperti inilah, proses penanganan plutonium cukup berbahaya, walaupun tingkat
toksisitas keseluruhan logam ini kadang-kadang terlalu dibesar-besarkan.

Istotop terpenting plutonium adalah plutonium-239 yang memiliki umur paruh


24.100 tahun. Plutonium-239 merupakan fisil, yakni ia dapat memecah ketika dibombardir oleh
neutron termal, melepaskan energi, radiasi gamma, dan neutron yang lebih banyak. Oleh karena itu,
dia dapat mempertahankan reaksi rantai nuklir setelah mencapai massa kritis. Sifat-sifat inilah yang
memungkinkan plutonium digunakan sebagai senjata nuklir dan digunakan pada beberapa reaktor
nuklir. Isotop paling stabil plutonium adalah plutonium-244, dengan umur paruh sekitar 80 juta
tahun. Umur paruh ini cukup panjang untuk bisa ditemukan secara alami dalam jumlah kecil.
Plutonium-238 memiliki umur paruh 88 tahun dan memancarkan partikel alfa. Ia adalah sumber
panas pada generator termolistrik radioisotop (digunakan pada beberapa pesawat antariksa).
Plutonium-240 memiliki laju fisi spontan yang tinggi sehingga akan meningkatkan tingkat neutron
latar pada sampel. Keberadaan Pu-240 akan membatasi potensi daya dan senjata suatu sampel. Ia
juga digunakan sebagai titik tolok penentuan tingkat (grade) plutonium: tingkat senjata (< 7%),
tingkat bahan bakar (7–19%), dan tingkat reaktor (> 19%). Pu-238 dapat disintesis dengan
membombardir uranium-238 dengan deuteron, sedangkan Pu-239 dengan disintesis dengan
membombardir uranium-238 dengan neutron.

Unsur 94 pertama kali disintesis oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Glenn T.
Seaborg dan Edwin McMillan di Universitas California, Berkeley pada tahun 1940. McMillan
kemudian menamai unsur baru tersebut plutonium (atas nama Pluto). Penemuan plutonium
kemudian menjadi bagian penting dalam Proyek Manhattan untuk mengembangkan bom atom
selama Perang Dunia II. Uji nuklir pertama, "Trinity" (Juli 1945), dan bom atom kedua ("Fat Man")
yang digunakan untuk menghancurkan kota Nagasaki (Agustus 1945) memiliki inti Pu-239.

Karakteristik

Fisik
Sama seperti logam-logam lainnya, plutonium memiliki penampilan perak mengkilat. Namun
ketika terpapar dengan udara bebas, plutonium(IV) oksida akan terbentuk dengan cepat dan
membuat logam tersebut menjadi kusam kelabu. Selain itu warna kuning dan hijau zaitun juga
pernah dilaporkan.[1][2] Pada suhu kamar, plutonium berada dalam bentuk alotop alfanya. Bentuk
alotrop inilah yang merupakan bentuk yang paling umum dan memiliki tingkat kekerasan seperti besi
cor, terkecuali apabila ia dialoi dengan logam lainnya dan membuatnya menjadi lunak dan dapat
dengan mudah diubah bentuk.[1] Berbeda dengan kebanyakan jenis logam, plutonium bukanlah
konduktor panas dan listrik yang baik.[1] Ia memiliki titik leleh yang rendah (640 °C) dan titik didih
yang sangat tinggi (3,327 °C).[1]

Emisi partikel alfa yang merupakan pelepasan inti helium berenergi tinggi adalah bentuk
radiasi paling umum yang dipancarkan oleh plutonium.[3] Panas yang dilepaskan selama pelepasan
dan deselerasi partikel-partikel alfa ini membuat plutonium dengan ukuran sebesar bola sofbol
terasa hangat ketika disentuh, sedangkan untuk massa plutonium yang lebih besar, ia dapat
mendidihkan satu liter air dalam waktu beberapa menit (bervariasi tergantung pada komposisi
isotop).[4][5]

Resistivitas plutonium pada suhu kamar sangatlah tinggi jika dibandingkan dengan logam
lain dan ia akan semakin tinggi ketika temperatur diturunkan.[6] Tren peningkatan resistivitas ini akan
diteruskan sampai dengan 100 K. Di bawah temperatur ini, resistivitas akan menurun drastis.[6]
Ketika temperatur menurun sampai dengan 20 K, resistivitas meningkat kembali oleh karena
kerusakan radiasi (laju peningkatan sesuai dengan komposisi isotop).[6]

Oleh karena swa-iradiasi (self-irradiation) plutonium, ia akan memperlihatkan kelelahan


(fatigue) pada keseluruhan struktur kristalnya, yang berarti bahwa penataan atom pada kristal akan
dikacaukan oleh radiasi tersebut dari waktu ke waktu.[7] Namun, swa-iradiasi juga dapat
mengakibatkan pelunakan yang dapat mengimbangi beberapa efek lelah ketika temperatur
ditingkatkan di atas 100 K.[8]

11. Platina

Platina, 78Pt

Sifat umum

Nama, simbol platina, Pt


/ˈplæt.n.əm/
Pengucapan
or /ˈplæt.nəm/

Penampilan putih keabuan

Platina adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pt dan nomor
atom 78. Logam transisi putih abu-abu ini padat, lunak, ulet, sangat tidak reaktif, dan berharga.
Namanya berasal dari istilah Spanyol platina, yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti "perak
kecil".[1][2]

Platina adalah anggota unsur golongan platina dan unsur dalam golongan 10 pada tabel
periodik. Ia memiliki enam isotop alami. Logam ini adalah salah satu unsur langka di kerak bumi
dengan kelimpahan rata-rata sekitar 5 μg/kg. Ia terdapat dalam beberapa bijih nikel dan tembaga
bersama dengan beberapa deposit alami, sebagian besar di Afrika Selatan, yang menyumbang 80%
dari produksi dunia. Karena kelangkaan dalam kerak bumi, hanya beberapa ratus ton yang
diproduksi setiap tahun, dan memberikan manfaat penting, logam ini menjadi sangat berharga dan
merupakan komoditas logam mulia[n 1] utama.

Platina adalah logam yang paling kurang reaktif. Daya tahannya yang mengagumkan
terhadap korosi, bahkan pada suhu tinggi, membuatnya dinobatkan sebagai logam mulia.
Konsekuensinya, platina sering ditemukan sebagai unsur platina alami. Oleh karena ia terdapat
secara alami dalam pasir aluvium di berbagai sungai, maka ia digunakan pertama kali oleh penduduk
asli Amerika Selatan pra-Kolombia untuk membuat artefak. Tulisan Eropa merujuk pada abad ke-16,
tetapi laporan Antonio de Ulloa yang mempublikasikan logam baru di Kolombia pada tahun 1748
menjadi objek penelitian para ilmuwan.

Platina digunakan dalam pengubah katalitik, peralatan laboratorium, kontak listrik dan
elektrode, termometer resistensi platina, peralatan kedokteran gigi, dan perhiasan. Oleh karena
termasuk logam berat, platina memiliki masalah kesehatan jika terpapar garamnya, namun karena
ketahanannya terhadap korosi, platina tidak beracun seperti beberapa logam lainnya.[3] Senyawa
yang mengandung platina, seperti sisplatin, oksaliplatin dan karboplatin, digunakan dalam
kemoterapi untuk melawan kanker jenis tertentu.[4]

Anda mungkin juga menyukai