Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KEGIATAN DOKTER MUDA PSIKIATRI

KUNJUNGAN RUMAH
BAGIAN/SMF PSIKIATRI RSUP SANGLAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
PERIODE: 16 Oktober 2017 - 26 November 2017

Tanggal Kunjungan : Senin, 6 November 2017 Pukul 17.00 WITA


Pembimbing : dr. Lely Setyawati, Sp.KJ(K)
Nama : Made Sebastian Dwi Putra Hardika (1202006093)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : GKW
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Belum menikah
Tingkat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
Alamat : Perum Dalung Permai Blok D3 No. 8, Badung
Kontrol Terakhir : Senin, 6 November 2017
Tanggal Kunjungan : Senin, 6 November 2017
Diagnosis : Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

II. HASIL KUNJUNGAN RUMAH


Kunjungan rumah dilakukan pada hari Senin, 6 November 2017.
Sebelumnya, saya sebagai dokter muda telah meminta izin kepada pasien
untuk melakukan kunjungan rumah dengan tujuan memantau kondisi
pasien. Pasien memberikan izin untuk dilakukan kunjungan rumah dan
waktu kunjungan disepakati bersama, yaitu pada pukul 17.00 WITA.
Kunjungan dilakukan ke rumah pasien yang terletak di Perum Dalung
Permai Blok D3 No. 8, Badung. Saat berkunjung, saya diterima pertama kali

1
oleh ibu pasien, kemudian saya berbicara juga dengan pasien. Sebelum
melakukan wawancara, saya kembali memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan kunjungan rumah yang saya lakukan. Selanjutnya, saya memulai
wawancara dengan pasien dan kemudian dilanjutkan dengan mewawancarai
ibu pasien. Pasien dan ibu pasien tidak mengizinkan saya untuk mengambil
foto keadaan rumah pasien karena dikatakan kondisi rumah dalam keadaan
yang kurang rapi dan tidak bagus apabila difoto.

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluhan Utama: Autoanamnesis : “emosinya tidak stabil”
Heteroanamnesis : sering mudah marah

Autoanamnesis
Wawancara dilakukan di ruang tengah lantai dua dari rumah pasien.
Pasien diwawancarai dalam posisi duduk berhadapan dengan pemeriksa.
Pasien menggunakan kaos berwarna biru muda, memakai celana pendek
kain berwarna hitam dan tanpa menggunakan alas kaki. Pasien
berperawakan besar, kulit pasien berwarna sawo matang, rambut berwarna
hitam pendek rapi serta kuku tangan dan kaki terpotong pendek dan bersih.
Tidak tercium bau urin, feses maupun alkohol dari tubuh pasien. Pasien
diwawancarai menggunakan bahasa Indonesia. Selama wawancara, pasien
menatap mata pemeriksa dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
pemeriksa dengan jelas. Pasien merokok selama wawancara dilakukan.
Pasien terlihat terbuka dalam memberikan keterangan dan dapat
mengungkapkan perasaan dan apa yang sedang dipikirkannya dengan baik.
Pasien dapat menyebutkan alamat rumahnya dengan benar, hari dan
tanggal saat dilakukannya wawancara dan siapa saja orang yang sedang
berada di rumahnya saat itu. Pasien dapat menyebutkan kembali nama
pemeriksa. Pasien dapat menyebutkan nama lengkap, tanggal lahir serta
umurnya sekarang. Pasien dapat mengingat saat jenjang SMA dulu
bersekolah di SMA N 2 Denpasar. Pasien dapat mengingat makanan apa
yang dimakan tadi pagi, yaitu nasi ditambah sayur dan ayam serta kegiatan

2
yang sehari-hari dilakukan pasien dalam beberapa bulan terakhir, yaitu
membantu ibunya menjaga toko dan sesekali berkunjung ke Rumah
Berdaya. Pasien mengetahui tanggal Kemerdekaan RI, yaitu pada tanggal 17
Agustus 1945 dan presiden pertama saat itu adalah Soekarno, serta presiden
RI saat ini adalah Jokowi. Pasien dapat menjawab dengan benar
pengurangan 100 oleh 7 sebanyak 5 kali berturut-turut. Pasien dapat
menjawab persamaan dan perbedaan bola tenis dengan buah jeruk, yaitu
“Bola tenis dan buah jeruk sama-sama bulat tapi buah jeruk bisa dimakan
dan dijadikan jus sedangkan bola tenis hanya bisa dipakai untuk bermain
saja”. Pasien dapat melanjutkan peribahasa “Berakit-rakit ke hulu” dengan
“Berenang-renang ke tepian” serta menyebutkan artinya, yaitu “Bersusah-
susah dahulu baru kemudian bersenang-senang”.
Pasien mengaku alasan pasien berkunjung ke Poliklinik Jiwa
RSUD Wangaya merasa bahwa keadaan jiwanya sedang terganggu dimana
emosinya tidak stabil yang membutuhkan pengobatan dari seorang psikiater
sehingga dapat sembuh dan melakukan aktivitas seperti sediakala. Pasien
mengatakan perasaannya saat ini sudah lebih baik, dimana saat ini sudah
tidak ada yang mengganggu pikirannya. Akan tetapi, pasien mengaku
emosinya masih tidak stabil, khususnya apabila merasa seperti dibicarakan
oleh orang lain. Pasien mengatakan masih mencoba untuk memendam
perasaan tersebut dengan tidak marah-marah lagi. Pasien juga mengeluh
sering merasa bersalah sejak 3 bulan terakhir. Pasien mengganggap bahwa
dirinya gagal karena tidak dapat membahagiakan orang tuanya. Pasien
mengatakan hal tersebut sambil tersenyum dan tertawa kecil, sambil
bercanda dengan ibunya.
Pasien mengaku sudah sering kontrol ke Poliklinik Psikiatri RSUD
Wangaya sejak tahun 2016. Pasien menceritakan bahwa awal mula
mendengar suara-suara laki-laki yang tidak jelas wujudnya pada tahun 2009.
Suara-suara tersebut dikatakan seperti ada orang yang membicarakan setiap
aktivitas yang sedang dilakukan oleh pasien dan terkadang mengajaknya
berbicara. Pasien mengatakan tidak melihat sosok yang mengajaknya bicara
tersebut. Saat itu pasien sedang berumur 22 tahun, dimana pasien yang

3
bekerja pada urusan kargo di Bandara Ngurah Rai Bali diajak oleh paman
pasien yang merupakan atasannya untuk pindah ke bandara yang terletak di
Lombok. Pasien mengaku saat itu dirinya sempat dijanjikan untuk
mendapatkan kenaikan jabatan sebagai kepala urusan kargo pada bandara
yang rencana dibangun di daerah Lombok Tengah. Oleh karena hal tersebut,
pasien merasa dirinya tertekan karena menjadi pusat perhatian dari rekan-
rekan kerjanya dan banyak yang berusaha mendekati dirinya untuk
mengetahui cara keberhasilan meraih kenaikan jabatan tersebut. Akan tetapi,
tiga tahun kemudian, pasien justru dipindah tugaskan kembali ke Bali dan
jabatan yang telah dijanjikan sebelumnya telah diberikan kepada orang lain.
Pasien merasa sangat kecewa akibat dipindah tugaskan dan merasa bahwa
ada oknum-oknum tertentu yang tidak suka orang Bali menjadi pimpinan di
sana.
Sejak pindah ke Bali pada tahun 2011, keluhan tersebut dirasakan
semakin memberat. Pasien mengatakan semakin sering mendengar suara-
suara laki-laki yang tidak jelas wujudnya dari yang awalnya hanya sekedar
mengajaknya berbicara hingga kemudian seperti menghasut dan memerintah
dirinya untuk memukul-mukul tembok dengan palu. Suara tersebut lebih
sering didengar saat pikiran pasien sedang kosong terutama pada malam
hari. Pasien melakukan perintah tersebut dan mengambil palu kemudian
dipukulkan ke tembok kamarnya. Selain itu, pasien mengatakan juga
diminta untuk mengamuk dan berlari-lari keluar rumah sambil telanjang
dada oleh suara tersebut. Pasien mengaku mengikuti suara tersebut
dikarenakan takut. Akibat hal tersebut, pasien kemudian dibawa oleh orang
tuanya dan sempat menjalani rawat inap di RSJ Provinsi Bali sebanyak 6
kali dalam kurun waktu 5 tahun (2011-2016). Pasien mengaku alasan
dirinya terakhir kali dibawa ke RSJ Provinsi Bali karena mengamuk. Pasien
mengatakan saat itu dirinya seperti melihat bayangan dua orang laki-laki
yang selalu mengikutinya. Pasien mengatakan bayangan tersebut seperti
dikenali oleh pasien tetapi pasien tidak mau menyebutkan siapa orangnya
karena tidak ingin menuduh orang tersebut. Bayangan tersebut dirasakan

4
seperti mengejar dan ingin menangkap pasien sehingga membuat pasien
kesal meluapkan emosinya dengan cara mengamuk.
Pasien kemudian mengatakan kontrol berobat ke Poliklinik
Psikiatri RSUD Wangaya setelah menjalani rawat inap terakhir di RSJ
Provinsi Bali selama sekitar satu setengah bulan. Pasien mengaku rutin
kontrol setiap bulannya dan diberikan dua jenis obat, yaitu Stelosi yang
diminum pagi dan malam hari dan Frimania yang diminum pagi dan malam
hari. Namun saat ditanyakan dosis obatnya, pasien mengaku tidak ingat
berapa dosisnya. Pasien mengatakan setelah mengonsumsi obat tersebut
pasien menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Saat ini pasien mengatakan sudah tidak pernah mendengar suara-
suara yang tidak jelas wujudnya maupun melihat bayangan yang seakan
mengejarnya tersebut. Pasien saat ini sehari-hari diajak oleh ibunya untuk
membantu menjaga toko sembako yang terletak di bagian depan rumahnya.
Pasien terkadang malas untuk menjaga toko karena dirinya tidak bisa diam
dan lebih memilih untuk melakukan aktivitas seperti bermain gitar,
bernyanyi atau bahkan keliling rumah. Pasien mengaku sebelumnya sering
bermain tajen bersama beberapa temannya, namun sekarang sudah mulai
jarang dilakukan. Selain itu, pasien mengatakan diajak oleh ibunya untuk
berkunjung ke Rumah Berdaya agar menyibukkan diri dengan aktivitas
yang bermanfaat. Namun pasien mengaku dirinya malas berkunjung ke sana
karena hanya sedikit orang yang bisa diajak untuk bercerita. Pasien
mengatakan tidak mengalami gangguan pada tidurnya sejak diberikan obat.
Pasien mulai tidur pada jam 9 atau 10 malam dan terbangun pada jam 6
pagi. Sebelumnya, pasien merasa seperti tidak perlu untuk tidur dan
meskipun tidak tidur dirinya merasa tidak pernah lelah keesokan harinya.
Pasien mengatakan nafsu makannya baik, dan sekarang pasien makan
dengan teratur yakni tiga kali sehari. Pasien mengaku malas mandi sejak
beberapa minggu terakhir ini. Pasien baru akan mandi apabila disuruh oleh
ibunya dan terkadang bisa seharian tidak mandi.
Pasien mengatakan dirinya merupakan orang yang sangat sensitif
dan sering merasa tidak enakan pada teman-temannya sehingga bila ada

5
masalah sedikit saja, pasien langsung menghindar dan meminta maaf.
Pasien mengatakan lebih baik mengalah daripada harus bertengkar. Saat ini,
pasien mengatakan masih memiliki teman dekat namun lebih jarang
bersosialisasi dengan tetangga sekitar rumahnya. Pasien merasa saat ini
lebih susah untuk memulai interaksi dengan orang lain. Pasien mengaku
belum kepikiran untuk menikah hingga saat ini meskipun adik
perempuannya telah menikah. Pasien mengatakan selalu rutin minum obat
dari dokter tanpa harus diingatkan oleh ibunya dan tidak pernah “bolong”
minum obat.

Heteroanamnesis (Ibu Pasien)


Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mulai sering mudah marah
sejak pasien dipindah tugaskan dari Lombok kembali ke Bali. Ibu pasien
menceritakan dirinya pernah dihubungi oleh atasan anaknya di urusan kargo
bandara dan diberitahu bahwa anaknya mulai berperilaku aneh seperti sering
berbicara sendiri, tertawa sendiri hingga menari-nari sendiri tanpa alasan
yang jelas. Pasien juga dikatakan sempat mengganggu petugas lain hingga
mencoba menggigit tangan orang tersebut. Ibu pasien mengatakan dirinya
sempat menanyakan hal tersebut dan bertanya apakah sedang ada masalah
kepada pasien namun pasien marah dan mengatakan bahwa dirinya baik-
baik saja. Kemudian pasien dikatakan mulai sering mengamuk dengan
memukul tembok dengan palu dan berkeliaran keluar rumah hingga malam
hari sambil berteriak dan bertelanjang dada. Pasien dikatakan mengaku
mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk melakukan hal tersebut.
Awalnya pasien sempat dibawa ke balian namun dikatakan tidak ada
perubahan yang berarti sehingga kemudian dibawa ke RSJ Provinsi Bali.
Dalam kurun waktu 5 tahun (2011-2016), pasien dikatakan sudah bolak-
balik dirawat inap sebanyak 6 kali dengan keluhan yang sama. Saat itu,
pasien dikatakan hampir tidak pernah tidur. Pasien selalu melakukan
aktivitas di malam hari dan terkesan tidak pernah bisa diam. Saat terakhir
kali dibawa ke RSJ Provinsi Bali hingga dirawat inap selama sekitar satu
setengah bulan, pasien dikatakan saat itu mengaku bahwa ada bayangan

6
orang yang selalu mengikutinya dan ketika ibu pasien menyangkal adanya
bayangan tersebut, pasien kemudian marah-marah sambil meminum
alkohol. Pasien sempat ingin melempar batu ke rumah tetangga dan
berteriak-teriak tidak jelas. Setelah menjalani perawatan di RSJ Provinsi
Bali, pasien dikatakan kontrol rawat jalan ke Poliklinik Psikiatri RSUD
Wangaya setiap bulannya.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien merupakan pribadi yang
cenderung tertutup, jarang menceritakan masalah yang dihadapi pada
siapapun dan terkesan memendam masalah. Pasien dikatakan merupakan
orang yang sensitif dan tidak mau mencari masalah. Apabila memiliki
masalah, pasien lebih suka untuk berusaha menyelesaikan masalahnya
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Pasien saat dikatakan terkadang masih mudah marah apabila
disuruh melakukan aktivitas atau kegiatan tertentu. Ibu pasien mengatakan
bahwa pasien mulai malas mandi sejak beberapa minggu terakhir ini dan
baru akan mandi hanya bila disuruh oleh ibunya. Pasien dikatakan sudah
tidak pernah terlihat mengamuk atau berperilaku aneh lagi selama beberapa
bulan terakhir ini. Selama menemani pengobatan pasien, ibu pasien
merasakan mulai ada kemajuan dalam pengurangan masalah yang dialami
pasien.

B. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat kejang
sebelumnya. Pada tahun 2011, pasien pertama kali dirawat inap di RSJ
Provinsi Bali karena saat itu mengamuk. Dalam kurun waktu 5 tahun (2011-
2016), pasien dikatakan sudah dirawat inap sebanyak 6 kali di RSJ Provinsi
Bali dengan keluhan yang sama. Pasien juga memiliki riwayat diabetes
melitus yang diketahui sejak dua tahun yang lalu, rutin meminum obat
metformin dan kontrol berobat ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Wangaya.

7
C. RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien mulai berobat ke Poliklinik Psikiatri RSUD Wangaya sejak
tahun 2016 setelah menjalani rawat inap di RSJ Provinsi Bali. Pasien
mendapatkan dua jenis obat, berupa Stelosi 2x5 mg dan Frimania 2x200 mg.
Selain itu, pasien juga rutin meminum obat metformin untuk mengontrol
kadar gula darahnya.

D. RIWAYAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF/NAPZA


Pasien dikatakan mengonsumsi rokok sejak duduk di bangku SMP
hingga saat ini. Pasien setidaknya dapat menghabiskan 1-2 bungkus rokok
per harinya. Pasien memiliki kebiasaan minum kopi sebanyak 1-2 gelas
setiap hari. Pasien juga memiliki riwayat mengonsumsi alkohol terutama
saat acara-acara tertentu saja, namun sejak pasien kambuh terakhir kali
mengamuk, pasien mengaku sudah tidak meminum alkohol lagi. Pasien
menyangkal adanya penggunaan narkotika.

E. RIWAYAT KELUARGA
Di keluarga pasien dikatakan kakek pasien pernah mengalami
keluhan serupa seperti yang dialami oleh pasien. Kakek pasien dikatakan
mudah marah dan tidak bisa mengontrol emosinya. Riwayat penyakit kronis
seperti asma, diabetes melitus dan hipertensi dalam keluarga disangkal oleh
pasien.

F. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. PRENATAL DAN PERINATAL
Ketika ibu pasien sedang mengandung pasien, ibu pasien
mengatakan saat itu tidak sedang dalam kondisi tertekan maupun
mengalami masalah. Ibu pasien mengaku persalinannya dulu sempat
mengalami kemacetan karena bukaannya tidak maju, kemudian pasien lahir
dengan bantuan forceps, cukup bulan dan langsung menangis. Berat lahir
pasien saat itu dikatakan kurang lebih 3,6 kilogram. Pasien lahir tanpa ada
cacat bawaan.

8
2. MASA KANAK
Pasien dikatakan mampu makan makan dan mandi sendiri setelah
umur 3 tahun. Pasien diasuh dan tinggal bersama kedua orang tuanya.
Selama bersekolah dari SD hingga SMA, pasien dikatakan selalu naik kelas
dan tidak memiliki masalah dalam pelajaran. Namun ketika SD, pasien
mengaku sering mendapat kekerasan seperti dipukul dan diejek oleh teman-
temannya. Hal itu membuat pasien resah dan kemudian bersikap lebih
berhati-hati dalam bertutur kata dan berteman karena takut mendapatkan
masalah. Saat duduk di bangku SMP, ibu pasien mengaku sering dipanggil
oleh guru ke sekolah karena pasien membuat masalah. Pasien mengaku
sering di-bully oleh teman-temannya dan pernah disuruh untuk mengambil
rokok di tempat sembahyang untuk diberikan ke teman-temannya tersebut.
Pasien mengaku mengikuti perintah tersebut karena sering diancam akan
dipukul dan pasien berusaha untuk tidak mencari masalah lain. Ibu pasien
mengatakan pasien sering tidak bercerita apabila mengalami masalah di
sekolahnya dan baru diketahui apabila ibu pasien dipanggil oleh guru ke
sekolah. Pasien sempat melanjutkan pendidikan ke STP Nusa Dua selama
dua tahun namun tidak selesai dikarenakan diajak oleh pamannya untuk
bekerja di bandara. Pasien mengaku bahwa pilihan untuk melanjutkan
pendidikan ke STP Nusa Dua tersebut merupakan pilihan orang tuanya dan
pasien merasa ditekan oleh orang tua untuk segera lanjut kuliah atau
langsung kerja. Pasien dikatakan tidak pernah menjalin “hubungan khusus”
dengan perempuan sampai sekarang. Pasien merupakan anak pertama dari
dua bersaudara. Adik perempuan pasien hanya berjarak dua tahun dari
pasien.

3. MASA DEWASA
a. Riwayat Pekerjaan
Semenjak pasien memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan
di STP Nusa Dua, pasien bekerja sebagai petugas kargo di Bandara Ngurah
Rai Bali dan sempat dipindah tugaskan ke Lombok selama tiga tahun saat
pasien mulai mendengarkan suara-suara tanpa wujud yang nyata di

9
telinganya. Pasien kemudian kembali ditugaskan ke Bandara Ngurah Rai
Bali. Setelah pasien mulai sakit dan dirawat inap bolak-balik ke RSJ
Provinsi Bali, pasien sudah tidak bekerja lagi dan saat ini sehari-hari hanya
membantu ibu pasien menjaga toko sembako kecil yang berada di
rumahnya.

b. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah sebelumnya.

c. Aktivitas Sosial
Sejak pasien mengalami bullying pada masa SD-SMP, pasien
mengatakan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjaga sikap dalam
memulai pertemanan. Pasien mengaku bahwa dirinya sebenarnya orang
yang suka bergaul dan memiliki beberapa teman dekat. Pasien mengatakan
semenjak sakit dirinya mulai jarang berinteraksi dengan tetangga di sekitar
tempat tinggalnya.

d. Riwayat Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat hukum.

III. LINGKUNGAN KELUARGA


Pasien dan keluarga berasal dari Denpasar, Bali. Pasien dan
keluarganya sebelumnya tinggal di rumah keluarga besar yang berada di
Jalan Kenyeri di dekat RS Trijata namun sejak tahun 2009 pindah ke
rumahnya saat ini yang terletak di Perum Dalung Permai Blok D3 No. 8,
Badung. Rumah pasien berdempetan dengan rumah di sampingnya. Rumah
pasien berada di tengah gang, dengan suasana pemukiman yang cukup padat
dan ramai meskipun terletak jauh dari jalan utama. Pasien tinggal bersama
ibu dan ayah pasien. Adik perempuan pasien saat ini telah menikah dan
tinggal berpisah.

10
Silsilah Keluarga

Keterangan:
Laki-laki hidup Laki-laki tidak hidup Pasien

Perempuan hidup Perempuan tidak hidup

IV. LINGKUNGAN RUMAH


Pasien tinggal di Perum Dalung Permai Blok D3 No. 8, Badung.
Rumah pasien berada di tengah gang dengan ukuran + 7m x 4m. Rumah
pasien terdiri atas dua lantai dimana lantai pertama terdapat toko sembako
kecil yang dikelola oleh ibu pasien, kamar tidur orang tua pasien, dapur dan
sebuah kamar mandi. Lantai dua terdiri dari dua kamar tidur, yakni kamar
pasien dan adiknya, sebuah kamar mandi, teras kecil serta tempat
bersembahyang. Dinding rumah pasien dicat warna krem dengan lantai yang
berkeramik. Rumah pasien berdempetan dengan rumah tetangga di
sampingnya. Rumah pasien tampak berantakan dengan beberapa tempat
terlihat penuh dengan barang-barang yang tidak tertata dengan rapi. Kamar
pasien tampak cenderung gelap, karena sedikit terdapat ventilasi udara.
Secara umum, lingkungan rumah pasien layak sebagai tempat tinggal dan
ekonomi keluarga pasien tergolong menengah.

11
V. DENAH RUMAH

Kamar Kamar
Kamar Dapur
Mandi Mandi
Tidur
Pasien
Kamar
Kamar
Tidur
Tidur
Toko
Sembako

Teras S
Padma-sana
LANTAI 2 Tangga LANTAI 1

Gambar 1. Denah Rumah Pasien

VI. LINGKUNGAN SOSIAL


Sejak pasien mengalami bullying pada masa SD-SMP, pasien
mengatakan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjaga sikap dalam
memulai pertemanan. Pasien mengaku bahwa dirinya sebenarnya orang
yang suka bergaul dan memiliki beberapa teman dekat. Beberapa teman
tersebut dikatakan masih sering berkunjung ke rumah pasien hingga saat ini.
Pasien lebih sering berinteraksi dengan laki-laki dan dikatakan tidak pernah
berpacaran sebelumnya. Pasien mengatakan jika ada masalah, pasien lebih
suka untuk memendam dan mencoba menyelesaikan sendiri masalahnya dan
jarang menceritakannya pada teman maupun keluarganya. Pasien
mengatakan semenjak sakit dirinya mulai jarang berinteraksi dengan
tetangga di sekitar tempat tinggalnya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS INTERNA
a. Status Present:
Tensi : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit

12
b. Status General:
Kepala : normocephali
Mata : anemis -/-, ikterus -/-
THT : hiperemis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks :
Cor : S1S2 normal, reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler di kedua lapang paru, rhonki dan wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas, edema (-)

STATUS NEUROLOGI
GCS : E4V5M6
Kaku Kuduk : tidak ada
Reflek Fisiologis : ++ ++
++ ++
Reflek Patologis : - -
- -
Tenaga : 555 555
555 555
Tonus : N N
N N
Tropik : N N
N N

STATUS PSIKIATRI
a. Kesan Umum : Penampilan wajar, kontak verbal dan
visual cukup
b. Sensorium-Kognisi :
 Kesadaran : Jernih
 Orientasi : Baik (waktu, tempat, orang)

13
 Memori : Baik (segera, jangka pendek, menengah
dan panjang)
 Konsentrasi dan perhatian : Baik
 Berhitung : Baik
 Pengetahuan umum : Baik
 Berpikir abstrak : Baik
 Intelegensi : Sesuai tingkat pendidikan
c. Mood/Afek : Iritabel/Appropiate
d. Proses Pikir :
 Bentur Pikir : Logis realis
 Arus Pikir : Koheren
 Isi Pikir : Riwayat waham kejar ada
e. Persepsi :
 Halusinasi : Tidak ada, riwayat visual dan auditorik
ada
 Ilusi : Tidak ada
f. Dorongan Instingtual :
 Insomnia : Tidak ada, riwayat ada
 Hipobulia : Ada
 Raptus : Tidak ada, riwayat ada
g. Psikomotor : Tenang saat pemeriksaan
h. Tilikan : Derajat VI (enam)

VIII. RESUME
Pasien berinisial GKW, laki-laki, 30 tahun, tamat SMA, tidak
bekerja, Hindu, asal Bali, Indonesia, belum menikah. Pasien diwawancarai
dalam posisi duduk, menggunakan pakaian bersih dan rapi, tanpa
menggunakan alas kaki dan merokok selama wawancara berlangsung.
Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik menggunakan
bahasa Indonesia.

14
Pasien merupakan pasien rawat jalan di Poliklinik Psikiatri RSUD
Wangaya, telah menjalani kontrol rutin selama satu tahun terakhir. Pasien
merasa bahwa keadaan jiwanya sedang terganggu dimana emosinya tidak
stabil, khususnya apabila merasa seperti dibicarakan oleh orang lain, yang
membutuhkan pengobatan dari seorang psikiater sehingga dapat sembuh
dan melakukan aktivitas seperti sediakala.
Pasien memiliki riwayat mendengar suara-suara laki-laki yang
tidak jelas wujudnya mencibir dan terkadang mengajak berbicara pasien
sejak tahun 2009. Keluhan tersebut memberat tiga tahun kemudian, saat
pasien kembali bekerja di Bali dimana suara-suara tersebut menghasut dan
memerintahkan dirinya untuk marah hingga akhirnya membuat pasien
memukul-mukul tembok dengan palu dan mengamuk serta berlari-lari
keluar rumah sambil telanjang dada. Selain itu, pasien memiliki riwayat
melihat bayangan laki-laki yang dirasakan seperti mengejar dan ingin
menangkap pasien. Pasien sudah sebanyak 6 kali keluar masuk RSJ Provinsi
Bali sejak tahun 2011-2016 dengan keluhan mengamuk tersebut. Selama ini,
pasien sering merasa seperti tidak perlu untuk tidur dan meskipun tidak tidur
dirinya merasa tidak pernah lelah keesokan harinya.
Saat ini, pasien merasa sudah jauh lebih baik, dimana saat ini sudah
tidak ada yang mengganggu pikirannya. Nafsu makan pasien baik dan
tidurnya cukup dan pulas. Pasien malas mandi sejak beberapa minggu
terakhir ini dan baru akan mandi apabila disuruh oleh ibunya. Pasien selalu
rutin minum obat dari dokter tanpa harus diingatkan oleh ibunya dan tidak
pernah “bolong” minum obat. Pasien merasa saat ini lebih susah untuk
memulai interaksi dengan orang lain.
Dari status psikiatri, didapatkan mood pasien iritabel dengan afek
appropriate. Bentuk pikir logis realis, arus pikir koheren, isi pikir riwayat
waham kejar ada. Hipobulia ada. Psikomotor tenang saat pemeriksaan
dengan tilikan derajat VI.

IX. DIAGNOSIS BANDING


1. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

15
2. Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
(F31.1)
3. Mania Tanpa Gejala Psikotik (F30.1)

X. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Axis I : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
Axis II : Ciri Kepribadian Cemas (Menghindar)
Axis III : Diabetes Melitus
Axis IV : Masalah Pekerjaan
Axis V : GAF saat ini 80-71

XI. TERAPI
Non Farmakologi
- Psikoterapi suportif kepada pasien
- Psikoedukasi keluarga pasien
Farmakologi
- Stelazin 5 mg tiap 12 jam per oral
- Lithium karbonat 200 mg tiap 12 jam per oral

XII. PROGNOSIS
Untuk menentukan prognosis penderita ada beberapa kriteria antara lain:
1. Diagnosis : Gangguan Skizoafektif Tipe : Buruk
Manik (F25.0)
2. Onset umur : Dewasa : Baik
3. Perjalanan penyakit : Kronis : Buruk
4. Faktor genetik : Ada : Buruk
5. Pendidikan : SMA : Baik
6. Status pernikahan : Belum menikah : Buruk
7. Perhatian keluarga : Cukup : Baik
8. Lingkungan sosial ekonomi : Cukup : Baik
9. Faktor pencetus : Jelas : Baik
10. Kepatuhan terhadap terapi : Baik : Baik

16
11. Ciri kepribadian : Cemas (menghindar) : Buruk
12. Insight : Derajat VI : Baik
13. Penyakit organik : Ada : Buruk
Dari beberapa kriteria tersebut diatas, pada kasus ini prognosis penderita
adalah mengarah ke buruk (Dubius Ad Malam)

XIII. SIMPULAN
1. Pasien inisial GKW, laki-laki, 30 tahun, pendidikan terakhir SMA, belum
menikah, suku Bali beralamat di Perum Dalung Permai Blok D3 No. 8,
pasien didiagnosis dengan gangguan skizoafektif tipe manik dan saat ini
mendapatkan pengobatan berupa stelazin 2x5 mg dan lithium karbonat
2x200 mg.
2. Pasien memiliki riwayat waham kejar, halusinasi visual dan auditorik,
insomnia dan raptus. Hipobulia masih ada. Kondisi pasien saat ini sudah
jauh lebih baik, dimana saat ini sudah tidak ada yang mengganggu
pikirannya.
3. Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien belum menikah dan
tidak pernah berpacaran sebelumnya. Pada keluarga pasien dikatakan
kakek pasien memiliki gejala serupa dengan yang dialami oleh pasien.
4. Pasien saat ini sudah tidak bekerja dan sehari-hari terkadang membantu
ibunya menjaga toko sembako yang berada di rumahnya.

XIV. SARAN
Adapun saran yang dapat saya berikan kepada pasien dan keluarga pasien
adalah sebagai berikut:
1. Pasien agar minum obat teratur dan rutin kontrol ke Poliklinik Psikiatri
RSUD Wangaya apabila obat habis dan ketika mulai ada gejala akan
kambuh seperti tidur terganggu untuk mencegah muncul kembali gejala
sebelumnya seperti mengamuk.
2. Keluarga pasien terutama ibu pasien yang sehari-hari berada di rumah
bersama pasien agar memberikan dukungan dalam pengobatan pasien,

17
mengawasi dan memantau kepatuhan pasien minum obat serta jadwal
kontrol ke Poliklinik Psikiatri RSUD Wangaya.
3. Pasien diharapkan lebih bersosialisasi dengan tetangga dan teman dekat
pasien yang tinggal di sekitar rumah pasien, sehingga pasien dapat
memiliki teman ngobrol di waktu luang. Pasien disarankan menceritakan
apapun yang sedang menjadi beban pikiran dan masalah yang sedang
dihadapi baik kepada teman dekat yang dipercaya oleh pasien maupun
pada keluarga pasien.
4. Pasien disarankan untuk lebih mengisi waktu sehari-hari dengan aktivitas
atau kegiatan yang bermanfaat seperti ikut serta dalam kegiatan yang
diadakan di Rumah Berdaya dan bersosialisasi dengan rekan-rekan
sesama penderita untuk sekedar sharing atau bertukar pikiran.
5. Pasien dan keluarga pasien agar lebih semangat dan sabar serta lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan.

XV. DOKUMENTASI

18
Gambar 2. Foto Pemeriksa Bersama Pasien dan Ibu Pasien

19

Anda mungkin juga menyukai