Anda di halaman 1dari 19

RESPONSI KASUS

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI DEPRESIF BERAT


TANPA GEJALA PSIKOTIK

Oleh :
Made Sebastian Dwi Putra Hardika
1202006093

Pembimbing :
dr. I Gusti Ngurah Sastradhi, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD
RSUD WANGAYA DENPASAR
2017

0
RESPONSI KASUS
BAGIAN/SMF PSIKIATRI RSUD WANGAYA DENPASAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
PERIODE: 6 November 2017 - 12 November 2017

Pembimbing : dr. I Gusti Ngurah Sastradhi, Sp.KJ


Nama : Made Sebastian Dwi Putra Hardika (1202006093)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : MH
No. Rekam Medis : 521278
Baru/Ulangan : Ulangan
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Tingkat Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Agama : Kristen Katolik
Bangsa/Suku Bangsa : Indonesia/Ende
Alamat : Kompleks BTN Pondok Purnawira VI No. 19
Tanggal Pemeriksaan : 6 November 2017
Tanggal Kunjungan : 6 November 2017

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : sulit tidur

AUTOANAMNESIS
Pasien datang sendiri ke Poliklinik Jiwa RSUD Wangaya pada
tanggal 6 November 2017 pukul 12.00 WITA. Pasien diwawancara dalam
posisi duduk berhadapan dengan pemeriksa dipisahkan oleh sebuah meja.
Pasien mengenakan baju lengan pendek berwarna coklat bermotif, bercelana
panjang coklat dan menggunakan sandal. Pasien berperawakan sedang, kulit

1
pasien berwarna sawo matang, rambut berwarna hitam pendek rapi, kuku
tangan dan kaki terpotong pendek dan bersih. Penampilan pasien tampak
rapi, roman wajah sesuai usia, tidak tercium bau urin, feses, alkohol maupun
bau tidak sedap lainnya dari tubuh pasien. Pasien diwawancarai
menggunakan bahasa Indonesia. Saat diwawancara, pasien mampu menatap
mata pemeriksa dan menjawab pertanyaan yang diajukan pemeriksa dengan
jelas.
Pemeriksa memulai wawancara dengan memperkenalkan diri
kemudian menanyakan nama pasien. Pasien dapat menjawab namanya
dengan benar, mengetahui dirinya saat ini sedang berada dimana serta dapat
menyebutkan hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukannya wawancara.
Kunjungan pasien ke Poliklinik Psikiatri RSUD Wangaya ini
merupakan kunjungan ulangan. Pasien mengaku sudah sering kontrol ke
poliklinik sejak tahun 2015. Kunjungan terakhir dikatakan pada bulan Juli
2017 yang lalu, dimana pasien mengatakan sudah tidak lanjut minum obat
sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengaku biasanya mendapatkan 3 jenis obat
untuk mengontrol keluhannya, yaitu Ikalep 250 mg diminum pagi dan sore
hari, Haloperidol yang berwarna pink setengah tablet diminum pagi dan sore
hari serta Clobazam 10 mg pada malam hari. Pasien mengatakan baru
sempat datang untuk kontrol obat habis dikarenakan pergi ke Ende untuk
mengurus surat penjualan rumah serta perceraian dengan suaminya yang
dikatakan sudah tidak pernah memberikan dirinya nafkah sejak 8 tahun
yang lalu. Pasien merasa kecewa karena suaminya diketahui sudah memiliki
wanita lain di Ende dan terlebih lagi anaknya dikatakan merestui dan
mendukung hubungan suaminya dengan wanita lain tersebut. Saat ini pasien
merasa dirinya memiliki beban begitu berat karena banyak pikiran mengenai
masalah dengan suami, anak dan juga keluarganya. Pikiran-pikiran tersebut
dikatakan tidak mampu dikontrol olehnya sehingga membuat pasien
kembali terganggu tidurnya sejak 3 bulan terakhir. Pasien mengatakan sulit
untuk memulai tidur, dimana rata-rata baru bisa tidur pada jam 1 pagi dan
bangun pada jam 6 pagi. Pasien mengaku terkadang dapat bangun dari
tidurnya, namun masih mampu untuk kembali tidur. Nafsu makan dikatakan

2
baik dan pasien mengatakan mandi seperti biasa tiap harinya sebanyak dua
kali. Pasien kemudian bercerita bahwa dirinya sempat diopname selama
seminggu di RS Trijata pada bulan Juli 2017 lalu karena tiba-tiba tubuhnya
terasa kaku dan terjatuh di kamar mandi rumahnya. Saat itu dikatakan oleh
dokter yang merawatnya bahwa pasien tidak mengalami stroke dan dalam
keadaan baik-baik saja, hanya karena beban perasaan dan pikiran yang
terlalu berat. Namun pasien masih merasa takut jika dirinya mengalami
stroke karena merasa hingga sekarang beberapa bagian tubuhnya seperti
tangan dan kakinya terkadang terasa kaku. Pasien menceritakan bahwa
dirinya sedang berkabung karena ayahnya baru saja meninggal pada tanggal
1 November 2017 lalu dan pada hari Kamis besok dirinya sudah harus
kembali ke Ende untuk lanjut mengurus siding perceraian dengan suaminya.
Pasien mengatakan perasaannya saat ini masih sama seperti sebelumnya
dimana pasien masih sering memikirkan ide bosan untuk hidup meskipun
sudah lebih jarang dari sebelumnya. Pasien tampak lambat dalam merespon
pertanyaan pemeriksa dimana sesekali meminta pemeriksa untuk mengulang
pertanyaan yang diberikan.

HETEROANAMNESIS
Tidak ada

III. KUNJUNGAN RUMAH


Kunjungan dilakukan pada tanggal 6 November 2017 pada pukul
19.00 WITA. Sebelumnya, pemeriksa sebagai dokter muda telah meminta
izin kepada pasien untuk melakukan kunjungan rumah dengan tujuan
memantau kondisi pasien. Pasien memberikan izin kepada pemeriksa untuk
melakukan kunjungan rumah. Pasien saat ini tinggal sementara di rumah
keluarga besar pasien yang beralamat di Kompleks BTN Pondok Purnawira
VI No. 19 Padangsambian, Denpasar, Bali.
Pemeriksa tiba di tempat tinggal pasien pada pukul 19.00 WITA
dan disambut oleh pasien beserta beberapa saudara kandung pasien yang
sedang berkumpul. Sebelum melakukan wawancara, pemeriksa kembali

3
memperkenalkan diri kepada pasien serta menjelaskan tujuan dari
dilakukannya kunjungan rumah tersebut. Pemeriksa juga meyakinkan
bahwa isi dari wawancara dengan pasien ini akan dijaga kerahasiaannya.
Setelah pasien menyetujui, pemeriksa memulai wawancara dengan pasien.

AUTOANAMNESIS
Wawancara dilakukan di ruang tamu rumah pasien dengan posisi
saling berhadapan. Pasien mengenakan daster berwarna dasar putih dengan
motif bunga. Rambut pasien pendek dan tersisir rapi. Kuku tangan dan kaki
bersih dan terpotong pendek. Pasien berperawakan sedang dengan warna
kulit sawo matang. Pasien diwawancara menggunakan bahasa Indonesia.
Sebelum memulai wawancara, pemeriksa menyapa pasien dan kembali
memperkenalkan diri. Saat diwawancara, pasien mampu menatap mata
pemeriksa dan menjawab pertanyaan yang diajukan pemeriksa dengan jelas.
Pasien terbuka dalam memberikan keterangan dan kooperatif.
Pasien dapat menyebutkan hari, tanggal, bulan dan tahun
dilakukannya wawancara dengan benar. Pasien juga dapat menyebutkan
dengan benar dimana dirinya berada dan bersama siapa pasien tinggal di
rumah saat ini. Pasien dapat menyebutkan kembali nama pemeriksa,
makanan apa yang dimakan tadi pagi, sewaktu masa sekolah pasien dapat
menempuh pendidikan hingga tingkat apa serta mengetahui nama presiden
pertama Indonesia. Pasien dapat menjawab dengan benar pengurangan 100
oleh 7 sebanyak 5 kali berturut-turut. Pasien dapat menjawab perbedaan
bola tenis dan buah jeruk, yaitu “Bola tenis dan buah jeruk sama-sama bulat
tapi buah jeruk bisa dimakan dan dijadikan jus sedangkan bola tenis hanya
bisa dipakai untuk bermain saja”. Pasien dapat melanjutkan peribahasa
“Berakit-rakit ke hulu” dengan “Berenang-renang ke tepian” serta
menyebutkan artinya, yaitu “Bersusah-susah dahulu baru kemudian
bersenang-senang”.
Pasien mengaku alasan pasien berkunjung ke Poliklinik Jiwa
RSUD Wangaya merasa bahwa keadaan jiwanya sedang terganggu yang
membutuhkan pengobatan dari seorang psikiater sehingga dapat sembuh

4
dan melakukan aktivitas seperti sediakala. Pasien mengatakan bahwa
perasaannya saat ini masih sama seperti sebelumnya dimana pasien masih
sering memikirkan ide bosan untuk hidup meskipun sudah lebih jarang dari
sebelumnya.
Pasien merasa cepat lelah, seperti kehilangan energi. Di rumah,
pasien cenderung di kamar karena merasa tidak ada energi untuk melakukan
aktivitas. Pasien merasa dirinya akhirnya lega setelah memasuki masa
pensiun dari pekerjaannya sejak setahun yang lalu. Pasien merasa bahwa
memang sudah waktunya dirinya untuk selesai dari pekerjaannya tersebut
karena menurut pasien, banyaknya masalah yang dihadapi membuat
konsentrasinya untuk melakukan pekerjaan tidak maksimal lagi. Selain
merasa lelah, pasien juga merasakan perasaannya diliputi rasa sedih. Pasien
mengatakan tiada hari yang dilewati pasien tanpa air mata. Pasien juga
dikatakan terkadang meluapkan kekesalan akan masalah yang dihadapi
dengan berteriak. Pasien mengaku kehilangan minat untuk melakukan
aktivitas atau kegiatan yang sebelumnya disukai seperti menyanyi atau aktif
dalam kegiatan di gereja. Pasien menceritakan perasaannya dengan ekspresi
yang sesuai dengan perasaannya.
Pasien menceritakan bahwa pada tahun 2008, pasien bersama
suami yang saat itu masih tinggal di Jalan Kenyeri berkenalan dengan
seorang lelaki baru yang bernama Silalahi sebelumnya baik pasien dan
suami tidak memiliki hubungan apapun dengan orang tersebut. Pasien
memiliki rasa ingin menolong dimana dikatakan bahwa pasien sering
meminjamkan uang kepada Silalahi. Saat ditanyakan alasannya, pasien
mengatakan dirinya sempat berusaha untuk menjodohkan Silalahi dengan
adik perempuannya yang belum menikah dan orang tersebut mengaku
meminjam uang untuk keperluan menyuksesan acara persiapan melamar
adik pasien. Setahun kemudian, pasien sempat membeli tanah milik Made
Balig di daerah Batubulan melalui perantara Silalahi dengan harga sebesar
36 juta rupiah. Pasien menyadari bahwa dirinya ditipu oleh Silalahi setelah
6 bulan kemudian baru mengecek tanahnya dan dikatakan sudah dijual ke
orang lain oleh Made Balig karena Made Balig mengaku tidak pernah

5
menerima transfer uang dari Silalahi. Pada tahun yang sama, suami pasien
dikatakan pisah rumah dengan pasien dan pulang ke Ende dengan membawa
anak laki-lakinya karena menganggap pasien berselingkuh dengan Silalahi.
Pasien merasa bahwa tuduhan suaminya tersebut tidak beralasan dan
dikatakan suaminya tidak pernah mengeluh ketika pasien meminjamkan
uang kepada Silalahi.
Pada tahun 2010, saat ibu pasien meninggal, pasien sempat
menghubungi suaminya di Ende untuk meminta sejumlah uang. Pasien
kaget ketika menelpon nomor suaminya dan kemudian diangkat oleh
seorang perempuan yang sebelumnya tidak pernah dikenal oleh pasien.
Pasien kemudian curiga bahwa suaminya telah memiliki wanita lain di
Ende. Sejak saat itu dikatakan, dirinya putus kontak dengan suaminya dan
juga tidak diijinkan untuk berkomunikasi dengan anaknya. Setelah dirinya
hidup sendiri, pasien sering berpindah kos-kosan dan mengaku dirinya
pernah diusir saat kos di Jalan Ratna karena bermasalah dengan anak
pemilik kosnya.
Pada tahun 2015, pasien mengaku mendapat kabar dari saudaranya
yang tinggal di Ende bahwa anaknya telah memiliki anak hasil hubungan di
luar nikah dan membuat pasien berinisiatif pergi ke Ende untuk bertemu
dengan anaknya. Namun dikatakan anak pasien tidak mau menerima dirinya
lagi dan malah mendukung dan menyetujui hubungan suami pasien dengan
wanita lain tersebut. Pasien juga kecewa karena ternyata pada tahun 2012
rumah atas nama dirinya di Ende telah dijual sepihak oleh suaminya.
Pasien mengatakan bahwa dirinya terus memikirkan masalah
rumah yang dibangun di Batubulan karena terkendala akses jalan umum
yang tidak ada hingga akhirnya pasien jatuh sakit dan sempat diopname
selama seminggu di RS Trijata pada bulan Juli 2017 lalu karena tiba-tiba
tubuhnya terasa kaku dan terjatuh di kamar mandi rumahnya. Saat itu
dikatakan oleh dokter yang merawatnya bahwa pasien tidak mengalami
stroke dan dalam keadaan baik-baik saja, hanya karena beban perasaan dan
pikiran yang terlalu berat. Namun pasien masih merasa takut jika dirinya

6
mengalami stroke karena merasa hingga sekarang beberapa bagian tubuhnya
seperti tangan dan kakinya terkadang terasa kaku.
Pada September 2017 lalu dikatakan pasien mengirimkan uang
sebanyak 2 juta agar suami pasien datang ke Bali untuk mengurus penjualan
rumah di Batubulan tetapi suami tidak mau datang dan malah meminta uang
lagi sebanyak 5 juta namun pasien tidak mau mengirimkan karena
menganggap uang tersebut akan digunakan untuk kepentingan wanita lain.
Akhirnya karena pasien merasa bahwa beban pikirannya terlalu berat
diakibatkan oleh masalah dengan suami, maka dari itu pada bulan Oktober
2017 pasien kemudian menggugat cerai suaminya.
Pasien mengatakan pernah mendengar suara-suara perempuan yang
tidak jelas wujudnya yang menyuruh pasien untuk membunuh anaknya yang
baru berumur 3 tahun pada tahun 2000 lalu. Pasien mengaku dapat menahan
diri untuk tidak melakukannya dan dikatakan saat itu dirinya dalam keadaan
stress berat akibat mendapat tekanan dari keluarga suami. Namun saat ini
dikatakan pasien sudah tidak pernah mendengar suara-suara yang tidak jelas
wujudnya. Pasien mengaku sering melihat bayangan berupa binatang dan
terkadang peti mati yang tidak dapat dilihat oleh orang lain sejak tahun
2016. Bayangan dikatakan sering muncul apabila pasien sedang melamun
sendiri dan ketika malam hari, namun saat ini dikatakan bayangan sudah
tidak ada. Pasien mengaku pernah melakukan usaha untuk bunuh diri
dengan meminum Baygon saat duduk di kelas 3 SMA pada tahun 1981
karena merasa dirinya sudah tidak berharga lagi akibat putus cinta ditinggal
oleh pacarnya. Saat ini, pasien mengaku masih sering terlintas pikiran untuk
mengakhiri hidup seperti gantung diri atau minum cairan pembersih lantai
karena sudah merasa tidak kuat dengan cobaan yang didapatkan. Namun,
pasien mengatakan tidak pernah sampai melakukannya karena sudah kapok
dengan kejadian di masa lalu.
Pikiran akan masalah dengan suami, anak serta keluarganya terjadi
berulang-ulang sampai mengganggu tidur pasien. Pasien mengatakan sulit
untuk memulai tidur, dimana rata-rata baru bisa tidur pada jam 1 pagi dan
bangun pada jam 6 pagi. Pasien mengaku terkadang dapat bangun dari

7
tidurnya, namun masih mampu untuk kembali tidur. Nafsu makan pasien
dikatakan baik dimana pasien biasanya makan tiga kali sehari dan dapat
mandi seperti biasa tiap harinya sebanyak dua kali.
Pasien mengatakan biasanya jika ada masalah pasien terkadang
bercerita pada kakaknya sehingga pasien bisa merasa lebih lega. Saat ini
pasien mengatakan tidak memiliki teman dekat dan jarang bersosialisasi
dengan orang lain karena sempat tinggal sendiri di Batubulan. Pasien
mengatakan saat ini merasa lebih susah memulai interaksi dengan orang
lain. Pasien mengatakan selalu rutin minum obat dari dokter tanpa harus
diingatkan sebelumnya, namun sejak 3 bulan yang lalu sudah tidak lanjut
minum obat dikarenakan pergi ke Ende. Pasien mengatakan telah
mengonsumsi obat yang sama selama kurang lebih dua tahun. Selama
mengonsumsi obat tersebut, pasien mengatakan tidak ada merasa ada
perubahan atau keluhan yang berarti.

HETEROANAMNESIS (Kakak Pasien)


Kakak pasien mengatakan gejala ini muncul sejak pasien
mengalami masalah rumah tangga dengan suaminya. Pasien dikatakan
memiliki banyak beban pikiran dan tidak bisa tidur setelah ditinggal oleh
suaminya, pasien merasa sangat terpukul. Suami pasien dikatakan ingin
pisah dan pergi ke Ende karena mendapati pasien telah tidur dengan orang
lain yang bernama Silalahi pada siang hari di rumahnya, namun pasien
mengaku bahwa hal tersebut tidak pernah dilakukannya. Anak pasien juga
dikatakan tidak mau berkomunikasi dengan pasien dan membuat kesedihan
mendalam bagi pasien. Sejak ditinggal dengan suami dan anaknya, pasien
dikatakan lebih memilih untuk tinggal sendiri dan sudah sering berpindah-
pindah hingga akhirnya menetap cukup lama pada rumah di daerah
Batubulan. Pasien dikatakan baru pada pertengahan tahun ini mulai tinggal
bersama dengan keluarga lainnya di rumah keluarga besar karena
berkeinginan untuk menjual rumahnya di Batubulan tersebut. Sejak tahun
2015, pasien diketahui berobat ke RSUD Wangaya namun dikatakan pasien
lebih sering pergi sendiri tanpa ditemani oleh keluarganya. Pasien dikatakan

8
jarang bercerita banyak mengenai masalahnya pada keluarga lain. Pasien
dikatakan sekarang apabila diajak berbicara sering bengong atau melamun
dan terlihat kebingungan padahal sebelumnya pasien dikenal sebagai orang
yang percaya diri dan periang. Pasien dikatakan sering mengigau nama
suaminya atau teriak-teriak minta tolong saat sedang tertidur.

RIWAYAT PENGGUNAAN NAPZA


Pasien tidak memiliki riwayat mengonsumsi kopi, merokok,
mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.

RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien mulai berobat ke Poliklinik Jiwa RSUD Wangaya sejak
tahun 2015 dan mendapatkan tiga jenis obat, berupa Ikalep 250 mg
diminum pagi dan sore hari, Haloperidol yang berwarna pink setengah tablet
diminum pagi dan sore hari serta Clobazam 10 mg pada malam hari. Namun
pasien dikatakan sudah putus minum obat sejak 3 bulan yang lalu. Selain
itu, pasien rutin kontrol ke RS Trijata dan minum obat metformin dan
captopril untuk mengontrol penyakit gula darah dan tensi tingginya.

RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak ke-7 dari 13 bersaudara, delapan anak laki-
laki dan lima anak perempuan. Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada
yang memiliki gejala yang serupa seperti dirinya. Pasien memiliki seorang
anak laki-laki yang sekarang telah berusia 20 tahun. Saat ini, pasien tinggal
bersama kakak pasien di rumah keluarga besar. Riwayat penyakit kronis
seperti asma, diabetes melitus dan hipertensi dalam keluarga tidak diketahui
oleh pasien.

RIWAYAT KEPRIBADIAN
Pasien memiliki kepribadian yang cenderung untuk bertindak
impulsif tanpa mempertimbangkan dampaknya. Pasien menceritakan bahwa
dirinya sempat tidak naik kelas saat duduk di bangku SMA karena dirinya

9
suka melarikan diri dari kelas saat pelajaran berlangsung. Saat ditanyakan
alasannya, pasien mengaku tidak suka saja saat itu.

LINGKUNGAN KELUARGA
Pasien saat ini tinggal bersama kakak dan saudara pasien lainnya di
rumah keluarga besar. Selama ini dikatakan hubungan pasien dengan
suaminya sudah tidak harmonis sejak 8 tahun yang lalu. Pasien dituduh
berselingkuh dengan orang lain oleh suaminya dan kemudian ditinggal pergi
ke Ende. Pasien mengaku sudah tidak diberikan nafkah oleh suaminya dan
juga putus komunikasi dengan anaknya sejak saat itu. Hubungan pasien
dengan saudara kandungnya dikatakan tidak begitu akur, terutama dengan
adik pasien yang rencana pasien jodohkan dengan orang ketiga penyebab
keretakan hubungan dengan suaminya. Adik pasien tersebut dikatakan tidak
mau berbicara lagi dengan dirinya sejak masalah tersebut muncul. Pasien
dikatakan jarang menceritakan masalahnya kepada keluarga besarnya, dan
hanya dekat pada beberapa kakak kandung pasien.

LINGKUNGAN SOSIAL
Dari riwayat pekerjaannya, dikatakan setelah menamatkan
pendidikan S1 Hukum pasien bekerja sebagai pegawai PNS sejak tahun
1982 dan baru saja pensiun per tanggal 1 November 2016 lalu. Tahun 1997
dikatakan pasien sudah hamil lebih dulu sebelum menikah. Pasien mengaku
dirinya jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya
terlebih lagi bahwa dirinya baru saja ikut pindah tinggal bersama dengan
keluarga besarnya.

LINGKUNGAN RUMAH
Pasien tinggal di rumah di Kompleks BTN Pondok Purnawira VI
No. 19. Daerah tempat tinggal pasien cukup padat. Rumah pasien terdiri
dari halaman dan bangunan rumah. Dinding rumah pasien menggunakan cat
tembok dengan warna putih, terpasang lantai dimana cahaya dan ventilasi
cukup memadai. Halaman depan biasanya dijadikan tempat bermain bagi

10
keponakannya saat sore hari. Pasien dikatakan sehari-hari tidur bersama
kakak perempuan pasien yang belum menikah. Secara umum, lingkungan
rumah pasien layak sebagai tempat tinggal dan ekonomi pasien tergolong
menengah.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS INTERNA (di Poli Jiwa RSUD Wangaya)
a. Status Present:
Tensi : 150/100 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 17 x/menit
b. Status General:
Kepala : normocephali
Mata : anemis -/-, ikterus -/-
THT : hiperemis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks :
Cor : S1S2 normal, reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler di kedua lapang paru, rhonki dan wheezing (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas, edema (-)

STATUS NEUROLOGI
GCS : E4V5M6

STATUS PSIKIATRI
a. Kesan Umum : Penampilan wajar, tampak lambat
dalam berpikir dan perilakunya
b. Sensorium-Kognisi :
 Kesadaran : Jernih
 Orientasi : Baik (waktu, tempat, orang)

11
 Memori : Baik (segera, jangka pendek,
menengah, panjang)
 Konsentrasi dan perhatian : Baik
 Berhitung : Baik
 Pengetahuan umum : Baik
 Berpikir abstrak : Baik
 Intelegensi : Sesuai tingkat pendidikan
c. Mood/Afek : Hipotimia/Appropiate
d. Proses Pikir :
 Bentur Pikir : Logis realis
 Arus Pikir : Koheren
 Isi Pikir : Preokupasi terhadap masalahnya, ide
bunuh diri (+)
e. Persepsi :
 Halusinasi : Tidak ada, riwayat visual dan auditorik
tipe memerintah (+)
 Ilusi : Tidak ada
f. Dorongan Instingtual :
 Insomnia : Ada, insomnia tipe campuran
 Hipobulia : Tidak ada
 Raptus : Tidak ada
g. Psikomotor : Tenang saat pemeriksaan
h. Tilikan : Derajat IV

V. RESUME
Pasien berinisial MH, perempuan, 59 tahun, tamat S1, Pensiunan
PNS, Kristen Katolik, asal Ende, Indonesia, menikah. Pasien datang karena
sulit untuk memulai tidur dan terkadang dapat bangun dari tidurnya, namun
masih mampu untuk kembali tidur. Pasien sudah putus minum obat sejak
kontrol terakhir kali, 3 bulan yang lalu. Pasien merasa cepat lelah, seperti
kehilangan energi. Pasien merasa sedih dan kehilangan minat untuk

12
melakukan aktivitas atau kegiatan yang sebelumnya disukai seperti
menyanyi atau aktif dalam kegiatan di gereja.
Keluhan ini dirasakan pasien sejak mengalami masalah dalam
rumah tangganya pada tahun 2009. Saat itu, pasien dituduh berselingkuh
oleh suami pasien dengan orang yang selalu dibantu oleh pasien sehingga
membuat suami pasien membawa anaknya dan pergi meninggalkan pasien
ke Ende. Setelah itu pasien tidak pernah lagi berkomunikasi dengan anaknya
dan tidak diberikan nafkah oleh suaminya. Pada tahun 2010, pasien
menduga bahwa suaminya telah memiliki wanita lain di Ende. Pada tahun
2015, pasien merasa sedih dan kecewa karena anaknya tidak ingin bertemu
dengan dirinya dan malah mendukung dan menyetujui ayahnya bersama
wanita lain tersebut. Akhirnya karena beban yang begitu berat, pasien
memutuskan untuk menggugat cerai suaminya pada bulan Oktober 2017
lalu. Selain itu, pasien juga memikirkan masalah tanah dan rumah yang
dimilikinya di Batubulan karena merasa dibohongi ternyata tanah tersebut
tidak memiliki akses jalan.
Pasien pernah mendengar suara-suara perempuan yang tidak jelas
wujudnya yang menyuruh pasien untuk membunuh anaknya yang baru
berumur 3 tahun pada tahun 2000 lalu. Pasien mengaku sering melihat
bayangan berupa binatang dan terkadang peti mati yang tidak dapat dilihat
oleh orang lain sejak tahun 2016, namun saat ini dikatakan bayangan sudah
tidak ada. Pasien mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri saat
duduk di kelas 3 SMA pada tahun 1981 karena merasa dirinya sudah tidak
berharga lagi akibat putus cinta ditinggal oleh pacarnya. Saat ini, pasien
mengaku masih sering terlintas pikiran untuk mengakhiri hidup namun tidak
pernah sampai melakukannya karena sudah kapok dengan kejadian di masa
lalu. Selama wawancara pasien tampak lambat dalam berpikir dan
perilakunya. Sebelum muncul keluhan, dikatakan pasien sering bertindak
impulsif tanpa mempertimbangkan dampak dari tindakannya tersebut.
Dari status psikiatri, didapatkan mood pasien hipotimia dengan
afek appropriate. Bentuk pikir logis realis, arus pikir koheren, isi pikir
preokupasi terhadap masalahnya dan terdapat ide bunuh diri. Insomnia tipe

13
campuran ada. Psikomotor tenang saat pemeriksaan dengan tilikan derajat
IV.

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresif Berat Tanpa Gejala
Psikotik (F31.4)
2. Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik (F32.2)
3. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresif (F41.2)

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Axis I : Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresif Berat Tanpa
Gejala Psikotik (F31.4)
Axis II : Ciri Kepribadian Emosional Tak Stabil
Axis III : Diabetes Melitus, Hipertensi
Axis IV : Masalah dengan Primary Support Group (keluarga)
Axis V : GAF sekarang 80-71 (gejala sementara & dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll)
GAF satu tahun terakhir 70-61 (beberapa gejala ringan &
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik)

VIII. RENCANA DAN STRATEGI PENGOBATAN


1. Non Farmakologi
KIE
 Memberikan informasi kepada pasien mengenai gangguan
kejiwaan yang dialami pasien, perjalanan penyakit, obat yang
diberikan, efek samping dan lama pemberian pengobatan.
 Memberikan informasi kepada keluarga mengenai penyakit yang
dialami pasien dan meminta keluarga untuk bersama-sama
memberikan dukungan moral dan spiritual kepada pasien.
 Pasien diharapkan tetap kontrol secara teratur (tiap satu bulan)
dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan penyakitnya dan

14
melihat efek obat yang diminum, selain itu pasien juga disarankan
untuk meminum obat secara teratur sesuai yang dianjurkan.
 Pasien diharapkan untuk tetap terbuka dan menceritakan masalah
yang terjadi kepada anggota keluarganya, agar tidak dipendam
dalam hati.
 Meminta anggota keluarga dari pasien untuk mendampingi pasien
selama pengobatan untuk memantau pengobatan pasien dan juga
melihat perkembangan gejala-gejala pasien untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan terjadi pada pasien. Keluarga juga harus
memberikan semangat dan dukungan dengan sabar untuk
membantu proses penyembuhan pasien.
Psikoterapi suportif
 Pasien diberikan beberapa penjelasan, bahwa beberapa hal dalam
kehidupan dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol, ada hal yang
tidak diharapkan tapi terjadi dan hal yang diharapkan tapi tidak
terjadi. Pasien harus bisa memahami secara pasti penyebab
penyakitnya, yaitu pasien masih belum mampu untuk mengalihkan
pikirannya.
2. Farmakologi
 Natrium Divalproex 250 mg tiap 12 jam per oral
 Clobazam 10 mg tiap 24 jam per oral

IX. PROGNOSIS
Untuk menentukan prognosis penderita ada beberapa kriteria antara lain:
1. Diagnosis : Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini
Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik
(F31.4) : Buruk
2. Onset umur : Dewasa : Baik
3. Perjalanan penyakit : Kronis : Buruk
4. Faktor genetik : Tidak ada : Baik
5. Pendidikan : S1 : Baik
6. Status pernikahan : Menikah : Baik

15
7. Perhatian keluarga : Kurang : Buruk
8. Lingkungan sosial ekonomi : Cukup : Baik
9. Faktor pencetus : Hubungan keluarga : Baik
10. Kepatuhan terhadap terapi : Baik : Baik
11. Ciri kepribadian : Emosional tak stabil : Buruk
12. Insight : Derajat IV : Baik
13. Penyakit organik : Ada : Buruk
Dari beberapa kriteria tersebut diatas, pada kasus ini prognosis penderita
adalah mengarah ke baik (Dubius Ad Bonam)

X. ANALISIS PSIKODINAMIKA
Genetik
Pasien mengatakan pasien lahir sungsang ditolong oleh mantri.
Pasien mengaku bahwa ibu pasien dahulu saat mengandung pasien sempat
diminta untuk memberikan pasien kepada pamannya yang sudah menikah
dikarenakan ibu pasien saat itu sudah memiliki enam anak sedangkan
paman pasien belum dikarunia keturunan. Pasien mengatakan mendapat
ASI. Perkembangannya dikatakan sesuai usia. Di keluarga pasien, tidak
ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat penyakit
sistemik seperti hiperensi, diabetes melitus dan asma dalam keluarga tidak
diketahui.

Pola Asuh
Dari pola asuh orang tuanya pasien mengaku tidak dibeda-bedakan
antara pasien dengan saudaranya yang lain. Pada masa kanak-kanak
sampai remaja pasien mengatakan mempunyai banyak teman, suka bergaul
dan juga memiliki teman dekat, namun pasien berhati-hati dalam
berceritakan masalahnya.

Ciri Kepribadian
Pasien memiliki kepribadian yang cenderung untuk bertindak
impulsif tanpa mempertimbangkan dampaknya. Pasien menceritakan

16
bahwa dirinya sempat tidak naik kelas saat duduk di bangku SMA karena
dirinya suka melarikan diri dari kelas saat pelajaran berlangsung. Saat
ditanyakan alasannya, pasien mengaku tidak suka saja saat itu.

Stressor Psikososial
Pasien merasa sedih dan tertekan oleh masalah rumah tangga
dengan suami dan keluarganya, hubungan pada keluarga besar sendiri
dikatakan tidak begitu akur dan juga terdapat masalah dengan anaknya.
Keluhan dirasakan pasien pertama kali muncul pada tahun 2015 yang
membuat pasien memutuskan untuk berobat ke psikiater, keluhan yang
dirasakan saat ini masih sama seperti sebelumnya dimana pasien masih
sering memikirkan ide bosan untuk hidup meskipun sudah lebih jarang
dari sebelumnya.

XI. SILSILAH KELUARGA

Keterangan:
Perempuan

Laki-laki

Meninggal

Pasien

17
XII. DOKUMENTASI

18

Anda mungkin juga menyukai