Anda di halaman 1dari 4

Flow Diagram Pembuatan Deterjen

T = 100oC T = 30 – 45oC
C6H6 + H2S2O7 C6H5SO3H + H2O
Raw Sulfonator Surge Tank
Material

Bahan Baku :
 Oleum ( H2S2O7 ) 22%
 Alkil Benzen ( C6H6 ) C6H5SO3H
78%
T = 25 – 35oC

Cooler
T = 29oC – 50OC R’OSO3H + H2O + NaOH
Surfactant Na5P3O11 + H2O C6H5SO3H
Neutralizer
Storage

Na5P3O11
( Sodium Tripoliphospat )

T = 30o – 60oC T = 25o – 30oC


Deterjen Slurry Deterjen Slurry
Crutcher Drop Tank Pump

Na5P3O11 + Aditif / Builders

T = 100 – 115oC
 90% Parfum
P = 10 Bar
 10% Alkohol T = < 115oC
Deterjen bubuk Deterjen Bubuk Spray
Screen Perfume Cyclone Air Lift
Tower

Packing Product
Penjelasan Proses :
A. Bahan baku dari pembuatan Detergen pada umumnya adalah
Surfaktan dan Oleum. Dimana Surfactan disini berupa Alkil
Benzene memiliki rumus kimia ( C6H6 ), dicampurkan dengan
oleum. Oleum adalah Asam Sulfat yang mengandung SO3 yang
berlebih (antara 20 - 30%) Rumus Kimianya adalah H2S2O7.
B. Sulfonator, merupakan tempat untuk mencampurkan Bahan
baku. Bahan baku yang dicampurkan berupa Oleum sebanyak
22% dan Alkil Benzene (Surfactant) sebanyak 78%. Dengan suhu
>100o C. Pada Sulfonator Terdapat Reaksi sebagai berikut :
C6H6 + H2S2O7 C6H5SO3H+ H2O
Alkil Benzene + Oleum Fatty Alcohol + Air

C. Surge Tank, Merupakan tempat penampungan hasil Proses


Sulfasi + Sulfonation yang terjadi pada Sulfonator. Pada Surge
Tank juga terdapat proses pemisahan Fatty Alcohol dengan air.
Dengan suhu berkisar 30-45OC.

D. Cooler, Pada cooler terjadi proses pendinginan material, yaitu


pendingan Fatty Alcohol hingga suhunya 25-35OC.

E. Neutralizer, Produk hasil dari sulfonasi-sulfasi dinetralisasi


dengan larutan NaOH dibawah temperature yang terkontrol.
Temperaturenya sekitar 30 OC untuk menjaga fluiditas bubur
surfaktan (Na5P3O11). Reaksi Pada Neutralizer adalah :

R’OSO3H + H2O+NaOH Na5P3O11+ H2O

F. Surfactan Storage, merupakan tempat penyimpanan surfactant


sebelum diolah dan dicampur dengan aditif.

G. Crutcher, Crutcher adalah tempat pencampuran bahan aditif dengan


surfactant, yang akan menghasilkan deterjen dalam fase slurry. Pada
Crutcher,Surfactant (Na5P3O11) akan dicampurkan dengan zat
aditif/Builders seperti CMC, Blueing Agent, Fluorescent, Proteolytic
enzyme, Foam Regulator, Bleaching agent Organic
sequestering,Colorant,Natrium Silikat,Builder. Suhu pada Crutcher
berkisar antara 30-60o C. dari masing-masing aditif/builders memiliki
fungsi pada detergen tersebut

Kandungan zat Aditif yang di oleh dalam Crutcher :

1. Na-CMC. Natrium Carboxyl Methyl Cellulose sebagai aditif berfungsi sebagai agen
anti-redeposisi yang paling umum digunakan pada kain katun. Namun, senyawa ini
tidak berfungsi baik pada serat sintetis.
2. Blueing Agent. Blueing agent memiliki fungsi untuk memberi kesan biru pada kain
putih sehingga kain akan terlihat semakin putih. Selain itu, blueing agent juga dapat
memberi kesan warna yang lembut.
3. Fluorescent. Fluorescent merupakan agen pemutih yang pertama kali
dikombinasikan dengan deterjen. Agen ini akan menyerap radiasi ultraviolet dan
mengemisi sebagian energi radiasi tersebut sebagai sinar-sinar biru yang tampak.
Konsentrasi aditif harus diperhatikan dalam penggunaannya karena jika
konsentrasi aditif yang digunakan salah, fluoroecent tidak akan memberikan efek
absorbsi sinar ultraviolet.
4. Proteolytic enzyme. Proteolytic enzyme banyak digunakan pada formula deterjen.
Tujuan penggunaannya adalah untuk mendegradasi bercak-bercak pada substrat
yang dapat didegradasi oleh enzim. Penggunaan aditif ini membutuhkan waktu
lebih lama daripada aditif lainnya karena merupakan bioteknologi. Enzim-enzim
yang dapat digunakan sebagai aditif antara lain enzim amilase, trigliserida, dan
lipase.
5. Bleaching agent. Bleaching agent anorganik yang banyak digunakan dalam formula
deterjen adalah natrium perborat. Pada temperatur pencucian yang tinggi, sekitar
70-80 derajat Celcius, senyawa ini akan memucatkan (efek bleaching) bercak-
bercak seperti bercak wine dan buah-buahan secara efektif. Namun, untuk
memenuhi syarat lingkungan, sebbelum dibuang, air sisa cucian harus didinginkan
hingga temperatur di bawah 50 derajat Celsius. Bleaching agent organik yang juga
dapat digunakan adalah TAED (Tetra Acetyl Ethylene Diamine). Senyawa ini efektif
digunakan pada temperatur pencucian 50-60 derajat Celcius.
6. Foam Regulator. Foam regulator seperti amin oksida, alkanolamida, dan betain
terdapat dalam produk deterjen jika jumlah busa yang banyak diinginkan sehingga
aditif ini umumnya ditemui pada cairan pencuci tangan dan sampo.
7. Organic sequestering. Aditif ini berfungsi untuk memisahkan ion logam dari bath
deterjen.

H. Drop Tank, Merupakan tempat penyimpanan Deterjen dalam


bentuk Slurry. Dan pada Drop Tank dijaga suhunya berkisar
antara 25-30o C agar material deterjen tidak rusak.

I. Pump, Bertujuan untuk memompakan atau memindahkan Deterjen


berfase Slurry ke Spray Tower untuk diolah menjadi butiran-butiran.
J. Spray Tower, Metode pengeringan spray drying menjadi pilihan
dalam proses pengeringan produk dengan hasil akhir berupa bubuk
dan merupakan metode pengeringan yang paling banyak digunakan
dalam industri terutama industri Deterjen. Metode ini mampu
menghasilkan produk dalam bentuk bubuk atau serbuk. Pada proses
ini material detergen yang masih berfase slurry di keringkan dan
dijadikan bentuk butiran-butiran kecil dengan suhu 100-115o C dan
tekanan di dalam spray tower 10 Bar.

K. Air Lift, Berfungsi untuk mendinginkan material butiran-butiran


Detergen dari suhu 100-115 o C hingga menjadi <115 oC. Butiran ini
dipisahkan dalam goncangan, dilapisi, diharumkan dan menuju
pengemasan.

L. Cyclone, Berfungsi sebagai tempat penampungan butiran-butiran


detergen yang siap dikemas.

M. Screen Parfume, merupakan tempat penambahan aroma detergen


sesuai produk yang diinginkan, pada proses ini ditambahkan
Fragrance yang digunakan sebagai pengharum.

N. Packing product, Tempat product dikemas sebaik mungkin sesuai


dengan produk yang ingin dijual, biasanya di kemas dalam kemasan
plastik 100 gr,250gr,500 gr, 800 gr,1000 gr.

Anda mungkin juga menyukai