Anda di halaman 1dari 11

BUFFER SALIVA

OLEH:

 NI KADEK RATIH GEGEL PUSPITA (1506122010011)


 NI KETUT UTARI DARMA PUTRI (1506122010012)
 MADE JAYA ARBAWA (1506122010013)
 SRI NURAISYAH HASAN BASRI (1506122010014)
 SKOLASTIKA PUTU DIANA SARI (1506122010015)
 NABHAN AMIN (1506122010016)
 DIMAS PAGESTUHAQ SUBROTO (1506122010017)
 I GD. MD. HADI NUGRAHA ARISUKRA (1506122010018)
 KOMANG RATNA NINGSIH (1506122010019)
 I GD. RIZKY AGUNG DENZA ADIWENA (1506122010020)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
yang berjudul “BUFFER SALIVA” tepat pada waktunya.
Mengingat keterbatasan penulis, maka penulis sangat menyadari bahwa
penyusunan karya tulis ini tidak mungkin dapat berjalan dengan lancar tanpa
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan karya tulis ini.
Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.

Denpasar, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ………………………………………………….............. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………….................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………….……………........... 1
1.2 Rumusan Masalah ………………….…………………………..……….... 2
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………….…..………………..…… 2
1.4 Manfaat Penulisan ……………………….……….…..…...………..…...... 2

BAB II PEMBAHASAN
..................................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ……………………………………..…………………….….. 7
3.2 Saran ……………………………………………………...………............ 7

DAFTAR PUSTAKA …………………….…………………....………............... 8


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam tubuh manusia terdapat larutan penyangga atau biasa disebut
larutan buffer. Terdapat berbagai macam buffer dalam tubuh. Letak buffer
dalam tubuh tersebut tidak sama. Ada yang terdapat dalam darah, ginjal,
lambung dan juga mulut.
Buffer adalah larutan yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya
atau garam dengan basa lemahnya. Komposisi ini menyebabkan larutan
memiliki kemampuan untuk mempertahankan pH jika ke dalam larutan
ditambahkan sedikit asam atau basa. Hal ini disebabkan larutan penyangga
memiliki pasangan asam basa konjugasi.
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna
yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang
ada pada mukosa oral. Saliva memiliki peranan yang sangat penting dalam
mempertahankan keseimbangan ekosistem didalam rongga mulut. Saliva
dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah
mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan
mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).
Buffer saliva adalah larutan yang dapat mempertahankan pH saliva
supaya tetap konstan. Sebagai bukti bahwa pentingnya saliva sebagai buffer
berasal dari penelitian pH lesi karies dengan plak gigi. Makin rendah pH
saliva, maka karies akan cenderung semakin meningkat. Pada lesi karies
yang dalam, dijumpai pH lebih rendah dibanding dengan lesi karies yang
dangkal yang pH nya mendekati pH saliva.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun makalah mengidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apa itu buffer saliva?
2. Apa fungsi buffer saliva?
3. Unsur-unsur apakah yang berperan pada buffer?
4. Apa yang dimaksud dengan “critical pH”?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari buffer saliva.
2. Untuk mengetahui fungsi buffer saliva.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur yang berperan pada buffer.
4. Untuk mengetahui pengertian dari “critical pH”.

1.4 Manfaat
1. Agar pembaca mengetahui pengertian dari buffer saliva dan fungsi
buffer saliva.
2. Agar pembaca mengetahui unsur-unsur yang berperan pada buffer
dan pengertian dari “critical pH”.
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam tubuh manusia terdapat larutan penyangga atau biasa disebut larutan
buffer. Terdapat berbagai macam buffer dalam tubuh. Letak buffer dalam tubuh
tersebut tidak sama. Ada yang terdapat dalam darah, ginjal, lambung dan juga
mulut.
Buffer adalah larutan yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya atau
garam dengan basa lemahnya. Komposisi ini menyebabkan larutan memiliki
kemampuan untuk mempertahankan pH jika ke dalam larutan ditambahkan sedikit
asam atau basa. Hal ini disebabkan larutan penyangga memiliki pasangan asam
basa konjugasi.
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang
terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada
mukosa oral. Saliva memiliki peranan yang sangat penting dalam mempertahankan
keseimbangan ekosistem didalam rongga mulut. Saliva dapat disebut juga kelenjar
ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk
membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut
“salivia” (ludah atau air liur).
Buffer saliva adalah larutan yang dapat mempertahankan pH saliva supaya
tetap konstan. Sebagai bukti bahwa pentingnya saliva sebagai buffer berasal dari
penelitian pH lesi karies dengan plak gigi. Makin rendah pH saliva, maka karies
akan cenderung semakin meningkat. Pada lesi karies yang dalam, dijumpai pH lebih
rendah dibanding dengan lesi karies yang dangkal yang pHnya mendekati pH
saliva.
Fungsi buffer saliva adalah digunakan untuk mempertahankan nilai pH
tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung.
 Jenis-jenis Buffer dalam Saliva
1. Buffer Bikarbonat
Buffer bikarbonat terdiri dari asam karbonat (H2CO3) dan natrium
bikarbonat (NaHCO3). Sistem ini terdiri dari larutan air yang
mengandung dua zat asam lemah H2CO3 dan garam bikarbonat
NaHCO3. H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dan
H2O,yang dikatalisator oleh enzim karbonik anhidrase. CO2 + H2O
H2CO3. Karbonik anhidrase. Reaksi ini lambat dan sangat sedikit
jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila ada enzim karbonik
anhidrase. Bila larutan buffer yang mengandung garam bikarbonat,
ditambahkan asam yang kuat seperti asam hidroksilat maka akan terjadi
reaksi sebagai berikut:
HCl + NaHCO3 → H2CO3 + NaCl
Dari persamaan ini terlihat bahwa asam hidroklorida yang kuat akan
diubah menjadi asam karbonat yang sangat lemah. Oleh karena itu,
penambahan HCl di atas hanya akan sedikit merendahkan pH larutan.
Sebaliknya, larutan buffer mengandung asam karbonat ditambahkan
basa kuat seperti seperti natrium hidroksida akan terjadi reaksi sebagai
berikut:
NaOH + H2CO3 → NaHCO3 + H2O
Hal ini menunjukkan ion hidroksil yang ada dalam natrium
hidroksida berikatan dengan ion hidrogen yang berasal dari asam
karbonat dan membentuk air. Hasil akhir adalah berubahnya basa kuat
NaOH menjadi basa lemah NaHCO3.

2. Buffer Fosfat
Sistem dapar fosfat bekerja hampir sama dengan sistem dapar
bikarbonat, namun sistem ini terdiri dari 2 elemen yaitu: H2PO4- dan
HPO42. Sistem fosfat memberikan kapasitas dapar paling signifikan
pada saat saliva tidak terstimulasi dan di awal pemaparan asam.
Penyangga fosfat bekerja dalam cara yang serupa untuk mengubah asam
kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi basa lemah. Reaksi
yang terjadi adalah:
HCI + Na2HPO4 → NaH2PO4 + NaCl
Asam hidroklorida akan dipindahkan dan terbentuk sejumlah
NaH2PO4 yang sebenarnya sebuah asam lemah.
Sebaliknya jika sistem buffer ditambahkan sebuah asam yang kuat
maka akan terjadi reaksi seperti:
NaOH + NaH2PO4 → Na2HPO4 + H2O
Reaksi ini NaOH akan terurai menjadi air dan Na2HPO4. Sistem
buffer fosfat terdiri dari ion hidrogen fosfat (H2PO4-) yang merupakan
pemberi hidrogen (asam) dan ion hidrogen fosfat (HPO4-) yang
merupakan penerima hidrogen basa. Kedua-duanya ion tersebut berada
dalam keseimbangan.

3. Buffer Protein
Sistem protein merupakan sistem penyangga terkuat dalam tubuh.
Karena mengandung gugus karboksil yang berfungsi sebagai asam dan
gugus amino yang berfungsi sebagai basa. Bila ditulis reaksinya akan
seperti berikut ini:
H3N+ − CH2 – COOH ↔ H3N+ − CH2 – COO- ↔ H2N− CH2−COO-

4. Buffer Urea
Kandungan urea di dalam saliva dapat digunakan oleh
mikroorganisme di dalam rongga mulut untuk menghasilkan amonia.
Produksi amonia ini dapat menetralkan hasil akhir metabolisme bakteri
sehingga pH dapat meningkat.

 Faktor yang Mempengaruhi Buffer Saliva


Derajat keasaman (pH) dan kapasitas buffer saliva dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh irama cyrcadian, diet dan
rangsangan terhadap kecepatan sekresi saliva.
1. Diet (Makanan)
Adanya material eksogen berupa karbohidrat yang dapat
difermentasi dengan cepat seperti gula dapat menurunkan kapasitas
dapar saliva sehingga metabolisme bakteri dalam menghasilkan asam
akan meningkat. Sedangkan makanan yang kaya akan protein memiliki
efek yang dapat meningkatkan kapasitas dapar saliva melalui
pengeluaran zat-zat basa seperti amonia.

2. Penurunan Kapasitas Dapar Saliva


Penurunan kapasitas dapar dapat terjadi pada orang tua, penderita
penyakit sistemik, dan pengguna obat-obatan tertentu. Selain itu,
kapasitas dapar dan sekresi saliva pada wanita biasanya lebih rendah
dibandingkan pada pria.

3. Ritme Biologis (Irama Siang-malam)


Kapasitas dapar dan pH saliva yang tidak terstimulasi memiliki nilai
terendah pada saat tidur dan nilai tertinggi saat segera setelah bangun,
kemudian nilai ini bervariasi setelahnya. Sedangkan pada kapasitas
dapar dan pH saliva yang terstimulasi, ¼ jam setelah stimulasi keduanya
memiliki nilai paling tinggi, dan dalam kurun waktu 30-60 menit
kemudian akan kembali turun. Kapasitas dapar saliva berperan dalam
menetralisasi asam plak.

 Critical pH
pH kritis adalah pH di mana air liur dan plak berhenti berikatan
jenuh dengan kalsium dan fosfat, sehingga memungkinkan para
hidroksiapatit yang terdapat dalam enamel gigi larut. Ini merupakan pH
tertinggi, tingkatnya sekitar 5,5 yang akan merusak enamel. Dengan
meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfat adalah cara efektif untuk
mengurangi pH kritis sehingga gigi mampu menetralkan nilai pH sebelum
terjadi demineralisasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang
digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak
berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan
penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan pemberian
sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan penyangga tersusun dari asam
lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut
sebagai reaksi asam-basa konjugasi, sehingga dapat mengikat baik ion H+
maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat
tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Salah satunya adalah saliva
sebagai buffer di dalam mulut. Saliva menjaga derajat keasaman di dalam
mulut agar tetap sesuai dengan yang dibutuhkan.
Di dalam saliva terdapat berbagai komponen yang berfungsi sebagai
buffer antara lain: fosfat, bikarbonat, protein dan urea.
Bikarbonat merupakan komponen yang paling besar fungsinya
sebagai buffer dalam saliva karena sifatnya yang mudah untuk berikatan
dengan hidrogen. Mekanisme yang terjadi adalah antara komponen buffer
dan uap air (H2O).

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ari, Widodo. 2014, Buffer pada Air Liur.


http://windowoftworld.blogspot.co.id/2014/05/buffer-pada-air-liur.html
(Diakses pada tanggal 29 Mei 2016)

Amerongen, A. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah Arti bagi Kesehatan Gigi.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Bestford. 1996. Mengenal Gigi Anda Petunjuk Bagi Orang Tua. Arcan, Jakarta.

Dentist, Zazie. 2009. Pencegahan Penyakit Karies Gigi dan Penyakit Periodontal.
http://zazimario.blogspot.com/2009/06/pencegahan-penyakit-karies-gigi-
dan.html (Diakses pada tanggal 29 Mei 2016)

Ircham, M., Ediati, S., & Sidarto, S. 1993. Penyakit-penyakit Gigi dan Mulut
Pencegahan dan Perawatannya. Liberty, Yogyakarta.

Mieke. 2008. Pengertian dan Fungsi Saliva.


http://m13ke.wordpress.com/2008/11/25/pengertian-dan-fungsi-saliva/
(Diakses pada tanggal 29 Mei 2016)

Ramadhan, I. P. A. 2011. Mekanisme Proses Karies.


http://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2011/10/22/mekanisme-proses-karies/
(Diakses pada tanggal 30 Mei 2016)

Zulfikar. 2010. Larutan Penyangga atau Buffer. http://www.chem-is-


try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/larutan/larutan-penyangga-atau-
buffer/ (Diakses pada tanggal 30 Mei 2016)

Anda mungkin juga menyukai