Dilarang keras mengutip, menjiplak atau memfotokopi baik sebagian atau seluruh
isi buku ini serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari Penulis.
KATA PENGANTAR
Angkasa luar adalah harapan bagi masa depan umat manusia, karena
sumber daya di Bumi terbatas sementara populasi manusia semakin
meningkat. Perubahan di Bumi antara lain juga dipengaruhi oleh peristiwa
yang terjadi di angkasa luar, sebagai contoh, perubahan aktivitas matahari
mempengaruhi iklim di Bumi dan mempengaruhi hayat hidup orang
banyak. Kebergantungan manusia pada angkasa luar juga semakin
meningkat, telekomunikasi sangat bergantung pada keberadaan satelit
komunikasi yang melayang-layang di angkasa luar. Itu adalah sedikit
contoh betapa semakin penting kita mempunyai pengetahuan tentang
angkasa luar, masih banyak contoh-contoh lain yang dapat ditampilkan.
Beberapa decade lalu, ketika manusia baru mulai memasuki abad angkasa
luar, pelajaran tentang ilmu-ilmu angkasa luar terasa dipentingkan
keberadaannya sehingga menjadi mata pelajaran tersendiri di Sekolah
Menengah Atas, yaitu ilmu Falak. Ironisnya, sekarang pada saat ilmu-ilmu
angkasa luar seperti astronomi semakin berkembang pesat dan semakin
penting, aplikasinya semakin banyak, manusia semakin bergantung kepada
satelit-satelit di angkasa luar, justru pelajaran astronomi menjadi hilang
dari kurikulum SMA. Materi astronomi dilempar sana lempar sini, pernah
bergabung dengan Ilmu Bumi menjadi IPBA, pernah menjadi bagian dari
Fisika akhirnya menjadi bagian dari pelajaran Geografi.
iii
Untuk menjembatani hal ini, telah diusulkan kepada Badan Standard
Nasional Pendidikan untuk menerapkan prinsip-prinsip fisika yang
dipelajari di mata pelajaran fisika dalam problem-prolem bernuansa
astronomi di dalam pelajaran fisika. Dengan demikian guru fisika tidak
perlu mengajarkan materi astronomi secara tersendiri, melainkan tinggal
melanjutkan ke contoh astronomi dari konsep fisika yang telah diajarkan.
Di dalam kurikulum SMA 2013, sudah ada perubahan yang lebih positif,
yaitu siswa dari peminatan berbeda masih ada kemungkinan mengambil
pilihan pelajaran di peminatan yang lain.
Akhir kata, penulis menyampaikan puji syukur dan terima kasih kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa atas izinnya buku ini dapat diselesaikan, semoga
bermanfaat bagi kemajuan belajar para siswa Indonesia di seluruh
Indonesia.
Penulis
iv KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI v
Bab 1 PENGUKURAN 1
Pendahuluan 1
Waktu 3
Panjang 5
Besaran Turunan dari Kecepatan dan Waktu 5
Massa 10
Temperatur 11
Soal-soal 12
v
Bab 4 TEROPONG BINTANG 47
Pendahuluan 47
Prisma Sebagai Pengurai Cahaya 51
Lensa Sebagai Pengumpul Cahaya 53
Lensa Gravitasi 54
Teropong Bintang 56
Refraktor 56
Reflektor 62
Soal-soal 64
Bab 6 MOMENTUM 81
Pendahuluan 79
Impuls 82
Tumbukan 83
Soal-soal 86
vi DAFTAR ISI
Bab 9 RADIASI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 105
Pendahuluan 105
Hukum Radiasi Planck 107
Ukuran Terang Bintang 110
Kuadrat Kebalikan 111
Efek Doppler Pada Cahaya 114
Radiasi Gelombang Energi Tinggi di Alam Semesta 120
Soal-soal 123
REFERENSI 157
LAMPIRAN 159
Kompetensi dasar :
X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan,
ketelitian dan aturan angka penting)
X.4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan teknik
yang tepat untuk suatu penyelidikan ilmiah
X.3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan kecepatan
konstan dan gerak lurus dengan percepatan konstan
Pendahuluan
Ketika kita melihat langit yang cerah dipenuhi bintang-bintang, apa yang
ada dalam benak kita tentang alam semesta? Orang zaman dahulu
memandang langit itu seperti sebuah kubah raksasa, bintang-bintang
menempel di kubah yang berputar, tidak diketahui berapa jauhnya
bintang-bintang itu, mungkin umumnya memikirkan bahwa jarak bintang-
bintang, planet dan Matahari kira-kira sama yaitu sama dengan jari-jari
kubah raksasa itu. Tentu saja sekarang, setelah mempelajari astronomi,
para ilmuwan mengetahui bahwa pemikiran itu salah. Betapa kecilnya
alam semesta ini dalam alam pemikiran orang-orang zaman dahulu, dan
mungkin juga menurut orang-orang zaman sekarang yang belum
mempelajari astronomi.
Setelah mempelajari astronomi, kita akan menyadari bahwa betapa
besarnya alam semesta ini, dan betapa kecilnya Bumi tempat tinggal kita.
Bumi ini jauh lebih kecil daripada Matahari, Matahari jauh lebih kecil
daripada ukuran tata surya ini, ukuran tata surya sangat kecil dibanding
ukuran galaksi dan seterusnya. Sementara itu di antara bintang-bintang
yang terlihat dari Bumi ada yang berukuran raksasa, bahkan maharaksasa,
1
yang membuat ukuran matahari yang berdiameter 1,4 juta km menjadi
nampak sangat kecil. Sebagai contoh bintang Antares di Rasi Scorpio
diameternya lebih dari satu milyar km. Seandainya Matahari kita adalah
bintang Antares maka Bumi ini berada di dalam bintang yang kitarinya.
Jarak bintang-bintang sangat jauh, bahkan bintang terdekat pun jaraknya
ratusan ribu kali jarak Bumi Matahari. Jarak Matahari dan bintang-bintang
lain di dekatnya puluhan ribu kali lebih kecil daripada ukuran galaksi
Bimasakti yang terdiri dari ratusan milyar bintang yang merupakan galaksi
tempat Bumi dan Matahari ini berada. Galaksi Bimasakti ini bukan satu-
satunya benda yang memenuhi alam semesta, masih banyak galaksi-galaksi
lain yang jaraknya jauh lebih besar daripada ukuran galaksi Bimasakti.
Dengan mempelajari astronomi kita dapat menyadari, betapa besarnya
kuasa Tuhan yang menciptakan alam semesta ini.
Ilmu dasar pendukung Astronomi yang utama adalah fisika dan
matematika. Besaran-besaran pokok fisika tentu digunakan juga di dalam
astronomi, hanya satuan yang digunakannya bisa berbeda karena skala
yang berbeda, bahkan besaran pokok yang sama di dalam astronomi bisa
menggunakan satuan yang berbeda. Sebagai contoh, satuan panjang yang
di dalam sistem SI adalah meter, di dalam astronomi bisa Angstrom, meter,
kilometer, satuan astronomi (sa), parsek dan lain-lain bergantung pada
besarnya obyek yang ditinjau.
Saat menganalisis spektrum bintang, satuan panjang gelombang cahaya
yang digunakan mungkin Angstrom atau nano meter, saat membahas
ukuran asteroid, meter yang digunakan sebagai satuan, seperti di dalam
sistem SI. Saat membahas jarak bintang, digunakan satuan tahun cahaya
atau parsek. Jika kita menggunakan satu satuan untuk semua skala jarak,
maka kita harus berurusan dengan angka yang rentangnya sangat lebar,
dari 10-10 meter hingga 1022 meter dan kita kehilangan “rasa” tentang jarak
itu.
Demikian juga dengan ukuran waktu yang merentang dari jangka waktu
yang sangat singkat, milidetik pada periode rotasi pulsar hingga milyar
tahun pada usia galaksi dan alam semesta. Ukuran massa merentang dari
massa sub atomik hingga massa alam semesta. Untuk massa yang besar,
tidak lagi digunakan kilogram tapi lebih sering massa Matahari sebagai
satuan. Jika massa Matahari disimbolkan dengan M, dan massa sebuah
bintang dituliskan 5 M artinya massa bintang itu lima kali massa Matahari,
atau 5 × 1,99 × 1030 kg = 9,95 × 1030 kg.
Gambar 1.1 Bintang neutron berotasi cepat yang sumbu rotasinya tidak berimpit dengan
sumbu magnet. Dalam rotasinya, saat kutub magnet menghadap Bumi terjadi peningkatan
intensitas pancaran gelombang radio.
Pulsa itu terdeteksi di Bumi karena sumbu rotasi dan sumbu magnetiknya
tidak sejajar. Pada saat kutub magnet yang memancarkan radisi lebih besar
mengarah ke Bumi, intensitas radiasi yang diterima Bumi melonjak,
sehingga terdeteksi sebagai pulsa. Fenomena ini dapat dibandingkan
dengan lampu sirene ambulans yang nampak berkelap-kelip karena lampu
itu berputar. Fenomena yang sekarang dipakai sebagai acuan waktu
standard adalah getaran atom sesium 133. Satu detik didefinisikan sebagai
waktu yang diperlukan atom sesium 133 untuk bergetar 9.192.631.770
kali.
Ketelitian pengukuran waktu berdasarkan rotasi pulsar sangat tinggi,
karena jumlah pulsa yang diterima pengamat dari pulsar sangat banyak
dalam waktu yang singkat sehingga sampel pengukuran sangat banyak. Jika
kita menggunakan pulsar di nebula kepiting yang mempunyai periode
0,033 detik sebagai acuan penentuan waktu misalnya, kita ambil dua pulsa
berdekatan sebagai acuan, maka ketelitiannya kurang lebih sebesar jangka
waktu antara dua pulsa itu. Akan tetapi pulsa yang dapat diterima antena
radio di Bumi bisa sangat banyak, sehingga ketidak-pastian pengukuran
bisa jauh lebih kecil dari 0,033 detik.
Panjang
Jawab :
dengan menggunakan rumus diatas dapat dihitung x = 384 483 827 m.
Karena ketidak pastian pengukuran waktu adalah 1/1000 detik dan
dalam jangka waktu itu cahaya sudah menempuh kira-kira 299792
meter atau sekitar 300 km, maka hasil pengukuran dituliskan : (384500
± 300) km.
d*
d
Matahari
Bumi
Gambar 1.2 Bintang-bintang yang dekat nampak berubah posisi terhadap bintang-bintang
yang jauh. Hal ini dimanfaatkan untuk mengukur jarak.
1
p
d* (1.6)
Dari persamaan ini kita dapat melihat makna satu parsek yaitu jarak
bintang yang paralaksnya satu detik busur.
Bagaimana akurasi penentuan jarak bintang dengan cara ini ? Akurasinya
tentu bergantung pada akurasi pengukuran paralaks. Satelit Hipparchos
misalnya mempunyai ketelitian penentuan posisi benda langit hingga mili
1
d p
p2 (1.7)
Contoh :
Sebuah bintang diukur dengan paralaksnya menggunakan satelit yang
mempunyai ketelitian pengukuran 0,001 detik busur. Ternyata
diperoleh paralaksnya 0,037 detik busur. Berapakah jarak bintang itu?
Berapa ketidak-pastian jarak itu?
Jawab :
Jarak :
Ketidak pastiannya:
v vo at (1.9)
Contoh :
Seorang astronot di permukaan Bulan melompat vertikal ke atas
dengan kecepatan awal 1,2 m/dt. Berapa tinggi maksimum yang dicapai
astronot itu jika diketahui percepatan gravitasi di permukaan Bulan 1,6
m/dt2?
Jawab :
Di titik tertingginya, kecepatan astronot nol, maka
= 0,45 meter
Massa planet biasanya dinyatakan dalam massa Bumi, massa bintang atau
galaksi biasanya menggunakan satuan massa Matahari. Bagaimana
manusia bisa mengukur massa Bumi? Massa Bumi ditentukan secara tidak
langsung dengan menggunakan hukum Newton atau Kepler yang akan
dibahas di dalam bab yang akan datang. Namun sebagai perkenalan, dapat
disebutkan disini bahwa massa Bumi dapat diketahui dari periode Bulan
mengelilingi Bumi dan jarak Bumi-Bulan. Jika jarak Bumi-Bulan diketahui
(dapat diukur dengan radar secara langsung) dan periode revolusi Bulan
diketahui (dari pengamatan jangka waktu fenomena bulan) maka massa
Bumi dapat diperoleh dari Hukum Kepler III (akan dibahas di bab yang
akan lain):
r 3 GM
(1.12)
T 2 4 2
Contoh :
Periode orbit Bulan mengelilingi Bumi adalah 27⅓ hari, jarak Bumi
Bulan (misalkan ditentukan dengan radar) adalah 384400 km.
Berapakah massa Bumi ? (G = 6,67× 10-11Nm2/kg2).
Jawab :
Ubah satuan periode ke dalam detik :27⅓× 24 × 60 × 60 = 2361600,
masukkan ke persamaan hukum Kepler 3:
Temperatur
1. Untuk menentukan jarak satu SA, yaitu jarak Bumi Matahari, astronom
menembakkan radar ke Venus dan mendeteksi pantulannya, dari sana,
dengan geometri segitiga dapat dihitung jarak Bumi Matahari.
Andaikan saat Venus berada di elongasi (jarak sudut dari Matahari,
dilihat dari Bumi) terbesarnya ditembakkan radar ke Venus dan
pantulannya tiba kembali di Bumi setelah 694 detik. Jika sudut
elongasi terbesar Venus adalah 46º,dan orbit planet dianggap
lingkaran, berapakah jarak Bumi-Matahari?
2. Periode orbit Phobos mengelilingi Mars adalah 7,7 jam. Dari Bumi
dapat diukur jarak Phobos dari Mars, diperoleh setengah sumbu
panjang orbitnya adalah : 9830 km. Hitunglah massa planet Mars.
3. Sebuah alat penting terlepas dari stasiun ruang angkasa ISS sehingga
bergerak melayang di angkasa menjauhi stasiun dengan kecepatan 0,5
m/dt. Untuk mengambilnya, astronot yang sedang space walk,
melompat kearah alat itu 2 detik setelah alat terlepas, dengan
kecepatan 1,25 m/dt. Dalam waktu berapa lama alat itu dapat diraih?
Pada jarak berapa meter alat itu dapat tertangkap?
Kompetensi dasar :
X.3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan
penerapannya dalam teknologi
X.4.5 Menyajikan ide / gagasan terkait gerak melingkar
Pendahuluan
Mari kita tinjau gerak Bumi mengelilingi Matahari. Periode orbit Bumi
mengelilingi Matahari adalah satu tahun, atau lebih tepatnya 365,25 hari.
Jejari orbit Bumi mengelilingi Matahari adalah jarak rata-rata Bumi-
Matahari yang besarnya kira-kira 149,6 juta km. Jarak ini disebut satu SA
(Satuan Astronomi). Berapa kecepatan linier gerak Bumi mengelilingi
Matahari?
v r (2.1)
Dengan ω = kecepatan sudut revolusi Bumi
r = jejari orbit Bumi atau jarak Bumi – Matahari
Atau dapat juga dituliskan
2r
v
T (2.2)
Konversikan satuan waktu untuk periode orbit Bumi menjadi detik, dan
angkanya dimasukkan ke persamaan diatas, diperoleh v = 30 km/detik
atau 108 000 km/jam
13
Cepat sekali bukan? Jauh lebih cepat daripada pesawat tempur supersonik.
Manusia yang berada di permukaan Bumi juga mengalami gerak melingkar
beraturan karena rotasi Bumi. Manusia yang tinggal di daerah khatulistiwa
misalnya, sebenarnya bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi
karena rotasi Bumi, jika dihitung dengan rumus diatas dengan menganggap
radius Bumi 6378 km dan periode rotasi Bumi 23 jam 56 menit diperoleh
kira-kira 460 meter/detik atau 1670 km/jam, masih lebih cepat dari pada
kecepatan pesawat terbang komersial antar benua. Jika sebuah pesawat
terbang kearah Barat di sepanjang khatulistiwa, dengan kecepatan ini
orang-orang di pesawat ini tidak akan mengalami pergantian siang dan
malam. Jika misalnya mula-mula pilot pesawat melihat matahari sedang
tenggelam di ufuk Barat, maka selama penerbangan dengan kecepatan
tersebut kearah Barat, pilot akan selalu melihat Matahari berada di horizon
Barat sedang tenggelam.
Mengapa Bumi bisa terus menerus bergerak mengelilingi Matahari? Karena
ada gaya tarik Matahari. Jika tidak ada gaya tarik Matahari maka sesuai
dengan hukum Newton pertama, Bumi akan bergerak lurus dengan
kecepatan konstan. Gaya tarik Mataharilah yang membuat lintasan Bumi
terus-menerus membelok sehingga nampak sebagai lintasan lingkaran atau
lebih tepatnya elips dengan kelonjongan kecil. Gaya gravitasi Matahari
yang menyebabkan adanya gaya sentripetal sehingga orbit Bumi hampir
lingkaran. Menurut mekanika, rumus percepatan sentripetal adalah :
v2
acp
r (2.3)
GM v2
r2 r
GM 4 2r 2
2
r2 Tr
GM r 3
4 2 T 2 (2.4)
Gambar 2.1 Gerak titik di permukaan Bumi dilihat dari arah kutub langit
(perpanjangan sumbu rotasi Bumi). Kecepatan gerak titik di lintang lebih tinggi
lebih kecil daripada di khatulistiwa.
Adanya rotasi Bumi ini membuat Bumi nampak agak pepat, keliling Bumi
dalam arah katulistiwa lebih besar daripada kutub, seolah-olah ada
percepatan keluar yang dialami oleh benda yang berada di khatulistiwa
selain percepatan gravitasi Bumi ke dalam. Percepatan keluar itu
sebenarnya percepatan semu yang dinamakan percepatan sentrifugal yang
besarnya sama dengan percepatan sentripetal namun arahnya berlawanan.
Contoh :
Jika ada asteroid berbentuk bola yang radiusnya 100 km dan massanya
2 × 1019 kg, maka dengan hukum gravitasi Newton percepatan gravitasi
di permukaannya dapat dihitung sebesar 0,14 m/dt2. Jika periode rotasi
asteroid itu 80 menit, Apakah pesawat antariksa dapat mendarat
dipermukaannya?
Matahari juga sama seperti Bumi dan Asteroid, berrotasi juga, hanya
bedanya, karena Matahari berupa gas, bukan benda tegar seperti Bumi, ada
perbedaan kecepatan sudut rotasi pada lintang yang berbeda. Lintang yang
lebih tinggi kecepatan rotasinya lebih rendah. Jika diukur di daerah
ekuatornya periode rotasi Matahari adalah 24,47 hari, tapi dilihat dari
Bumi periode rotasi itu adalah 26,24 hari, karena Bumi tidak diam, tapi
bergerak mengelilingi Matahari. Periode ini disebut periode sinodis rotasi
Matahari. Periode rotasi pada lintang 26° adalah sekitar 27,275 hari dilihat
dari Bumi. Rotasi Matahari pada posisi ini disebut Carrington Rotation,
yang didasarkan pada pengamatan bintik Matahari yang umumnya muncul
di lintang sekitar 26°.
Gerak bulan
2 LTS (2.5)
Gambar 2.3 Posisi Bumi, Bulan, dan Matahari saat Purnama (a), setelah 27,3 hari
(b), dan pada saat purnama berikutnya (c).
Lihat gambar di atas, sudut Δθ juga adalah sudut yang ditempuh oleh Bumi
dalam peredarannya mengelilingi Matahari selama waktu TS, sehingga
persamaan tersebut dapat dituliskan sbb :
1 1 1
TS T TL (2.7)
Satelit buatan ada yang mengelilingi Bumi melalui kutub, ada juga yang di
khatulistiwa. Satelit yang mengorbit tidak jauh dari permukaan Bumi
dapat terlihat sebagai titik cahaya seperti bintang yang bergerak cukup
cepat di langit. Di dalam bab ini hanya akan dibahas satelit buatan tertentu
saja yaitu satelit geostasioner, lainnya akan dibahas dalam bab yang
membahas hukum Kepler. Satelit geostasioner dinamakan demikian karena
dilihat dari Bumi, posisinya akan tetap di langit, tidak berpindah, tidak
mengalami terbit dan terbenam. Mengapa demikian ? karena satelit itu
mengelilingi Bumi diatas khatulistiwa dengan periode yang sama dengan
periode rotasi Bumi. Satelit komunikasi adalah salah satu contoh satelit
jenis ini. Ia harus berada di posisi yang tetap diatas wilayah yang
dilayaninya agar penerimaan dan pengiriman sinyal dapat berlangsung 24
jam sehari tanpa henti.
Contoh Soal:
Ketinggian satelit geostasioner adalah sekitar 36000 km dari
permukaan Bumi. Berapakah kecepatan satelit itu mengelilingi Bumi?
Jawab :
Periode satelit 24 jam, atau lebih tepatnya 23 jam 56 menit = 86160
detik. Ketinggiannya 36000 km. maka kecepatannya
2πx(36000+6400)/86160 ≈ 3 km/s
Contoh Soal:
Mengapa Matahari dan planet-planet mengembara disekitar suatu jalur
sempit sekitar ekliptika di angkasa?
Jawab :
Karena sebenarnya Bumi dan planet-planet bergerak mengelilingi
Matahari dengan orbit yang hampir sebidang, bidang itu disebut bidang
ekliptika.
Info :
Bidang edar Pluto mengelilingi Matahari menyimpang cukup jauh dari
bidang ekliptika, itu salah satu sebabnya mengapa Pluto sekarang tidak
diklasifikasikan sebagai planet. Menurut Hukum Kepler, planet-planet
mengelilingi Matahari dalam orbit berbentuk elips. Akan tetapi
umumnya eksentrisitas (ukuran kelonjongan) lintasan orbit planet tidak
besar sehingga masih mirip dengan lingkaran, sehingga jika kita
menerapkan rumus-rumus gerak melingkar pada gerak planet
kesalahannya tidak terlalu besar. Eksentrisitas orbit Pluto lebih besar
daripada planet lain, sehingga kadang jaraknya ke Matahari lebih dekat
dibandingkan dengan Neptunus. Ini adalah salah satu alasan lain
mengapa Pluto dikeluarkan dari kelompok planet dan masuk dalam
kelompok planet kerdil.
Berapa kecepatan linier planet? Diatas telah dihitung kecepatan linier Bumi
mengelilingi Matahari. Bagaimana dengan planet lain? misalnya Jupiter?
Periode orbit Jupiter adalah 11,86 tahun atau 4332 hari. Dengan
menggunakan hukum Kepler III, yang akan dibahas pada bab berikutnya
kita dapat menghitung jarak Jupiter dari Matahari yaitu 5,2 satuan
astronomi. Dengan mengasumsikan orbit Jupiter sebagai lingkaran,
kecepatan linier rata-rata Jupiter dapat dihitung sebagai berikut :
2a
v
T (2.8)
Dengan mengubah satuan panjang ke km dan periode ke detik, diperoleh
v = 13 km/s.
Seperti juga Bulan, planet juga mempunyai periode sideris dan sinodis.
Periode sideris planet adalah periode planet mengelilingi Matahari,
sedangkan periode sinodis adalah jangka waktu planet berada pada posisi
yang sama di langit relatif terhadap Matahari dilihat dari Bumi. Misalnya
jangka waktu sejak planet berada dekat Matahari di langit hingga kembali
dekat Matahari disebut periode sinodis, atau sejak planet dalam keadaan
oposisi (berlawanan pihak dengan Matahari dilihat dari Bumi) hingga
oposisi berikutnya.
Gambar 2.6 Mars mengelilingi Matahari dengan jejari orbit yang lebih besar dan
kecepatan gerak yang yang lebih rendah dari pada Bumi.
2 TSM (2.9)
Jadi dengan mengamati waktu sejak oposisi Mars hingga oposisi berikutnya
kita dapat mengetahui periode orbit Mars dan setelah itu dengan bantuan
Hukum Kepler III kita dapat menghitung radius orbit Mars. Cara ini dapat
juga diterapkan untuk planet-planet luar lainnya.
Soal-soal
2. (OSKK 2008) Perioda sideris revolusi Venus dan Mars adalah masing-
masing 225 dan 687 hari. Maka perioda sinodis Venus dilihat dari
Mars.
a. 169 hari d. 617 hari
b. 462 hari e. 912 hari
c. 335 hari
Kompetensi dasar :
X.3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan kecepatan
konstan dan gerak lurus dengan percepatan konstan
X.3.4 Menganalisis hubungan antara gaya, massa dan gerakan benda pada
gerak lurus
Tingkat : kelas XI
Kompetensi dasar :
XI.3.2 Mengevaluasi pemikiran dirinya terhadap keteraturan gerak planet dalam
tata surya berdasarkan hukum Newton
XI.4.2 Menyajikan data dan informasi tentang satelit buatan yang mengorbit
Bumi dan dampak yang ditimbulkannya
Hukum Newton I
Hukum Newton yang pertama tentang gerak menyatakan bahwa jika pada
sebuah benda tidak ada gaya yang bekerja atau jumlah gaya yang bekerja
adalah nol, maka benda itu akan diam atau bergerak lurus dengan
kecepatan konstan, bergantung pada keadaan awalnya. Pada benda yang
diam dengan mudah kita menyetujui hukum ini, namun bagaimana kita
dapat melihat keberlakuan hukum ini pada benda bergerak. Di dalam
kehidupan sehari-hari kita melihat semua benda bergerak di sekitar kita
pada akhirnya akan berhenti jika tidak diberi upaya untuk
mempertahankan geraknya. Sebuah mobil yang bergerak di jalan mendatar
lalu dinetralkan giginya dan dimatikan mesinnya akan bergerak melambat
akhirnya akan berhenti.
Jadi, dalam peristiwa nyata apakah kita bisa memperoleh bukti langsung
keberlakuan hukum Newton I ini ? Sebelum menjawab, mari kita telaah
dulu mengapa mobil yang bergerak dengan mesin mati itu dapat berhenti.
Mobil menjadi melambat lalu berhenti karena ada gaya gesekan yang
menghambatnya. Gesekan udara, gesekan antara ban dan jalan, gesekan
27
antara ban dan as dan lain-lain. Pada kenyataannya semua benda bergerak
di permukaan Bumi mengalami gaya gesekan sehingga cenderung
melambat dan berhenti.
Jadi untuk melihat langsung keberlakuan hukum Newton pertama untuk
benda bergerak kita harus berada di tempat yang tidak ada gesekan. Di
udara? Tidak! Di udara masih ada partikel-partikel atmosfir yang dapat
menghambat gerak benda, jadi masih ada gesekan. Kita harus pergi ke
tempat yang tidak ada udara, yaitu angkasa luar. Disana, karena tidak ada
udara, tidak ada gesekan yang menghambat gerak benda.
Sebuah benda yang dilemparkan di angkasa luar akan cenderung bergerak
lurus dengan kecepatan konstan atau mengalami Gerak Lurus Beraturan
(GLB). Benda bergerak diangkasa luar baru akan berbelok lintasannya bila
pergeraknnya diganggu oleh gravitasi benda angkasa seperti Matahari,
planet, satelit dan lain-lain, itu pun biasanya dengan kelengkungan yang
landai.
Pesawat Voyager I dan II yang diluncurkan tahun 1977, bisa meluncur
terus menjauhi Matahari hingga sekarang merupakan bukti nyata
keberlakuan hukum Newton I. Kedua pesawat itu telah melayang di
angkasa luar selama berpuluh-puluh tahun, bermilyar-milyar kilometer
hingga keluar Tata Surya.
Gambar 3.1 Pesawat Voyager yang diluncurkan pada tahun 1977, hingga sekarang
masih terus terbang menjauhi Matahari, pada tahun 2013 pesawat itu sudah keluar
dari Tata Surya.
http://www.jpl.nasa.gov/images/voyager/20110427/voyager20110427-full.jpg
Hukum Newton II
Hukum Newton yang kedua tentang gerak menyatakan bahwa pada sebuah
benda yang dikenakan gaya akan terjadi percepatan yang dapat mengubah
kecepatan benda itu. Jadi jika di angkasa luar ada sebuah benda, misalnya
pesawat angkasa luar bermassa m, yang mula-mula diam, lalu roketnya
dinyalakan, maka pesawat akan mendapat gaya konstan F dari roket ke
arah yang berlawanan dengan arah semburan roket.
Gambar 3.2 Gerak roket berlawanan dengan arah semburan gas buangnya
mv2
Fcp
r (3.2)
v2
acp
r (3.3)
Periode revolusi Bumi adalah satu tahun atau lebih akuratnya 365,25 hari,
periode revolusi Mars adalah 687 hari. Memang orbit Bumi mengelilingi
Matahari tidak lingkaran sempurna, melainkan agak lonjong (elips), tapi
kelonjongannya kecil, sehingga kalau dianggap lingkaran pun kesalahannya
tidak terlalu besar. Selain laju linier kita bisa juga meninjau besarnya sudut
yang ditempuh oleh planet dilihat dari Matahari tiap satuan waktu, besaran
ini disebut kecepatan sudut ω. Misalnya dalam sehari Bumi menempuh
sudut hampir 1° dalam revolusinya mengelilingi Matahari, atau lebih
akuratnya dalam setahun (365,25 hari) menempuh sudut sebesar 360°
atau kecepatan sudut Bumi kira-kira ω = 0,9856°/hari.
Hukum Newton yang ketiga menyatakan bahwa pada sebuah benda yang
mengalami aksi (gaya) akan ada gaya reaksi yang besarnya sama tapi
berlawanan arah. Pada sistem Bumi-Matahari, misalnya, bukan hanya Bumi
yang ditarik oleh gravitasi Matahari tapi Matahari juga ditarik oleh Bumi
tapi karena massa Bumi terlalu kecil dibanding Matahari, tarikan gravitasi
Bumi tidak “terasa” oleh Matahari. Untuk dua benda yang massanya kurang
lebih berimbang, gaya tarik kedua benda bisa berpengaruh pada pola gerak
kedua benda, misalnya sistem Bumi – Bulan. Bukan hanya Bulan yang
mengelilingi Bumi, tapi gaya tarik Bulan juga berpengaruh pada Bumi,
misalnya dalam fenomena pasang surut air laut. Selain itu, sebenarnya
karena gaya tarik Bulan, gerak Bumi mengelilingi Matahari tidak berbentuk
elips sempurna melainkan elips yang bergelombang.
Jika planet berukuran cukup besar dan cukup dekat ke bintang pusatnya
tarikan gravitasi planet tersebut bisa berpengaruh cukup signifikan pada
Pada dua benda yang berdekatan, ada gaya tarik menarik gravitasi yang
besarnya berbanding lurus dengan masing-masing benda dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak.
Secara matematis hal ini dapat dituliskan :
m1m2
F G
r2 (3.4)
Dengan G adalah konstanta gravitasi yang besarnya 6,67 × 10-11 N m2 / kg2,
m1 dan m2 adalah massa benda pertama dan kedua, r adalah jarak antara
kedua benda.
Contoh :
Jika diketahui massa Bumi adalah 5,97 × 1024 kg, jejarinya 6400 km,
sebuah benda bermassa 3 kg di permukaan Bumi akan mendapat gaya
sebesar :
GM
gM = 5,94× 10-3 m/dt2 (3.7)
r2
Percepatan gravitasi Matahari inilah yang berfungsi sebagai percepatan
sentripetal sehingga Bumi bisa bergerak melingkar mengelilingi Matahari
dengan stabil selama berjuta-juta tahun. Kalau percepatan gravitasi
Matahari lebih besar daripada Bulan, mengapa pasang surut air laut di
Bumi lebih dipengaruhi oleh gravitasi Bulan dan bukan oleh gravitasi
Matahari? Jawabnya adalah bahwa pasang-surut lebih dipengaruhi oleh
perbedaan gaya gravitasi antara dua titik daripada gaya gravitasi itu
sendiri. Sebaliknya, berapa percepatan gravitasi Bumi yang dirasakan oleh
Bulan? Dengan menggunakan rumus diatas dan menggunakan massa Bumi
dapat diperoleh g = 2,7× 10-3 m/dt2.
Bagaimanakah pola gerak dua benda yang saling tarik-menarik karena
gravitasi? Jika kedua benda mula-mula diam, maka keduanya akan
cenderung saling mendekat karena gaya gravitasinya, akhirnya akan
bertabrakan. Contoh kasus ini adalah benda jatuh bebas di atas permukaan
Bumi. Benda akan ditarik oleh gravitasi Bumi hingga menabrak Bumi. Jika
benda bergerak dalam pengaruh gravitasi Bumi mula-mula bergerak tidak
dalam arah menuju ke arah Bumi, ada beberapa kemungkinan :
Gambar 3.4b Peluru yang ditembakkan dari pistol secara horizontal juga akan
menempuh lintasan parabola
Gambar 3.5 Lintasan peluru kendali balistik jarak menengah di dekat permukaan
Bumi berbentuk elips yang tidak lengkap.
Gambar 3.6 Lintasan peluru kendali balistik jarak jauh di dekat permukaan Bumi
berbentuk elips yang hampir lengkap.
Gambar 3.7 Orbit satelit yang diluncurkan dari permukaan Bumi berbentuk elips
yang lengkap.
2GM
v
R (3.8)
Kita bisa mempunyai cara pandang lain tentang gravitasi. Sebuah benda
yang mempunyai massa mempunyai kemampuan untuk menarik benda
lain yang berada di sekitarnya. Semakin besar benda itu semakin kuat
kemampuan menarik benda lain itu. Kemampuan sebuah benda menarik
benda lain di sekitarnya dapat digambarkan sebagai adanya medan
gravitasi di sekitar benda tersebut. Semakin besar massa benda semakin
kuat medan gravitasi di sekitarnya dan semakin jauh jangkauan medan
gravitasi itu.
Sebagai gambaran, medan garvitasi Matahari masih dapat dirasakan oleh
planet-planet yang letaknya sangat jauh hingga bermilyar-milyar
kilometer. Planet Neptunus dan planet kerdil Pluto masih dipengaruhi oleh
gravitasi Matahari, terbukti keduanya masih mengelilingi Matahari
meskipun jaraknya sangat jauh, bermilyar-milyar km. Bahkan kemudian
masih ditemukan planet-planet kerdil lain yang lebih jauh yang
mengelilingi Matahari. Medan gravitasi Matahari dapat menjangkau tempat
yang demikian jauh karena massa Matahari sangat besar, yaitu sekitar
1,99× 1030 kg.
Bagaimana kita menggambarkan medan gravitasi di sekitar sebuah benda?
Kuat medan gravitasi dapat didefinisikan sebagai gaya yang dialami oleh
satu satuan massa benda lain jika berada di dalam medan gravitasi itu.
Gaya tersebut arahnya ke arah benda yang menjadi sumber medan
gravitasi. Jadi di sekitar benda yang mempunyai massa dapat kita
bayangkan ada medan gaya yang arahnya memusat. Semakin dekat ke
pusat, kuat medannya semakin besar. Albert Einstein menggambarkan
medan gravitasi sebagai kelengkungan ruang waktu.
Hukum-hukum Kepler
Alat ukur yang digunakan oleh Kepler dan Tycho Brahe lebih presisi
sehingga hasil-hasil penguklurannya lebih akurat. Maka penyimpangan
hasil pengukuran posisi terhadap asumsi orbit lingkaran lebih meyakinkan
berasal dari penyebab alam, bukan ketelitian alat ukur. Berdasarkan hal
itulah Kepler yakin bahwa orbit planet bukan lingkaran sempurna,
melainkan elips. Hasil pengamatan dan analisa Kepler disimpulkan dalam
bentuk hukum-hukum berikut :
Hukum Kepler 1
Planet-planet mengelilingi Matahari dalam lintasan berbentuk elips
dengan Matahari di salah satu titik fokusnya.
Hukum Kepler 2
Garis hubung Matahari dan planet menyapu luas yang sama dalam
selang waktu yang sama.
Hukum Kepler 3
Jarak rata-rata planet dari Matahari pangkat tiga berbanding lurus
dengan kuadrat periode orbit.
Gambar 3.8 Orbit planet mengelilingi Matahari berbentuk elips dengan Matahari
sebagai salah satu titik fokusnya.
Jika M adalah Matahari, jarak AB ditempuh dalam jangka waktu yang sama
dengan jarak CD, luas AMB sama dengan luas CMD. Konsekuensi dari
hukum ini adalah saat planet berada dekat dengan Matahari kecepatan
liniernya lebih tinggi dibandingkan dengan saat jauh dari Matahari.
Gambar 3.9 Luas daerah yang disapu garis hubung Matahari-Planet per satuan
waktu tetap.
v2 Mm
m G 2
r r (3.9)
Dengan
G konstanta gravitasi
m massa planet,
M Massa Matahari
v kecepatan orbit planet
r radius orbit
2 r 2 r 2
GM
r (3.10)
4 2r3
GM
T2 (3.11)
r 3 GM
T 2 4 2 (3.12)
3. (OSN 2007) Mars mempunyai dua buah satelit Phobos dan Deimos.
Jika diketahui Deimos bergerak mengelilingi Mars dengan jarak a =
23490 km dan periode revolusinya P = 30jam 18 menit. Berapakah
massa planet Mars bila dinyatakan dalam satuan massa Matahari? Jika
Periode revolusi Phobos 7jam 39menit, berapakah jaraknya dari Mars?
9. (OSKK 2009) Sebuah satelit terbang di atas Bumi pada ketinggian 300
km dan dalam orbit yang berupa lingkaran. Dengan menggunakan roket,
satelit tersebut bergeser ke ketinggian 400 km dan tetap dalam orbit
lingkaran. Kecepatan orbitnya
a. lebih besar pada ketinggian 400 km
b. lebih besar pada ketinggian 300 km
c. sama karena orbitnya sama-sama berupa lingkaran
d. sama karena dalam kedua orbit efek gravitasinya sama
e. tidak cukup data untuk menjelaskan
10. (OSKK 2009) Sebuah pesawat ruang angkasa mengelilingi Bulan dengan
orbit yang berupa lingkaran pada ketinggian 1737 km dan dengan
periode orbit sebesar 2 jam . Apabila gaya gravitasi yang disebabkan
Bulan pada pesawat ruang angkasa ini sama dengan gaya
sentrifugalnya, maka massa Bulan yang ditentukan berdasarkan kedua
gaya ini adalah (konstanta gravitasi G = 6,67 x 10-11 m3 kg-1 s-2).
a. 5,98 x 1026 kg
b. 5,98 x 1024 kg
c. 5,98 x 1022 kg
d. 5,98 x 1020 kg
e. Massa bulan tidak bisa ditentukan dengan cara ini
11. (OSKK 2009) Matahari mengorbit pusat galaksi Bima Sakti dengan
setengah sumbu panjang orbitnya 1,8109 AU dan periodenya 2108
tahun. Apabila massa Matahari diabaikan terhadap massa Bima Sakti,
dan hukum Kepler III berlaku, maka massa galaksi Bima Sakti adalah :
a. 1,46107 kali massa Matahari
b. 4,05107 kali massa Matahari
TEROPONG BINTANG
Kompetensi dasar :
X.3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan
pembiasan oleh cermin dan lensa
X.4.9 Menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip
pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa
Pendahuluan
Gambar 4.1 Batu yang dijatuhkan di permukaan air akan membentuk lingkaran-
lingkaran konsentris yang semakin besar. Lingkaran-lingkaran itu adalah muka
gelombang. Arah penjalaran gelombang yang menjauhi pusat adalah sinar
gelombang.
47
Jika sebuah titik menjadi sumber cahaya, maka cahaya akan dipancarkan
ke segala arah. Mari kita sebut arah rambat cahaya sebagai “sinar” yang
berbeda pengertiannya dengan “cahaya”. Bagian cahaya yang dipancarkan
pada saat yang sama membentuk muka gelombang yang semakin besar
menjauhi sumber cahaya. Untuk memudahkan pemahaman tentang sinar
dan muka gelombang ini, mari kita bandingkan dengan gelombang air. Jika
kita menjatuhkan batu di air kolam yang tenang, tempat jatuhnya batu itu
adalah sumber gelombang air.
Kita akan melihat lingkaran-lingkaran yang bergerak makin besar
menjauhi tempat jatuhnya batu. Lingkaran-lingkaran itu adalah muka
gelombang. Arah gerak gelombang air itu menjauhi tempat jatuhnya batu.
Jika kita tarik garis dari pusat gelombang ke luar mengikuti arah gerak
muka gelombang, itulah sinar gelombang.
Sinar gelombang selalu tegak lurus terhadap muka gelombang. Pada
peristiwa perambatan gelombang air, medium perambatannya adalah dua
dimensi yaitu permukaan air, maka muka gelombangnya berbentuk
lingkaran yang makin lama makin besar. Pada cahaya, medium
perambatannya 3 dimensi, sehingga muka gelombangnya berupa
permukaan bola yang makin lama makin besar. Namun pada kedua
peristiwa itu tetap berlaku aturan sinar gelombang tegak lurus terhadap
muka gelombang.
Jika cahaya merambat dan dalam perambatannya kecepatannya berubah
karena berpindah medium, dan muka gelombang yang berfase sama tidak
mengalami perubahan kecepatan itu secara bersamaan, maka sinar
gelombang harus membelok, jika tidak, muka gelombang dan sinar
gelombang tidak akan tegak lurus. Hal ini dijelaskan pada gambar 4.2 dan
4.3.
Pada Gambar 4.2, andaikan cahaya dari udara masuk ke air tidak
membelok, sementara kecepatan cahaya di air lebih kecil dari pada di
udara. P dan R berada dalam muka gelombang yang sama. Saat sinar
gelombang 1 mencapai P, sinar gelombang 2 mencapai R, setelah itu
kecepatan sinar gelombang 2 lebih kecil dari sinar gelombang 2 padahal
keduanya berada dalam muka gelombang yang sama.
Saat sinar gelombang 1 menempuh jarak PQ, sinar gelombang 2 hanya
menempuh jarak RS karena kecepatannya lebih rendah. Akibatnya muka
gelombang QS tidak dapat tegak lurus terhadap sinar gelombang RS.
Keadaan ini tidak diperbolehkan.
48 TEROPONG BINTANG
Gambar 4.2 Ilustrasi apabila cahaya datang dari udara ke air tidak membelok,
maka muka gelombang dan sinar gelombang tidak dapat tegak lurus bila sudut
datang tidak nol.
Pada gambar 4.3 diilustrasikan keadaan jika sinar gelombang harus dibuat
tegak lurus terhadap muka gelombang, maka konsekuensinya sinar
gelombang harus membelok di perbatasan antara dua medium. Itulah
sebabnya mengapa perubahan kecepatan menyebabkan pembelokan pada
cahaya yang masuk dari medium satu ke medium lain.
Gambar 4.3 Cahaya yang masuk dari udara ke air harus membelok sebagai
konsekuensi dari perubahan kecepatannya
TEROPONG BINTANG 49
Andaikan indeks bias medium A adalah nA, dan medium B adalah nB, jika
cahaya datang dari medium A dengan sudut datang i dan masuk ke medium
B, meninggalkan perbatasan kedua medium dengan sudut r, berlaku :
nA sini
nB sinr (4.2)
Jika cahaya datang dari udara, masuk ke kaca lalu keluar lagi pada di
permukaan yang lain, dan jika kacanya datar, maka arah sinar datang
masih sejajar dengan sinar yang keluar dari permukaan yang lain. Tapi
kalau permukaan kaca tempat sinar datang dan permukaan lain tempat
sinar keluar tidak sejajar, maka sinar datang umumnya tidak sejajar lagi
dengan cahaya yang keluar dari bidang yang lain. Dengan kata lain cahaya
itu dibelokkan oleh kaca.
Contoh, jika cahaya menembus prisma maka sinar datang dan sinar yang
keluar dari prisma tidak sejajar. Contoh lain, jika kaca itu berupa lensa
cembung maka setiap berkas sinar datang akan dibelokkan sedemikian
rupa sehingga akan mengumpul atau menyebar bergantung pada jarak
sumber cahayanya. Jika semua berkas sinar datang sejajar, maka sinar yang
keluar dari lensa akan dikumpulkan di titik fokus.
Medium A
Medium B
r
50 TEROPONG BINTANG
Di dalam bidang ilmu astronomi, salah satu contoh peristiwa pembiasan
adalah cahaya yang datang dari bintang menuju pengamat di permukaan
Bumi dan bintang tersebut tidak tepat diatas kepala. Cahaya bintang tidak
datang tegak lurus terhadap permukaan Bumi.
Cahaya itu akan mengalami pembelokan karena pembiasan oleh atmosfir
Bumi. Hal ini disebabkan sebelum masuk ke atmosfir cahaya bintang
datang dari ruang hampa udara. Ketika masuk atmosfir Bumi, yang lebih
rapat, kecepatannya berkurang, mengalami pembiasan dan dapat sedikit
membelok.
TEROPONG BINTANG 51
Hal ini disebabkan indeks bias bergantung pada panjang gelombang, maka
warna yang berbeda akan dibelokkan dengan ketajaman yang berbeda.
Akibatnya cahaya matahari akan nampak terurai menjadi berbagai warna
setelah melewati prisma.
Gambar 4.6 Cahaya Matahari yang melalui prisma akan diuraikan, karena
kecepatan cahaya di dalam kaca bergantung pada panjang gelombang
52 TEROPONG BINTANG
Gambar 4.7 Contoh spektrum bintang, hasil penguraian oleh prisma atau kisi. Pola
garis-garis pada bintang-bintang berbeda-beda, masing-masing mengandung
informasi fisik tentang bintang yang diamati
TEROPONG BINTANG 53
pada jarak yang berbeda setelah melewati lensa, mengingat pembiasan
bergantung pada panjang gelombang. Memang benar sebuah lensa bisa
mempunyai jarak fokus yang sedikit berbeda untuk panjang gelombang
yang berbeda. Gejala ini disebut aberasi kromatik. Namun pembuat lensa
teropong bintang dengan berbagai teknik, misalnya menggunakan
gabungan lensa, pemilihan bahan dan lain-lain, dapat mengurangi efek
aberasi kromatik ini. Lensa yang tidak mempunyai aberasi kromatik ini
disebut lensa apokromatik.
Lensa Gravitasi
Gambar 4.8 Pembelokan cahaya bintang oleh gravitasi Matahari, sehingga bintang
yang berada di belakang Matahari masih dapat diamati oleh pengamat di Bumi.
54 TEROPONG BINTANG
Mengapa saat gerhana Matahari total? Karena pada saat itu permukaan
Matahari yang menyilaukan tertutup Bulan sehingga bintang bisa
kelihatan. Pembelokan cahaya oleh Matahari terhadap cahaya bintang yang
berada di belakang Matahari membuat bintang menjadi bisa terlihat meski
pun seharusnya tertutup oleh piringan Matahari. Penyebab pembelokan
cahaya bintang itu adalah gaya tarik gravitasi Matahari.
Bukti lain adanya peristiwa lensa gravitasi adalah dari citra gugus galaksi
di bawah ini.
Gambar 4.9 Citra fenomena lensa gravitasi. Galaksi berwarna biru dan melengkung
itu sebenarnya berada di belakang kumpulan galaksi besar di tengah, namun
tarikan gravitasi besar itu membuat cahaya dari galaksi di belakang membelok ke
arah pengamat. Sumber : Hubble Site
Karena jarak tempuh cahaya selama mengalami pelensaan jauh lebih kecil
dibanding jarak sumber dengan pengamat, maka pembelokan cahaya oleh
gravitasi umumnya mempunyai sifat-sifat yang sama dengan pembelokan
cahaya oleh lensa tipis.
TEROPONG BINTANG 55
Teropong Bintang
Salah satu alat optik yang digunakan untuk mengamati sumber cahaya
yang redup dan sangat jauh adalah teropong bintang. Secara umum
teropong bintang dibagi dalam dua golongan besar, refraktor dan reflektor.
Teropong refraktor menggunakan lensa, sedangkan reflektor meng-
gunakan cermin sebagai pengumpul cahaya utamanya. Teropong reflektor
masih dibagi menjadi beberapa jenis lagi, misalnya Newtonian, Schmidt,
Cassegrain dan lain lain.
Refraktor
Gambar 4.10 Contoh teropong bintang jenis Gambar 4.11 Galileo Galilei
refraktor kecil yang mirip dengan teropong penemu teropong bintang
(kiri)
Galileo dan mudah dirakit sendiri dan bulan-bulan Jupiter
56 TEROPONG BINTANG
Pada teropong yang mempunyai perbesaran tinggi, diperlukan sebuah
teropong yang lebih kecil, yang disebut finder, untuk mempermudah
pencarian obyek langit yang diinginkan. Hal ini disebabkan perbesaran
yang tinggi menyebabkan medan langit yang bisa dilihat menjadi kecil
sehingga teropong meleset sedikit saja dari obyek yang dituju, obyek
menjadi tidak nampak dalam medan pandang (field of view) teropong.
Teropong finder mempunyai perbesaran yang kecil dan medan pandang
yang lebih luas sehingga arah teropong meleset sedikit dari obyek tidak
membuat obyek keluar dari medan pandang. Pada saat kita akan
mengarahkan teropong ke suatu bintang, misalnya, biasanya kita melihat
melalui finder, kemudian teropong digerakkan sedikit demi sedikit
sehingga bintang berada tepat di tengah medan pandang finder. Jika sumbu
teropong utama dan teropong finder sejajar, dapat dipastikan bintang yang
berada tepat di tengah finder akan masuk ke dalam medan pandang
teropong utama.
TEROPONG BINTANG 57
atau eyepiece yang membuat citra menjadi maya. Agar cahaya yang
melewati lensa okuler dan masuk ke mata sejajar, maka lensa okuler harus
dipasang sedemikian rupa sehingga citra yang dikumpulkan oleh obyektif
terletak di fokus lensa okuler.
Pada saat kita memasang lensa okuler, dan kita lihat bintang melalui
teropong kemungkinan citra yang dilihat nampak buram, artinya citra dari
obyektif tidak tepat berada di fokus lensa okuler. Kita harus menggeser-
geser lensa okuler menjauhi atau mendekati obyektif sehingga diperoleh
citra paling tajam. Proses ini disebut dengan focusing atau pengaturan
fokus.
fobj
M
fok (4.5)
Contoh Soal
Jawab : d
Penjelasan : perbesaran teropong ditentukan oleh perbandingan panjang
fokus obyektif dan okuler :
58 TEROPONG BINTANG
teropong bintang untuk meneropong benda-benda yang ada di permukaan
Bumi, maka citra benda yang kita lihat akan terbalik. Untuk membuat citra
benda tegak kembali seperti semula diperlukan satu lensa tambahan yaitu
lensa pembalik. Dengan melakukan itu sebenarnya kita memperoleh
teropong medan. Jika teropong medan dibuat sepasang untuk mata kiri dan
kanan kita akan memperoleh binokuler.
Mengapa para pembuat teropong bintang membiarkan citra yang
dihasilkan teropong bintang terbalik? Karena pada benda-benda angkasa
tidak ada istilah atas dan bawah, mana atas mana bawah tidak jelas,
semuanya diatas, sehingga membalik citra tidak mempunyai arti apa-apa
malah merugikan. Mengapa merugikan? Karena tambahan lensa pembalik
akan membuat harga teropong lebih mahal dan intensitas citra yang
diperoleh sedikit lebih redup, karena serapan cahaya yang terjadi di lensa
pembalik.
Jika perbesaran hanya ditentukan oleh fokus obyektif dan okuler, apa
peran diameter teropong? Mengapa orang membuat teropong yang
semakin hari semakin besar kalau perbesaran hanya ditentukan oleh jarak
fokus? Diameter teropong menentukan dua hal yaitu daya pisah
(resolution) dan kecerlangan citra. Jika kita memperpanjang fokus obyektif
teropong memang akan didapatkan citra yang berukuran lebih besar
namun semakin redup, karena pencahayaan (iluminasi) yang kurang.
Pencahayaan akan semakin tinggi apabila cahaya yang dikumpulkan
semakin banyak, dan hal itu dapat diperoleh bila luas lensa obyektif
teropong semakin besar. Jika pencahayaan dinyatakan dengan J dan
diameter obyektif D maka:
J
2
D
2 (4.6)
TEROPONG BINTANG 59
Sementara itu panjang citra berbanding lurus dengan panjang fokus
obyektif fobj, sehingga luas citra berbanding lurus terhadap f2obj. Maka
pencahayaan per satuan luas citra akan berbanding lurus terhadap kuadrat
perbandingan fokus terhadap diameter. Perbandingan fokus terhadap
diameter obyektif disebut focal ratio F:
f
F
D (4.7)
min 1,22
D (4.8)
Dengan
θmin adalah jarak sudut paling kecil yang dapat dipisahkan oleh
teropong
λ adalah panjang gelombang cahaya yang diterima pengamat dari
kedua sumber.
60 TEROPONG BINTANG
Contoh Soal (OSP 2009 essay)
Jawab:
Waktu yang diperlukan oleh sebuah teleskop untuk mengumpulkan
sejumlah cahaya berbanding terbalik dengan luas bukaan. Jadi:
Dalam waktu 2,24 menit sebuah teleskop dengan diameter bukaan 2,5
meter dapat mengumpulkan cahaya yang sama dengan teleskop
berdiameter 0,5 meter dalam waktu 1 jam.
TEROPONG BINTANG 61
Reflektor
Cara kedua adalah dengan membuat lubang ditengah cermin utama dan
memasang cermin kedua menghadap ke cermin utama, sehingga cahaya
bintang yang dipantulkan oleh cermin utama dan kedua kemudian masuk
ke lubang di tengah cermin utama Di balik lubang cermin utama dipasang
lensa okuler. Ide ini dipublikasikan oleh Laurent Cassegrain tahun 1672.
62 TEROPONG BINTANG
Dari ide Cassegrain ini telah muncul berbagai variasi rancangan yang
berbeda-beda, seperti Schmidt-Cassegrain, Maksutov – Cassegrain, Ritchey
Chrétien, Coudé dan lain-lain.
Gambar 4.15 Skema lintasan cahaya pada teropong reflektor jenis Cassegrain
Seperti juga lensa, cermin cekung pun mempunyai fokus. Ke titik fokus itulah
cahaya yang berasal dari tempat yang jauh dipusatkan. Jika bentuk permukaan
cermin seperti potongan bola, cahaya yang dipantulkan oleh bagian cermin yang
berbeda akan dipusatkan di titik yang berbeda. Gejala ini disebut aberasi sferis.
Untuk menghindari aberasi sferis, bentuk geometri permukaan cermin dibuat
seperti potongan paraboloida.
Pada teropong refraktor, semakin besar diamter lensa, ketebalannya pun semakin
besar dan semakin sulit membuatnya. Teropong reflektor dapat dibuat sangat
besar karena diameter cermin tidak mempengaruhi ketebalannya. Itulah sebabnya
teropong-teropong raksasa seperti Subaru, Keck, Gemini dan lain-lain semua
merupakan teropong reflektor.
TEROPONG BINTANG 63
Soal-soal
1. (OSKK 2008) Jarak antara lensa objektif dan lensa okuler sebuah
teropong adalah 1,5 m. Jika panjang fokus okulernya 25 mm, berapakah
panjang fokus lensa objektifnya?
a. 2,5 x 10-2 m
b. 0,6 m
c. 1,475 m
d. 6 m
e. 15,95 m
64 TEROPONG BINTANG
panjang fokus
c. Reflektor mempergunakan lensa pengumpul cahaya
d. Kolektor radiasi refraktor adalah lensa, sedangkan untuk reflektor
adalah cermin
e. Tidak ada jawaban yang benar
TEROPONG BINTANG 65
diperoleh adalah
a. Planet Jupiter akan tampak lebih besar dengan menggunakan
okuler B
b. Planet Jupiter akan sama besar baik dengan menggunakan okuler A
maupun okuler B
c. Planet Jupiter akan tampak lebih besar dengan menggunakan
okuler A
d. Planet Jupiter akan tampak sama redup di kedua okuler tersebut
e. Planet Jupiter akan tampak sama terang di kedua okuler tersebut
66 TEROPONG BINTANG
b. kuat cahaya yang dikumpulkan oleh teleskop berdiameter 10 m
adalah 0,0036 kali kuat cahaya yang dikumpulkan oleh teleskop
berdiameter 60 cm
c. kuat cahaya yang dikumpulkan oleh teleskop berdiameter 10 m
adalah 17 kali kuat cahaya yang dikumpulkan oleh teleskop
berdiameter 60 cm
d. kuat cahaya yang dikumpulkan oleh teleskop berdiameter 10 m
adalah 0,06 kali kuat cahaya yang dikumpulkan oleh teleskop
berdiameter 60 cm
e. kuat cahaya yang dikumpulkan oleh teleskop berdiameter 10 m,
sama dengan kuat cahaya yang dikumpulkan oleh teleskop
berdiameter 60 cm
11. (OSP 2009) Bulan yang berdiameter sudut 30 menit busur dipotret
dengan sebuah teleskop berdiameter 50 cm (f/D=10). Untuk
memotret bulan tersebut, teleskop dilengkapi dengan kamera dijital
yang bidang pencitraannya berukuran 0,6 cm x 0,5 cm. Dari hasil
pemotretan ini maka,
a. Seluruh piringan Bulan dapat dipotret
b. Hanya sebagian piringan Bulan yang dapat dipotret
c. Hanya seperempat Bagian Bulan yang dapat dipotret
d. Seluruh piringan Bulan tidak bisa dipotret
e. Jawaban tidak ada yang benar
12. (OSP 2009) Untuk mengamati bintang ganda yang jaraknya saling
berdekatan. Sebaiknya menggunakan teleskop.
a. Diameter okuler besar
b. diameter obyektif yang besar
c. panjang fokus kecil
d. hanya bekerja dalam cahaya merah
e. diameter obyektif kecil
TEROPONG BINTANG 67
Bab 5
ENERGI GRAVITASI
Kompetensi Dasar :
XI.3.3 Menganalisis konsep energi, usaha, hubungan usaha dan perubahan
energi untuk menyelesaikan permasalahan gerak dalam kehidupan sehari-hari
XI.4.3 Memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah terkait
dengan dengan konsep gaya dan kekekalan energi
Pendahuluan
Jika kita berada di dekat permukaan Bumi, melempar batu misalnya, maka
batu akan jatuh kembali ke permukaan Bumi karena tarikan gravitasi
Bumi. Di dalam peristiwa itu ada gaya dan ada perpindahan, gayanya
adalah gaya gravitasi, perpindahannya adalah beda posisi batu mula-mula
dan kemudian. Kita dapat menghitung usaha yang bekerja pada benda yang
bergerak itu sebagai berikut:
W Fx (5.1)
F adalah gaya yang bekerja, yaitu gaya gravitasi sehingga F=mg, Δx adalah
perpindahan dalam arah F, yaitu Δh, sehingga usaha dapat ditulis sebagai :
W mgh (5.2)
Jadi benda yang berada pada ketinggian Δh dari permukaan Bumi
berpotensi untuk melakukan usaha sebesar mgΔh jika jatuh ke permukaan
Bumi. Usaha dapat diterjemahkan sebagai perubahan energi, tarikan
gravitasi Bumi menyebabkan batu yang berada pada posisi tertentu
mempunyai energi potensial gravitasi. Untuk benda yang melayang tidak
jauh dari permukaan Bumi, praktis besarnya gaya gravitasi tetap.
Perubahan energi potensial gravitasi yang terjadi jika benda berpindah
dari satu tempat ke tempat lain, hanya bergantung pada perbedaan
ketinggian dari permukaan Bumi. Andaikan sebuah benda bermassa m
69
berpindah dari titik A ke titik B, maka perubahan energy potensialnya
adalah :
70 ENERGI GRAVITASI
Misalnya, kalau ketinggian titik A kita anggap sebagai ketinggian nol, maka
ketinggian titik B adalah minus 1,75 meter, maka perubahan energi
potensial ΔEP yang didapat akan sama.
Menurut hukum kekekalan energi, energi tidak dapat hilang begitu saja,
maka berkurangnya energi potensial diatas harus menyebabkan
pertambahan energi lain. Lazimnya dalam gerak benda seperti diatas,
kecepatan benda akan makin lambat sebelum mencapai maksimum lalu
makin cepat setelah melewati maksimum. Dalam kasus diatas, karena
kecepatan bertambah dengan semakin rendahnya posisi benda, maka
dapat diduga bahwa energi potensial berubah menjadi energi kinetik, maka
pertambahan energi kinetiknya adalah +3,43 joule. Perubahan energi
kinetik itu berhubungan dengan perubahan kecepatan melalui persamaan
berikut :
Dengan demikian kalau kita tahu kecepatan awal batu ketika dilemparkan
dari titik A, maka dengan mudah kita dapat menghitung kecepatan batu itu
di B. Jika kecepatan awal di A adalah 4,4 m/s, maka dengan menggunakan
rumus energi kinetik itu dapat dihitung kecepatan di B, yaitu sekitar : 7,3
m/s. Dengan menggunakan cara perhitungan energi ini kita tidak perlu
mengetahui bagaimana sudut elevasi atau pun lintasan batu itu, karena
perhitungan energi tidak bergantung pada lintasan.
Karena dalam peristiwa diatas hanya ada perubahan energi potensial
menjadi energi kinetik dan sebaliknya, pengurangan energi potensial sama
dengan penambahan energi kinetik, maka dapat dituliskan :
ENERGI GRAVITASI 71
tersebut hanya berlaku di dekat permukaan Bumi. Bagaimana halnya kalau
benda bergerak sangat jauh di dalam medan gravitasi Bumi sehingga
selama bergerak, benda melalui titik-titik yang percepatan gravitasinya
berbeda? Dalam hal ini, akan lebih baik apabila digunakan bukan rumus
pendekatan tapi perumusan yang lebih fundamental, yaitu :
Mm
EP G
r (5.9)
Dengan :
G adalah konstanta gravitasi
M adalah Massa Bumi
m adalah massa benda yang bergerak
r adalah jarak benda dari pusat Bumi
Dalam perumusan ini titik acuan untuk penentuan ketinggian adalah pusat
Bumi, bukan permukaan Bumi, akan tetapi energi potensial nol bukan di
pusat Bumi melainkan di suatu titik yang sangat jauh dari Bumi (r= ).
Dalam perumusan ini pula kita melihat bahwa energi potensial gravitasi
Bumi di semua titik adalah negatif kecuali di tempat yang sangat jauh atau
di titik r = .
Rumus energi potensial diatas dapat diperoleh dari rumus dasar :
W Fx (5.10)
Jika gerak benda yang ditinjau jauh sehingga gaya gravitasi yang
dialaminya tidak dapat dianggap tetap maka perlu dilakukan integrasi
untuk menghitung usaha, dan rumus gaya gravitasi yang digunakan harus
rumus yang lebih fundamental yaitu gaya gravitasi Newton :
Mm
F G
r2 (5.11)
72 ENERGI GRAVITASI
Orbit Satelit
Sebuah satelit yang bergerak mengelilingi Bumi, dalam orbit elips energi
makaniknya tetap, meskipun jaraknya berubah-ubah dari Bumi. Maka
dapat diduga bahwa kecepatan gerak satelit itu pun berubah-ubah
bergantung pada jaraknya dari Bumi, pada saat jaraknya dekat
kecepatannya tinggi, saat jaraknya jauh geraknya melambat. Hal ini sesuai
dengan hukum Kepler ke dua. Pada saat satelit paling dekat dengan Bumi,
dikatakan satelit itu berada di perigee, sedangkan pada saat paling jauh
dikatakan berada di apogee.
Dengan menggunakan rumus energi ini, kita dapat menghitung kecepatan
orbit satelit, meskipun orbitnya elips, tanpa harus berurusan dengan
persamaan elips. Energi total sebuah satelit yang mengorbit Bumi adalah :
Mm
E G
2a (5.12)
Dengan a adalah setengah sumbu panjang orbit elips dari satelit. Di dalam
sebuah sistem yang terikat secara gravitasi, energi kinetik rata-rata gerak
benda yang mengelilingi benda yang lebih masif adalah minus dua kali
energi potensialnya. Pernyataan ini disebut teorema virial. Dapat juga
dikatakan bahwa energi mekanik total adalah setengah dari energi
potensial. Energi total itu harus sama dengan jumlah energi kinetik dan
potensial, maka:
Mm 1 2 Mm
G 2 mv G
2a r (5.13)
v GM
2 1
r a (5.14)
GM
v
r (5.15)
ENERGI GRAVITASI 73
Rumus-rumus kecepatan tersebut berlaku untuk satelit yang mengorbit
tanpa membutuhkan energi, tidak berlaku untuk satelit yang mendapat
dorongan roket. Satelit yang baru diluncurkan mendapat dorongan dari
roket peluncur sehingga energi totalnya bertambah terus selama mendapat
dorongan roket.
Gambar 5.2 Skema proses transfer orbit pesawat antariksa dari Bumi ke Bulan
74 ENERGI GRAVITASI
Pada perjalanan pesawat antariksa dari Bumi ke Bulan, misalnya, setelah
pesawat mengorbit Bumi pada ketinggian tertentu, roket dinyalakan untuk
menambah kecepatan. Skema lintasan pesawat antariksa ke Bulan adalah
seperti pada gambar 5.2.
Posisi, saat dan lamanya roket dinyalakan harus dihitung dengan saksama
agar dicapai kecepatan yang dapat membuat lintasan pesawat berubah
menjadi sangat lonjong, dengan titik apogee (titik terjauh dari Bumi)
berada di sekitar orbit bulan.
Contoh :
ENERGI GRAVITASI 75
Orbit Planet
v GM
2 1
r a (5.16)
Jawab :
Dengan menggunakan :
G = 6,67 x 10-11Nm2/kg2 ;
M =Massa Matahari = 1,99×1030kg
Diperoleh :
76 ENERGI GRAVITASI
Bagaimana kecepatan geraknya ketika di tempat lain selain perihelion dan
aphelion? Pasti antara 29,28 km/ s dan 30,30 km/s, karena jarak Bumi
Matahari tidak bisa lebih dekat dari jarak perihelion dan tidak bisa lebih
jauh dari jarak aphelion.
Kecepatan lepas
Ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada sebuah benda yang berada
di dalam medan gravitasi benda lain, bergantung pada kecepatannya.
Mungkin benda itu jatuh ke pusat gravitasi, mungkin mungkin mengorbit,
mungkin terlepas dari medan gravitasi itu. Untuk bisa terlepas dari medan
gravitasi kecepatan gerak benda harus cukup tinggi, melebihi suatu batas
tertentu.
Batas kecepatan itu disebut kecepatan lepas. Jika kecepatan gerak benda
sama atau melebihi kecepatan lepas itu, maka benda akan lepas dari medan
gravitasi benda pertama untuk selamanya kecuali kalau arah geraknya
tepat menuju pusat gravitasi. Untuk mencari besarnya kecepatan lepas ini
dapat digunakan konsep energi. Berdasarkan definisi, di tempat tak
berhingga, energi potensial gravitasinya nol. Jadi kecepatan yang
diperlukan adalah kecepatan yang dapat membuat benda mencapai tak
berhingga, untuk itu energi total benda minimum nol.
Mm
1
2 mv2 G 0
r (5.17)
Mm
1
2 mv2 G
r (5.18)
2GM
vesc
r (5.19)
ENERGI GRAVITASI 77
Contoh :
Jawab :
Massa Bumi : 5,98 × 1024 kg, radiusnya : 6378 km, G = 6,67 × 10-11
Nm2/kg2.
≈ 11 km/s
Sumber energi apakah yang paling efisien? Kita sudah membahas bahwa
benda yang berada pada posisi yang tinggi mempunyai energi potensial
gravitasi dan energi potensial ini dapat diubah menjadi bentuk energi lain
yang dapat dimanfaatkan manusia. Sebagai contoh air sungai yang
mengalir dari tempat tinggi dapat diambil energi potensialnya dan diubah
menjadi energi listrik di dalam Pembangkit Listrik Tenaga Air. Mari kita
bandingkan sumber energi ini dengan sumber energi lain. Agar
perbandingan adil kita ambil jumlah massa yang sama dari masing-masing
sumber energi, misalnya 1 kg. Energi potensial gravitasi yang dimiliki 1 kg
air yang berada di permukaan bendungan yang tingginya 100 meter
adalah:
Ep mgh1101001000joule
Selanjutnya kita bandingkan dengan bensin, berapa besar energi yang bisa
dihasilkan oleh 1 kg bensin jika dibakar? 41800 kilo joule. Yang ketiga,
78 ENERGI GRAVITASI
bahan bakar nuklir, besarnya energi nuklir yang dapat dihasilkan jika 1 kg
uranium di ubah melalui reaksi fisi? Kira-kira 2 × 1013 joule. Berapakah
energy yang dilepaskan oleh 1 kg benda yang jatuh ke dalam lubang hitam?
Ambil contoh lubang hitam yang massanya 100 kali massa Matahari (kita
ambil contoh massa yang lebih besar juga sama saja). Energi dilepaskan
hingga benda itu mencapai event horizon. Radius event horizon dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Scwarzchild:
2GM
rs
c2 (5.20)
ENERGI GRAVITASI 79
Soal-soal
4. (OSN 2013) Sebuah satelit dengan massa 500 kg mengorbit Bumi pada
ketinggian 36.000 km dari pusat Bumi. Perbandingan energi kinetik
terhadap energi potensial gravitasi satelit tersebut adalah
A. – (1/2)
B. 2
C. + (1/2)
D. 5
E. – 2
80 ENERGI GRAVITASI
Bab 6
MOMENTUM
Kompetensi Dasar:
XI.3.5 Menerapkan konsep momentum dan impuls, serta hukum kekekalan
momentum dalam kehidupan sehari-hari
Pendahuluan
p mv (6.1)
Karena v adalah besaran vektor dan m adalah skalar, maka momentum juga
merupakan besaran vektor. Besaran ini memberikan gambaran tentang
kekuatan gerakan suatu benda. Jika benda itu bermassa besar, tentu
gerakannya mempunyai kekuatan yang besar. Demikian pula jika benda itu
kecepatannya tinggi, juga ada kekuatan besar dalam gerakannya. Benda
langit seperti bulan, karena massanya sangat besar, tentu gerakannya
mengelilingi Bumi juga mengandung kekuatan yang besar. Jika massa
bulan adalah 7,1 x 1022 kg, kecepatan Bulan 163 m/detik, momentum gerak
bulan mengelilingi Bumi adalah : mv = 1,16 × 1025 kg m/detik, luar biasa
besarnya!
Peristiwa tumbukan benda langit yang sering teramati oleh manusia adalah
tumbukan antara Bumi dengan asteroid atau pecahan komet. Tumbukan
itu biasanya dikenal sebagai meteor, yang nampak sebagai garis cahaya
sekejap di langit malam yang cerah. Meteor yang jatuh ke Bumi biasanya
mempunyai kecepatan yang tinggi. Meskipun massanya kecil,
kecepatannya yang sangat tinggi mempunyai daya rusak yang tinggi.
Sebuah meteor yang ketika menumbuk Bumi besarnya sebesar bola tenis
saja mampu merusak dan melubangi lantai beton. Sebagian besar meteor-
meteor habis dikikis dan dibakar di atmosfir Bumi, namun meteor yang
81
berukuran besar tidak habis dikikis partikel atmosfir dan sisanya bisa
sampai permukaan Bumi. Batuan meteor yang tersisa sampai di
permukaan Bumi disebut meteorit.
Impuls
Impuls merupakan hasil kali gaya dengan waktu. Waktu yang dimaksud
adalah lamanya gaya tersebut bekerja pada benda.
I F t (6.2)
Benda yang dikenai gaya akan mengalami percepatan, artinya
kecepatannya berubah, momentumnya berubah. Dapat dibuktikan bahwa
impuls yang dialami sebuah benda akan sama dengan perubahan
momentum benda itu selama tidak ada gaya lain. Jika ada gaya lain, maka
semua gaya yang bekerja pada benda harus dijumlahkan dulu. Hubungan
antara impuls dan momentum dapat dituliskan :
I mv'mv (6.3)
Peristiwa terdorongnya roket yang menyemburkan gas buang dapat juga
dijelaskan dengan kekekalan momentum. Bahan bakar dibakar di dalam
ruang pembakaran pada mesin roket, gas itu kemudian mengembang,
tekanan menjadi tinggi. Gas akan keluar dari bagian belakang roket
(nozzle), jadi ada materi gas yang bergerak ke belakang roket dengan
kecepatan tinggi dan membawa momentum. Sesuai dengan hukum
kekekalan momentum, momentum ke belakang itu harus diimbangi dengan
momentum ke depan, yaitu dalam bentuk gerakan roket ke depan. Hal ini
ekivalen dengan terjadinya gaya dorong roket ke depan.
Andaikan ada pesawat antariksa yang massanya m1 sedang bergerak
dengan kecepatan v1, dalam keadaan roket mati. Kemudian roket
dinyalakan selama selang waktu ∆t. Kecepatan semburan gas roket ke
belakang adalah vr, jumlah gas yang disemburkan adalah mr yang jauh lebih
kecil daripada massa pesawat. Setelah selang waktu ∆t itu, kecepatan
pesawat menjadi v2, maka hukum kekekalan momentum akan
menghasilkan :
82 MOMENTUM
Besarnya perubahan momentum itu sama dengan impuls, maka gaya
dorong roket :
m(v2 v1) mv
F r r
t t (6.6)
Tanda negatif menunjukkan bahwa arah F dan momentum gas buang
berlawanan.
Jika arah semburan gas berlawanan dengan arah gerak roket, maka roket
akan bergerak semakin cepat sedangkan kalau searah roket akan semakin
lambat. Untuk membuat roket pindah orbit ke orbit yang lebih tinggi,
dilakukan manuver sehingga arah semburan roket berlawanan dengan
arah gerak roket, sedangkan untuk turun ke orbit yang lebih rendah, arah
semburan roket harus searah dengan arah gerak. Saat roket dinyalakan
selama selang waktu ∆t, pesawat mengalami gaya F dari semburan roket,
maka hal ini ekivalen dengan pesawat mengalami impuls F∆t.
Contoh Soal
Sebuah roket massanya 20 000 kg sedang terbang dengan kecepatan
konstan di ruang antar planet. Kemudian roket pesawat dinyalakan.
Jika kecepatan semburan gas ke belakang 1000 m/detik, dan dalam
satu detik disemburkan 50 kg gas hasil pembakaran, berapakah
percepatan yang dialami roket?
Jawab:
Perubahan momentum roket dalam satu detik :
F=50000 kg m/dt2
Tumbukan
Momentum 83
m1 dan m2 yang masing-masing bergerak dengan kecepatan v1 dan v2
bertumbukan, dan setelah tumbukan itu kecepatannya menjadi v1' dan v2',
maka berlaku :
Massa Bulan adalah 7,1 x 1022 kg, orbit Bulan mengelilingi Bumi
dianggap lingkaran dengan radius 384.400 km dan periode 27⅓ hari.
Apabila pada suatu saat bulan bertabrakan dengan sebuah astroid besar
bermassa 3,2 x 1018 kg, dengan arah tumbukan sentral, asteroid
menghujam permukaan Bulan secara tegak lurus dengan kecepatan
relatif 30 km/s terhadap bulan. Vektor kecepatan asteroid tepat
berlawanan dengan vektor kecepatan Bulan dalam orbitnya
mengelilingi Bumi. Berubah menjadi berapa lama periode orbit bulan?
84 MOMENTUM
Gambar 6.1 Ilustrasi soal OSN 2010
Jawab:
v’=1021.3222 m/s
Momentum 85
Setengah sumbu panjang a = 383369477 m
Diperoleh T'= 27 hari 5 jam 22 menit, berarti sekitar 2,5 jam lebih
singkat.
Soal-soal
2. Jarak Bumi Bulan 384400 km, massa Bulan 7,35 x 1022 kg dan periode
sideris revolusi Bulan adalah 27,3 hari. Jika ada komet yang massanya
1 juta ton menumbuk bulan secara sentral dengan kecepatan 100
km/detik dengan arah tepat berlawanan dengan kecepatan tangensial
bulan, menjadi berapakah periode orbit Bulan ?
86 MOMENTUM
BAB 7
ATMOSFER PLANET
Pendahuluan
Planet lain, seperti juga Bumi, biasanya mempunyai atmosfer, ada yang
tebal ada yang tipis. Ada juga planet yang berukuran kecil tidak
mempunyai atmosfir karena gravitasi planetnya tidak cukup kuat
mempertahankan gas untuk tidak lepas dari dekat permukaannya.
Keberadaan atmosfir juga bergantung pada temperatur rata-rata diatas
permukaan planet dan juga sumber gas. Planet yang dekat dengan
Matahari, mendapat penyinaran yang kuat dari Matahari sehingga
temperatur permukaannya bisa menjadi sangat tinggi. Menurut teori
kinetik gas, semakin tinggi temperatur suatu gas, semakin tinggi pula laju
rata-rata partikel gas itu. Hal itu dinyatakan oleh rumus berikut:
3kT
vrms
m (7.1)
87
(A = kemampuan untuk memantulkan cahaya) planet, temperatur bagian
dalam planet dan lain-lain. Tetapi faktor yang paling besar pengaruhnya
adalah temperatur permukaan Matahari dan jarak planet tersebut dari
Matahari. Jika temperatur Matahari adalah T* radiusnya R dan jarak planet
d, maka fluks energi radiasi matahari yang sampai di sekitar planet:
4R2T*4 R 2 4
f T*
4d 2 d (7.2)
Jika radius planet adalah Rp dan albedonya A, energi matahari yang diserap
planet :
(1 A)R2
Tp T* 4
4d 2 (7.5)
2GM
vesc
r (7.6)
88 ATMOSFER PLANET
1
vrms vesc
6 (7.7)
Dengan demikian dapatlah dimengerti mengapa atmosfir planet Merkurius
sangat tipis, pertama karena massanya planet itu kecil, kedua sangat dekat
dengan Matahari sehingga temperatur rata-rata permukaannya tinggi.
Sementara itu pada planet-planet raksasa seperti Jupiter, Saturnus dan
lain-lain temperaturnya tidak terlalu tinggi karena jauh dari Matahari. Lagi
pula massa planet sangat besar sehingga gas di atmosfir planet-planet itu
mengalami gaya gravitasi yang besar. Itu sebabnya atmosfir planet-planet
besar itu sangat tebal, unsur-unsur ringan bisa bertahan berada di
atmosfir. Sebagian besar atmosfir planet-planet besar itu adalah hidrogen.
Darimana datangnya hidrogen itu? Hidrogen itu adalah sisa pembentukan
Tata Surya di masa lalu. Ketika Matahari dan anggota Tata Surya lain masih
berupa gas, komposisi terbesar gas itu adalah hidrogen. Pada planet-planet
yang dekat dengan Matahari gas hidrogen tidak dapat bertahan di
atmosfirnya karena temperatur yang tinggi dan gravitasi yang lebih lemah.
Di Bumi, hidrogen dapat merupakan sumber energi yang ramah
lingkungan, karena hasil pembakaran hidrogen adalah air. Dengan fuel cell
kita dapat langsung membangkitkan listrik dari gas hidrogen dan oksigen.
Atmosfir planet raksasa umumnya lebih dari 90% komposisi kimianya
adalah hidrogen, maka atmosfir planet-planet raksasa itu adalah sumber
energi yang luar biasa besarnya, yang mungkin dapat dimanfaatkan di
masa depan.
Contoh Soal
Apakah molekul oksigen dan hidrogen di atmosfir Bumi akan makin
lama makin tipis karena molekul oksigen itu sedikit demi sedikit lepas
dari atmosfir ?
Jawab :
Temperatur rata-rata atmofir Bumi adalah 287 K, massa molekul
oksigen (O2) 5,32 × 10-26 kg, massa molekul hidrogen (H2) 3,32 × 10-27 kg,
konstanta Boltzmann 1,38 × 10-23 JK-1, massa Bumi 5,97× 1024 kg, radius
Bumi 6378 km. Di atmosfir Bumi molekul oksigen relatif kekal
sedangkan hidrogen akan semakin menipis karena lepas ke luar
angkasa, hal ini ditunjukkan dengan perhitungan berikut:
kecepatan lepas dari Bumi adalah :
ATMOSFER PLANET 89
Untuk oksigen yang massanya 32 SMA (Satuan Massa Atom):
473 m/s
Jika kita tinjau planet Venus dan membandingkannya dengan Bumi akan
terasa ganjil, karena Venus mempunyai atmosfir yang lebih tebal daripada
Bumi, yang tercermin dari tekanan udaranya yang sangat tinggi, hingga
lebih dari 90 kali tekanan atmosfir Bumi, padahal Venus lebih kecil dan
lebih dekat ke Matahari dibandingkan dengan Bumi. Atmosfir Venus
didominasi oleh CO2. Apakah gas CO2 Venus mudah lepas dari atmosfirnya?
Kecepatan lepas Venus :
2GM
vesc 10359m/s
r
Kecepatan CO2 :
3kT
vrms 671m/s
m
Nilai ini masih lebih kecil dari 1/6 kecepatan lepas. Maka CO2 di Venus
akan abadi. Darimana datangnya CO2 itu ? Diperkirakan dari aktivitas
vulkanik.
Temperatur di permukaan planet Venus yang sangat tinggi terutama
disebabkan oleh efek rumah kaca. Gas CO2 di atmosfir Venus memerangkap
cahaya infra merah dari permukaan Venus, karena gas CO2 sukar ditembus
90 ATMOSFER PLANET
oleh sinar infra merah, sementara ada sebagian cahaya Matahari yang
dapat menembus atmosfir sampai ke permukaan.
Efek rumah kaca seperti di planet Venus ini yang dikhawatirkan terjadi di
Bumi apabila jumlah CO2 di atmosfir Bumi semakin meningkat karena
pembakaran bahan bakar fosil terus menerus. Temperatur atmosfir Bumi
akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kadar CO2 di udara.
Fenomena ini disebut pemanasan global atau global warming. Akibat dari
pemanasan global ini pola iklim dapat berubah dan mengancam kehidupan
di Bumi, termasuk manusia.
Jika iklim berubah, pengaruhnya akan besar, misalnya pada musim hujan
dan kemarau. Jika musim kemarau dan hujan menjadi tak menentu,
kemungkinan petani bercocok tanam pada waktu yang salah menjadi besar
dan menyebabkan kegagalan panen yang merugikan.
Contoh akibat lainnya adalah kekuatan badai secara rata-rata menjadi lebih
kuat dari sebelumnya menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Salah satu
ATMOSFER PLANET 91
badai yang sangat hebat yang diduga dipengaruhi oleh pemanasan global
adalah badai Katrina tahun 2005 yang merusak sebagian dari benua
Amerika terutama di wilayah Amerika serikat, yang menimbulkan kerugian
milyaran dollar dan korban nyawa manusia. Juga diduga badai dahsyat
Haiyan yang melanda Filipina 2013 dan badai salju hebat yang melanda
Amerika Serikat di awal 2014 disebabkan perubahan iklim.
Oleh karena itu manusia sebaiknya semakin bijak dalam mengkonsumsi
energi dan memelihara lingkungan. Berbagai negara telah melakukan
upaya-upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menggalakkan
penanaman pohon untuk meningkatkan penyerapan CO2 di udara.
Akan tetapi ada juga pendapat lain tentang pemanasan global. Catatan
sejarah menunjukkan bahwa ada korelasi antara perubahan pancaran
cahaya Matahari dengan perubahan temperatur di Bumi. Maka ada
pendapat bahwa pemanasan global yang terjadi beberapa dekade terakhir
ini disebabkan perubahan aktivitas Matahari.
Aktivitas matahari berubah dengan periode sekitar 11 tahun. Memang
pada abad ke dua puluh ada kecenderungan amplitudo puncak aktivitas
Matahari semakin meningkat seperti yang nampak pada gambar.
Gambar 7.2 Perubahan aktivitas Matahari yang tercermin dari banyaknya bintik
Matahari, dalam 250 tahun terakhir.
Sumber : http://spaceweather.com/glossary/sunspotnumber.html
92 ATMOSFER PLANET
Hingga dekade 60an puncak aktivitas terus meninggi, setelah itu hingga
akhir abad ke 20 cenderung tinggi. Akan tetapi puncak aktivitas Matahari
sejak akhir abad ke 20 hingga sekarang cenderung menurun. Akankah ini
menjadi awal dari penurunan suhu Bumi pada tahun-tahun yang akan
datang? Apa pun penyebab pemanasan global, tetap lebih bijaksana apabila
kita hemat energi, menghemat sumber daya alam, menjaga kelestarian
lingkungan dan menggalakkan penghijauan.
Tekanan Atmosfer
P gh (7.8)
ATMOSFER PLANET 93
Soal-soal
1. (OSK 2009) Titan, salah satu satelit planet Saturnus memiliki atmosfer
yang sangat tebal, sementara planet Merkurius sama sekali tidak
mempunyai atmosfer, hal ini disebabkan karena:
a. Titan lebih masif dibanding Merkurius
b. Gravitasi Matahari menyebabkan atmosfer Merkurius lepas
c. Gas dingin di atmosfer Titan bergerak sangat lambat dibanding gas
panas di atmosfer Merkurius
d. Lebih banyak gas di Tatasurya luar, sehingga Titan lebih mempu
mempertahankan keberadaan atmosfernya.
e. Titan mirip dengan Bumi di masa depan.
94 ATMOSFER PLANET
Bab 8
Kompetensi Dasar :
XI.3.6 Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat dan momentum sudut
pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari
Pendahuluan
I 52 MR2 (8.1)
Dengan M adalah massa benda berbentuk bola yang berrotasi dan R adalah
radiusnya. Dari rumus diatas dapat disimpulkan juga bahwa satuan untuk
momen inersia dalam sistem SI adalah kg m2. Sebagai contoh, Bumi yang
massanya 5,97 × 1024 kg dan radiusnya 6378 km, jika Bumi dianggap benda
pejal yang kerapatannya sama, dengan rumus diatas dapat dihitung momen
inersianya adalah 9,71× 1037 kg m2. Nilai momen inersia ini sangat besar
sehingga sangat sulit untuk mengubah periode rotasinya, dibutuhkan gaya
dan momen gaya yang sangat besar untuk mengubahnya sedikit saja.
95
Revolusi Bumi mempunyai harga momen inersia yang berbeda dengan
momen inersia rotasi. Momen inersia Bumi mengelilingi Matahari adalah :
L I (8.3)
2
Lrot Irot 7,061033kg m2 / s
Prot
Kemana arah vektor momentum sudut ini? Karena Bumi berrotasi dari
Barat ke Timur (sehingga kita merasa bahwa Matahari bergerak dari Timur
ke Barat). Maka arah vektor momentum sudut Bumi adalah ke arah kutub
langit utara, atau sejajar dengan sumbu rotasi Bumi. Dengan cara yang
sama dapat dihitung momentum sudut revolusi Bumi sebesar 2,67× 1040
kg m2/s, dengan arah ke kutub ekliptika utara.
Matahari juga sama seperti Bumi dan Asteroid, berrotasi juga, hanya
bedanya, karena Matahari berupa gas, bukan benda tegar seperti Bumi, ada
perbedaan kecepatan sudut rotasi pada lintang yang berbeda. Lintang yang
lebih tinggi kecepatan rotasinya lebih rendah.
Sebagai contoh, periode rotasi Matahari pada lintang 26° adalah sekitar
27,275 hari dilihat dari Bumi. Rotasi Matahari pada posisi ini disebut
Carrington Rotation, yang didasarkan pada pengamatan bintik Matahari
yang umumnya muncul di lintang sekitar 26°. Untuk benda seperti
Matahari, menghitung momen inersianya lebih rumit, karena Matahari
adalah bola gas yang kerapatannya tidak merata dan kecepatan rotasi
berbeda-beda antara satu titik dengan titik lainnya. Namun dapat
dipastikan momen inersia Bumi tidak ada artinya dibandingkan dengan
Matahari karena massa dan radius Matahari jauh lebih besar dibandingkan
dengan Bumi.
Radius Girasi atau jari-jari girasi adalah jari-jari gerak melingkar sebuah
benda titik yang massanya dan momen inersianya sama dengan massa dan
momen inersia benda yang berotasi terhadap pusat massanya
Atau
I pm
rg
M (8.5)
9,52×1031
rg 4034km
5,971024
Jadi momen inersia Bumi sama dengan momen inersia sebuah titik yang
massanya sama dengan massa Bumi yang bergerak melingkar dengan jari-
jari 4034 km.
Radius girasi ini tentu berbeda dengan radius revolusi Bumi mengelilingi
Matahari. Dalam revolusinya mengelilingi Matahari, karena radius Bumi
jauh lebih kecil dibandingkan dengan radius orbit Bumi, maka Bumi dapat
dipandang sebagai benda titik. Radius girasi revolusi Bumi kira-kira sama
dengan radius revolusi Bumi mengelilingi Matahari.
Contoh Soal
Sebuah Meteor besar berbentuk kira-kira bundar dengan radius 1 km
dan massa jenis kira-kira sama dengan massa jenis Bumi, yaitu 5500
kg/m3 menumbuk sebuah gunung di Bumi. Arah datang Meteor itu tepat
sejajar dengan permukaan Bumi dan berhenti setelah menabrak gunung
itu. Lokasi gunung yang ditumbuk meteor itu berada di dekat daerah
khatulistiwa dan arah datang meteor itu tepat dari Timur, dengan
kecepatan 20 km/detik relatif terhadap permukaan Bumi. Jika dianggap
tumbukan itu tidak berpengaruh pada revolusi Bumi, berapa besar
perubahan periode rotasi Bumi? Massa dan radius Bumi adalah
5,97x1024kg dan 6378 km.
Jawab:
Momen inersia Bumi :
Maka pertamabahan periode rotasi Bumi hanya enam per sejuta detik.
Presesi
Gambar 8.2 Gerak presesi gasing karena momentum sudut diganggu gaya gravitasi
Peristiwa presesi seperti pada gasing itu juga terjadi pada sumbu rotasi
Bumi. Sumbu rotasi Bumi berubah orientasi perlahan secara periodik
dengan periode sekitar 25000 tahun. Karena arah sumbu rotasi berubah,
Gambar 8.3 Presesi Bumi yang disebabkan momentum sudut rotasi Bumi diganggu
oleh gaya gravitasi Matahari
Gaya apa yang menyebabkan presesi Bumi? Gaya gravitasi Matahari! Gaya
gravitasi Matahari itu membentuk sudut tertentu terhadap arah
momentum sudut Bumi. Sehingga menyebabkan perubahan arah
momentum sudut rotasinya. Presesi ini membuat titik acuan penentuan
koordinat di dalam sistem koordinat ekuator (khatulistiwa), yaitu titik
musim semi (Vernal Equinox) menjadi bergeser terus. Dahulu titik acuan
Soal-soal
Soal 1
Sebuah Asteroid yang berbentuk agak lonjong seperti bola rugby bermassa
1 juta ton, berotasi dengan periode 1,2 jam, dengan radius girasi 2 km.
Manusia berniat membuat astreoid itu berhenti berrotasi dengan cara
menembakkan bola besi bermassa 10 ton ke permukaan asteroid hingga
bola besi itu melesak ke dalamnya, pada posisi 2 km dari pusat massa,
dengan arah yang tepat dapat menghentikan rotasi asteroid itu. Dengan
kecepatan berapakah bola besi itu harus ditembakkan untuk menghentikan
rotasi asteroid?
Soal 2
Berapakah besar momen gaya yang menyebabkan presesi Bumi?
Kompetensi Dasar :
XI.3.10 Menganalisis gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum
XII.3.1 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam
teknologi
XII.3.7 Mengevaluasi pemikiran dirinya tentang radiasi elektromagnetik,
pemanfaatannya dalam teknologi dan dampaknya pada kehidupan
XII.4. Menyajikan hasil analisis tentang radiasi elektromagnetik, pemanfaatannya
dalam teknologi dan dampaknya pada kehidupan
Pendahuluan
Benda langit yang paling banyak bisa kita lihat di langit adalah bintang-
bintang. Bintang yang paling dekat ke Bumi adalah Matahari. Bintang-
bintang, termasuk Matahari, bisa memproduksi energi sendiri, lalu energi
itu dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Kita bisa
melihat keberadaan bintang-bintang itu karena mata kita bisa menerima
sebagian kecil gelombang elektromagnetik itu yaitu cahaya tampak. Akan
tetapi sebenarnya selain cahaya tampak masih jauh lebih banyak
gelombang elektromagnetik yang tidak dapat ditangkap oleh mata,
misalnya, Sinar X, Ultraviolet, gelombang radio dan lain-lain.
Panjang gelombang cahaya tampak adalah antara 4000 Å (Angstrom)
hingga 8000 Å. Satu Angstrom sama dengan 10-10 meter. Gelombang
elektromagnetik yang panjang gelombangnya lebih pendek daripada
cahaya tampak antara lain sinar Ultra violet, sinar X dan sinar Gamma.
Sedangkan yang lebih panjang antara lain sinar infra merah yang dapat kita
rasakan sebagai gelombang panas, gelombang mikro dan gelombang radio.
Bintang-bintang, jika dilihat dengan panjang gelombang berbeda, akan
beda pula penampakannya. Sebagai contoh citra Matahari nampak sangat
berbeda pada panjang gelombang sinar X, UV, cahaya tampak dan
gelombang radio, bahkan ukurannya pun bisa berbeda.
105
Selain dengan panjang gelombang, jenis radiasi elektromagnetik juga dapat
diidentifikasi dengan frekuensinya karena ada hubungan antara panjang
gelombang dan frekuensi sbb :
c
(9.1)
Dengan c adalah kecepatan cahaya yang besarnya 2,997925 × 108 meter
dan adalah frekuensi. Astronom radio yang biasa mengamati bintang
dengan teropong radio, biasanya lebih suka menggunakan domain
frekuensi daripada panjang gelombang. Sebagai contoh, jika gelombang
radio yang panjang gelombangnya 1 meter sering dinyatakan sebagai
gelombang berfrekuensi 300 megahertz (MHz), menggunakan hubungan
9.1.
Gambar 9.1 Matahari dalam berbagai panjang gelombang. Dalam sinar X dari
sateli YOHKOH (A), dalam ultraviolet dari satelit SOHO (B), dalam cahaya tampak
menggunakan neutral density filter (C), dalam panjang gelombang 6563 Å
menggunakan filter Hα (D), dalam infra merah (E), dalam gelombang radio (F).
Sumber : http://coolcosmos.ipac.caltech.edu.
Tabel 9.1
Sumber : http://csep10.phys.utk.edu/astr162/lect/light/spectrum.html
Suatu ciri dari benda hitam adalah bahwa benda itu memancarkan
berbagai macam panjang gelombang cahaya, namun mengikuti suatu
kecenderungan umum. Mula-mula intensitasnya meningkat jika kita
merunut dari panjang gelombang cahaya yang paling pendek menuju yang
lebih panjang. Pada panjang gelombang tertentu mencapai puncak, lalu
2hc2 1
B (T )
e
5 hc / kT
1 (9.3)
Panjang gelombang puncak dari grafik diatas dapat memberikan informasi
tentang temperatur benda hitam yang sedang diamati. Persamaan Planck
ini menyajikan intensitas cahaya yang dipancarkan oleh satu satuan luas
permukaan benda hitam bertemperatur T, pada panjang gelombang
tertentu, setiap satuan waktu.
B T4 (9.5)
Contoh soal
Sebuah bintang yang magnitudonya 1,8 diketahui fluksnya 10-8 watt/m2.
Berapakah fluks bintang yang magnitudonya 4,3?
Jawab :
Contoh soal
Menurut hukum radiasi, benda hitam akan memancarkan energi total
yang sebanding dengan temperatur pangkat empat. Jika setiap lapisan
Matahari dianggap memancarkan radiasi seperti benda hitam,
temperatur permukaan Matahari adalah 5800 K dan diameternya 1,4
juta km, berapakah temperatur Matahari pada kedalaman 525 000 km
dari permukaannya?
Total energi yang keluar dari Matahari lapisan dalam Matahari juga harus
sama karena harus memenuhi hukum kekekalan energi.
Pada kedalaman 525 000 km, total energi yang keluar dari pusat adalah
total energi yang keluar dari bola dengan radius R’ = 700 000 – 525 000 =
175 000 km.
T'=11600 K
100
Intensitas
80
60
40
H H H Mg I Mg I H
20
H
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Gambar 9.3 Spektrum bintang kelas G, sekelas dengan Matahari, yang temperatur
permukaannya sekitar 6000 K. Gambar bawah adalah contoh citra spektrum
bintang kelas G, grafik diatasnya adalah grafik hasil perunutan spektrum tersebut.
180
H H
H
H H
160
140 H
H
120
Intensitas
100
H
80
60
40
20
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Gambar 9.5 Gambar spektrum bintang. Gambar (b) adalah spektrum bintang jika
bintang tidak bergerak relatif (diam) terhadap pengamat. Gambar (a) adalah
spektrum bintang yang sama jika bergerak mendekati pengamat, sedangkan
gambar (c) jika bintang bergerak menjauh.
Contoh soal
Jawab :
Garis spektrum bintang bisa juga bergerak bolak-balik bukan karena gerak
revolusi Bumi melainkan karena bintang itu merupakan anggota pasangan
bintang ganda, saling mengitari satu sama lain, asalkan bidang orbitnya
tidak tegak lurus terhadap garis pandang yang menghubungkan pengamat
dengan bintang. Komponen kecepatan yang menyebabkan efek Doppler
adalah komponen kecepatan radial, sedangkan kecepatan tangensial tidak
berpengaruh.
v Hd (9.9)
Di alam semesta ini ada juga radiasi yang non thermal, sebagai contoh,
pancaran sinar X dari sekitar lubang hitam atau bintang neutron. Pancaran
radiasi tersebut disebut radiasi synchrotron. Radiasi jenis ini dipancarkan
oleh elektron yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan
cahaya. Polanya tidak mengikuti grafik Planck, maka disebut juga radiasi
non thermal.
Di langit ada banyak sumber sinar X, tetapi sinar X tidak dapat menembus
atmofir Bumi, sehingga tidak dapat diamati dari permukaan Bumi. Oleh
karena itu era astronomi sinar X baru dimulai ketika manusia dapat
meluncurkan satelit yang membawa teropong sinar X ke angkasa luar dan
mengendalikannya dari Bumi untuk merekam sinar X dari benda-benda
angkasa. Teropong yang dapat terbang sambil mendeteksi sinar X di atas
atmosfir Bumi pertama kali diluncurkan tahun 1962. Setelah itu berbagai
satelit sinar X diluncurkan oleh negara-negara maju untuk mempelajari
berbagai sumber sinar X di angkasa.
Contoh sumber sinar X di angkasa yang menarik antara lain pulsar sinar X
yang memancarkan sinar X berupa pulsa-pulsa dengan periode yang sangat
pendek. Misalnya Hercules X-1, sumber sinar X pertama yang ditemukan di
Gambar 9.9 Kiri atas, ilustrasi bintang ganda yang terdiri dari sebuah bintang
normal dan bintang kompak (lubang hitam atau bintang neutron). Materi yang
disedot dari bintang normal membentuk piringan akresi bertemperatur tinggi
disekitar bintang kompak, dan memancarkan sinar X. Kanan, bintang neutron yang
sumbu magnetnyatidak berimpit dengan sumbu rotasi. Pancaran sinar X maksimum
terjadi saat kutub magnet menghadap pengamat.
6. (OSN 2008) Sebuah galaksi yang sangat jauh terdeteksi oleh sebuah
detektor yang berada di sebuah satelit di luar atmosfer Bumi
mempunyai kecepatan radial 3000 km/s. Pada panjang gelombang
berapakah garis Lyman Alpha terdeteksi oleh detektor ini? pilih yang
paling dekat!
a. 1216,21 Angstrom
b. 1200,21 Angstrom
c. 1228,16 Angstrom
d. 1216,01 Angstrom
e. 1220,01 Angstrom
Kompetensi Dasar :
XII.3.4 Menganalisis induksi magnet dan gaya magnetik pada berbagai produk
teknologi
XII.4.4 Melaksanakan pengamatan induksi magnet dan gaya magnetik di sekitar
kawat berarus listrik
Magnet Bumi
Bumi mempunyai medan magnet, hal ini dapat diketahui dari arah yang
ditunjuk jarum kompas. Jarum kompas adalah magnet, orientasinya akan
dipengaruhi medan magnet di tempatnya berada. Jarum kompas akan
selalu menunjuk ke kutub magnet Bumi, kutub utara kompas akan
menunjuk ke kutub Selatan magnet Bumi, yang berada di dekat kutub
Utara geografis, sedangkan kutub selatan kompas akan menunjuk ke kutub
Utara magnet Bumi yang berada di dekat Kutub Selatan geografis.
Letak kutub-kutub magnet Bumi tidak sama dengan kutub Bumi, tapi letak
keduanya relatif dekat. Titik kutub magnet Bumi juga tidak selalu tetap,
tapi bisa bergeser setiap tahun. Apa yang menyebabkan Bumi mempunyai
medan magnet sedangkan Bulan tidak? Diduga, medan magnet Bumi
terjadi karena adanya pusaran logam cair di dalam perut Bumi.
Sebagaimana kita ketahui perut Bumi adalah tempat yang sangat panas,
sehingga logam pun dapat meleleh. Dalam bentuk cair, karena rotasi Bumi,
logam cair itu menjadi berpusar.
Medan magnet Bumi, meskipun tidak terlalu kuat, rata-rata hanya sekitar
0,5 gauss, mempunyai peran penting sebagai pelindung Bumi dari
hantaman partikel bermuatan dari langit. Partikel bermuatan itu bisa
berasal dari Matahari, bintang-bintang lain, supernova atau pusat galaksi.
125
Gambar 10.1 Pola medan magnet Bumi
Angin Matahari yang memasuki medan magnet Bumi akan mengalami gaya
Lorentz karena angin Matahari itu terdiri dari partikel-partikel bermuatan
seperti elektron dan proton. Ilustrasi dasar gaya Lorentz itu dapat dilihat
pada mekanisme siklotron seperti pada gambar di bawah ini. Jika sebuah
partikel bermuatan positif, misalnya proton masuk ke dalam medan
magnet B yang ditimbulkan oleh dua buah logam magnetik, maka partikel
itu akan mengalami gaya Lorentz :
F qv B (10.1)
Dengan
q adalah muatan yang masuk,
v adalah kecepatan partikel bermuatan ketika berinteraksi dengan
medan magnet,
B adalah kuat medan magnet
F adalah gaya yang dialami partikel bermuatan, arahnya tegak lurus
terhadap arah v dan juga terhadap arah B.
Pada gambar diatas, medan magnet di dalam ruang antara kedua tablet
magnet itu ke bawah, arah datang proton dari kanan ke kiri, maka gaya
Lorentz yang dihasilkan adalah ke tegak lurus B dan tegak lurus v ke arah
pengamat. Jika arah datang partikel bermuatan tepat tegak lurus terhadap
garis gaya magnet yang uniform, maka lintasan partikel dapat menjadi
berbentuk lingkaran. Besarnya radius lintasan partikel itu adalah:
mv
R
qB (10.2)
Jika arah datang partikel bermuatan itu sejajar dengan medan magnet,
maka, menurut rumus gaya Lorentz diatas,gaya yang dialami partikel itu
nol, atau tidak mengalami gaya Lorentz. Akan tetapi jika arah datang
partikel tidak tepat tegak lurus terhadap garis gaya magnet, kita perlu
menguraikan komponen kecepatan menjadi dua yaitu yang tegak lurus
Gambar 10.3 vektor kecepatan v diuraikan menjadi komponen yang sejajar dengan
B dan tegak lurus B. Hasil perkalian silangnya adalah vektor F yang tegak lurus
terhadap v dan B dan arahnya keluar dari bidang gambar menuju pengamat.
Gambar 10.4 Lintasan helix partikel dalam medan magnet. Arah medan magnet B
adalah arah z. Vektor kecepatan tidak tepat tegak lurus terhadap medan magnet,
melainkan ada komponen yang sejajar z. Arah perpindahannya partikel adalah arah
z, sedangkan bidang putarnya bidang xy
Gambar 10.5 Lintasan partikel bermuatan dai Matahari yang masuk ke dalam
medan magnet Bumi bergerak dalam lintasan helix mengikuti garis gaya magnet
Bumi kearah kutub magnet Bumi.
Contoh soal
Jawab:
Karena medan magnet Bumi, gerak proton akan mendapat gaya ke arah
Timur sehingga lintasannya akan melengkung dengan jejari :
Gambar 10.7 Cahaya aurora apabila dilihat dari angkasa luar, membentuk
lingkaran yang mengelilingi kutub magnet Bumi. Sumber:
http://spacemath.gsfc.nasa.gov/
Magnet Matahari
Gambar 10.9 Pola Medan Magnet Matahari, garis-garis gaya pada gambar adalah
dibuat untuk memberikan gambaran tentang keadaan garis gaya disana.
Sumber: http://spacefellowship.com/wpcontent/uploads/2010/08/sunmaglines.jpg
Gambar 10.9 adalah citra Matahari dengan gambaran garis gaya magnet di
sekitarnya. Nampak bahwa medan magnet di atmosfir matahari ternyata
tidak sederhana bentuknya, hal ini karena matahari terdiri dari gas panas
bermuatan yang terus bergerak mengalir, sehingga disana-sini terjadi
Bintang Neutron
Gambar 10.11 Pulsa arus dapat terjadi pada kawat apabila magnet di dekatnya
berotasi. Puncak arus terjadi saat kutub magnet tepat menghadap kawat.
d
N
dt (10.3)
Saat kutub magnet menyapu kawat saat itulah terjadi pulsa tegangan.
Analogi dengan peristiwa itu, saat kutub magnet pulsar menghadap Bumi,
dideteksi pulsa gelombang radio oleh teropong radio. Dibandingkan
dengan kekuatan magnet batang, tentu kekuatan magnet bintang neutron
jauh lebih besar. Medan magnet di permukaan bintang neutron rata-rata
sekitar 9 x 1013 gauss. Bintang neutron yang medan magnetnya jauh lebih
kuat dari rata-rata disebut magnetar. Kuat medan magnet magnetar dapat
mencapai 2 x 1015 gauss!
Akan tetapi nampaknya pulsa yang dapat terjadi seperti mekanisme diatas
terlalu kecil, karena jarak pulsar yang sangat jauh. Para astronom lebih
mempercayai terjadinya pancaran gelombang radio di sekitar kutub
berasal dari pusaran elektron di sekitar kutub magnet bintang neutron.
Soal-soal
Kompetensi dasar :
XII.3.8 Memahami efek fotolistrik dan sinar X dalam kehidupan sehari-hari
XII.3.9 Memahami transmisi dan penyimpanan data dalam bentuk digital dan
penerapannya dalam teknologi informasi dan komunikasi
XII.4.8 Menyajikan hasil analisis data tentang penerapan efek fotolistrik dan sinar
X dalam kehidupan sehari-hari
XII.4.9 Menyajikan hasil penelusuran informasi tentang transmisi dan
penyimpanan data dalam bentuk digital dan penerapannya dalam teknologi
informasi dan komunikasi
Efek Fotolistrik
139
ikatan dan menjadi arus listrik. Cahaya merupakan paket-paket seperti
partikel-partikel yang masing-masing energinya h. Kalau h ini lebih besar
daripada energy minimum yang dibutukan elektron untuk lepas, maka
paket h ini dapat menumbuk elektron hingga terpental dari ikatannya.
Sedangkan jika energy tiap fotonnya lebih kecil dari h, foton-foton itu
tidak dapat melepaskan elektron meskipun paket-paket fotonnya banyak.
Efek fotolistrik ini kemudian mulai dimanfaatkan di dunia Astronomi
dengan dibuatnya photoelectric photometer menggunakan bahan yang
sensitive terhadap cahaya. Fotometer ini adalah alat untuk mengukur kuat
arus suatu sumber cahaya. Cahaya dari sumber itu dijatuhkan pada suatu
material yang memiliki sifat efek fotolistrik. Sumber cahaya yang kuat
menimbulkan kuat arus yang besar. Maka, dengan mengukur kuat arus,
dapat diperoleh harga fluks cahaya relatif, kemudian melalui kaliberasi
didapatkan harga pengukuran fluks. Kemudian, para ilmuwan dapat
memperkecil ukuran detektor hingga berukuran micron. Dengan demikian
banyak detektor kecil dapat disusun dalam bentuk matriks. Setiap detector
disebut pixel dan setiap pixel dapat diukur kuat arusnya, dari sana lahirlah
kamera CCD.
Kamera CCD
Elektron yang lepas dan ditampung di dalam pixel chip itu kemudian dapat
dideteksi (dibaca) secara elektronik dan direkam sebagai angka dengan
konversi tertentu, misalnya, setiap 5 elektron dihitung sebagai 1 count,
ditulis 5e-/ADU, ADU adalah singkatan dari Analog-Digital Unit.
Daya tampung setiap pixel tentu saja terbatas, maka pada pixel CCD ada
batas saturasi. Misalkan dalam sebuah chip setiap pixel maksimum hanya
dapat menampung kira-kira 459000 elektron pada kamera 16 bit, jumlah
count maksimum yang dapat direkam untuk setiap pixel adalah 459000e-
/65535 ADU, maka faktor konversinya adalah kira-kira 7e-/ADU.
Ketika citra itu direkam menjadi file citra di dalam memori komputer,
sebenarnya yang direkam adalah deretan angka-angka jumlah count dari
setiap pixel. Citra sebuah bintang mungkin menempati beberapa pixel.
Semakin terang sebuah bintang, semakin banyak foton yang diterima chip
dari bintang itu, membuat lebih banyak pixel yang menerima foton,
membuat citra bintang semakin besar dan angka count yang diterima pixel-
pixel itu juga semakin tinggi.
Gambar 11.2 Ilustrasi cara penyimpanan data dalam file hasil rekaman dari
kamera CCD. Angka count itu berbanding lurus dengan jumlah foton yang tiba pada
pixel yang terkena sinar.
Contoh soal
Jawab:
m1 = 4,9
100
Intensitas
80
60
40
H H H Mg I Mg I H
20
H
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Gambar 11.3 Contoh spektrum bintang. Bagian bawah adalah hasil perekaman
dengan kamera CCD, bagian atas adalah grafik hasil perunutan spektrum.
2. Berapa byte ukuran sebuah citra benda langit yang terdiri dari
756 × 948 pixel yang data setiap pixelnya disimpan dalam memory
4 byte?
Kompetensi dasar :
XII.3.10 Memahami karakteristik inti atom, radioaktivitas dan pemanfaatannya
dalam teknologi
147
kedua magnet saling menjauh. Tetapi kalau kita menggerakkan kedua
magnet saling mendekat dengan kecepatan yang tinggi, kedua kutub utara
bisa sampai saling menyentuh sebelum tertolak lagi.
Pada dua buah proton yang saling mendekat, jika kedua proton bisa sangat
dekat, ada suatu jenis gaya yang disebut gaya kuat inti (strong nuclear
force) yang bisa membuat kedua proton tarik menarik sehingga saling
terikat. Gaya kuat inti ini adalah gaya yang mengikat proton dan neutron di
dalam inti atom. Jangkauan gaya ini sangat pendek, yaitu sekitar 10-15
meter, lebih dari itu gaya tidak terasa oleh partikel. Oleh karena itu
kecepatan proton harus sangat tinggi sehingga dua proton bisa melawan
gaya tolak elektrostatik dan saling mendekat sedekat 10-15 m agar dapat
bereaksi.
Kecepatan gerak proton bergantung pada temperaturnya, semakin tinggi
temperatur semakin cepat proton bergerak. Ternyata dibutuhkan
temperatur jutaan derajat kelvin agar gerak mendekat dua proton bisa
membuatnya bersatu.
Reaksi proton proton menjadi helium sebenarnya tidak sederhana,
melainkan melalui dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah :
1H1 + 1H1→1D2 + e+ + ν (12.1)
Pada tahap ketiga, dua inti 2He3 bergabung menghasilkan inti 2He4 yang
terdiri dari dua proton dan dua neutron, ditambah dengan pancaran sinar
γ. Tentu untuk reaksi ini dibutuhkan kecepatan yang lebih tinggi karena
gaya tolak intinya menjadi empat kali lipat dibandingkan dengan reaksi
proton-proton. Artinya dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi. Kelebihan
Reaksi berantai yang disebut reaksi proton proton (PP) ini menghasilkan
energi yang sangat besar, karena ada massa yang berubah menjadi energi,
sehingga cenderung meningkatkan temperatur.
Besarnya massa yang diubah menjadi energi dapat diketahui dari
perbedaan massa empat proton dengan satu helium. Massa 4 proton adalah
4 x 1,0079 sma = 4,0316 sma. Sma adalah Satuan Massa Atom (Atomic
Mass Unit) yang setara dengan 1,66 x 10-27 kg. Massa satu inti Helium (yang
terdiri dari 2 proton dan 2 neutron) adalah 4,0026 sma. Artinya ada massa
yang hilang menjadi energi sebesar 0,029 sma atau sekitar 0,7% dari massa
empat proton. Kemudian energi yang tercipta dapat dihitung dengan
menggunakan rumus kesetaraan massa dan energi yang merupakan
konsekuensi dari teori relativitas umum Einstein:
E mc2 (12.5)
Siklus ini membutuhkan temperatur yang lebih tinggi untuk bisa terjadi,
oleh karena itu reaksi ini hanya bisa terjadi pada bintang-bintang populasi
I yang bermassa besar dan temperatur pusatnya lebih tinggi. Bintang-
bintang populasi I yang banyak terdapat di bidang galaksi banyak
mengandung unsur C, N dan O yang diproduksi bintang-bintang generasi
sebelumnya, oleh karena itu bintang-bintang disana yang bermassa besar
bisa mengalami siklus ini dan ber-evolusi lebih cepat. Pada bintang-bintang
bermassa kecil seperti Matahari, reaksi intinya hanya sampai Helium dan
tidak akan mengalami rantai reaksi CNO.
Kumpulan massa nebula yang lebih kecil lagi mungkin malah tidak dapat
mencapai suhu yang cukup tinggi untuk memulai reaksi proton-proton,
Dinamakan triple alpha karena melibatkan tiga inti helium, sedangkan inti
helium ini yang pernah dideteksi sebagai sinar asing yang dinamakan sinar
alpha. Pada temperatur yang lebih tinggi lagi bisa terjadi reaksi
pembentukan oksigen sebagai berikut :
6C + 2He4 → 8O16 + γ (12.15)
12
Dengan demikian pada inti bintang yang bermassa lebih besar dari
Matahari dapat terjadi produksi unsur-unsur yang lebih berat dari Helium.
Jika mengingat bahwa atom-atom yang pertama terbentuk di alam semesta
ini setelah ledakan besar adalah hidrogen, sementara di dalam tubuh kita
banyak terdapat atom karbon, nitrogen, oksigen dan lain-lain, dapat diduga
bahwa unsur-unsur selain hidrogen di dalam tubuh kita dahulu dibentuk di
pusat bintang masif.
Jumlah energi yang dihasilkan dari reaksi inti tiap satuan waktu di pusat
bintang sama dengan daya yang dipancarkan (luminositas) Matahari.
Dengan demikian, jika kita dapat mengukur jumlah energi Matahari yang
sampai atmosfir Bumi tiap detik tiap meter persegi, maka kita dapat
menghitung energi total yang diproduksi oleh pusat Matahari setiap detik,
dan kemudian dapat juga menghitung laju pengurangan massa Matahari
karena diubah menjadi energi.
Fluks energi (daya per satuan luas) Matahari di sekitar Bumi, yang disebut
juga konstanta Matahari adalah kurang lebih f = 1380 joule/(m2 dt). Maka
daya total yang menembus bola yang berpusat di Matahari dan berjari-jari
sama dengan jarak Bumi-Matahari adalah :
L 4d 2 f (12.16)
Di dalam persamaan diatas 4πd2 adalah luas permukaan bola yang berjari-
jari d yaitu jarak Bumi-Matahari, yang sekitar 150 juta km. Dengan
demikian kita dapat menghitung daya Matahari. Jumlah ini sama dengan
yang diproduksi oleh pusat Matahari dari reaksi hidrogen menjadi helium,
sebab Matahari berada dalam keadaan setimbang thermal. Yang dimaksud
dengan setimbang thermal adalah temperatur di setiap lapisan Matahari
kurang lebih konstan untuk jangka waktu yang cukup panjang.
Selain memproduksi helium reaksi ini juga mengubah 0,7% massanya
menjadi energi, sehingga massa yang hilang tiap satuan waktu dapat
dihitung dan banyaknya hidrogen yang berubah menjadi helium juga dapat
dihitung. Akhir riwayat bintang adalah ketika 10% massa hidrogen sudah
berubah menjadi helium, dengan demikian kala waktu hidup Matahari
dapat dihitung.
Sinar kosmik
2.
Luminositas bintang : L 4 R2 Tef4
L
3. Fluks pancaran yang diterima di bumi E , L = luminositas
4d 2
bintang, d = jarak bintang.
4. Kecepatan gerak sebuah benda dalam lintasan elips dengan
setengah sumbu panjang a, dan pada jarak r dari M:
v2 2GM
2 1
r a
5. Jarak terjauh dua benda yang saling mengitari dengan lintasan elips
yang eksentrisitasnya e adalah r = a (e+1)
6. Jarak terdekat dua benda yang saling mengitari dengan lintasan
elips yang eksentrisitasnya e adalah r = a (e-1)
7. Beda magnitudo dua bintang:
E1
m1 m2 2.5log ,
E2
dimana: m1 & m2 masing-masing adalah magnitudo semu bintang 1
& 2; E1 & E2 adalah fluks bintang 1 & 2 yang diterima pengamat.
8. Modulus jarak:
m M 5 5logd ,
dimana: m, M & d masing-masing adalah magnitudo semu,
magnitudo absolut & jarak bintang.
9. Hukum Wien
0,2898
max[cm]
T[o K]
159
DAFTAR KONSTANTA
Massa Bumi ( MB ) 5,97 x 1024 kg
Massa Matahari ( M ) 1,99 x 1030 kg
Massa Bulan 7,34 x 1022 kg
Massa Mars 6,424 × 1023 kg
Radius Bulan 1738 km
Radius Mars 3396 km
Radius Jupiter 71492 km
Radius Bumi 6,37 x 106 m
Radius Matahari 6,96 x 108 m
Satu tahun sideris 365,256 hari = 3,16 x 107 detik
Temperatur efektif Matahari 5880º K
Kecepatan orbit Bumi (mengitari
2,98 104 meter/det
matahari)
Tahun cahaya, ly 9,5 1015 menit
Jarak bumi – matahari (1SA) 150 juta km
Jarak Matahari-Jupiter rata-rata 5,2 SA
Jarak rata-rata bumi – bulan 384 000 km
Jejari matahari 700 000 km
Jejari bumi 6378 km
Konstanta gravitasi umum (G) 6,68 x 10-11 Nm2/kg2
Daya pisah mata manusia 15 detik busur
LAMPIRAN 160
Tabel Konversi
1Å 0.1 nm
1 barn 10-28 m2
1 dyne 10-5 N
LAMPIRAN 161
REFERENSI
Abdullah M., 2006, Fisika 1A SMA dan MA untuk kelas X Semester I, Penerbit
ESIS, Jakarta
Abdullah M., 2006, Fisika 1B SMA dan MA untuk kelas X Semester II,
Penerbit ESIS, Jakarta
Abdullah M., 2006, Fisika 2B SMA dan MA untuk kelas XI Semester II,
Penerbit ESIS, Jakarta
Abdullah M., 2006, Fisika 3A SMA dan MA untuk kelas XII Semester I,
Penerbit ESIS, Jakarta
Abdullah M., 2007, Fisika 3B SMA dan MA untuk kelas XII Semester II,
Penerbit ESIS, Jakarta
Aprilia, Indrajaya B., Dermawan B. et al., 2013, Soal dan Jawaban Olimpiade
Astronomi 1, editor Chatief Kunjaya, Penerbit Trisula Adisakti, Jakarta
Kanginan M., 2006, Fisika 2 untuk SMA/MA kelas XI, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Kunjaya C., Herdiwijaya D., Dawanas D.N. et al., 2013, Soal dan Jawaban
Olimpiade Astronomi 2, editor Chatief Kunjaya, Penerbit Trisula
Adisakti, Jakarta
Kunjaya, C., Suhardja, D.W., Dawanas N.D., Radiman I., Siregar S., dan
Herdiwijaya D., 2010, Bahan Ajar Menuju Olimpiade Sains
Nasional/Internasional Astronomi, Tim Pembina Olimpiade
Astronomi, Bandung.
157
Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan no. 69 tahun 2003 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas /
Madrasah Aliyah
http://apod.nasa.gov/apod/ap071009.html
http://astronomyonline.org/astrophotography/ccd.asp
http://certificate.ulo.ucl.ac.uk
http://coolcosmos.ipac.caltech.edu.
http://csep10.phys.utk.edu/astr162/lect/light/spectrum.html
http://hubllesite.org/
http://spacemath.gsfc.nasa.gov/
http://spaceweather.com/glossary/sunspotnumber.html
http://stargazers.gsfc.nasa.gov/images/geospace_images/magnet_in_space/
Plasma_fountain.jpg
http://www.jpl.nasa.gov/images/voyager/20110427/voyager20110427-
full.jpg
http://www.me-church.org/calendar.php
http://www.mmastrosociety.com/images/planets/orbit.jpeg
REFERENSI 158