Anda di halaman 1dari 27

PERSAMAAN SONAR ( SONAR EQUATION ) UNTUK DUNIA

KELAUTAN ( FOR MARINE )

Muhammad Zainuddin Lubis1 , Sri Pujiyati2 , Pratiwi Dwi Wulandari1


PENDAHULUAN
Kunci keberhasilan dalam peperangan anti kapal selam adalah deteksi awal. Peralatan
utama yang digunakan adalah sonar. Untuk memahami sonar maka pengetahuan tentang
persamaan sonar dan figure of merit harus dimiliki.
Banyak fenomena dan efek propagasi di dalam air yang mempengaruhi dalam
perhitungan sonar.

Persamaan dasar sonar


a. Deteksi sonar
Sebelum masuk ke persamaan sonar, secara ringkas proses deteksi adalah
bahwa energi akustik dari sasaran yang diterima receiver sonar dikonversi ke energi
listrik kemudian mengalami penguatan dan proses untuk selanjutnya ditampilkan pada
display. Maka energi akustik yang diterima merupakan fungsi dari deteksi sasaran.
Sehingga persamaan sonar menyatakan hubungan antara energi akustik yang diterima
oleh receiver dengan fungsi deteksi sasaran di display sonar.

b. Komponen energi akustik yang diterima


Total energi akustik yang bersumber pada energi yang dipantulkan sasaran yang
disebut sebagai sinyal (S) dan dari lingkungan lingkungan yang disebut sebagai noise
(N).
Kualitas energi yang diterima dinyatakan dengan membandingkan sinyal dan
noise yang dinyatakan dalam rasio yaitu S/N atau S – N.
c. Implikasi rasio sinyal terhadap noise (S/N)
Rasio S/N atau S – N yang diterima bisa lebih besar dari 0 dB yang
menyatakan bahwa tingkatan sinyal lebih kuat dari tingkatan noise atau lebih kecil sama
dengan 0 dB yang menyatakan bahwa tingkatan sinyal lebih lemah dari tingkatan noise.
Perlu dicatat bahwa walaupun rasio lebih besar dari 0 dB tidak menjamin
bahwa suatu sasaran akan terdeteksi di display sonar.

d. Detection Threshold (DT)


Untuk menghitung besarnya deteksi sasaran berdasarkan rasio sinyal
terhadap noise dari energi akustik yang diterima dikenal dengan istilah detection
threshold yang didefinisikan sebagai rata – rata rasio sinyal terhadap noise yang
dibutuhkan untuk memperoleh kemungkinan deteksi sebesar 50%

e. Persamaan dasar sonar


Maka hubungan antara rasio sinyal terhadap noise dengan detection threshold
dibuat dalam persamaan sebagai berikut

S – N ≥ DT

Parameter sonar
Dari persamaan S – N ≥ DT dapat dijabarkan komponen yang mempengaruhi sebagai
berikut :
a. Komponen Sinyal (S) meliputi :
1) Source level (SL)
2) Transmission losses (TL)
3) Target strength (TS)

b. Komponen Noise (N) meliputi :


1) Noise level (NL)
2) Directivity index (DI)
3) Reverberation level (RL)
Perbedaan kombinasi parameter sonar akan memberikan bentuk persamaan sonar yang
berbeda antara sonar aktif dan sonar pasif.
a. Source level (SL)
Pada sonar aktif SL bersumber pada intensitas energi akustik yang dihasilkan oleh
transducer sedangkan pada sonar pasif SL mengacu pada energi akustik yang berasal /
dibangkitkan sendiri oleh sasaran

b. Transmission losses (TL)

3 jenis transmission losses yaitu :


1) Sperading losses
2) Absorption losses
3) Transmission losses anomaly
c. Target strength (TS)
Target strength hanya diperhitungkan dalam persamaan sonar atif. Target
strength didefinisikan sebagai jumlah intensitas energi akustik yang dapat
dipantulkan oleh permukaan benda. Faktor yang mempengaruhi adalah sasaran dan
energi akustik yang diterima, besar target strength antara 15 – 25 dB.
Kapal selam dapat memanfaatkan target strength untuk mengurangi pemantulan
yang dilaksanakan melalui :
1) Bentuk badan
Rancangan bentuk kapal selam harus menghindari bentuk – bentuk
permukaan yang rata / flat atau silinder sehingga akan mereduksi kemampuan
pemantulan energi akustik yang diterima
2) Anechoic coating
Lapisan yang digunakan pada lambung untuk menyerap energi akustik yang
datang sehingga memperkecil tingkat pemantulan.
3) Active cancellation
Dengan menggunakan alat untuk membalikkan fase energi akustik yang
datang sehingga energi pantulan akan berbeda fase

d. Noise level (NL)


Noise level adalah energi akustik yang dibangkitkan atau dihasilkan oleh suatu
obyek, noise level terbagi atas :
1) Ambient noise
Ambient noise terjadi karena :
a) suara hewan bawah air
b) suara mesin
c) suara pendorongan/propeler
d) energi akustik yang dipancarkan dari sonar lain

2) Self noise
Self noise terjadi karena :
a) Sonar sendiri
b) Mesin dan pendorongan sendiri
c) Noise dari lambung akibat gesekan arus air dengan badan kapal
e. Directivity index (DI)
Directivity index dinyatakan sebagai kemampuan sonar untuk membedakan arah
datangnya noise dengan mereduksi noise yang beasal dari arah datangnya pada
transducer sonar. Yang mempengaruhi directivity index adalah :
1) Ukuran elemen pemancar
Semakin besar ukuran elemen, semakin sempit beamwidth dan
mengakibatkan directivity index semakin baik
2) Jumlah dan spasi elemen pemancar
Semakin banyak dan semakin rapat semakin baik directivity indexnya
3) Frekuensi energi akustik yang diterima
Semakin tinggi frekuensi, semakin kecil beamwidth dan semakin baik
directivity index

f. Reverberation losses (RL)


Mengacu pada tingkat noise dari energi akustik yang dipantulkan yang timbul
akibat pemantulan yang tidak serentak. Kombinasi echo pantulan ini dapat menutup
sinyal yang diterima secara keseluruhan dari sasaran.

Persamaan sonar pasif dan aktif


a. Persamaan sonar pasif
Sonar pasif bergantung pada sinyal yang diterima yang berasal dari sasaran yang
perambatannya dipengaruhi oleh SL dan TL dan noise yang dipengaruhi oleh noise level
yang direduksi dengan directivity index yang keseluruhan dirumuskan sebagai berikut :

S = SL – TL ................(1)
N = NL – DI ................(2)
S – N ≥ DT ...............(3)

Persamaan ketiga disubstitusi dengan persamaan pertama dan kedua sebagai


berikut :
SL – TL – (NL – DI) ≥ DT
SL – TL – NL + DI ≥ DT

b. Persamaan sonar aktif


Pada sonar aktif, energi akustik dipancarkan dan diterima oleh sonar, sehingga
terjadi 2 kali perambatan. Untuk sinyal saat memancar akan dipengaruhi oleh source
level dan transmission losses selama perambatan menuju sasaran. Sedangkan saat
menerima, energi yang dipantulkan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penguatan dari
target strength serta transmission losses yang kedua selama proses menuju receiver
sonar. Sehingga sinyal untuk sonar aktif dapat dirumuskan sebagai berikut :

S = SL – TL + TS – TL
S = SL – 2TL + TS

Sedangkan uuntuk noise sendiri dipengaruhi oleh :


1) Ambient noise dengan rumus yang berlaku adalah N = NL – DI
2) Reverberation noise dengan rumus N = RL

Maka persamaan sonar aktif dapat di bedakan atas 2 bergantung jenis noise yang
mempengaruhi yaitu :
S = SL – 2TL + TS ................(1)
N = NL – DI atau N = RL................(2)
S – N ≥ DT ...............(3)
Persamaan ketiga disubstitusi dengan persamaan pertama dan kedua sebagai
berikut :
SL – 2TL + TL – (NL – DI) ≥ DT
atau
SL – 2TL + TL – RL ≥ DT

Figure of merit (FOM)

Jarak jangkau sonar umumnya digunakan sebagai ukuran kemampuan sonar, namun ini
sendiri merupakan suatu anggapan yang kurang tepat karena kemampuan deteksi jarak sangat
bergantung pada kondisi lingkungan yang berubah – ubah.
Pengukuran kemampuan sonar yang baik adalah kemampuan untuk deteksi tingkat
intensitas suara tertentu yang berasal dari luar, karena ini akan mengurangi ketidak pastian yang
disebabkan perubahan lingkungan dan memberikan perbandingan yang tegas antara sonar yang
satu dengan sonar lainnya.
Pengukuran ini disebut figure of merit (FOM) sonar. FOM merupakan maksimal
transmission losses tunggal pada sonar pasif yang ditoleransi atau maskimum 2 transmission
losses pada sonar aktif yang ditoleransi unntuk dapat memberikan kemampuan deteksi minimal
50%
FOM dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. a. Untuk sonar pasif
SL – TL – NL + DI = DT
Maka,
TL = SL – NL + DI – DT
Passive FOM = TL
Sehingga passive FOM = SL– NL + DI – DT

b. b. Untuk sonar aktif


SL – 2TL + TS – NL + DI = DT
Maka,
2TL = SL + TS – NL + DI – DT
Active FOM = 2TL
Sehingga Active FOM = SL + TS – NL + DI – DT

Penggunaan FOM dalam AKS memberikan ukuran kuantitatif perbandingan sonar tanpa
perlu mengetahui kondisi operasional atau sasaran. FOM dapat juga menginterpretasikan jarak
dimana transmission losses / propagation losses diketahui, namun hal ini tidak mudah dilakukan

FOM dapat ditingkatkan dengan :

a. Meningkatkan SL dengan menambah power yang dipancarkan atau memperkuat


sensitifitas dengan noise yang diterima
b. Mengurangi NL dimana hanya mungkin untuk self noise
c. Menambah DI dengan menggunakan frekuensi tinggi
d. Mengurangi DT dengan meningkatkan false alarmnya.

PROPAGASI BAWAH AIR


Introduksi
Pemahaman terhadap penggunaan energi suara secara efektif uuntuk
melaksanakan deteksi dan penjejakan sasaran bawah air, membutuhkan pemahaman
akan sifat – sifat / karakteristik perambatannya dalam air.
Refraksi
Refraksi terjadi bila suatu gelombang pancaran (cahaya, suara dll) merambat
melewati 2 media yang berbeda kerapatan / densitasnya, maka akan terjadi pembelokan
arah perambatannya yang dikenal dengan istilah refraksi tersebut.
Di dalam air propagasi suara juga mengalami pembelokan yang disebabkan oleh
perbedaan karakteristik air laut yang mempengaruhi kerapatan / densitas media.
Laut bukan merupakan suatu media yang homogen, sebaliknya dalam laut dapat
terbentuk lapisan – lapisan yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Pembelokan tersebut bergantung juga pada kecepatan suara, dimana bila
kecepatan menurun saat melewati batas 2 media yang berbeda maka lintasan
gelombang suara akan dibelokan mendekati garis normal

Sebaliknya bila tambah cepat maka akan dibiaskan menjauhi garis normal

Secara umum, gelombang suara mengalami pembelokan ke daerah yang memiliki


karakteristik kecepatan suaranya lebih lambat
Hukum snellius berlaku untuk perambatan yang melalui 2 medium yang berbeda :
V1 = V2 .
Sin 01 Sin 02

Apabila sudut datang menghasilkan sudut bias yang lebih besar, dimana
penambahan sudut datang menyebabkan bertambahnya sudut bias, maka pada suatu
sudut datang tertentu akan menghasilkan sudut bias yang tegak lurus (90 derajat)
terhadap garis normal. Sudut datang demikian disebut sudut kritis. Penambahan lagi
sudut datang akan menyebabkan gelombang pancaran tadi tidak dibiaskan melainkan
dipantulkan kembali. Fenomena ini disebut total refleksi internal.
Lintasan perambatan gelombang suara dalam air sendiri bergantung pada
sejumlah faktor yang mempengaruhi karakteristik fisik air laut dan struktur lapisan –
lapisan di dalamnya.
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecepatan suara dalam air
3 faktor yang mempengaruhi kecepatan perambatan suara dalam air adalah kadar
garam / salinitas, tekanan / kedalaman dan suhu.
a. Salinitas
Salinitas di perairan terbuka rata – rata konstan, berkisar antara 32 – 38 ppt. Perubahan /
penambahan 1 ppt akan merubah / menambah kecepatan suara dalam air hingga
mencapai 1,3 meter / detik.

Variasi salinitas terbesar terletak di daerah ocean front yaitu daerah yang memisahkan
massa air laut yang berbeda karakteristiknya, biasanya menunjukan gradien horisontal
suhu dan temperatur yang sangat besar.

b. Tekanan
Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan suara dalam air adalah tekanan. Faktor ini
lebih dominan mempengaruhi kecepatan suara dalam air dibandingkan dengan salinitas.
Penambahan tekanan terhadap penambahan kedalaman relatif konstan dan dapat
diperhitungkan / diprediksi.
Penambahan kedalaman 1 meter akan menambah kecepatan suara hingga mencapai
0,017 meter / detik
c. Suhu
Kecepatan suara dalam air akan menurun seiring dengan penurunan suhu air laut pula.
Pada kedalaman sampai 1000 meter, suhu air laut menurun terhadap kedalaman dan
kecepatan suara menurun 3 meter / detik setiap penurunan suhu 1 derajat celcius.
2. Faktor – faktor pembanding
Dari ketiga faktor, pengaruh suhu terhadap kecepatan paling menentukan dan signifikan,
sedangkan salinitas memberikan pengaruh terkecil terhadap kecepatan suara dalam air.
Tekanan selalu dihubungkan dengan kedalaman. Untuk kedalaman kurang dari 1000 m,
pengaruhnya terhadap kecepatan suara relatif lebih kecil.
Sehingga perubahan tekanan pada kedalaman 165 m memberikan pengaruh yang sama
setiap perubahan suhu 1 derajat C.
3. Kombinasi faktor – faktor
Kecepatan suara dalam air sebenarnya merupakan kombinasi dari ketiga faktor tersebut
di atas.

4. Persamaan Wilson
Hubungan matematis kombinasi faktor – faktor tersebut diatas terhadap kecepatan suara
dalam air dirumuskan oleh wilson sebagai berikut :
C = 1449 + 4,6T + 0,055T2 + 0,003T3 + (1,39 – 0,0125T) (S – 35) + 0,0178d

5. Gradien kecepatan suara


Gradien kecepatan suara adalah perubahan propagasi suara sebagai akibat perubahan
kecepatan suara dalam air. Gradien kecepatan suara ini menentukan bentuk lintasan
propagasi suara dalam air.
Secara umum ada tiga jenis gradien yaitu :
a. a. Gradien kecepatan suara negatif (negative gradient)

b. b. Gradien kecepatan suara nol (Zero gradient)

c. c. Gradien kecepatan suara positif (Positive gradient)

Bentuk profil Kecepatan suara dalam air dipengaruhi oleh ketiga jenis gradien
kecepatan suara tersebut di atas. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa faktor yang
dominan mempengaruhi kecepatan suara adalah suhu dan tekanan air laut. Bila tekanan
bertambah seiring dengan pertambahan kedalaman, maka suhu air laut dapat naik atau
turun terhadap penambahan kedalaman, bergantung pada karakteristik air laut, musim
dan waktu.

a. a. Gradien kecepatan suara negatif (negative gradient)


Gradien negatif terjadi pada saat terjadi penurunan suhu terhadap kedalaman. Dimana
penurunan suhu ini lebih dominan mempengaruhi kecepatan suara dibanding dengan
peningkatan tekanan terhadap penambahan kedalaman. Pada gradien negatif ini,
lintasan suara akan dibelokan / dibiaskan ke arah daerah yang memiliki kecepatan suara
yang lebih rendah, sehingga pada gradien negatif, lintasan suara akan dibelokan ke
bawah.

Perlu diketahui adanya daerah bayangan (shadow zone). Besarnya gradien negatif yang
ditimbulkan akan menentukan intensitas / jumlah refraksi yang terjadi yang akan
mempengaruhi jarak terbentuknya shadow zone tersebut secara langsung. Shadow zone
ini dapat digunakan oleh kapal selam untuk mendekati kontak permukaan tanpa
terdeteksi.

b. b. Gradien kecepatan suara nol (zero gradient)


Gradien nol terjadi bila tidak terjadi penurunan / penaikan kecepatan suara dalam air.
Pada gradien ini, tidak terjadi perubahan kecepatan suara, sehingga tidak terjadi
pembiasan sehingga gelombang akan merambat menurut garis lurus. Kondisi ini sering
disebut propagasi iso velocity. Gradien nol ini sangat memungkinkan untuk perambatan
gelombang suara dalam air sampai jarak yang sangat jauh.
c. c. Gradien kecepatan suara positif (positive gradient)
Gradien positif terjadi bila terjadi peningkatan kecepatan suara dalam air terhadap
penambahan kedalaman sebagai akibat naiknya suhu terhadap penambahan
kedalaman. Gradien positif sangat jarang terjadi. Biasanya terjadi di daerah estuari atau
daerah tropis selamamusim dingin. Dimana es yang mencair mengalir menuju daerah /
perairan hangat sehingga lapisan atas / permukaan akan lebih dingin dibandingkan
dengan lapisan dibawahnya.
Perambatan suara pada gradien positif ini akan menyebabkan dibelokannya gelombang
suara ke atas, yaitu ke daerah yang memiliki kecepatan suara lebih rendah karena suhu
yang dingin dibandingkan dengan suhu air laut di bawahnya.

Gradien di suatu daerah pada dasarnya merupakan kombinasi dari 3 jenis gradien di
atas.
Contoh :
a. a. Gradien positif di atas gradien negatif
..............................
b. b. Gradien negatif di atas gradien positif

6. Surface duct / lorong permukaan.


Jarak pancaran yang jauh dapat diperoleh pada gradien positif yang terjadi dekat
permukaan, dimana propagasi suara akan dibiaskan ke atas permukaan dan setelah
mencapai permukaan akan dipantulkan kembali sehingga akan terbentuk surface duct.

Pada kondisi ini akan sangat baik untuk melaksanakan deteksi kapal selam pada
kedalaman periskop, namun tidak dapat mendeteksi / sulit mendeteksi kapal selam yang
menyelam dalam.

7. Isothermal layer
Adalah lapisan dimana suhu relatif konstan terhadap perubahan kedalaman dimana
terjadi pula gradien suara positif meskipun sangat kecil, yang terjadi akibat peningkatan
kecepatan akibat penambahan tekanan terhadap kedalaman. Perlu diingat bahwa
isotermal tidak sama dengan gradien nol.
PENGARUH SUHU TERHADAP PROPAGASI SUARA DALAM AIR

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian awal bahwa dari faktor – faktor yang
mempengaruhi propagasi suara dalam air yaitu salinitas, temperatur dan tekanan, maka yang
paling mempengaruhi adalah temperatur / suhu.

1. Struktur suhu di laut


Untuk mengetahui bentuk perambatan suara dalam air, kita harus mengetahui
lebih dulu struktur suhu air laut.. Pada bagian ini akan dijelaskan profile suhu dan metode
pengukuran suhu sebenarnya dilaut
a. a. Profil umum
Suhu yang terdapat pada air laut merupakan kombinasi dari :
1. 1. Pemanasan matahari
2. 2. Pengadukan oleh pergerakan udara (angin)
3. 3. Sirkulasi dalam air laut pada skala besar
Secara umum dapat disimpulkan suhu menurun terhadap kedalaman.Ini
terjadi karena massa air laut yang dingin lebih berat daripada massa air laut yang
panas sehingga massa air laut yang dingin ini akan tenggelam
b. b. Isothermal
Merupakan gradient suhu dimana terjadi karena suhu tetap dengan
bertambahnya kedalaman, hal ini terjadi karena arus konveksi yang terjadi
membantu pencampuran lapisan - lapisan sehingga menghasilkan tingkat suhu yang
konstan terhadap seluruh massa air laut.
Keadaan ini akan lebih cepat terjadi bila terdapat angin di permukaan
( bertiup) dan juga gerakan dalam air laut sendiri.

c. c. Thermocline
Adalah profil suhu dimana suhu air menurun terhadap kedalamanan. Ini
terjadi pada musim panas atau pada siang hari selama pemanasan atau secara
permanen pada lokasi tertentu di laut dimana terjadi pertemuan dua massa air laup
yang panas dan dingin.

d. d. Seasonal Surface Temperature (Suhu permukaan musiman)


Pada perairan iklim sedang pemanasanan permukaan sangat signifikan
terjadi pada musim panas maupun musim semi. Pengaruh pemanasan permukaan
secara kumulatif terjadi terutama pada lapisan permukaan yang lebih panas daripada
lapisan di bawahnya.

e. e. Quantity of heat
Jumlah panas yang diterima di permukaan dapat memberikan nilai yang
sama di lapisan yang lebih dalam pada suhu yang lebih rendah bila terjadi
pencampuran / pengadukan permukaan karena angin permukaan.
f. f. Seasonal thermocline
Lapisan suhu yang menurun akan membentuk yang dikenal dengan
termoklin musiman. Selama musim gugur, dimana udara di atas permukaan lebih
dingin dari permukaan laut, lapisan permukaan akan mulai menjadi dingin dan
seasonal thermocline mulai menghilang.

g. g. Transient thermocline
Pemanasan permukaan setempat (lokal) akibat panasnya matahari siang
(daerah tropis atau selama musim panas) menyebabkan terjadinya gradient negatif
yang kecil di dekat permukaan. Gradien suhu ini dikenal dengan transient
thermocline.
Transient thermocline memiliki rentang waktu selama beberapa jam sampai
dengan beberapa hari, setelah itu akan menyebar dan tenggelam lebih dalam dan
memperkuat seasonal thermocline.

h. h. Afternoon effect
Pemanasan harian pada permukaan dan pembentukan transient thermocline
menyebabkan terjadinya afternoon effect dimana, efek kumulatif dari afternoon effect
ini pada musim panas dan dingin menyebabkan terjadinya seasonal thermocline
i. i. Deep Isothermal Layer
Air dingin yang rapat dari wilayah kutub akan tenggelam dan bergerak
semakin kearah ekuator. Air ini membentuk lapisan isothermal yang dalam dan dingin
pada perairan hangat.

j. j. Permanent Thermocline
Antara lapisan isothermal yang dalam dan permukaan laut sebuah lapisan
transisi dengan gradien suhu negatif yang curam akan terbentuk. Lapisan transisi ini
disebut permanent thermocline atau main thermocline. (lihat profil umum, point a.)

k. k. Localized positive gradient


Ada saat dimana suhu bertambah terhadap kedalaman. Ini dapat terjadi saat
hujan sangat lebat dimana air hujan dengan salinitas rendah berada di atas perairan
hangat yang rapat (salinitas tinggi) Diperairan beriklim sedang, ini dapat terjadi di
sekitar iceberg (gunung es di laut) dimana es yang mencair dari iceberg akan berada
di atas lapisan air yang relatif lebih hangat dengan salinitas tinggi.(lihat profil
umum,point a.)

l. l. Contoh profil perambatan suara di Laut Cina Selatan


Di Laut Cina Selatan sampai 200 Nm dari Horsburg, sepanjang 020 SLOC
yang relatif dangkal dengan kedalaman antara 5 0 – 85 m
1) 1) Pada bulan maret
Gradien suhu cenderung negatif, permukaan mulai memanas akibat pergantian
musim setelah musim monsoon. Gradien suhu negatif menyeimbangkan
bertambahnya kecepatan suara akibat bertambahnya kedalaman yang
menghasilkan profil kecepatan suara yang sama (iso – velocity)

2) 2) Pada bulan mei


Ini terjadi pada periode monsoon barat daya dimana udara relatif tenang.
Pemanasan permukaan akibat afternoon effect, menyebabkan terjadinya
transient thermocline. Udara yang relatif tenang selama masa ini mencegah
terjadinya pengadukan sampai pada kedalaman dasar yang akan menyebabkan
terjadinya profil isothermal. Hal ini menyebabkan profil kecepatan suara iso –
velocity menurun pada kedalaman ± 25 m diikuti dengan gradien negatif

3) 3) Pada bulan september


Suhu udara di atas permukaan mulai menurun, ini menyebabkan lapisan
permukaan menjadi lebih dingin, membentuk gradien suhu positif pada
kedalaman antara 25 – 30 m. Di luar itu, lapisan thermocline atau lapisan
isothermal dingin di bagian bawahnya terbentuk bergantung pada kedalaman
laut.

m. m. Profil suhu aktual dan pengukuran profil kecepatan suara


Selama operasi AKS, pengetahuan akan profil struktur suhu pada suatu area
saja tidak cukup. Suatu profil yang akurat yang merupakan perbandingan antara
suhu dan kedalaman harus diperoleh. Untuk itu dibutuhkan XBT dimana dapat
dikonversikan membentuk profile kecepatan suara dimana kemudian dapat
digunakan untuk memprediksikan bentuk propagasi suara dalam air
Metode yang lebih akurat dan langsung merupakan profil kecepatan suara
adalah dengan menggunakan velocimeter suara atau disebut XSV. XSV digunakan
untuk membandingkan dan sebagai pelengkap terhadap hasil yang diperoleh dari
XBT
n. n. Operasional sonar
Dengan mengetahui profil kecepatan suara, lintasan propagasi suara dalam
air dapat digambarkan. Sonar kemudian dapat ditempatkan secara taktis unntuk
mendeteksi sasaran kapal selam dalam operasi AKS

2. Perambatan / propagasi suara dalam air


Selama perjalanannya, suara dapat dibelokkan / dibiaskan akibat adanya
gradiien kecepatan suara atau gradien kecepatan suhu atau dipantulkan oleh permukaan
maupun dasar laut.
a. a. Refraksi (pembelokan / pembiasan)
Suara dibiaskan / dibelokkan ke arah ruang / area yang memiliki kecepatan
suara lebih rendah, sehingga suara akan dibelokkan ke atas pada gradien kecepatan
suara positif dan ke bawah untuk gradien kecepatan suara negatif
(gambar)

b. b. Refleksi (pemantulan)
Suara dipantulkan oleh permukaan dan dasar laut. Pemantulan dapat hampir
sempurna bila permukaan maupun dasar laut rata / tenang. Permukaan keras akan
memantulkan dengan baik di bandingkan permukaan yang lembut.
(gambar)

c. c. Surface duct
Terjadi bila terdapat gradien kecepatan suara positif di permukaan dimana
saat terjadi profile kecepatan suara positif, lintasan suara akan dibelokkan ke atas ke
permukaan, bila permukaan relatif tenang, maka perambatan suara akan dipantulkan
kembali ke bawah. Bila proses ini berulang maka akan terbentuk lorong suara yang
disebut surface duct.

d. d. Shadow zone
Di lorong suara, suara hanya akan merambat di dalamnya, sehingga suatu
sasaran yang berada di luar lorong suara tidak dapat dideteksi. Area ini disebut
shadow zone.

e. e. Kedalaman surface duct


Umumnya, surface duct akan lebih dangkal (shadow zone membesar) ketika
gradien kecepatan suara lebih curam karena gradien yang curam akan
membelokkan lintasan suara lebih sehingga lintasan suara akan mencapai critical
angle lebih cepat dan dipantulkan lebih dulu. Untuk atasi hal ini dapat dengan
menggunakan VDS (variable Depth Sonar)
f. f. Reliable acustic path
Profil lorong suara (sound channel) dapat juga dimanfaatkan untuk mode
propagasi lain dengan transducer ditempatkan didekat critical depth yang disebut
Reliable Acoustic Path. Suara akan dibelokkan secara langsung ke atas dari sumber.

g. g. Bottom bounce
Suara yang di arahkan ke bawah, pada kondisi tertentu akan dipantulkan
oleh dasar laut ke permukaan pada jarak yang sangat luas di permukaan. Kondisi ini
disebut bottom bounce.
Bottom bounce dipengaruhi oleh :
1) 1) Frekuensi gelombang suara
2) 2) Sudut pertemuan dengan dasar laut
3) 3) Kedalaman dasar laut
4) 4) Kondisi dasar laut

h. h. Shallow sound channel


Bila gradien kecepatan suara di bawah dasar dari seasonal thermocline
adalah positif, sound channel pun dapat terjadi. Perambatan suara yang terjecak
tersebut dikenal dengan Shallow Sound Channel

i. i. Sumbu sound channel


Titik dimana kecepatan suara yang paling kecil terjadi disebut sumbu / aksis
sound channel. Ketika transducer sonar ditempatkan pada atau dekat sumbu sound
channel, jarak deteksi yang baik dapat diperoleh terhadap sasaran yang juga berada
dalam sound channel.
j. j. Downslope coupling
Pada area sekitar continental slope, suara yang dihasilkan pada perairan
dangkal dapat di masukkan / digabungkan (dicouple) ke dalam sound channel seperti
surface duct atau shallow sound channel melalui proses yang disebut downslope
coupling. Dalam hal ini, sangat menguntungkan bagi sonar utk deteksi secara pasif.

k. k. Deep sound channel


Sebuah sound channel dapat terbentuk dengan sumbu / aksis pada lapisan
pertemuan antara permanent thermocline dan lapisan isothermal dalam di
bawahnya. Kejadian ini akan membentuk sebuah deep sound channel.
Deep sound channel sangat tebal dan dapat digunakan oleh sonar pasif
untuk deteksi sasaran pada jarak jauh. Peralatan ini dapat digunakan / diletakkan di
dasar laut untuk kepentingan deteksi strategis.

l. l. Convergence Zone propagation


Profil kecepatan suara yang hasilkan deep sound channel dapat digunakan
untuk pemancaran convergence zone. Ini terjadi di laut dalam. Kondisi yang
dibutuhkan untuk terbentuknya convergence zone adalah kedalaman tertentu,
kecepatan suara akan sama atau mencapai kecepatan suara maksimal di dekat
lapisan permukaan, dimana perambatan suara mencapai sudut pertemuan secara
horisontal dengan permukaan untuk selanjutnya mengalami proses refraksi atau
pembiasan.
m. m. Critical depth
Kedalaman dimana kecepatan suara sama dengan kecepatan maksimal di
lapisan dekat permukaan disebut critical depth. Pada critical depth, critical ray akan
memperoleh pembelokan penuh / maksimal dan dipantulkan kembali ke permukaan.

n. n. Depth excess
Untuk memperoleh energi yang cukup untuk dipropagasikan, pembelokan
satu energi lintasan rambatan suara ke permukaan tidak cukup, sehingga untuk
memungkinkan terjadinya pembelokkan, dasar laut paling sedikit 500 m dari critical
depth.

o. o. Zone range
Setelah mencapai permukaan, suara akan dipantulkan kembali membentuk
convergence zone. Jarak dari sumber dimana convergence zone terjadi di sebut
zone range. Di samudera Atlantik, zone range pertama dapat mencapai 30 nm, lebar
zone range di permukaan biasanya mencapai 10% dari zone range.

p. p. Convergence zone detection


Operator sonar pasif dapat mendengar noise dengan manfaatkan
convergence zone untuk deteksi sasaran pada jarak jauh.

q. q. Ping stealing
Bottom bounce dapat digunakan kapal selam untuk menyadap pancaran
sonar aktif secara langsung atau melalui pantulan dari dasar laut untuk menentukan
lokasi dari sasaran permukaan. Hal ini disebut ping stealing.
Untuk memperoleh ping stealing yang baik maka dasar laut untuk
pemantulan harus mampu memberikan pemantulan yang baik / sempurna serta
ketinggian kapal selam dari dasar minimal 1100 meter. Perlu diketahui bahwa ping
stealing tidak pernah dapat dilaksanakan di laut cina selatan.
Pada saat melaksanakan ping stealing, perbedaan waktu antara datangnya
rambatan suara secara langsung dengan yang melalui pemantulan akan
dibandingkan.
Perbedaan waktu tersebut merupakan suatu fungsi dari 2 faktor yaitu jarak kapal dan kedalaman
air di bawah posisi kapal selam. Pada waktu perbedaan tersebut di ukur, dan kedalaman
diketahui maka jarak kapal permukaan dapat dihitung dengan menggunakan trigonometri sederh

TEORI DASAR SONAR

Energi suara telah digunakan secara luas dalam peperangan anti kapal selam,
komunikasi dan navigasi dalam air. Untuk memahami secara baik prinsip prinsip peperangan anti
kapal selam, pengertian energi suara dan prinsip – prinsip teoritis lainnya yang ada sangatlah
penting.

3. Suara sebagai energi pilihan


Sistem deteksi dan penjejakan seperti radar dan sonar bekerja dengan cara
mendeteksi energi yang dipantulkan oleh suatu obyek yang berada pada bidang / area
pencarian. Energi yang digunakan oleh radar atau peralatan elektro optik adalah dengan
menggunakan energi gelombang elektromagnetik atau cahaya, sedangkan untuk sonar
dan echo sounder menggunakan energi gelombang akustik / suara.
Dalam penggunaan gelombang akustik, terdapat dua mode antara lain :
a. a. Mode aktif
Mode aktif adalah suatu mode deteksi dimana terdapat pemancaran dan
penerimaan gelombang akustik / suara yang dipantulkan oleh suatu sasaran.
Dalam mode ini, posisi dan jarak sasaran diperoleh dengan mendeteksi
arah datangnya gelombang pantulan serta waktu yang dibutuhkan energi
gelombang akustik / suara untuk memancar dan kembali ke receiver /
penerima setelah dipantulkan oleh suatu obyek / sasaran. Oleh karena itu
sistem / mode aktif ini digunakan untuk akurasi penjejakan sasaran.
b. b. Mode Pasif
Mode pasif adalah suatu mode deteksi sasaran tanpa menggunakan
pemancaran gelombang akustik / suara, melainkan memanfaatkan energi
suara / akustik yang dihasilkan oleh sasaran itu sendiri. Dalam mode pasif
hanya dapat diperoleh data arah sasaran, sedangkan unntuk menentukan
jarak tidak dapat dilaksanakan secara langsung. Mode ini digunakan bila
melaksanakan pendadakan atau mengutamakan faktor kerahasiaan.

3 Faktor yang harus dipertimbangkan, berkaitan dengan bentuk energi yang digunakan
untuk melaksanakan deteksi dan penjejakan harus memenuhi hal – hal sebagai berikut :

1. Kemampuan membedakan obyek – obyek yang bervariasi untuk menghasilkan


diskriminasi / pembeda sasaran yang baik.
2. Pemancaran dengan kecepatan tinggi untuk menghasilkan kecepatan dalam tentukan
posisi akhir sasaran.
3. Mampu bekerja dengan baik pada media penghantar yang dilaluinya untuk
memberikan jarak deteksi yang baik.

Gelombang elektromagnetik memiliki kemampuan pembeda sasaran yang


sangat baik serta memiliki kecepatan pemancaran yang sangat tinggi, namun di dalam
air, gelombang elektromagnetik, hanya mampu mencapai jarak pancaran puluhan meter,
sehingga sangat tidak tepat untuk digunakan melaksanakan pendeteksian dan
penjejakan sasaran di bawah permukaan.
Sebaliknya karena gelombang suara / akustik mampu dipancarkan sampai pada
jarak yang signifikan dalam penjejakan dan deteksi, maka energi suara / akustik lebih
digunakan dalam peperangan anti kapal selam, komunikasi dan navigasi bawah air.

4. Gelombang suara
Gelombang suara / akustik timbul / terjadi sebagai akibat adanya sumber suara yang
bergetar menghasilkan efek kompresi dan dekompresi media sekitar yang menggetarkan
molekul / partikel media disekitarnya. Gelombang suara / akustik sering digambarkan /
dijelaskan dengan menggunakan parameter seperti frekuensi, periode, panjang
gelombang atau kecepatan rambat gelombang.
Gelombang ada 2 jenis yaitu :
a. a. Gelombang longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getaran (partikel) searah
dengan arah perambatan gelombang. Gelombang suara merupakan salah satu
contoh gelombang longitudinal.
b. b. Gelombang transversal
Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getaran (partikel) tegak lurus
dengan arah perambatan gelombang. Gelombang elektromagnetik merupakan salah
satu contoh gelombang transversal.
Parameter – parameter gelombang suara adalah sebagai berikut :
a. a. Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya 1 cycles / 1 gelombang.
b. b. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya cycles / gelombang yang terbentuk selama 1 menit.
c. c. Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang terbentuk dalam 1 cycles / gelombang.
d. d. Kecepatan rambat gelombang
Kecepatan rambat gelombang adalah kecepatan gerak dari gelombang.
Kecepatan rambat rata – rata adalah 1500 m/s, namun kecepatan tersebut minimal akan
menjadi 1420 m/s dan maksimal 1560 m/s bergantung pada kondisi cuaca saat itu.

5. Pengukuran suara
Salah satu cara untuk mengukur jumlah / besaran energi suara yang terdapat pada suatu
titik adalah dengan mengukur amplitudo / penyimpangan getaran dari partikel pada titik
tertentu tersebut. Semakin kuat energi suara / akustik, semakin besar amplitudo /
penyimpangan getaran. Kita ketahui bahwa amplitudo getaran partikel air berhubungan
secara langsung dengan tekanan pada titik tertentu , sehingga merupakan suatu metode
yang dapat dilaksanakan dalam mengukur besar energi suara pada suatu titik tertentu.
Alat yang digunakan adalah hidrophone, yang bekerja dengan mentransformasikan
tekanan air yang diperoleh ke dalam gelombang elektrik yang berubah – ubah.
a. Satuan tekanan
Tekanan digunakan untuk mengukur besarnya energi yang bekerja pada suatu
area / bidang atau disebut juga energi per satuan bidang / wilayah. Tekanan
diukur dalam N/m2 atau dyne / cm3 atau ubar atau upa. Unntuk sistem AKS
umumnya digunakan upa
1 ubar = 0,1 N/m2
= 1 dyne /cm2
= 105 µpa
1 u pa = 10-6 N/m2
= 10-5 µbar
= 10-5 dyne / cm2

b. Intensitas
Tekanan adalah ukuran statis dan tidak menunjukkan kapasitas / jumlah
pemancaran dari serangkaian gelombang suara. Untuk menunjukkan jumlah
energi pemancaran gelombang suara maka energi suara diukur dalam jumlah
energi per detik pada suatu bidang yang dilewati atau disebut juga intensitas.
Pengukuran intensitas suara tidak dilaksanakan secara langsung, namun dapat
ditentukan dengan menggunakan formulasi / rumusan sebagai berikut :
I = Pe2/PV (watt M2)
Pe = Tekanan efektif
P = kerapatan medium
V = Kecepatan rambat di medium
Telinga manusia dapat mendengar suara yang dihasilkan oleh tekanan sebesar
100.000.000 upa dan yang paling kecil 10 upa. Perbandingan yang besar
disederhanakan dengan menggunakan fungsi logaritma
Tekanan = 100.000.000 µpa
Intensitas = Log (tekanan)
Log (100.000.000)

c. Level intensitas
Pengukuran intensitas dimanfaatkan untuk menentukan tingkatan intensitas yang
dilaksanakan dengan membandingkan intensitas suara pada suatu titik dengan
suatu ukuran standar, Io dengan menggunakan rumusan
IL = 10 Log (I/Io) db
IL = Intensitas Level
I = Intensitas suara
Io = Intensitas standar (10-12 watt/m2) untuk suara
Satuan pengukuran yang digunakan adalah desibell.

d. Level tekanan suara


Seperti telh dijelaskan sebelumnya,intensitas gelombang suara pada setiap titik
dapat diukur dengan tekanan pada titik tersebut sehingga level intensitas dapat
dihitung pula dengan menggunakan persamaan tingkat tekanan suara, dengan
rumusan sebagai berikut :
IL = 10 Log (I/Io)
= 10 Log (Pe2/Po2) = 20 Log (Pe/Po) = SPL(sound pressure level)

e. Pengaruh peningkatan tekanan dan intensitas


Peningkatan tekanan / intensitas mempengaruhi level intensitas sebagai berikut :
1) 1) Peningkatan Intensitas
IL = SPL
10 Log (I/Io)
10 Log (2I/Io)
10(Log 2 + Log(I/Io))
10(0,3 + Log (I/Io))
3db + 10 Log (I/Io)
3db + SPL
2) 2) Peningkatan tekanan
IL = SPL
20 Log (Pe/Po )
20 Log (2Pe/Po)
20 (Log 2 + Log (Pe/Po))
20 (0,3 + Log (Pe/Po))
6 + 20 Log (Pe/Po)
6db + SPL

f. Pengaruh penurunan tekanan dan intensitas


1) 1) Penurunan Intensitas
IL = SPL
10 Log (I/Io)
10 Log (0,5I/Io)
10(Log 0,5 + Log(I/Io))
10(- 0,3 + Log (I/Io))
- 3db + 10 Log (I/Io)
- 3db + SPL

2) 2) Penurunan tekanan
IL = SPL
20 Log (Pe/Po )
20 Log (0,5Pe/Po)
20 (Log 0,5 + Log (Pe/Po))
20 (- 0,3 + Log (Pe/Po))
- 6db + 20 Log (Pe/Po)
- 6db + SPL

g. Perhitungan Intensitas Suara


Suara Terompet memiliki intensitas 33 db pada saat yang sama terdengar bunyi klakson
dengan intensitas 30 db. Intensitas total dapat diperoleh dengan menggunakan diagram
nomogram dibawah ini.
Diketahui bahwa IL1 = 33 db dan IL2 = 30 maka selisihnya adalah 3 db. Dari angka selisih ini
ditarik garis lurus ke atas hingga menemui garis hitam, kemudian di t arik garis ke kiri. Angka
yang ditunjukkan adalah penambahan intensitas suara, sehingga IL3 =

6. Faktor – faktor yang mempengaruhi pancaran / propagasi suara dalam air.


a. a. Introduksi
Laut merupakan media yang sangat kompleks dalam pengaruhhnya terhadap
perambatan / propagasi suara. Gelombang suara dalam air akan mengalami
pembiasan, distrorsi dan pelemahan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
propagasi adalah kecepatan, kehilangan energi dan noise.

b. b. Kecepatan suara
Kecepatan suara dalam air rata – rata 1500 m/s dengan interval antara 1420 m/s
sampai dengan 1560 m/s. Kecepatan bervariasi bergantung pada komposisi faktor
berikut :
1) 1) Temperatur / Suhu
2) 2) Salinitas / kadar garam
3) 3) Kerapatan / kedalaman / densitas
Dengan kata lain, kecepatan suara bertambah seiring kenaikan suhu, salinitas dan
kedalaman.

c. c. Refraksi / pembiasan
Refraksi adalah suatu fenomena dimana gelombang yang merambat melalui 2
medium yang berbeda akan mengalami pembelokan/ pembiasan.
d. d. Kehilangan energi (Losses)
Saat energi dipancarkan dari sumber, energi akan mengalami penipisan sebagai
akibat penyebaran dan pelemahan yang menghasilkan hilangnya energi selama
perambatan.

e. e. Noise
Bila sinyal yang tidak diinginkan dari lingkungan sekitar yang menutupi sinyal
sasaran, deteksi dan penjejakan akan terpengaruh. Sinyal gangguan ini disebut
noise.

Anda mungkin juga menyukai