dalam Bahasa Prancis, “umweltrecht” dalam Bahasa Jerman, “hukum alam seputar”
dalam Bahasa Malaysia, “batas nan kapaligiran” dalam Bahasa Tagalog, “sin-ved-
lom kwahm” dalam Bahasa Thailand, “qomum al-biah” dalam Bahasa Arab.1
tergolong muda sebagai suatu kajian tersendiri, namun telah banyak dikemukakan
para ahli hukum yang mengkaji hukum lingkungan. Beberapa diantaranya adalah :
singkatnya”.2
1
St. Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku I : Umum, (Jakarta: Binacipta,
1985), hlm. 34.
2
Ibid., hlm. 89-90.
1
b. Hukum Lingkungan Modern (HLM)
generasi-generasi mendatang”.3
3
Ibid., hlm. 35-36.
4
Ibid., hlm. 35-36.
5
Hardjasoemantri, 2009, Hukum Tata Lingkungan , Ed.VIII, Cet. Ke 20, Gadjah Mada
Unersity Press, Yogyakarta, hal.45.
2
demikian, Hukum Lingkungan merupakan “instrumentarium yuridis bagi
hubunga timbal balik antara manusia dengan makhluk hidup lainnya yang
lingkungan hidup. Kedua, suatu dimensi yang memberi hak, kewajiban, dan
dan apa yang dibolehkan. Secara tidak langsung kepada warga masyarakat,
Sederhananya, dari setiap arti terhadap hukum lingkungan tersebut dapat kita
mengatur tentang apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan terhadap
6
Ibid, hal 42. dan/atau 1999, hal. 38-39.
7
Rangkuti, Siti Sundari, 2000, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Edisi Kedua,
Airlangga University Press, Surabaya, hal. 2.
8
Andi Hamzah (1995:10) dalam Yunus Wahid, dkk. 2007, hal. 18.
9
Muhammad Erwin, 2015, Hukum Lingkungan dalam Sistem Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Indonesia, Edisi Revisi, Refika Aditama, Bandung, hal. 12.
3
B. Sumber-sumber Hukum Lingkungan
hukum pada umumnya. Dalam ilmu hukum, sumber hukum dapat dilihat dari
dengan sudut pandang yang kita gunakan. Sudut pandang dan arti tersebut, yang
umum diketahui adalah sumber hukum dalam arti : sejarah, sosiologi, filsafat,
ekonomi dan agama, serta sumber formal. Dalam garis besarnya, secara
2. Beberapa Pandangan
berbagai arti sesuai dengan sudut pandang yang digunakan itu. Dengan
(1) Sumber hukum dalam arti sejarah (historis), yakni sumber pengenalan
sumber historisnya terletak pada tata hukum lingkungan lama yang juga ada
10
Materi ini merupakan bahan kuliah Hukum Lingkungan pada Fakultas Hukum Unhas,
Kamis tgl. 12 Maret 1990, terakhir direvisi, senin tanggal 9 januari 2012, dirangkum
dengan beberapa sumber/rujukan, serta dengan penyesuaian-penyesuaian seperlunya,
termasuk penjelasan sesuai dengan rujukan lainnya.
4
(2) Sumber hukum dalam arti sosiologis, adalah faktor-faktor yang menentukan
Utrecht, apa yang menjadi sumber hukum menurut anggapan ahli sosiologi
yang diberi sanksi oleh penguasa masyarakat) dalam berbagai lembaga sosial
(sejarah hukum, dan ekonomi), psikologi dan ilmu falsafat.12 Jadi, sumber
hukum dalam arti sosiologis ini adalah salah satu sumber materiil.
(3) Sumber hukum dalam arti Filsafat, ialah sebagai sumber isi hukum, yakni
ukuran mengenai isi hukum itu. Juga sebagai sumber kekuatan mengikatnya
hukum. Dalam hal ini, Apeldoorn memandang bahwa dalam filsafat hukum,
perkataan sumber hukum dipakai dalam dua arti, yaitu: (a) sebagai sumber
untuk isi hukum dan; (b) sebagai sumber untuk kekuatan mengikat dari
hukum.
sumber filsafat hukum lingkungan mengandung dua arti, yaitu: (1) landasan
dasarnya, atas mana hukum lingkungan memiliki daya mengikatnya; dan (2)
11
E. Utrecht, 1957, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, cetakan ke-4, -, hal. 115.
12
Van Apeldoorn, L.J., 1973, Pengantar Ilmu Hukum, Ind. Oetarid Sadino, cet. Ke 12,
Pradnya Paramita, Jakarta, hal 88.
5
daya mampu manusia, yang merupakan sumber terciptanya hukum
lingkungan.
Bagi ahli ekonomi, menurut Utrecht, apa yang menjadi sumber hukumnya
ialah apa yang tampak dalam lapangan ekonomi. Sumber hukum dalam arti
ini ialah kondisi dan sifat-sifat perekonomian yang sedang dihadapi oleh
masyarakat atau bangsa yang bersangkutan, dan untuk saat ini kondisi
hukum.
Menurut Utrecht, bagi ahli agama (ulama, theologi) yang menjadi sumber
(6) Sumber hukum Formal14 (bagi sarjana hukum/ahli hukum), yakni sumber
positif dan mengikat. Menurut van Apeldoorn, bahwa bagi ahli hukum serta
timbul hukum yang berlaku (yang mengikat hakim dan penduduk). Hal ini
dikatakan sebagai sumber hukum dalam arti formil, karena orang semata-
mata mengingat cara dan bentuk dalam mana timbul hukum positif tanpa
13
E. Utrecht, Ibid.
14
Yunus Wahid AM, 2011,Aktualisasi Kearifan Lokal menuju Hukum Lingkungan
yang Responsif, Cetakan Pertama, Pustaka Pena Press Makassar, hal. 32-35.
6
peraturan-peraturan hukum, menciptakan hukum sebagai kekuasaan yang
mengikat.15
(7) Sumber hukum materil, adalah sumber yang menentukan “isi” hukum itu,
yaitu apa yang dipandang sebagai hal yang seharusnya terjadi, dan
sumber yang tidak termasuk sebagai sumber hukum formal adalah bagian
hukum yang berdiri sendiri atau hanya merupakan bagian dari bidang-bidang
hukum yang sudah ada yang memuat aturan atau yang mengatur tentang
ilmu hukum lingkungan diakui sebagai cabang ilmu hukum yang berdiri sendiri.
15
Van Apeldoorn, Opcit, hal. 90.
7
Hukum Lingkungan genus merupakan cabang ilmu tersendiri, namun bagian
internasional.
ilmu hukum yang berdiri sendiri, yag secara subtansial materi muatannya
maka ia tidak dapat di golongkan dalam salah satu pembidangan hukum klasik
16
Siti Sundari Rangkuti, Opcit, hal. 5.
17
Lawrence M. Friedman, American Law: An Introduction, (New York: W.W Norton &
Co., 1984)
8
1. Faktor Struktur hukum adalah kelembagaan pengelolaan seperti
lingkungan.
obyeknya) kedalam :
9
Selanjutnya, “Hukum Lingkungan Pemerintahan” (subtansi HL yang
aspek yang merupakan titik berat pengaturannya serta kondisi yang dihadapi)
18
Lihat Hardjasoemantri, 2009, Op.cit, hal. 40-41.
19
Hardjasoemantri, 1999, Op.cit, hal. 41-42
10