Anda di halaman 1dari 8

SELAMAT DATANG DI

MK.fiqh biah / hukum lingkungan


PERTEMUAN II

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FIQH BIAH / HUKUM LINGKUNGAN


A. Definisi Fiqh Bi’ah
B. Definisi Hukum Lingkungan
C. Ruang Lingkup Hukum Lingkungan
A. Definisi Fiqh Bi’ah
Pelestarian lingkungan hidup dalam bahasa arab dikenal dengan istilah fikih lingkungan hidup (fiqhul bi`ah). Jika
ditelisik dari sisi semantik, terdiri dari dua kata (kalimat majemuk; mudhaf dan mudhaf ilaih), yaitu kata fiqh dan al-bi`ah. Secara
bahasa “Fiqh” berasal dari kata Faqiha-Yafqahu-Fiqhan yang berarti al-„ilmu bis-syai`i (pengetahuan terhadap sesuatu) al-fahmu
(pemahaman). Sedangkan secara istilah, fikih adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis yang
diambil dari dalil-dalil tafshili (terperinci).
Kata “Al-Bi`ah” dapat diartikan dengan lingkungan hidup yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dari pengertian di atas, dapat diambil pengertian bahwa fikih lingkungan (fiqhul bi`ah) adalah ketentuan-ketentuan
Islam yang bersumber dari dalil-dalil yang terperinci tentang prilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya dalam rangka
mewujudkan kemashlahatan penduduk bumi secara umum dengan tujuan menjauhkan kerusakan yang terjadi. Oleh karenanya,
fiqh lingkungan yang dimaksud merupakan pengetahuan atau tuntutan syar'i yang concern terhadap masalah-masalah ekologi
atau tuntutan syar'i yang dipakai untuk melakukan kritik terhadap prilaku manusia yang cenderung memperlakukan lingkungan
secara destruktif dan eksploitatif.
B. Definisi Hukum Lingkungan
Pada umumnya yang dimaksud dengan hukum adalah keseluruhan peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu
kehidupan bersama, dalam kata lain hukum adalah keseluruhan peraturan tentang tingkah laku manusia yang isinya tentang apa
yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat, yang pelaksanaan peraturan tersebut “dapat”
dipaksakan dengan suatu sanksi oleh pihak yang berwenang.
Hukum Lingkungan merupakan terjemahan dari istilah Enviromental Law (dalam bahasa inggris), Millieu Recht (bahasa
Belanda), yang sama mempunyai makna yaitu hukum yang mengatur tatanan lingkungan yang ada di sekitar manusia. Hukum
Lingkungan menurut Soedjono adalah hukum yang mengatur tatanan lingkungan hidup, dimana lingkungan mencakup semua
benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia
dan jasad-jasad hidup lainnya.
Dalam pengertian yang umum hukum lingkungan diartikan sebagi suatu tatanan lingkungan yang telah diatur dalam
berlakunya hukum tertentu. Dimana lingkungan itu sendiri mencakup segala benda dan kondisi, termasuk segala perilaku
manusia yang ada dalam lingkunan itu sendiri.
Dalam pengertian secara modern, hukum lingkungan lebih berorientasi pada lingkungan atauEnvironment-Oriented
Law, sedang hukum lingkungan yang secara klasik lebih menekankan pada orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented
Law. Dalam lingkungan modern, ditetapkan norma-norma yang bertujuan mengatur segala tindak tanduk perbuatan manusia
untk melindungu lingkungan itu sendiri dari segala aspek kerusakan dan kemerosoatan mutunya demi menjamin kelestarian agar
dapat berlangsung secara terus menerus dan dapat dinikamti oleh anak cucu kita.
Hukum lingkungan modern berorientasi pada lingkungan, sehingga hukum lingkungan modern memiliki sifat yang utuh
menyeluruh serta komprehensif integral, selalu pada dinamika dengan sifat dan wataknya yang luwes.
Sebaliknya Hukum Lingkungan Klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan tujuan terutama sekali untuk
menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber-sumber daya lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna
mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya.
Hukum Lingkungan Klasik bersifat sektoral, serta kaku dan sukar berubah.
Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan, bahwa sistem pendekatan terpadu atau utuh harus diterapkan oleh
hukum untuk mampu mengatur lingkungan hidup manusia secara tepat dan baik, sistem pendekatan ini telah melandasi
perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia.
Drupsteen mengemukakan, bahwa Hukum Lingkungan (Millieu recht) adalah hukum yang berhubungan dengan
lingkungan alam(Naturalijk milleu) dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang
lingkup pengelolaan lingkungan. Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan terutama oleh Pemerintah, maka Hukum
Lingkungan sebagian besar terdiri atas Hukum Pemerintahan(bestuursrecht).
Leene menggunakan istilah “millieurecht” dan “millieuhygienerecht”, tetapi istilah “millieurecht” sebenarnya kurang
tepat karena semua hukum berkaitan dengan lingkungan hidup manusia, seluruh kehidupan bermasyarakat merupakan
lingkungan bagi manusia. Sehingga kalau demikian semua hukum adalah hukum lingkungan. Tetapi ada pula yang tidak dapat
menyetujui ditetapkannya “millieurecht” atau “millieuhygenerecht” menjelma menjadi suatu spesialisasi sendiri seperti pendapat
Polak.
Menurut Polak hukum lingkungan merupakan penampung (dwarsdoorsnede) dari bidang-bidang hukum. Dengan
dipisahkannya hukum lingkungan akan mengakibatkan bahwa kesadaran lingkungan akan kurang meresap disiplin-disiplin yang
ada. Dengan adanya hukum lingkungan yang terpisah akan mengakibatkan bahwa dasar-dasar umum dan penemuan-
penemuan di bidang hukum tidak akan memperoleh perhatian dari kalangan hukum lingkungan. Walaupun demikian diakui oleh
Polak bahwa mempelajari hukum lingkungan sebagai suatu kesatuan adalah bermanfaat karena memberi kemungkinan untuk
membedah beberapa kaidah hukum untuk menilainya secara kritis.
C. Ruang Lingkup Hukum Lingkungan
Objek kajian tentang lingkungan dalam fiqh al-Biah harus mencakup seluruh permasalahan lingkungan yang pada
dasarnya sebagai berikut:

a. Pengenalan bagian-bagian fisik dan hubungannya seperti sungai, laut, hutan, gunung, air, tanah, udara dan keseimbangan
ekosistem, termasuk makhluk hidup didalamnya seperti tumbuhan dan hewan. Bagian apresiasi yang sebagian bersifat teologis
sebagai landasan dan paradigma ini merupakan kolaborasi pengetahuan agama, pengetahuan pertama (saintifik) seperti tentang
tanah, udara, cuaca dan air.pengetahuan kedua menyangkut wujud dan fenomena alam dalam penuturan teks-teks al-Quran dan
hadits tapi tidak dalam sekema fiqh seperti alam sebagai “tanda” kekuasaan Tuhan, sebagai media penghantar kepada
pengakuan adanya tuhan. Pengetahuan ini menjadi landasan dan paradigma tentang bagaimana manusia seharusnya
memandang alam, baik fisik maupun non-fisik, diluar dirinya bukan sebagai wujud yang harus “ditundukkan” oleh karena itu,
pengetahuan ini lebih bernuansa teologis karena fiqh harus saling bersesuaian (compatible) bahkan saling berkaitan tidak saling
kontradiktif dengan teologi.

b. Pemanfaatan dan pengelolaan (tasharrif) sumber daya alam, sumber daya alam dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yang
pertama kelompok hijau yang berhubungan dengan sumber daya hutan dan tumbuhan, kelompok biru yang berhubungan
dengan sumberdaya laut, kelompok coklat berhubungan dengan sumber daya tambang dan energi.20 Bagian ini diandaikan
menjadi konsep islam yang berbasis fiqh tentang pengelolaan sumberdaya alam secara lestari (sustainable management of
natural resources) agar selalu ada kesinambungan arus manfaat dan fungsinya dari generasi ke generasi. Bagian ini merupakan
substansi utama dalam fiqh biah yang mengatur kewenangan (tasharruf) pemanfaatan dan pengelolaan alam, fiqh biah
merumuskan bagaimana melakukan konservasi (ri‟ayah) alam, yaitu menjaga agar tetap dalam keadaan seasli mungkin
sebagaimana asalnya, termasuk dalam penanganan sumber dayanya.
c. Pemulihan atau rehabilitasi lingkungan yang sudah rusak, kontribusi fiqh biah melakukan konservasi lingkungan yang sudah
rusak, memillki andil dalam hal ini, yaitu tanah yang telah mati akan tetapi problem-problem lingkungan tidak hanya terbatas
pada hal itu, melainkan lebih luas seperti penanganan pencemaran air, pencemaran udara, kepunahan binatang, atau punah
spesis tumbuhan tertentu.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai