Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KALOR TERHADAP SUHU DAN WUJUD ZAT

I. Judul : Pengaruh Kalor Terhadap Suhu dan Wujud Zat


II. Tujuan : Menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan perubahan wujud zat
III. Praktikan ke : II (Dua)
IV. Waktu dan Tempat
Waktu : Pukul 07.00-09.45, Senin 12 Januari 2015
Tempat : Laboatorium Fisika SMA Negeri 4 Lahat
V. Kompetensi dasar : Menganilisis pengaruh kalor terhadap suatu zat
- Indikator : Menganilisis pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud zat
- Materi Pokok : Kalor, suhu, dan perubahan wujud
VI. Landasan Teori :
Kalor merupakan salah satu bentuk energi maka satuan kalor pun sama dengansatuan
energi, yaitu joule atau kalori. Kalor dapat menaikkan suhu suatu zat dan dapatmengubah
wujud zat. Benda yang mendapat kalor suhunya naik, sedang yang melepas kalor suhunya
turun. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud zat dinamakan kalor laten dan kalor
uap. Kalor laten itu adalah banyaknya kalor yang diperlukan dan dilepaskan oleh 1 kg atau 1
g zat agar dapat mengubah wujudnya sedangkan kalor uap yaitu banyaknya kalor per satuan
massa yang diberikan pada zat di titik didihnya agar wujud zat cair berubah menjadi wujud gas
seluruhnya pada titik didih tersebut.
- Titik uap adalah kalor yang diperlukan oleh satuan massa zat cair untuk menguap pada
titik didhnya.
- Titik didih adalah suhu zat ketika mendidih. Titik didih air adalah 1000C.
- Titik lebur adalah suhu pada waktu suatu zat melebur. Titik lebur es adalah 00C.
- Titik beku adalah suhu pada waktu suatu zat membeku. Titik beku air adalah 1000 C atau
800 R atau 2120F.
Kalor embun adalah kalor yang diperlukan oleh satu satuan massa gas untuk mengembun
pada titik embunnya. Titik embun adalah suhu zat ketika mengembun. Menguap dan melebur
adalah peristiwa perubahan wujud yang membutuhkan kalor. Kalor lebur adalah kalor yang
diperlukan oleh satu satuan massa zat padat untuk mencair (melebur) pada titik leburnya. Kalor
beku adalah kalor yang diperlukan oleh satu satuan massa zat cair untuk membeku pada titik
bekunya.
Kalor adalah energi panas zat yang dapat berpindah dari suhu tinggi ke suhu yang rendah
ketika kedua benda bersentuhan. Sedangkan Suhu adalah derajat atau tingkat panas suatu
benda. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor yaitu:
- Massa zat
- Jenis zat (kalor jenis)
- Perubahan suhu
Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun
dilepaskan oleh suatu benda. Jika suatu benda menerima/melepaskan kalor maka suhu benda
itu akan naik/turun atau wujud benda berubah. Kalor menyatakan bentuk energi yang pindah
karena adanya perbedaan suhu.
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau melepaskan
suhu 1 kilogram massa suatu zat sebesar 10C atau 1 Kelvin. Kapasitas kalor suatu benda adalah
benyaknya kalor yang diperlukan zat untuk menaikkan suhu sebesar 10C atau 1 K atau
kemampuan suatu benda untuk menerima atau melepas kalor untuk menaikkan atau
menurunkan suhu benda sebesar 10C atau 1 K.

Q = m.c.ΔT
Keterangan:
Q = jumlah kalor (Joule)
M= massa zat (gram)
ΔT= perubahan suhu (takhir-tawal)
C= kalor jenis

Kita telah membahas pengertian kalor jenis. Selanjutnya kita akan membahas Kapasitas
Kalor. Kapasitas Kalor adalah banyak kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu
benda sebesar 1oC.

Q = C ΔT

Pengaruh kalor terhadap suhu zat, jika suatu zat menyerap kalor , maka suhu akan naik
dan jika suatu suhu zat melepas kalor, maka suhu akan turun.
Asas Black yang berbunyi “kalor yang diterima oleh suatu zat sama dengan kalor yang
dilepas oleh suatu zat”.

Qlepas = Qterima

Perpindahan kalor ada tiga yaitu:


a. Konduksi
Prosedur konduksi dapat diilustrasikan sebagai hasil interaksi yang bersifat molecular didalam
suatu benda padat. Konduksi adalah perpindahan kalor yang tidak disertai dengan perpindahan
partikel penghantarnya. Konduktor adalah zat yang memiliki daya hantar kalor baik.
Contohnya logam. Sedangkan penghantar kalor yang tidak baik adalah isolator contohnya kayu
dan karet. Karet adalah isolator yang baik. Konduksi merupakan perpindahan kalor yang tidak
disertai dengan perpindahan partikel pengantarnya. Laju perpindahan kalor bergantung pada
panjang, luas penampang, jenis bahan dan beda suhu. Semikonduktor adalah sebuah bahan
dengan konduktivitas listrik yang berada di antara isolator dan konduktor. Semikonduktor
disebut juga sebagai bahan setengah penghantar listrik. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai
isolator pada temperatur yang sangat rendah, namun pada temperatur ruangan besifat sebagai
konduktor.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel
zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat.
c. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Contohnya sinar matahari.
Pengaruh Kalor terhadap perubahan wujud zat
Perubahan wujud zat yaitu perubahan termodinamika dari satu fase benda ke keadaan
wujud zat yang lain. Wujud zat sendiri merupakan bentuk-bentuk berbeda yang didapatkan dari
berbagai fase materi berlainan. Perubahan wujud zat dapat terjadi karena peristiwa pelepasan
dan penyerapan kalor. Wujud zat merubah ketika titik tertentu tercapai oleh atam/senyawa zat
tersebut yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu. Semisal air untuk menjadi padat
harus mencapai titik bekunya yaitu 1000 C, dan air menjadi gas harus mencapai titik didihnya
yaitu 1000 C.

Perubahan wujud zat benda sendiri digolongkan menjadi 3 jenis,


1) Melebur dan Membeku
Melebur adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Membeku adalah perubahan
wujud dari cair menjadi padat. Titik lebur adalah suhu pada waktu zat melebur. Kalor yang
dierlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur
atau kalor lebur saja.

Lf = mLf
Keterangan :
Lf = kalor lebur (J/kg atau J kg-1)
m = massa (kg)

2) Menguap dan Mengembun


Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi uap (gas).
Mendidih adalah penguapan yang terjadi di seluruh bagian zat cair dan hanya dapat terjadi
pada titik didih. Semua kalor yang diberikan kepada zat digunakan untuk mengubah wujud
dari cair menjadi uap. Suhu tetap ini disebut itik didih, yang besarnya sangat tergantung pada
tekanan di permukaan zat. Titik didih zat pada tekanan 1 atm disebut titik didih normal. Kalor
yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didih normalnya
dinamakan kalor laten uap atau kalor uap saja. Sedangkan kalor yang dilepaskan untuk
mengubah wujud 1 kg uap menjadi cair pada titik didih normalnya dinamakan kalor laten
embun atau kalor embun saja.

Q = mLv
Keterangan :
Lv = kalor didih (J/kg)
Q = kalor
M = massa (kg)

3) Menyublim dan deposisi


Menyublim adalah perubahan wujud dari padat langsung menjadi gas (tanpa melalui wujud
cair). Sedangkan deposisi adalah kebalikan dari menyublim, yakni perubahan langsung dari
wujud gas ke wujud padat.

Perubahan Fisika
Perubahan fisika adalah perubahan pada zat yang tidak menghasilkan zat jenis baru.
Peristiwa perubahan wujud zat, antara lain : menguap, mengembun, mencair, membeku,
menyublim, mengkristal merupakan perubahan fisika.
Terdapat beberapa ciri- ciri pada perubahan fisika, yaitu:
1. tidak terbentuk zat jenis baru,
2. zat yang berubah dapat kembali ke bentuk semula,
3. hanya diikuti perubahan sifat fisika saja.
Perubahan fisika yang lainnya adalah perubahan bentuk, perubahan ukuran, dan
perubahan warna.
Perubahan kimia
Perubahan kimia adalah perubahan pada zat yang menghasilkan zat jenis baru. Misalnya
pada saat membakar kertas. Setelah kertas tersebut habis terbakar akan terdapat abu yang
diperoleh akibat proses pembakaran. Kertas sebelum dibakar memiliki sifat yang berbeda
dengan kertas sesudah dibakar.
Terdapat beberapa ciri-ciri perubahan kimia suatu zat, yaitu: terbentuk zat jenis baru, zat
yang berubah tidak dapat kembali ke bentuk semula, diikuti oleh perubahan sifat kimia melalui
reaksi kimia.
Sifat kimia merupakan sifat yang dihasilkan dari perubahan kimia, antara lain mudah
terbakar, mudah busuk dan korosif (rusaknya logam karena pengaruh lingkungan)
Selama terjadi perubahan kimia, massa zat sebelum reaksi sama dengan massa zat
sesudah reaksi.
I. Alat dan Bahan :

1. Termometer
2. Pembakar bunsen/ pembakar spirtus
3. Kaki tiga
4. Statis
5. Stopwatch
6. Es batu
7. Lilin
8. Neraca digital
9. Tissue

II. Langkah Kerja :


1. Sususnlah alat-alat tersebut
2. Timbanglah es batu, kemudian masukkan ke dalam gelas. Catat suhu awal es dalam gelas (t0).
3. Nyalakan pembakar bunsen/ pembakar spiritus. Mulailah menghidupkan stopwatch sambil
mengamati perubahan suhu yang terjadi. Catat suhu es setiap 30 secon hingga semua es
melebur menjadi air dengan suhu sekitar 300C. Masukkan data kedalam tabel.
4. Catat suhu pada saat es mencair.
5. Lakukan langkah 2,3,4 dan 5 dengan batu es yang massanya berbeda.
6. Lakukan langkah yang sama dengan menggunakan lilin.

Informasi :
a) Penggunaan pembakar bunsen atau spiritus dengan nyala api yang relatif stabil, bebrarti suplai
energi dianggap konstan. Dengan demikian, makin lama waktu pemanasan diartikan sebagai
makin banyak energi atau kalor yang diberikan pada es batu atau lilin.
b) Jika dalam waktu 1 menit jumlah kalor yang diberikan besarnya Q, maka dalam waktu 2 menit,
3 menit, dan seterusnya banyaknya kalor yang menjadi 2Q, 3Q, dan seterusnya.

III. Data Percobaan :


IV. Pembahasan :
Kami mengisi bejana kaca dengan bongkahan es yang telah dihancurkan kemudian
bejana tersebut dipanaskan dengan nyala api dari Bunsen. Setelah itu diamati setiap perubahan
suhu pada bongkahan es dalam bejana kaca tersebut, dan hasil pengamatan tertuang pada
bagian Data Percobaan diatas.
Berdasarkan percobaan yang kami lakukan, es batu yang mula-mula padat, setelah
dipanasakan dengan nyala api dari bunsen, ternyata es tersebut mencair. Kalor sangat
berpengaruh pada perubahan suatu zat, dalam hal ini yaitu zat padat menjadi cair. Perubahan
wujud es menjadi cair disebabkan karena pemanasan. Hal ini terjadi es menyerap panas maka
suhunya naik hingga terjadi proses peleburan dari padat ke cair.
Suhu es batu yang mula-mula rendah pada percobaan pertama yaitu, 13,19oC, akan
terus naik naik pada percobaan kedua dan seterunya. Hingga pada percobaan terakhir, yaitu
percobaan ke sepuluh suhu es mencapai 28,26oC. Dalam suhu tersebut kondisi es batu sudah
mencair. Es batu mencair karena pengaruh dari kalor, yaitu api dari pembakar bunsen. Besar
kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor yaitu: massa zat,
jenis zat (jika rungan yang lebih besar itu kan menyebabkan air mendidih sedangkan ruangan
atau tempat yang kalor jenis), dan perubahan suhu
Suhu air yang tadinya panas sekarang menjadi dingin dan suhu air yang tadinya dingin
menjadi lebih panas hal ini menunjukkan bahwa air panas melepaskan kalor dan air dingin
menerima kalor dari air panas untuk menaikkan suhunya. Tidak hanya zat cai yang dapat
menerima dan melepas kalor. Benda-benda yang besuhu lebih tinggi dari lingkungannya akan
cenderung melepas kalor, demikian juga sebaliknya benda-benda yang bersuhu lebih rendah
dari lingkungannya akan cenderung menerima kalor untuk menstabilkan kondisinya dengan
lingkungannya.

V. Kesimpulan :

Dari percobaan dan hasil pengamatan yang kami lakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1) Kalor adalah suatu bentuk energi yang dipindahkan melalui perbedaan suhu. Suhu adalah
ukuran dari panas suatu zat. air jika rebus akan lebih cepat mendidih dipengaruhi oleh
ukuran, ruangan. Dalam merebus air ada perubahan wujud zat yaitu menguap.
2) Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda
Pengertian kalor berbeda dengan pengertian suhu. Suhu adalah derajat panas atau
dinginnya suatu benda, sedangkan kalor adalah energi yang dipindahkandari suatu benda ke
benda lainnya kerena perbedaan suhu/temperatur. Jika sebuah benda dipanaskan, maka
suhu/temperatur benda akan naik, sebaliknya jika benda didinginkan,maka suhu/temperaturnya
akan turun.
3) Pengaruh Kalor terhadap Wujud Zat
Kalor yang diserap suatu zat tidak selalu menyebabkan kenaikan suhu/temperatur zat tersebut.
Kadangkala kalor yang diserap oleh suatu zat dapat mengubah wujud zat tersebut tanpa
menaikkan suhunya, contoh es yang dipanaskan lama kelamaan akan menjadi air, sebaliknya
air yang didinginkan, lama kelamaan akan menjadi es. Zat dapat berada dalam tiga wujud, yaitu
padat, cair, dan gas. Pada saat terjadi perubahan wujud, misalnya dari padat menjadi cair atau
dari cair menjadi gas, selalu disertai dengan pelepasan atau penyerapan kalor. Akan tetapi
perubahan wujud tidak disertai dengan perubahan suhu. Suatu zat apabila diberi kalor terus-
menerus dan mencapai suhu maksimum, maka zat akan mengalami perubahan wujud. Peristiwa
ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-menerus dan mencapai suhu
minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat digunakan untuk mengubah suhu zat, juga
dapat digunakan untuk mengubah wujud zat. Perubahan wujud suatu zat akibat pengaruh kalor
dapat digambarkan dalam skema berikut.
a) Padat ke gas disebut menyublim. Perubahan wujud zat padat menjadi gas yang menyerap kalor
sedangkan perubahan gas menjadi padat melepas kalor.
b) Gas ke padat disebut mengkristal.
c) Gas ke cair disebut mengembun. Air yang berubah menjadi uap dapat dikembalikan menjadi
wujud air.
d) Cair ke gas disebut menguap, penguapan dapat dipercepat dengan Pemanasan, Memperluas
permukaan zat cair, Mengalirkan udara diatas permukaan zat cair, dan Memperkecil tekanan
udara diatas permukaan zat cair.
e) Cair ke padat disebut membeku. Es yang telah mencair membeku lagi.
f) Padat ke cair disebut mencair. Jika suatu zat padat diberikalor atau panas maka akan mencair
dengan suhu tertentu.

4) Kalor dapat menaikkan atau menurunkan suhu.Semakin besar kenaikan suhu maka kalor
yang diterima semakin banyak. Semakin kecil kenaikan suhu maka kalor yang
diterima semakin sedikit. Maka hubungan kalor (Q) berbanding lurus atau sebandingdengan
kenaikan suhu (∆ T) jika massa (m) dan kalor jenis zat (c) tetap. Semakin besar massa zat
(m) maka kalor (Q) yang diterima semakin banyak. Semakin kecil massa zat (m) maka kalor
(Q) yang diterima semakin sedikit. Maka hubungan kalor (Q) berbanding lurus atau
sebanding dengan massa zat (m) jika kenaikan suhu (∆ T) dan kalor jenis zat (c) tetap.
Semakin besar kalor jenis zat (c) maka kalor (Q) yang diterima semakin banyak. Semakin
kecil kalor jenis zat (c) maka kalor (Q) yang diterima semakin sedikit. Maka hubungan kalor
(Q) berbanding lurus atau sebanding dengan kalor jenis zat (c) jika kenaikan suhu (∆ T) dan
massa zat (m) tetap.

VI. Pertanyaan :
1. Berdasarkan hasil percobaan data ketiga tabel, kecenderungan atau pola apa yang dihasilkan?
2. Bagaimana pengaruh kalor pada saat tidak terjadi perubahan wujud?
3. Bagaimana pengaruh kalor pada saat terjadi perubahan wujud?
4. Selain perubahan suhu benda, adakah faktor lain yang mempengaruhi kalor yang diperlukan?
Sebutkan!

Jawaban Pertanyaan:
1. Pola yang dihasilkan adalah semakin lama es batu dipanaskan maka suhunya akan semakin
naik. Es batu akan berubah wujud mencadi cair (mencair).
2) Kalor yang diserap suatu zat tidak selalu menyebabkan kenaikan suhu/temperatur zat tersebut.
Kadangkala kalor yang diserap oleh suatu zat dapat mengubah wujud zat tersebut tanpa
menaikkan suhunya, contoh es yang dipanaskan lama kelamaan akan menjadi air, sebaliknya
air yang didinginkan, lama kelamaan akan menjadi es.
3) Suatu zat apabila diberi kalor terus-menerus dan mencapai suhu maksimum, maka zat akan
mengalami perubahan wujud. Peristiwa ini juga berlaku jika suatu zat melepaskan kalor terus-
menerus dan mencapai suhu minimumnya. Oleh karena itu, selain kalor dapat digunakan untuk
mengubah suhu zat, juga dapat digunakan untuk mengubah wujud zat.
4) 1) Massa.
Dua Zat yg memiliki kalor jenis sama, ketika dipanaskan, apabila massanya berbeda, maka zat
bermassa lebih ringan suhunya akan lebih cepat naik
2) Kalor jenis.
Inilah yang paling penting. Benda yang memiliki kalor jenis kecil memerlukan kalor yang lebih
sedikit untuk menaikkan suhunya dibandingkan benda dengan kalor jenis besar

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Syamsul. 1994. Buku Pintar Kamus IPA. Surabaya: Appolo.
Purwanti, Endang. 2008. Fisika Untuk SMA Kelas X Semester 2. Klaten: PT Intan Pariwara.
Zulfiani. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: DEPAG.
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika Untuk SMA /MA Kelas X. Jakarta:Erlangga
Diposting oleh Charisma Bella Kisara di 1:08:00 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai