Yunan Maulana (150420050) Republik Nauru
Yunan Maulana (150420050) Republik Nauru
Yunan Maulana (150420050) Republik Nauru
Republik Nauru atau sebelumnya dikenal dengan nama Pleasant Island yang
diberikan oleh pemburu paul asal Inggris yaitu adalah negara berbentuk republik
terkecil di dunia. Negara ini memiliki 12 suku tradisional yang dipresentasikan dalam
bendera republik nauru dalam bentuk gambar 12 bintang. Negara ini tidak memiliki
ibukota resmi. Nauru terkenal dengan hasil produksi fosfatnya yang telah ditambang
oleh gabungan perusahaan asing sejak 90 tahun terakhir. Tetangga terdekat Nauru
adalah Kepulauan Banaba, Kiribati. Dengan 9.378 penduduk, Nauru adalah negara
dengan penduduk paling sedikit kedua setelah Vatikan.
Awalnya Nauru dihuni oleh suku Mikronesia dan Polinesia. Pada akhir abad
ke-19, Nauru dianeksasi oleh Kekaisaran Jerman, dan setelah Perang Dunia I Nauru
menjadi mandat Liga Bangsa-Bangsa yang dikelola oleh Australia, Selandia Baru,
dan Britania Raya. Selama Perang Dunia II. Nauru dijajah oleh Jepang. Ketika perang
berakhir, Nauru kembali menjadi amanat (trusteeship). Nauru mendeklarasikan
kemerdekaannya pada tahun 1968.
Sepanjang awal abad ke 20, Nauru menjadi "negara rente". Nauru adalah
pulau fosfat, dengan cadangan yang dekat dengan permukaan, sehingga
pertambangan mudah dilangsungkan. Pulau ini adalah eksportir utama fosfat sejak
1907, saat Pacific Phosphate Company memulai pertambangan disana, hingga
formasi British Phosphate Commission pada 1919, dan berlanjut hingga setelah
kemerdekaan Nauru. Pertambangan memberi Nauru kontrol penuh terhadap mineral
di bawah Nauru Phosphate Corporation, hingga fosfat habis pada era 1980-an. Nauru,
untuk periode waktu yang singkat, menikmati pendapatan perkapita tertinggi
dibandingkan dengan negara berdaulat lain di dunia pada akhir 1960-an dan awal
1970-an.
Ketika fosfat mulai meninggalkan pulau ini, dan lingkungan telah rusak oleh
pertambangan, perserikatan (trust) yang didirikan untuk mengelola cadangan fosfat
merugi. Untuk mengumpulkan keuntungan, pemerintah mengeluarkan kebijakan
tidak biasa. Pada tahun 1990-an, Nauru menjadi surga pajak dan pusat dari praktik
pencucian uang. Sejak 2001 hingga 2008, Nauru mendapat bantuan dari pemerintah
Australia, sementara Australia mendapat hak untuk mendirikan pusat penahanan bagi
orang-orang yang mencoba untuk memasuki Australia tidak sesuai aturan di Nauru.
Sejak Desember 2005 hingga September 2006, Nauru menjadi terisolasi dari
dunia luar, karena Air Nauru yang sebelumnya menjadi satu-satunya maskapai
penerbangan yang melayani penerbangan ke Nauru, memutuskan untuk berhenti
beroperasi. Satu-satunya jalan keluar dari Nauru adalah kapal laut. Maskapai
penerbangan tersebut akhirnya kembali dapat beroperasi dengan nama Our Airline di
bawah bantuan dana dari Republik Tiongkok. Nauru hanya memiliki sebuah bandar
udara, Bandar Udara Internasional Nauru.
Pulau kecil itu terletak sejajar di ujung timur Pulau Papua, antara Hawai (AS)
dan Australia. Persisnya di tengah Samudera Pasifik. Termasuk bagian gugus
Kepulauan Micronesia, salah satu dari tiga kelompok pulau di jajaran Kepulauan
Pasifik. Namanya Nauru. Sebuah negara yang terdiri dari satu pulau seluas 21
kilometer persegi. Dengan fasilitas satu akses jalan raya beraspal yang mengelilingi
pulau, satu jalur kereta api, 2 rumah sakit pemerintah, 11 klinik, satu kantor pos, 1
pasar, 1 hotel, 1 pelabuhan, 1 bandara, 2 restoran, 5 sekolah playgrup, 1 sekolah
dasar, 1 sekolah lanjutan, 1 sekolah misi Katolik Roma, dan 1 sekolah tinggi
keguruan.
Negara pulau yang juga berjuluk “Happy Island” ini berbentuk republik dengan
presiden sebagai kepala negara. Sistem ketatanegraanya sederhana dengan satu pusat
pemerintahan.
ETIMOLOGI
Nama "Nauru" kemungkinan berasal dari bahasa Nauru, Anáoero, yang
berarti "saya pergi ke pantai". Pendatang asal Jerman menyebut pulau ini Nawodo
atau Onawero.
SEJARAH
Kapten Inggris John Fearn, seorang pemburu paus, menjadi orang Barat
pertama yang mengunjungi Nauru pada tahun 1798, menyebutnya "Pulau yang
Menyenangkan". Dari sekitar tahun 1830, Nauruan melakukan kontak dengan orang-
orang Eropa dari kapal penangkapan ikan paus dan pedagang yang mengisi
persediaan mereka (terutama air tawar) di Nauru.
Sekitar waktu ini, desertir kapal-kapal Eropa mulai tinggal di pulau ini.
Penduduk pulau itu menjual makanan untuk anggur aren dan senjata api. Senjata api
digunakan selama Perang Nauruan 10 tahun yang dimulai pada tahun 1878. Setelah
kesepakatan dengan Inggris Raya , Nauru dianeksasi oleh Jerman pada tahun 1888
dan dimasukkan ke dalam Protektorat Kepulauan Marshall di Jerman untuk tujuan
administratif. Kedatangan orang-orang Jerman mengakhiri perang sipil, dan raja-raja
didirikan sebagai penguasa pulau ini. Yang paling dikenal luas adalah Raja Auweyida
. Misionaris Kristen dari Kepulauan Gilbert tiba pada tahun 1888. Pemukim Jerman
menyebut pulau Nawodo atau Onawero. Orang-orang Jerman memerintah Nauru
selama hampir tiga dekade. Robert Rasch, seorang pedagang Jerman yang menikahi
wanita Nauruan, adalah administrator pertama, diangkat pada tahun 1890.
Fosfat ditemukan di Nauru pada tahun 1900 oleh prospektif Albert Fuller
Ellis. Perusahaan Fosfat Pasifik mulai mengeksploitasi cadangan pada tahun 1906
dengan kesepakatan dengan Jerman, mengekspor kiriman pertamanya pada tahun
1907. Pada tahun 1914, setelah pecahnya Perang Dunia I, Nauru ditangkap oleh
tentara Australia. Pada tahun 1919 disepakati oleh Sekutu dan Associated Powers
bahwa Yang Mulia Kerajaan harus menjadi otoritas administrasi berdasarkan mandat
Liga Bangsa-Bangsa. Perjanjian Pulau Nauru yang dibuat pada tahun 1919 antara
pemerintah Inggris Raya, Australia dan Selandia Baru mengatur administrasi pulau
tersebut dan untuk pekerjaan deposit fosfat oleh Komisi Fosfat Inggris antar
pemerintah (BPC). Istilah Mandat Liga Bangsa-Bangsa disusun pada tahun 1920.
Pulau ini mengalami wabah influenza pada tahun 1920, dengan tingkat
kematian 18% di antara penduduk asli Nauruan. Pada tahun 1923, Liga Bangsa-
Bangsa memberi Australia mandat wali amanat atas Nauru, dengan Kerajaan Inggris
dan Selandia Baru sebagai wali amanat. Pada tanggal 6 dan 7 Desember 1940, kapal
penjelajah pembantu Jerman Komet dan Orion menenggelamkan lima kapal pasokan
di sekitar Nauru. Komet kemudian menembaki daerah pertambangan fosfat Nauru,
gudang penyimpanan minyak, dan kantilever shiploading.
Nauru menjadi pemerintahan sendiri pada bulan Januari 1966, dan setelah
konvensi konstitusional dua tahun, kemerdekaan menjadi independen pada tahun
1968 di bawah presiden pendiri Hammer DeRoburt. Pada tahun 1967, orang-orang
Nauru membeli aset dari British Phosphate Commissioner, dan pada bulan Juni 1970,
kontrol tersebut diberikan kepada Nauru Phosphate Corporation milik negara.
Pendapatan dari tambang memberi Nauruan salah satu standar hidup tertinggi di
Pasifik. Pada tahun 1989, Nauru mengambil tindakan hukum terhadap Australia di
Pengadilan Internasional mengenai pengelolaan pulau di Australia, khususnya
kegagalan Australia untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
penambangan fosfat. Lahan Fosfat Tertentu: Nauru v. Australia mengarah ke
penyelesaian di luar pengadilan untuk merehabilitasi daerah-daerah yang ditambang
di Nauru.
POLITIK
Sebanyak 18 anggota parlemen terpilih pada tahun 2004. Parlemen ini
kemudian bertugas memilih presiden yang menjabat sebagai kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan. Dalam sistem multipartai, secara informal terdapat dua partai di
Nauru, yaitu Partai Demokratik (Democratic Party) dan Partai Nauru (Nauru Party).
Pada tahun 1999 dan 2003, terjadi peristiwa yang menyimpang dari aturan
mekanisme pengambilan suara yang intinya memilih René Harris dan Bernard
Dowiyogo sebagai pimpinan negara alternatif. Adapun Dowiyogo meninggal saat
menjabat pada tanggal 10 Maret 2003 di Washington D.C. setelah menjalani operasi
jantung. Ludwig Scotty yang terpilih sebagai presiden pada tanggal 29 Mei 2003
untuk melanjutkan tugas presiden sebelumnya hampir saja gagal memenangkan
pemilu yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2003 apabila Harris tidak
memberikan dukungannya.
GEOGRAFI
Nauru adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Samudra Pasifik bagian
selatan, 42 kilometer bawah garis khatulistiwa dan di sebelah selatan Kepulauan
Marshall. Jarak dari Pulau Papua ke Nauru kira-kira sebanding dengan jarak dari
Pulau Papua ke Pulau Jawa. Pulau Nauru dikelilingi oleh terumbu karang yang dapat
dilihat saat surut. Terumbu karang menjadi pembatas pantai berpasir dan perairan
dalam. Adanya terumbu karang menghalangi pembangunan pelabuhan, walaupun 16
saluran di karang membolehkan kapal kecil untuk dapat mengakses pulau. Jalur
pesisir sepanjang 150 hingga 300 meter yang subur terletak di pedalaman dari pantai.
Tebing koral mengelilingi plato di tengah Nauru, dikenal dengan nama "Topside".
Titik tertinggi koral tersebut, Command Ridge, berada di ketinggian 71 meter di atas
permukaan laut. Satu-satunya wilayah subur di Nauru adalah sabuk pesisir sempit, di
mana kelapa tumbuh berkembang. Wilayah di sekitar Laguna Buada cocok untuk
pertumbuhan pisang, nanas, pandan, dan tanaman tradisional berkayu keras, seperti
kedondong laut. Populasi Nauru terkonsentrasi di sabuk pesisir dan di sekitar Laguna
Buada.
Nauru sempat menjadi satu dari tiga pulau karang fosfat utama di Samudera
Pasifik (lainnya adalah Banaba di Kiribati dan Makatea di Polinesia Perancis).
Namun, cadangan fosfat di Nauru dihabiskan untuk pelbagai kebutuhan.
Pertambangan fosfat di plato tengah meninggalkan daerah tandus dari batu kapur
bergerigi yang tingginya bisa mencapai 15 meter. Pertambangan yang belangsung
selama seabad telah merusak kurang lebih 80% wilayah negara. Pertambangan juga
telah memengaruhi Zona Ekonomi Eksklusif, karena sekitar 40% kehidupan laut telah
tebunuh oleh limpasan lumpur dan fosfat.
Nauru adalah negara terkecil ketiga setelah Vatikan dan Maroco. Memiliki 10
daerah komunitas (semacam kompleks konsentrasi penduduk), dan tak memiliki
ibukota negara kecuali kompleks yang disebut Goverment Centre (bangunan pusat
pemerintahan/eksekutif) dan House of State (semacam gedung parlemen/legislatif) di
bagian Selatan pulau.
Nauru merupakan sebuah pulau berbentuk oval yang dililit sabuk karang
melingkar di dekat pantainya. Dengan tepi pulau yang cenderung terjal bertebing
rata-rata 30 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sementara topografinya berupa
plato (dataran luas) sampai setinggi 61 mdpl.
IKLIM
Iklim Nauru panas dan sangat lembab sepanjang tahun karena kedekatannya
dengan khatulistiwa dan lautan. Nauru terkena hujan monsun antara bulan November
dan Februari, namun biasanya tidak mengalami siklon. Curah hujan tahunan sangat
bervariasi dan dipengaruhi oleh El Niño-Southern Oscillation , dengan beberapa
kekeringan yang tercatat secara signifikan. Suhu di Nauru berkisar antara 26 dan 35 °
C (79 dan 95 ° F) pada siang hari dan antara 22 dan 34 ° C (72 dan 93 ° F) pada
malam hari.
Nauru tidak memiliki angkatan bersenjata, meski ada sebuah kepolisian kecil
di bawah kontrol sipil. Australia bertanggung jawab atas pembelaan Nauru
berdasarkan kesepakatan informal antara kedua negara. Memorandum of
Understanding antara Australia dan Nauru pada bulan September 2005 memberi
bantuan keuangan dan bantuan teknis terakhir, termasuk Sekretaris Keuangan untuk
mempersiapkan anggaran, dan penasihat kesehatan dan pendidikan. Bantuan ini
merupakan imbalan atas pelestarian pencari suaka Nauru sementara aplikasi mereka
untuk masuk ke Australia diproses. Nauru menggunakan dolar Australia sebagai mata
uang resminya.
Pada tahun 2008, Nauru mengenali Kosovo sebagai negara merdeka, dan pada
tahun 2009 Nauru menjadi negara keempat, setelah Rusia, Nikaragua, dan Venezuela,
untuk mengenali Abkhazia , wilayah yang memisahkan diri dari Georgia . Rusia
dilaporkan memberi Nauru $ 50 juta bantuan kemanusiaan sebagai hasil pengakuan
ini. Pada tanggal 15 Juli 2008, pemerintah Nauruan mengumumkan sebuah program
pemugaran pelabuhan, yang dibiayai dengan bantuan pembangunan sebesar US $ 9
juta yang diterima dari Rusia. Pemerintah Nauru mengklaim bahwa bantuan ini tidak
terkait dengan pengakuan Abkhazia dan Ossetia Selatan.
Sebagian besar pendapatan Nauru telah dalam bentuk bantuan dari Australia.
Pada tahun 2001, MV Tampa , sebuah kapal Norwegia yang telah menyelamatkan
438 pengungsi dari sebuah kapal sepanjang 20 meter yang terdampar, berusaha untuk
berlabuh di Australia. Dalam apa yang dikenal sebagai urusan Tampa , kapal tersebut
menolak masuk dan naik oleh tentara Australia. Para pengungsi tersebut akhirnya
dimasukkan ke kapal Angkatan Laut Australia HMAS Manoora dan dibawa ke Nauru
untuk ditahan di fasilitas penahanan yang kemudian menjadi bagian dari Solusi
Pasifik Howard pemerintah. Nauru mengoperasikan dua pusat penahanan yang
dikenal sebagai State House and Topside untuk pengungsi ini dengan imbalan
bantuan Australia. Pada bulan November 2005, hanya dua pengungsi, Mohammed
Sagar dan Muhammad Faisal, tetap di Nauru dari yang pertama dikirim ke sana pada
tahun 2001, dengan Sagar akhirnya bermukim di awal tahun 2007. Pemerintah
Australia mengirim lebih jauh kelompok pencari suaka untuk Nauru pada akhir tahun
2006 dan awal 2007. Pusat pengungsian ditutup pada tahun 2008, namun, setelah
adopsi Pasifik oleh Pemerintah Australia di bulan Agustus 2012, perusahaan tersebut
telah membukanya kembali. Amnesty International telah menggambarkan kondisi
para pengungsi perang yang tinggal di Nauru, sebagai "ngeri".
Karena salah urus, aset tetap dan lancar Trust berkurang dan mungkin tidak
akan pernah pulih sepenuhnya. Investasi yang gagal termasuk membiayai Leonardo
the Musical pada tahun 1993. Hotel Mercure di Sydney dan Nauru House in
Melbourne terjual pada tahun 2004 untuk membiayai hutang dan Boeing 737 milik
Air Nauru hanya diambil alih pada bulan Desember 2005. Udara normal Layanan
dilanjutkan setelah pesawat diganti dengan pesawat Boeing 737-300 pada bulan Juni
2006. Pada tahun 2005, perusahaan menjual aset properti di Melbourne, situs Tavern
Tavern yang kosong, dengan harga $ 7,5 juta.
Nilai Trust diperkirakan telah menyusut dari A $ 1,3 miliar pada tahun 1991
menjadi $ 138 juta pada tahun 2002. Nauru saat ini kekurangan uang untuk
menjalankan banyak fungsi dasar pemerintahan; Misalnya, Bank Nasional Nauru
bangkrut. CIA World Factbook memperkirakan PDB per kapita sebesar $ 5.000 pada
tahun 2005. Laporan ekonomi Asian Development Bank 2007 tentang Nauru
memperkirakan PDB per kapita pada $ 2.400 sampai $ 2.715. Perserikatan Bangsa-
Bangsa (2013) memperkirakan PDB per kapita menjadi 15.211 dan menempatkannya
dalam daftar negara PDB per kapita.
Puncak batu kapur tetap terjadi setelah penambangan fosfat di lokasi salah
satu tambang sekunder Nauru. Pada 1990-an, Nauru menjadi surga pajak dan
menawarkan paspor kepada warga negara asing dengan biaya tertentu. Satuan Tugas
Aksi Keuangan Antar Pemerintah untuk Tindakan Pencucian Uang (FATF)
mengidentifikasi Nauru sebagai satu dari 15 negara " non-kooperatif " dalam perang
melawan pencucian uang . Selama tahun 1990an, adalah mungkin untuk mendirikan
bank berlisensi di Nauru dengan hanya $ 25.000 tanpa persyaratan lain. Di bawah
tekanan dari FATF, Nauru memperkenalkan undang-undang anti-penghindaran pada
tahun 2003, setelah itu uang panas luar negeri meninggalkan negara tersebut. Pada
bulan Oktober 2005, setelah hasil yang memuaskan dari undang-undang dan
penegakannya, FATF mengangkat penunjukan non-kooperatif tersebut.
Dari tahun 2001 sampai 2007, pusat penahanan Nauru menyediakan sumber
pendapatan yang signifikan bagi negara tersebut. Pihak berwenang Nauruan bereaksi
dengan kekhawatiran penutupannya oleh Australia. Pada bulan Februari 2008,
Menteri Luar Negeri, Dr Kieren Keke , menyatakan bahwa penutupan tersebut akan
mengakibatkan 100 orang Nauruan kehilangan pekerjaan mereka, dan akan
mempengaruhi 10 persen populasi pulau tersebut secara langsung atau tidak
langsung: "Kami memiliki sejumlah besar Keluarga yang tiba-tiba akan tanpa
penghasilan apapun Kami mencari cara untuk bisa mencoba dan memberikan
beberapa bantuan kesejahteraan tapi kapasitas kita untuk melakukan itu sangat
terbatas Secara harfiah kita mengalami krisis pengangguran besar di depan kita."
Pusat penahanan dibuka kembali pada bulan Agustus 2012.
POPULASI
Demografi
Nauru memiliki 9.591 penduduk pada Juli 2016, menjadikannya satu-satunya
negara berdaulat selain Kota Vatikan dengan populasi kurang dari 10.000 orang.
Populasi sebelumnya lebih besar, namun pada tahun 2006 1.500 orang meninggalkan
pulau tersebut selama pemulangan pekerja imigran dari Kiribati dan Tuvalu.
Repatriasi dimotivasi oleh pengurangan skala besar-in-force dalam industri
pertambangan fosfat. Ini adalah negara berpenduduk paling rendah di Oceania.
Kelompok etnis
58% orang di Nauru secara etnis Nauruan, 26% adalah Kepulauan Pasifik lainnya,
8% adalah orang Eropa, dan 8% adalah orang Cina Han. Nauruan berasal dari pelaut
Polinesia dan Mikronesia. Dua dari 12 kelompok suku asli telah punah di abad ke-20.
Bahasa
Bahasa resmi Nauru adalah Nauruan, bahasa pulau Pasifik yang berbeda, yang
diucapkan oleh 96% etnis Nauruan di rumah. Bahasa Inggris digunakan secara luas
dan bahasa pemerintah dan perdagangan, karena Nauruan tidak umum di luar negeri.
Agama
Agama utama yang dipraktikkan di pulau ini adalah agama Kristen (dua per tiga
Protestan, sepertiga Katolik Roma). Konstitusi mengatur kebebasan beragama.
Pemerintah telah membatasi praktik keagamaan Gereja Yesus Kristus dari Orang
Suci Zaman Akhir dan Saksi - Saksi Yehuwa , yang sebagian besar adalah pekerja
asing yang dipekerjakan oleh Nauru Fosfat Corporation milik pemerintah. Orang-
orang Katolik dilayani secara pastoral oleh Keuskupan Katolik Tarawa dan Nauru,
dengan melihat Tarawa di Kiribati.
BUDAYA
Hari Angam, yang diadakan pada tanggal 26 Oktober, merayakan pemulihan
populasi Nauruan setelah dua Perang Dunia dan wabah influenza 1920. Perpindahan
budaya pribumi oleh pengaruh kolonial dan kontemporer Barat sangat signifikan.
Sedikit dari kebiasaan lama telah dipelihara, namun beberapa bentuk musik
tradisional, seni dan kerajinan tangan, dan penangkapan ikan masih dipraktekkan.
Media
Tidak ada publikasi berita harian di Nauru, meskipun ada satu publikasi dua
mingguan, Mwinen Ko. Ada stasiun televisi milik negara, Nauru Television (NTV),
yang menyiarkan program dari Selandia Baru dan Australia, dan sebuah stasiun radio
non-komersial milik negara, Radio Nauru, yang membawa program dari Radio
Australia dan BBC.
Olahraga
Aturan sepak bola Australia, dimainkan di Linkbelt Oval. Aturan sepak bola
Australia adalah olahraga paling populer di Nauru - dan pengangkatan bobot badan
dianggap sebagai olahraga nasional negara ini. Ada liga sepak bola dengan delapan
tim. Olahraga lainnya yang populer di Nauru meliputi bola voli, bola netball,
memancing dan tenis. Nauru berpartisipasi dalam Commonwealth Games dan
Summer Olympic Games.
Popularitas seveen Rugby telah meningkat dalam dua tahun terakhir, begitu
banyak mereka memiliki tim nasional ( Nauru tim rugby union nasional (tujuh) ).
Liburan
Hari Kemerdekaan dirayakan pada tanggal 31 Januari.
PELAYANAN PUBLIK
Pendidikan
Melek huruf di Nauru adalah 96 persen. Pendidikan diwajibkan untuk anak-anak
berusia enam sampai enam belas tahun, dan dua tahun tidak wajib ditawarkan (tahun
11 dan 12). Ada kampus Universitas Pasifik Selatan di Nauru. Sebelum kampus ini
dibangun pada tahun 1987, siswa akan belajar baik dengan jarak maupun di luar
negeri. Sejak 2011, University of New England, Australia telah memiliki kehadiran di
pulau ini dengan sekitar 30 guru Nauruan belajar untuk mendapatkan gelar associate
dalam pendidikan. Siswa-siswa ini akan melanjutkan studi untuk menyelesaikan
studinya. Proyek ini dipimpin oleh Associate Professor Pep Serow dan didanai oleh
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.
Kesehatan
Warga Nauruan berjalan di sekitar Bandara Internasional Nauru. Nauruan adalah
orang yang paling gemuk di dunia. Harapan hidup di Nauru pada tahun 2009 adalah
60,6 tahun untuk pria dan 68,0 tahun untuk wanita. Dengan ukuran indeks massa
tubuh rata-rata (BMI) Nauruan adalah orang yang paling kelebihan berat badan di
dunia; 97% pria dan 93% wanita kelebihan berat badan atau obesitas. Pada tahun
2012 tingkat obesitas adalah 71,7%.
Nauru memiliki tingkat diabetes tipe 2 tertinggi di dunia, dengan lebih dari 40%
populasi terkena dampak. Masalah diet penting lainnya yang terkait dengan Nauru
meliputi penyakit ginjal dan penyakit jantung.
DI AMBANG KEBANGKRUTAN
Kekayaan yang melimpah tak selamanya memberikan jaminan kemakmuran.
Mabuk kepayang dalam kemewahan bisa berubah menjadi bencana. Inilah yang
terjadi dalam perjalanan negara Republik Nauru. Nauru pernah dikenal sebagai satu
dari negara terkaya di dunia. Dengan karunia kandungan alam yang melimpah dan
menjadi sentra tambang fosfat utama dunia. Dalam pasar ekspor dan ekonomi
industri, Nauru dijuluki “Negara Fosfat”. Ini karena 70% kandungan tanah di Pulau
Nauru terdiri dari endapan kotoran burung yang menjadi fosfat.
Ya, Nauru kini berbeda dengan Nauru di masa empat puluhan tahun yang lalu.
Negara pulau itu kini sudah di ambang kebangkrutan. Bahkan perusahaan perkapalan
dan penerbangannya sudah nyaris tutup. Yang tersisa hanya sedikit kapal kecil dan
satu pesawat terbang kenegaraan. Padahal sebelumnya Nauru punya sejumlah armada
kapal mewah dan beberapa pesawat terbang komersil. Namun semua aset itu sudah
dijual.
Gambaran itu sungguh menjadi ironi. Betapa Nauru yang dulu dikenal kaya
raya kini sudah terpuruk dan sekarat. Karena itu pemerintah Nauru saat ini berupaya
keras untuk mencari solusi untuk menyelamatkan kebangkrutan negaranya. Sungguh
ironis!
KINERJA EKONOMI
Pada tahun-tahun setelah kemerdekaan pada tahun 1968, Nauru memiliki
PDB per kapita tertinggi di dunia karena deposit fosfatnya yang kaya. Untuk
mengantisipasi kekurangan deposit fosfatnya, sejumlah besar pendapatan dari fosfat
diinvestasikan dalam dana perwalian yang bertujuan untuk membantu transisi dan
memberi masa depan ekonomi Nauru. Namun, karena belanja yang berat dari dana
perwalian, termasuk beberapa kegiatan investasi asing yang boros, pemerintah kini
menghadapi kebangkrutan virtual. Untuk memangkas biaya, pemerintah meminta
pembekuan upah, pengurangan departemen layanan publik yang dikelola oleh banyak
orang, privatisasi sejumlah lembaga pemerintah, dan penutupan beberapa konsulat
luar negeri Nauru. Ketidakpastian ekonomi akibat kesalahan manajemen keuangan
dan korupsi, yang dikombinasikan dengan kekurangan barang dasar, telah
mengakibatkan beberapa kerusuhan domestik. Pada tahun 2004 Nauru menghadapi
kekacauan di tengah perselisihan politik dan runtuhnya sistem telekomunikasi pulau
itu. Apalagi, kemerosotan perumahan dan rumah sakit terus berlanjut. Ini memiliki 14
distrik: Aiwo, Anabar, Anetan, Anibare, Baiti, Boe, Buada, Denigomodu, Ewa, Ijuw,
Meneng, Nibok, Uaboe, dan Yaren.
NERACA PEMBAYARAN
Fosfat adalah satu-satunya produk ekspor Nauru, walaupun pemerintah juga
menerima pendapatan devisa yang cukup signifikan dari perizinan tempat
penangkapan ikan cakalang cakalang yang kaya ke kapal penangkap ikan asing, yang
menghasilkan rata-rata tahunan dari 50.000 ton tuna tangkap Nauru yang berada di
luar negeri. Pada tahun 2004 pendapatan dari ekspor fosfat adalah US $ 640.000,
dengan Australia, Selandia Baru dan Jepang berfungsi sebagai pasar ekspor utama
negara tersebut. Pada tahun yang sama, anggaran pemerintah Nauru menunjukkan
bahwa pendapatan dari lisensi kapal penangkap ikan asing adalah lebih dari US $
3.000.000.
Nauru perlu mengimpor hampir semua barang dasar dan barang modal,
termasuk makanan, air, bahan bakar, dan barang-barang manufaktur, dengan
Australia dan Selandia Baru sebagai sumber impor utamanya. Pada tahun 2004,
impor Nauru mencapai sekitar US $ 19,8 juta.
Nauru telah menjadi ekonomi tunai sejak setidaknya tahun 2004, setelah Bank
of Nauru dan Republik Nauru Finance Corporation bangkrut dan berhenti beroperasi
pada awal tahun 2000an dan lisensi semua bank di luar negeri dicabut oleh
pemerintah Nauru pada tahun 2004. Nauru menggunakan dolar Australia untuk mata
uangnya. Lembaga pemasokan tidak ada di pulau ini, dan simpanan masyarakat wajib
diadakan dalam bentuk uang tunai, dan semua transaksi dilakukan dengan
menggunakan uang tunai. Pemerintah diwajibkan untuk secara berkala terbang dalam
mata uang Australia untuk menjaga likuiditas.
PERPAJAKAN
Pada tanggal 1 Oktober 2014, pajak penghasilan diberlakukan di Nauru untuk
pertama kalinya, dengan berpenghasilan tinggi yang membayar tarif tetap sebesar
10%. Belanja pemerintah pada 2015 diperkirakan berada di bawah US $ 92 juta.
Pajak termasuk pajak keberangkatan bandara dan pajak tempat tidur di Meneñ Hotel.
Anggaran 2007-08 melihat kenaikan cukai yang ada pada rokok dan bea impor. Pajak
atas makanan bergula juga diperkenalkan, terutama untuk membantu mengatasi
epidemi diabetes Nauru.
STATUS HAVEN PAJAK
Secara historis Nauru dianggap sebagai surga pajak karena pengoperasian
pusat keuangan internasionalnya, yang menawarkan antara lain layanan perbankan
lepas pantai. Pada tahun 2001, Nauru masuk daftar hitam secara internasional karena
kekhawatirannya telah menjadi tempat berlindung bagi pencucian uang. Amandemen
yang dibuat pada tahun 2004 menghapuskan sektor Offshore Banking Nauru dan,
sebagaimana diakui dalam pencantuman anti pencucian uang terakhir Nauru dan
penghentian tinjauan pendanaan terorisme (AML / CFT), sektor lepas pantai Nauru
sekarang terbatas pada daftar perusahaan lepas pantai kecil.
Pada tahun 2008, perundingan dimulai antara Australia dan Nauru mengenai
masa depan bantuan pembangunan ekonomi mantan yang terakhir. Menteri Luar
Negeri dan Keuangan Nauruan Dr. Kieren Keke menyatakan bahwa negaranya tidak
menginginkan bantuan. Salah satu solusi yang mungkin saat ini sedang dieksplorasi
adalah untuk Australia untuk membantu Nauru dalam mendirikan "industri perbaikan
kapal" untuk kapal penangkap ikan regional.
PENAHANAN PUSAT
Pusat penahanan Nauru didirikan oleh pemerintah Australia, dengan
perjanjian Nauruan, pada tahun 2001 untuk melayani 800 orang pengungsi dan
pencari suaka di bawahsolusi Pasifik Australia. Pusat ini dilihat oleh Nauruan sebagai
sumber penting kesempatan kerja, di samping janji A $ 20 juta untuk kegiatan
pembangunan.
STATISTIK STATISTIK
GDP : paritas daya beli - US $ 60 juta (2001 est.)
PDB per kapita : paritas daya beli - US $ 5.000 ( taraf 2001)
Tingkat inflasi (harga konsumen): -3,6% (1993)
Anggaran: pendapatan: US $ 23,4 juta; Pengeluaran: US $ juta (1995/96)
Utang luar negeri : US $ 33,3 juta
Bantuan ekonomi - menerima sekitar US $ 2,25 juta dari Australia (1996/97
est)
Mata uang : dolar Australia
Tahun fiskal berjalan mulai 1 Juli sampai 30 Juni.
PEKERJAAN
Tenaga kerja terutama digunakan di pertambangan fosfat , administrasi publik
oleh RONPhos , pendidikan dan transportasi.
Pada tahun 2004, tingkat Pengangguran mendekati 90%. Pada bulan Februari
2008, menteri luar negeri Dr. Kieren Keke menyatakan: "Kami telah
mendapat krisis pengangguran besar di depan kita."
Industri utama adalah pertambangan fosfat, perbankan lepas pantai, produk
kelapa
Produksi listrik (bahan bakar fosil) dan konsumsi sekitar 30 GWh (2000)
Pertanian bukan merupakan perusahaan besar, kelapa merupakan produk
utama
PERDAGANGAN
Ekspor - senilai US $ 25,3 juta (1991), terutama fosfat, mitra utama adalah
Selandia Baru , Australia , Korea Selatan , AS (2000)
Pada tahun 1899, Albert Ellis , seorang pejabat manajemen divisi fosfat
Kepulauan Pasifik, dipindahkan ke kantor Sydney untuk "menganalisis sampel batuan
yang berasal dari Kepulauan Pasifik." Ellis melihat batu itu dan menduga itu fosfat
(serupa dengan fosfat yang berasal dari Pulau Baker), namun ditolak oleh Denson dan
mengatakan bahwa itu hanya kayu. Tiga bulan kemudian, Ellis memutuskan untuk
menguji firasatnya dan menguji batuan untuk fosfat. Ternyata menjadi bijih fosfat
dengan kualitas terkaya. Sebuah pulau tetangga ke Timur, Pulau Banaba ( Pulau
Laut), berbagi geologi Nauru dan juga memiliki cadangan fosfat yang signifikan.
Apa yang membuat Nauru menjadi sebegitu kaya? tak lain karena kotoran
burung. Lebih dari 70% tanah Nauru terdiri atas endapan tahi burung Guano yang
menumpuk selama ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Hal ini dikarenakan dulunya
Nauru merupakan tempat bagi koloni besar burung Guano. Kotoran burung ini
menjadi phospat, yang berfungsi sebagai pupuk tanaman.
Phospat ditemukan tahun 1899 dan mulai dieksplorasi tahun 1907. Saat itu
Nauru masih menjadi bagian dari negara Australia. Setelah diberi kemerdekaan pada
31 Januari 1968, pertambangan phospat dikuasai putra daerah. Diperkirakan, jumlah
phospat berkualitas tinggi di seluruh Nauru 41 juta ton. Ini jumlah yang teramat
besar. Bandingkan dengan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, jumlah seluruh
phospatnya diperkirakan hanya 2,5 juta ton. Karena itu wajarlah kiranya negara yang
masuk dalam daftar negara terkecil di dunia itu disebut-sebut sebagai negara phospat,
dan diincar banyak negara.
PERTAMBANGAN
Penemuan fosfat Ellis mengasyikkan John T. Arundel dari Pacific Islands
Company dan perusahaan tersebut memutuskan untuk mengejar hak dan mengakses
sumber daya Nauru yang menguntungkan. Negosiasi untuk mengejar hak atas fosfat
melibatkan empat partai: pemerintah Inggris dan Jerman, Perusahaan Fosfat Pasifik
yang baru direorganisasi, dan Jaluit -Gesellschaft ( perusahaan pertambangan Jerman
yang telah mengeksploitasi fosfat di Nauru sejak akhir abad ke-19).
Pada tahun pertama penambangan saja, 11.000 pon (5.000 kg) fosfat dikirim
ke Australia. Setelah Perang Dunia I, kepentingan Perusahaan Fosfat Pasifik
diperoleh dan penambangan fosfat di Nauru dikelola melalui sebuah kepercayaan
yang didirikan antara Inggris, Australia dan Selandia Baru. Pemerintah tersebut
membentuk Komisaris Fosfat Inggris, yang mengambil alih hak atas fosfat. Dari
tahun 1919 tanggung jawab untuk kesejahteraan rakyat Nauru dan Banaba, pemulihan
sumber daya tanah dan air yang hilang akibat operasi penambangan dan kompensasi
atas kerusakan lingkungan ke pulau-pulau berada di bawah kendali pemerintah
Kerajaan Inggris, Selandia Baru Dan Australia.
Pada tahun 1968, Nauru menjadi negara yang berdaulat dan merdeka. Pada
tahun 1970, pemerintah yang baru dibentuk membeli hak penuh atas bisnis fosfat dari
Australia seharga A $ 21 juta. Pembelian ini membawa dorongan ekonomi ke
Republik, karena pendapatan dari operasi penambangan diperkirakan mencapai A $
100-120 juta per tahun sejak kemerdekaan melalui kelelahan sumber daya virtual di
awal tahun 1990an. Produksi kotor fosfat dari tahun 1968 karena kelelahan telah 43
juta ton. Pada tahun 1989, Nauru mengambil tindakan hukum terhadap Australia di
Pengadilan Internasional mengenai pengelolaan pulau di Australia, khususnya
kegagalan Australia untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh
penambangan fosfat. Lahan Fosfat Tertentu: Nauru v. Australia mengarah ke
penyelesaian di luar pengadilan untuk merehabilitasi daerah-daerah yang ditambang
di Nauru. Sejumlah tokoh terkemuka Nauruan, terutama René Harris, yang telah
memimpin Nauru Phosphate Corporation, telah bertindak sebagai Presiden Nauru.
GAGAL INVESTASI
Pada tahun-tahun awal Nauru Phosphate Royalties Development Trust,
pembangunan dua dari lima kondominium mewah bertingkat tinggi di Hawaii (di
pulau Oahu ) telah dibangun. Lima menara (dua selesai pada 10/05) terletak di
Honolulu real estat utama dengan pemandangan laut dan merupakan patokan di
Honolulu mewah naik tinggi. Investasi lainnya termasuk Nauru House di Melbourne
dan Hawaiki Tower di Honolulu. Properti mewah ini hanya merupakan bagian dari
portofolio real estat internasional yang membentang ke negara-negara termasuk
Australia, Filipina, Fiji, Guam, Samoa, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Inggris.
RONPhos
Setelah runtuhnya pertambangan fosfat pada tahun 2002 karena kelelahan
virtual sumber daya yang dapat ditambang, pemulangan banyak pekerja asing
dimulai. Dari tahun 2004 sampai 2005, pekerja asing dikurangi dari 1.478 menjadi
470. Sebagian besar pekerja berasal dari Kiribati dan Tuvalu.
KEUNTUNGAN
Sepanjang pengendalian BPC, diperoleh keuntungan yang signifikan. Pada
tahun 1948, pendapatan dari fosfat pulau tersebut mencapai $ 745.000.
TRANSFER KEPEMILIKAN
Pada tahun 1967, Nauruan membeli aset BPC dan, pada tahun 1970, Republik
Nauru yang baru merdeka mendirikan Nauru Phosphate Corporation.
AWAL
Pada tahun 1970, pemerintah Nauru yang baru merdeka membeli hak
penambangan ke pulau-pulau tambang fosfat yang menguntungkan dari penguasa
kolonial mereka sebelumnya, Australia, senilai A $ 21 juta. Tambang tersebut
membawa banyak kekayaan ke pulau kecil Nauru, dengan industri ini menghasilkan
sekitar A $ 100-120 juta per tahun. Pengeluaran pemerintah tahunan berjumlah
sekitar A $ 30 juta, sehingga memberi republik sekitar A $ 80 juta per tahun. Surplus
ini kemudian ditambahkan ke kepercayaan.
TAHUN TAHUN UTAMA
Pada puncak kekayaan kepercayaan, NPRT memiliki investasi sebesar A $ 1
miliar. Investasi ini termasuk properti di Australia, Filipina, Guam, dan Amerika
Serikat. Sebagian daftar investasi internasional meliputi:
Fiji: Grand Pacific Hotel
India: Paradeep Fosfat
Selandia Baru: Auckland Sheraton Hotel, Roturua Sheraton Hotel
Filipina: Manila Pacific Star Hotel, Filipina Fosfat & Pupuk
Amerika Serikat: Pacific House (Washington), Pengembangan Singer
Building (665 acres - Houston), Hillside Property (600 acre - Oregon)
Hawaii: Menara Nauru, Menara Hawaiki
Guam: Hotel Bintang Pasifik
Inggris: 3 Chesham Street (London)
Samoa: Properti di Vaitele dan Sogi
Australia: Nauru House (Melbourne) - (perkembangan ini dikenal sebagai
"permata di mahkota" properti luar negeri Nauru)
SALAH URUS
Kekayaan besar pulau pasifik kecil menyebabkannya dijuluki "Kuwait
Pasifik". Dengan kekayaan besar ini, warga negara dan pejabat pemerintah
memamerkannya, percaya bahwa ini adalah pasokan tanpa akhir. Hal ini
menyebabkan representasi eksternal yang tinggi dan perjalanan luar negeri resmi
yang berlebihan (termasuk golf di Bahama) yang meniup anggaran dari tahun ke
tahun sehingga pemerintah mulai meminjam uang untuk menambah pengeluarannya
yang besar. Pelayanan publik memiliki lebih dari 1.500 karyawan (di sebuah negara
dengan populasi kurang dari 10.000) dan pemerintah mengalami defisit sebesar A $
10 juta pada tahun 1990an.
DOWNFALL
Kekayaan besar pulau pasifik kecil menyebabkannya dijuluki "Kuwait
Pasifik". Dengan kekayaan besar ini, warga negara dan pejabat pemerintah
memamerkannya, percaya bahwa ini adalah pasokan tanpa akhir. Hal ini
menyebabkan representasi eksternal yang tinggi dan perjalanan luar negeri resmi
yang berlebihan (termasuk golf di Bahama) yang meniup anggaran dari tahun ke
tahun sehingga pemerintah mulai meminjam uang untuk menambah pengeluarannya
yang besar. Pelayanan publik memiliki lebih dari 1.500 karyawan (di sebuah negara
dengan populasi kurang dari 10.000) dan pemerintah mengalami defisit sebesar A $
10 juta pada tahun 1990an.
THE PARADOX
Pada tahun 1962, jauh sebelum Nauru mengambil alih industri fosfat dan
mencapai kemerdekaan, Perserikatan Bangsa-Bangsa menawarkan sebuah catatan
hati-hati: Masalah Nauru menyajikan sebuah paradoks. Kontras yang mencolok
adalah antara keadaan yang benar-benar bahagia dan masa depan yang tidak menentu
dan pasti mengkhawatirkan. Tapi gambaran tentang perdamaian dan kesejahteraan
dan keamanan ini menipu. Memang itu adalah surga yang salah. Bagi orang-orang
yang lembut ini didominasi oleh pengetahuan bahwa keadaan bahagia saat ini tidak
dapat dilanjutkan.
FAKTA-FAKTA MENARIK TENTANG NEGARA NAURU & APA
SAJA YANG MENYEBABKAN BANGKRUT
2. Populasi Nauru
Seperti juga luas wilayahnya, jumlah populasi Nauru juga tidaklah besar. Menurut
data 2011, jumlah populasi di Nauru hanya 10.084 jiwa, dengan kepadatan 480 per
kilometer persegi. Dengan jumlah populasi yang kecil ini, Nauru menjadi negara
dengan populasi paling sedikit di PBB.
Orang yang kaya raya dan tidak bisa berpikir dengan jernih cenderung menjadi
orang yang serakah dan rakus. Hal ini terjadi di Negara Nauru. Hampir semua
warganya setiap hari hanya makan tak terkontrol, minum alkohol, dan merokok
sehingga menyebabkan sebagian besar penduduk Nauru saat ini terjangkit Obesitas
yang mengkhawatirkan bahkan Nauru dijuluki sebagai Negara dengan tingkat
Obesitas tertinggi di dunia, ironis memang.Uniknya, dengan jumlah populasi yang
sedikit, Nauru justru memegang predikat sebagai negara tergemuk di dunia dengan
rata-rata warganya memiliki Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index/BMI) antara 34
sampai 35. Rata-rata BMI yang dianggap normal berada antara 18,5 sampai 24,9.
Banyak dari mereka yang kemudian meninggalkan kehidupan tradisional dan mulai
mengonsumsi makanan tidak sehat, alkohol dan rokok. Harapan hidup mereka
menurun hingga usia 50 tahun, di mana mereka menderita diabetes, serangan jantung
dan penyakit kronis lainnya. WHO pada tahun 2007 mengumumkan, 94,5 persen
penduduk Nauru menderita kelebihan berat badan, dan 71.7 persen menderita
obesitas. Kasus ini merupakan yang tertinggi di dunia, sebelum diambil oleh
meksikopada 2013. Saat ini, Nauru memiliki prefalansi diabetes tipe dua tetinggi di
dunia, menjangkiti 31 persen orang dewasa.
Nauru merupakan negara yang paling jarang dikunjungi di seluruh dunia dengan
jumlah turis yang hanya mencapai 200 orang pada 2001
Negara ini hanya memiliki satu bandara, satu jalur kereta dengan panjang lima
kilometer, dan jalan raya sepanjang hanya 30 kilometer.
Australia dan Selandia Baru untuk membayar ganti rugi atas kerusakan
ekologinya, sebab perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di Nauru berasal
dari negara-negara tersebut. Pada penyelesaian sengketa di luar pengadilan, Australia
setuju membayar 2,5 juta dolar Australia pertahun selama 20 tahun. Inggris dan
Selandia Baru, masing-masing membayar 12 juta dolar. Namun kompensasi ini
sungguh tak sebanding dengan kerusakan yang ditimbulkan. Tercatat, selain merusak
90% wilayah Nauru, pertambangan juga menghancurkan 40% kehidupan laut di Zona
Tapi Nauru mempunyai daya tarik bagi banyak orang. Beberapa bagian pulau
itu sangat indah. Orang-orangnya menyenangkan. Mereka santai dan ramah. Angka
kriminal di negara itu rendah, menimbulkan perasaan aman. Anak-anak dengan kaki
telanjang dibesarkan di tengah keluarga besar. Komunitas sangat penting dan saling
membantu merupakan etos yang dipegang teguh, yang meluas sampai ke pencari
suaka.
Pada 19 Juli tahun ini, terjadi kerusuhan dan kebakaran yang mengakibatkan
80 persen pusat detensi hancur dan 118 pencari suaka dikenai dakwaan. Insiden
paling akhir itu menyebabkan perubahan sikap penduduk Nauru, yang kini merasa
terancam. Suatu persetujuan baru antara Presiden Baron Waqa dan mantan Perdana
Menteri Australia Kevin Rudd pada bulan Juli lalu juga menimbulkan kekhawatiran
serius di kalangan penduduk lokal.
Nauru tergolek di atas tanah seluas 8000 hektar di kawasan barat samudera
Pasifik. Luasnya cuma sekitar seper sepuluh dari perkebunan kelapa sawit milik
Astra, Eka Cipta Wijaya, Prabowo, Cargill, DL Sitorus, dan para taipan Crude Palm
Oil (CPO) di Sumatera sana. Cuma sekitar seper 50-nya luas hutan yang ditebangi
para konglomerat pemegang HPH di Kalimantan sana. Tepatnya, luas Republik
Nauru hampir setara dengan danau Toba.
Ini membuat GNP Nauru naik dari Rp 16 trilyun pada 1984 jadi Rp 26 trilyun
pada 2005. Sementara pendapatan per kapitanya (PCI) ikut melesat dari Rp 210 juta
(1984) jadi Rp 390 juta. Surplus neraca perdagangannya menghebat. Nilai impornya
Rp 14 Trilyun, expornya Rp 93 trilyun. Semua itu membuat bangsa Nauru masuk
dalam deretan bangsa termakmur di dunia. Pulau yang kini menjadi Republik Nauru,
dulunya (1798) ditemukan oleh armada laut kerajaan Inggris. Dengan semboyan
“Britain rules the wave, the wave rules the sea”, Inggris pun kemudian memasukkan
Nauru dalam potektoratnya. Tetapi pada 1888 Jerman datang dan merebutnya. Pasca
Perang Dunia I, Nauru dibawah protektorat PBB, dan secara administrasi “dititipkan”
ke Australia.
Aksi bakar diri ini diduga sebagai bentuk rasa putus asa hidup di kamp
pengungsi milik Australia itu. Mereka yang berjuang ke Australia dikabarkan tidak
akan pernah menginjak Australia, melainkan ditempatkan di kamp pengungsi di
Nauru dan Papua Nugini. Para pengungsi, termasuk anak-anak, hidup berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun di kamp Nauru.
Australia menahan para pengungsi untuk tidak mencapai negara itu dengan
membayar Nauru dan Papua Nugini untuk menahan mereka di kamp-kamp
pengungsi.
Apa yang terjadi pada Nauru membuat saya berpikir mengenai apa yang
terjadi di negara kita tercinta, Indonesia. Eksploitasi besar-besaran sudah menjadi isu
sejak lama di negara kita, semenjak dibukanya pertambangan di daerah-daerah secara
agresif, adanya penebangan kayu secara ilegal, hingga dijualnya kekayaan-kekayaan
negara kepada pihak asing. Setelah mengambil pelajaran yang diberikan oleh Nauru
bagi kita, sudah seharusnya kita berpikir ke depan dan menyadari bahwa memikirkan
masa depan itu sangat diperlukan.
”Tindakan apa yang harus kita lakukan agar kejadian Nauru tidak terjadi di
negara kita tercinta Indonesia?” Hari ini, tindakan yang dilakukan berdasarkan
kesadaran akan masa depan memang mulai timbul di Indonesia. Contohnya,
kesadaran akan go green dan daur ulang, yang dikenal dengan reduce-reuse-recycle.
Kisah Nauru ini pelajaran bagi Indonesia. Apa yang terjadi di Nauru
merupakan contoh yang sangat gamblang jika disandingkan dengan kondisi Indonesia
saat ini. Maka jika Indonesia masih tetap memberlakukan penambangan hasil alam
secara membabi buta seperti sekarang,maka tidak perlu waktu lama Indonesia akan
seperti Republik Nauru. Indonesia penghasil tambang salah satu terbesar di dunia,
harus lebih hati-hati jika tidak maka malapetaka Nauru akan menjelma di Indonesia.
Salah satu hasil alam yang melimpah di indonesia adalah daerah papua dunia
pun mengakuinya kehebatan akan kekayaan alam tanah Papua hingga hari
ini,memiliki hutan yang luas,memiliki emas yang banyak,punya kandungan minyak
dan punya ekologi yang mengecutkan, tapi sudahkah kita menjaganya?,sudah puas
dengan pujian-pujian itu? Apakah hidup kita sudah baik dengan apa yang kita miliki
saat ini”? Ternyata kita belum sampai di sana”.
Kita belum pada tahap yang di mana harus berkompetisi di era globalisasi
besok. Kita hanya mengagan-agan karena dunia memuji kehebatan bumi kita Papua.
Maka, kadang kala kita berpikir”kami punya segalanya jadi besok pasti kita hidup
sejahtera,setelah kita merdeka dari Indonesia”,itu benar apabila kita siap menjadi
pribadi yang berintelektual yang berkealihan pada bidannya. Sehingga hal ini dapat
dikatakan bahwa tidak ada orang bodoh menggubah dunianya,artinya orang Papua
harus pintar lalu melihat dengan jelih dan melakukannya.
Kegiatan anti imperalis terus di bangun oleh solidaritas peduli hak politik di
Papua namun pemerintah dan Freeport membisu dibalik skenario kepentingan di
tanah Papua,mereka mengatur seakan di Papua tidak ada penghuni yang menetap di
sana,menutup mata hidup rakyat kecil di tanah Papua.ini baru kandungan emas di
alam baka Papua, sebagian besar sudah diambil habis lalu membangun negara blog
barat dan Indonesia, saya tidak tahu akan terjadi apa nasib orang Papua ke depan
karena Freeport bernafsu untuk terus mengambil hingga habis. Untuk itu dunia kita
belum kiamat,belum ada kata cukup untuk terus bersuara untuk lawan kaum
imperialis yang terus bernafsu mengambil kepunyaan kita,mari dukung dan
bergabung dalam anti Imperialis, Kolonialisme dan Militerisme di tanah Papua.
Bicara konteks ekologi,kita menjadi paru-paru dunia,namun kita perlu sadar
akan menjaganya karena sekali hilang tidak bisa kita rehabilitasi kembali seperti
semula adanya. Negara Nauru dahulu hidupnya damai karena ekosistem mereka
sangat terjaga aman dan nyaman,namun setelah negara barat berdatangan ke pulau itu
semua sirna,kehidupan orang Nauru tergesa-gesa, polusi penyakit dan mengalami
krisis panggang yang dahsyat. Pengalaman ini perlu menjadi pelajaran bagi
kita(orang Papua) lantaran Papua memiliki ekologi yang sungguh mengagumkan,
sehingga perlu untuk kita berhati-hati menjalin kerja sama dengan investor asing yang
datang dengan penawaran tertentu di daerah,karena sudah jelas dan terbukti bahwa
mereka datang hanya untuk membawah penderitaan yang tiada ujungnya bagi rakyat.
Obesitas yang paling tinggi bagi warga negara Nauru juga harus menjadi
pengalaman yang perlu kita pegang sebagai pelajaran yang baik atas sebagian warga
Nauru hampir semua warganya setiap hari hanya makan tak terkontrol, minum
alkohol, dan merokok sehingga menyebabkan sebagian besar penduduk Nauru saat
ini terjangkit Obesitas yang mengkhawatirkan bahkan Nauru dijuluki sebagai Negara
dengan tingkat Obesitas tertinggi di dunia. Paling tidak hal ini terjadi karena Negara
Nauru yang tiba-tiba kaya karena kekayaan alamnya yang kaya raya namun tidak
bijak dalam manajemen kemajuan ekonomi,politik dan sosial bagi
Negaranya,sehingga terjangkrit dalam problem yang sangat kritis.
1. UNdata
2. http://www.spc.int/prism/nauru/index.php?option=com_content&view=article
&id=79&Itemid=268
3. Nauru Statistics
7. Westpac bank to exit Nauru after Pacific state gains entry into IMF, World
Bank
8. Bendigo Bank facing pressure to close its operation in Nauru "Income taxes
coming in Nauru", Radio New Zealand International, 11 June 2014
CountryWatch - Login Page
9. https://www.fas.org/sgp/crs/misc/R40623.pdf
10. http://www.apgml.org/mutual
evaluations/documents/default.aspx?s=title&pcPage=5
11. "Nauru 'hit' by detention centre closure", The Age, February 7, 2008 "Nauru
suggests boat repair industry", Saipan Tribune, March 4, 2008 CIA - The
World Factbook - Nauru Archived 2014-08-01 at WebCite "Nauru 'hit' by
detention centre closure". The Age. February 7, 2008.
12. Maslyn Williams & Barrie Macdonald (1985). The Phosphateers. Melbourne
University Press. ISBN 0-522-84302-6.
13. Ellis, Albert F. (1935). Ocean Island and Nauru; Their Story. Sydney,
Australia: Angus and Robertson, limited. OCLC 3444055.
17. Uniya Jesuit Social Justice Centre. "View on Nauru - Between a mined-out
rock and a hard place". www.uniya.org. Retrieved 2008-08-15.
19. "Chiefs of State and Cabinet Members of Foreign Governments: Nauru", CIA
World Factbook, 2013-08-19
22. Central Intelligence Agency (2015). "Nauru". The World Factbook. Retrieved
8 June 2015.
23. "Nauru Pronunciation in English". Cambridge English Dictionary. Cambridge
University Press.
26. "Pacific correspondent Mike Field". Radio New Zealand. 18 June 2015.
27. "Nauru's former chief justice predicts legal break down". SBS News. Special
Broadcasting Service.
28. Ben Doherty. "This is Abyan's story, and it is Australia's story". The
Guardian.
29. Tony Wheeler; Maureen Wheeler (2008). "The Lonely Planet Story: Once
While Travelling". Crimson Publishing. ISBN 978-1-8545-8449-6.
32. Pollock, Nancy J (1995). "5: Social Fattening Patterns in the Pacific—the
Positive Side of Obesity. A Nauru Case Study". In De Garine, I. Social
Aspects of Obesity. Routledge. pp. 87–111.
35. Marshall, Mac; Marshall, Leslie B (January 1976). "Holy and Unholy Spirits:
The Effects of Missionization on Alcohol Use in Eastern Micronesia". Journal
of Pacific History. 11 (3): 135–166. doi:10.1080/00223347608572299.
36. Reyes, Ramon E, Jr (1996). "Nauru v. Australia". New York Law School
Journal of International and Comparative Law. 16 (1–2).
38. Firth, Stewart (January 1978). "German Labour Policy in Nauru and Angaur,
1906–1914". The Journal of Pacific History. 13 (1): 36–52.
doi:10.1080/00223347808572337.
39. Hill, Robert A, ed. (1986). "2: Progress Comes to Nauru". The Marcus Garvey
and Universal Negro Improvement Association Papers. 5. University of
California Press. ISBN 978-0-520-05817-0.
40. Ellis, AF (1935). Ocean Island and Nauru – their story. Angus and Robertson
Limited. pp. 29–39.
42. Manner, HI; Thaman, RR; Hassall, DC (May 1985). "Plant succession after
phosphate mining on Nauru". Australian Geographer. 16 (3): 185–195.
doi:10.1080/00049188508702872.
43. Gowdy, John M; McDaniel, Carl N (May 1999). "The Physical Destruction of
Nauru". Land Economics. 75 (2): 333–338. doi:10.2307/3147015.
47. Waters, SD (2008). German raiders in the Pacific (3rd ed.). Merriam Press. p.
39. ISBN 978-1-4357-5760-8.
48. Bogart, Charles H (November 2008). "Death off Nauru" (PDF). CDSG
Newsletter: 8–9. Retrieved 16 June 2012.
49. Haden, JD (2000). "Nauru: a middle ground in World War II". Pacific
Magazine. Retrieved 16 June 2012.
52. "Nauru Occupied by Australians; Jap Garrison and Natives Starving". The
Argus. 15 September 1945. Retrieved 30 December 2010.
57. Squires, Nick (15 March 2008). "Nauru seeks to regain lost fortunes". BBC
News Online. Retrieved 16 March 2008.
58. Case Concerning Certain Phosphate Lands in Nauru (Nauru v. Australia)
Application: Memorial of Nauru. ICJ Pleadings, Oral Arguments, Documents.
United Nations, International Court of Justice. January 2004. ISBN 978-92-1-
070936-1.
60. Background Note: Nauru". State Department Bureau of East Asian and Pacific
Affairs. September 2005. Retrieved 11 May 2006.
62. Jacobson, Gerry; Hill, Peter J; Ghassemi, Fereidoun (1997). "24: Geology and
Hydrogeology of Nauru Island". In Vacher, H Leonard; Quinn, Terrence M.
Geology and hydrogeology of carbonate islands. Elsevier. p. 716. ISBN 978-
0-444-81520-0.
72. Hassell, Graham; Tipu, Feue (May 2008). "Local Government in the South
Pacific Islands". Commonwealth Journal of Local Governance. 1 (1): 6–30.
74. Connell, John (January 2006). "Nauru: The first failed Pacific State?". The
Round Table. 95 (383): 47–63. doi:10.1080/00358530500379205.
75. "Nauru profile". BBC News Online. 24 October 2011. Retrieved 17 June
2012.
76. "Nauru (High Court Appeals) Act (Australia) 1976". Australian Legal
Information Institute. Retrieved 7 August 2006.
82. Harding, Luke (14 December 2009). "Tiny Nauru struts world stage by
recognising breakaway republics". The Guardian. Retrieved 22 June 2010.
83. Su, Joy (15 May 2005). "Nauru switches its allegiance back to Taiwan from
China". Taipei Times. Retrieved 18 June 2012.
84. "China officially severs diplomatic ties with Nauru". Asia Africa Intelligence
Wire. 31 May 2005. Archived from the original on 11 May 2013. Retrieved
18 June 2012.
86. "Nauru expects to earn more from exports after port upgrade with Russian
aid". Radio New Zealand International. 15 July 2010. Retrieved 15 July 2010.
87. White, Michael (2002). "M/V Tampa Incident and Australia's Obligations –
August 2001". Maritime Studies. Retrieved 18 June 2012.
88. Gordon, M (5 November 2005). "Nauru's last two asylum seekers feel the
pain". The Age. Retrieved 8 May 2006.
89. "Nauru detention centre costs $2m per month". ABC News. 12 February
2007. Retrieved 12 February 2007.
90. "Asylum bill passes parliament". The Daily Telegraph. 16 August 2012.
Retrieved 18 August 2012.
91. "It's better to die from one bullet than being slowly killed every day' –
refugees forsaken on Nauru". www.amnesty.org.
92. "NAURU – The population of the districts of the Republic of Nauru.". City
Population. 2011. Retrieved 10 June 2015.
93. "Big tasks for a small island". BBC News Online. Retrieved 10 May 2006.
94. Seneviratne, Kalinga (26 May 1999). "Nauru turns to dust". Asia Times.
Retrieved 19 June 2012.
95. Mellor, William (1 June 2004). "GE Poised to Bankrupt Nauru, Island Stained
by Money-Laundering". Bloomberg. Retrieved 19 June 2012.
96. Skehan, Craig (9 July 2004). "Nauru, receivers start swapping legal blows".
Sydney Morning Herald. Retrieved 19 June 2012.
97. "Receivers take over Nauru House". The Age. 18 April 2004. Retrieved 19
June 2012.
98. "Nauru sells last remaining property asset in Melbourne". RNZI. 8 April 2005.
Retrieved 22 June 2010.
100. "Paradise well and truly lost". The Economist. 20 December 2001.
Retrieved 2 May 2006.
102. "The Billion Dollar Shack". New York Times. 10 December 2000.
Retrieved 19 July 2011.
103. "Nauru de-listed" (PDF). FATF. 13 October 2005. Archived from the
original (PDF)on 30 December 2005. Retrieved 11 May 2006.
104. Topsfield, Hewel (11 December 2007). "Nauru fears gap when camps
close". The Age. Retrieved 19 June 2012.
105. "Nauru 'hit' by detention centre closure". The Age. 7 February 2008.
Retrieved 19 June 2012.
106. "International Religious Freedom Report 2003 – Nauru". US
Department of State. 2003. Retrieved 2 May 2005.
110. "Country Profile: Nauru". BBC News Online. Retrieved 2 May 2006.
113. Stahl, Dean A.; Landen, Karen (2001). Abbreviations Dictionary (10
ed.). CRC Press. p. 1436. ISBN 9781420036640.
117. "Fat of the land: Nauru tops obesity league". The Independent. 26
December 2010. Retrieved 19 June 2012.