Pada saat zaman kerajaan Majapahit, terutama pada saat Patih Gajah Mada
memegang kendali mampu melakukan ekspansi ke banyak wilayah Nusantara. Bahkan
dalam kitab “Negarakertagama” disebutkan daftar wilayah taklukan Majapahit, baik
kerajaan Hindu, Budha, maupun Islam. Keajaan Islam Pasai dan Terengganu pun
dihancurkan oleh mereka. Sampai-sampai Pasai tidak bisa berdiri lagi menjadi kerajaan.
Hanya saja mereka kaya akan ulama. Ulama-ulama tersebut menjadi banyak rujukan
pertanyaan dari Kerajaan Islam seperti Malaka apabila ada permasalahan yang tidak
bisa mereka pecahkan. Pasai yang ditaklukan dengan senjata akhirnya mengambil sikap
dengan mengirim banyak ulama ke Jawa. Di sana mereka dapat damai mulai
menyebarkan dakwah Islam. Raja-raja Majapahit pun tidak mencela tindakan para
ulama tersebut. Bahkan ada ulama yang diangkat sebagai adipati Kerajaan Majapahit.
Memang pada saat itu mereka memiliki kewibawaan yang tinggi di masyarakat luas.
Hamka menolak tegas pandangan yang menyatakan nahwa Majapahit runtuh karena
serangan Islam. Itu adalah pemutarbalikan sejarah yang dilakukan oleh para orientalis
macam Snouck Hourgronjes, dkk. Maksud mereka ialah menjauhkan Bangsa Indonesia
agar tidak menjadikan Islam sebagai basis spirit kebangsaan. Maksud mereka pun
berhasil. Saat ini nama Sunan Ampel dan Sunan Giri dikalahkan oleh Gajah Mada.
Nama Raden Patah dan Pati Unus yang berjuang mengusir Portugis dari Malaka
dilupakan, dan digantikan oleh Raja Airlangga. Sehingga yang timbul selanjutnya ialah
seolah-olah Indonesia adalah kelanjutan Kerajaan Majapahit.
Anda dipersilakan untuk menggali informasi dan mengkritisi cara-cara pengambilan
keputusan berdasarkan musyawarah untuk mufakat dalam kehidupan masyarakat di
sekitar Anda atau dalam organisasi yang ada di sekitar Anda? Apa bentuk kearifan
yang timbul ketika musyawarah itu berlangsung? Apa bentuk kendala yang timbul
ketika musyawarah itu berlangsung? Diskusikan dengan teman sekelompok Anda
dan disusun dalam laporan tertulis.
Setelah keputusan diambil dalam musyawarah, maka keputusan itu bukan menjadi
milik perorangan, tetapi sudah menjadi milik bersama. Keputusan bersama harus
dipatuhi dan dilaksanakan bersama. Akibat dari keputusan itu juga menjadi tanggung
jawab bersama. Jika hasil pelaksanaan membawa kebaikan, maka kebaikan tersebut
menjadi milik bersama. Dan sebaliknya, jika pelaksanaan hasil muyawarah tidak sesuai
dengan yang diinginkan maka resiko itu harus dipertanggungjawabkan secara bersama-
sama. Keputusan bersama merupakan hasil dari keputusan yang diambil dalam
musyawarah, atau merupakan kesepakatan bersama yang diperoleh dari musyawarah.
Keputusan bersama tersebut dapat berupa keputusan secara lisan maupun tertulis.