Anda di halaman 1dari 14

Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan sumber

radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan menggunakan instrumen


spektrofotometer. Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak untuk
ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari tingkat
energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling tinggi (excited stated). Pengabsorbsian
sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron
bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan yang
ada didalam molekul. (Sumar hendayana. 1994 : 155)
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna
antara besi (II) dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal
pada panjang gelombang tertentu. Banyak sinar yang diserap akan berkorelasi dengan
kuantitas analit yang terkandung di dalamnya sesuai dengan Hukum Lambert-Beer. (Wiji, dkk.
2010)
Spektrofotometri merupakan suatu metoda
analisis yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan
berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur


transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi
panjang gelombang. Sedangkan metode pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer
ini digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi
yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum
tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Besi memiliki dua tingkat oksidasi, yaitu Fe2+ (ferro) dan Fe3+ (ferri). Senyawa-senyawa
yang dapat digunakan untuk mereduksi besi(III) menjadi besi(II) diantaranya seng, ion timah(II),
sulfit, senyawa NH2OH.HCl, hidrazin, hidrogen sulfida, natrium tiosulfat, vitamin C, dan
hidrokuinon. Pemilihan reduktor ini tergantung suasana asam yang digunakan dan keberadaan
senyawa lain dalam cuplikan yang akan dianalisis. Umumnya besi cenderung untuk membentuk
senyawa dalam bentuk ferri daripada dalam bentuk ferro, dan membentuk kompleks yang stabil
dengan senyawa-senyawa tertentu. (Othmer, Kirk, 1978).
Penentuan kadar besi dapat dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis dengan reaksi pengompleksan terlebih dahulu yang ditandai
dengan pembentukan warna spesifik sesuai dengan reagen yang digunakan. Senyawa
pengompleks yang dapat digunakan diantaranya molibdenum, selenit, difenilkarbazon,
dan fenantrolin. Pada percobaan ini pengompleks yang digunakan adalah 1,10 -
fenantrolin. Besi(II) bereaksi membentuk kompleks merah jingga. Warna ini tahan lama
dan stabil pada range pH 2-9. Metode tersebut sangat sensitif untuk penentuan besi
(Vogel, 1985). Pengukuran menggunakan metode fenantrolin dengan pereduksi hidroksilamin
hidroklorida dapat diganggu oleh beberapa ion logam, misalnya bismut, tembaga, nikel, dan
kobalt.
Senyawa kompleks berwarna merah-orange yang dibentuk antara besi (II) dan 1,10-
phenantrolin (ortophenantrolin) dapat digunakan untuk penentuan kadar besi dalam air yang
digunakan sehari hari. Reagen yang bersifat basa lemah dapat bereaksi membentuk ion
phenanthrolinium, phen H+ dalam medium asam. Pembentukan kompleks besi phenantrolin
dapat ditunjukkan dengan reaksi:
Fe2+ + 3 phen H+ ⇌ Fe(phen)32+ + 3H+

Dimana strukturnya adalah:

1,10-phenantrolin Fe(phen)32+

Tetapan pembentukan kompleks adalah 2.5×10-6 pada 25oC. Besi (II) terkomplekskan dengan kuantitatif
pada pH 3-9. pH 3,5 biasa direkomendasikan untuk mencegah terjadinya endapan dari garam garam besi,
misalnya fosfat. Kelebihan zat pereduksi, seperti hidroksilamin diperlukan untuk menjamin ion besi berada
pada keadaan tingkat oksidasi 2+.
Saat sinar mengenai larutan bening, maka akan terjadi 2 hal:
1. Transmisi
Transmitan larutan merupakan bagian dari sinar yang diteruskan melalui larutan.
2. Absorpsi
Cahaya akan diserap jika energi cahaya tersebut sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk
mengalami perubahan dalam molekul. Absorbansi larutan bertambah dengan pengurangan
kekuatan sinar.
Hukum Lambert-Beer:

Dengan: A = absorbansi
Io = intensitas sinar datang
I = intensitas sinar yang diteruskan
a = tetapan absorptivitas
l = panjang jalan sinar / kuvet
c = konsentrasi
Syarat-syarat penggunaan hukum Lambert-Beer:
1. Syarat Konsentrasi
Hukum Beer baik untuk larutan encer. Pada konsentrasi tinggi (biasanya 0,01M), jarak
rata-rata diantara zat-zat pengabsorpsi menjadi kecil sehingga masing-masing zat
mempengaruhi distribusi muatan tetangganya. Interaksi ini dapat mengubah kemampuan untuk
mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang yang diberikan. Oleh karena interaksi ini
bergantung pada konsentrasi, maka peristiwa ini menyababkan penyimpangan dari kelinearan
hubungan di antara absorbansi dengan konsentrasi. Pengaruh serupa kadang-kadang terjadi
didalam larutan yang mengandung konsentrasi zat pengabsorpsi yang rendah tapi konsentrasi
zat non-pengabsorpsi yang tinggi, terutama elektrolit. Interaksi elektrostatis ion-ion yang
berdekatan dengan zat pengabsorpsi akan mempengaruhi harga molar absortivitas; pengaruh
ini dapat dihindari dengan cara pengenceran.
Pengaruh interaksi molekul-molekul tak berarti pada konsentrasi dibawah 0,01M kecuali
untuk ion-ion organik tertentu yang molekulnya besar.
2. Syarat Kimia
Zat pengabsorpsi tidak boleh terdisosiasi, berasosiasi, atau bereaksi dengan pelarut menghasilkan
suatu produk pengabsorpsi spektrum yang berbeda dari zat yang dianalisis.
3. Syarat Cahaya
Hukum Beer hanya berlaku untuk cahaya yang betul-betul monokhromatik (cahaya yang
mempunyai satu panjang gelombang) .
4. Syarat Kejernihan
Kekeruhan larutan yang disebabkan oleh partikel-partikel koloid misalnya menyebabkan
penyimpangan hukum Beer. Sebagian cahaya dihamburkan oleh hukum pertikel-partikel koloid
akibatnya kekuatan cahaya yang diabsorpsi berkurang dari cahaya yang seharusnya.
Larutan senyawa berwarna mampu menyerap sinar tampak
yang melalui larutan tersebut. Jumlah intensitas sinar yang diserap
tergantung pada macam yang ada di dalam larutan, konsentrasi
panjang jalan dan intensitas sinar yang diserap dinyatakan dalam
Hukum Lambert yang sudah dijelaskan di atas.Warna zat yang
menyerap menentukan panjang gelombang sinar yang akan
diserap, warna yang diserap merupakan warna komplemen dari
warna yang terlihar oleh mata.
Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang gelombang absorpsi maksimum
dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada di dalam molekul yang sedang diselidiki. Oleh
karena itu spektroskopi serapan molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus
fungsional yang ada dalam suatu molekul. Akan tetapi yang lebih penting adalah penggunaan
spektroskopi serapan ultraviolet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-
senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi.
Mekanisme kerja alat spektrofotometer UV-Vis adalah sinar dari sumber sinar
dilewatkan melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkankan agar sampai ke prisma untuk
didifraksikan menjadi sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu. Selanjutnya sinar
dilewatkan ke monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang yang diinginkan. Sinar
monokromatis melewati sampel dan akan ada sinar yang diserap dan diteruskan. Sinar yang
diteruskan akan dideteksi oleh detektor. Radiasi yang diterima oleh detektor diubah menjadi
sinar listrik yang kemudian terbaca dalam bentuk transmitansi.

Instrumen pada spektroskopi UV-Vis, yaitu :


1. Sumber Radiasi
 Lampu deuterium (λ= 190nm-380nm, umur pemakaian 500 jam)
 Lampu tungsten, merupakan campuran dari flamen tungsten dan gas iodine. Pengukurannya
pada daerah visible 380-900nm.
 Lampu merkuri, untuk mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada spectra UV-VIS pada
365 nm.
2. Sistem dispersi
 Filter
Hanya digunakan pada colorimeter murah pita ± 25-50 nm, tidak umum digunakan dalam
instrumen modern
 Prisma
Prisma kwarsa memiliki karakteristik dispersi lemah pada daerah sinar tampak (380-780)
dispersi bervariasi sesuai panjang gelombang labih mahal daripada grating.
Gambar. Sistim dispersi pada monokromator dengan prisma

 Difractions gratings
Dispersi kontan dengan panjang gelombang yang lebih besar daripada yang biasa digunakan.

Gambar. Sistim dispersi pada monokromator dengan grating

3. Sel kuvet
Merupakan tempat penyimpanan larutan sampel atau blanko,adapun macam-macam kuvet
diantaranya :
(a). Gelas
Umum digunakan pada 300-1000 nm, biasanya memiliki panjang 1 cm (atau 0.1; 0.2; 0.5; 2; atau 4 cm).
Khusus untuk sinar uv adalah kwarsa. Sedangkan untuk visibel adalah gelas atu kaca.
(b). Kwarsa
Mahal, range (190-1000 nm)
(c). Sel otomatis (flow through cells)
(d). Matched cells

(e). Polistirene range (340-1000 nm) throw away type


(f). Micro cells
Syarat kuvet yaitu tidak menyerap sinar yang digunakan. Bahan kuvet biasanya terbuat dari kaca, plastik,
atau bahan kwarsa. Pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan,
tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuasa, karena gelas tidak tembus cahaya
pada daerah ini. Tebal kuvetnya umumnya 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat
digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Sel yang
baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragan keseluruhannya.
4. Monokromator
Alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang
gelombang. Monokromator untuk UV-VIS dan IR serupa, yaitu mempunyai celah, lensa, cermin dan prisma
atau grating.
Fungsi detektor ialah sebagai penyeleksi panjang gelombang, yaitu mengubah cahaya yang berasal
dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis.
Monokromator terdiri dari :
 Celah masuk (split)
Berfungsi untuk menerima sinar yang telah dipersempit pada daerah panjang gelombang
tertentu untuk diteruskan ke zat.
 Lensa kolimator
Berfungsi untuk mengubah sinar menjadi berkas yang sejajar.
 Media pendispersi
Terdapat dua jenis, yaitu prisma dan gratting.
Pada gratting atau kisi difraksi, cahaya monokromatis dapat dipilih panjang gelombang tertentu
yang sesuai. Kemudian dilewatkan melalui celah yang sempit yang disebut split. Ketelitian dari
monokromator dipengaruhi oleh lebar celah (slif widht ) yang dipakai.
 Celah keluar
Berfungsi untuk mengisolasi sinar yang diinginkan.

5. Detektor
Merupakan alat untuk mendeteksi komponen yang terpisah dari kolom. Peranan
detektor adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.
Detektor akan mengubah cahaya menjadi signal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh
penampilan data dalam bentuk jarum petunjuk atau angka digital atau radiasi yang melewati
sampel akan ditangkap oleh detektor yang akan mengubahnya menjadi besaran terukur.

Syarat-syarat detektor :
a. Kepekaan yang tinggi
b. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi
c. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
d. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi
Selain itu juga detektor harus menghasilkan signal yang mempunyai hubungan kuantitatif
dengan intensitas sinar, dapat menangkap atau merespon energi sinar, peka dengan noise
rendah, waktu respon pendek, stabil, dapat memperkuat isyarat listrik dengan mudah, dimana
isyarat listrik yang dihasilkan berbanding lurus dengan intensitas.
Macam-macam detektor diantaranya yaitu :
1). Detektor selektif
Adalah detektor yang peka terhadap golongan senyawa tertentu saja, detektor ini terbagi
menjadi dua, yaitu :
(1). Detektor flouoresensi
(2). Detektor konduktivitas listrik
2). Detektor universal
Yaitu detektor yang peka terhadap golongan senyawa apapun, kecuali pelarutnya itu sendiri. Detektor ini
terbagi menjadi tiga, yaitu :
a) Detektor spektrometer massa
b) Detektor spektrometer infra merah
c) Detektor indeks bias
Detektor indeks bias inimemberi respon terhadap senyawa yang dianalisis apapun
termasuk pelarutnya sendiri. Prinsip dasar kerja detektor ini adalah perubahan indeks bias
karena adanya komponen sampel dalam pelarut.. detektor ini bersifat merusak (non-destruktif),
sensitivitasnya cukup tinggi (minimum 106 g) dan umumnya digunakan dalam pekerjaan
preparatif.
d) Detektor uv-vis
Detektor uv-vis (uv-sinar tampak) paling banyak digunakan, karena sentivitasnya baik,
mudah menggunakannya, tidak merusak senyawa yang dianalisis, dan memungkinkan untuk
melakukan elusi ber-gradien. Ada yang dipasang pada panjang gelombang tetap, yaitu pada
panjang gelombang 254 nm, dan ada juga yang panjang gelombangnya dapat dipilih sesuai
yang diinginkan, antara 190-600 nm. Detektor dengan panjang gelombang bervariabel ini ada
yang dilengkapi alat untuk memilih panjang gelombang secara otomatis dan dapat me-nol-kan
sendiri (auto zero). Detektor jenis ini juga ada ayang menggunakan drode arrays (sebagai
pengganti photo tube), sehingga dapat melakukan pembacaan absorban yang kontinyu pada
berbagai macam panjang gelombang.

Berikut jenis-jenis detektor UV-Vis, yaitu :


 Barrier layer cell (photo cell atau photo votaice cell)
Gambarnya :

 Photo tube
Lebih sensitif dari photo cell, memerlukan power suplay yang stabil dan amplifier
Gambarnya :

 Photo mulipliers
Sangat sensitif, respon cepat, digunakan dalam instrumen double beam panguatan internal.
Gambarnya :

6. Rekorder
Fungsi rekorder mengubah panjang gelombang hasil deteksi dari detektor yang
diperkuat oleh amplifier menjadi radiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi
sinyal-sinyal listrik dalam bentuk spektrum. Spektrum tersebut selanjunya dibawa ke monitor
sehingga dapat dibaca dalam bentuk transmitan.

7. Read Out
a) Null balance
menggunakan prinsip null balance potentiomer, tidak nyaman, banyak diganti dengan pembacaan langsung
dan pembacaan digital.
b) Direct readers
absorbansi (A), konsentrasi (C), dan persen transmitan (%T), dibaca langsung dari skala
c) Pembacaan digital
mengubah signal analog ke digital dan menampilkan peraga angka light emithing diode (LED), sebagai A, %T,
atau C.Dengan pembacaan meter seperti gambar, akan lebih mudah dibaca skala transmitannya, kemudian
menentukan absorbansi dengan A = - log T.

Gambar. Pembaca transmitansi dan absorbansi pada spektrofotometer

Dengan pembacaan meter seperti gambar diatas, akan lebih mudah dibaca skala transmitannya, kemudian
menentukan absorbansi dengan A= -lig T. Skema dasar instrumen single beam dan double beam seperti
disajikan pada gambar dibawah.
 Fitur instrumen single beam
Biaya rendah, tujuan dasar untuk mengukur A, C, atau %T pada apanjang gelombang terpisah.
100% T(OA) harus diatur pada setiap panjang gelombang tidak dapat digunakan untuk meneliti
spektra.
 Fitur instrumen double beam
Dugunakan untuk meneliti spektra pada panjang gelombang lebih tinggi (190-880) nm. Dapat
menghasilkan spektra A vs? %v? Atau spektra derivatif 1st, 2nd, 3rd, 4th. Dapat digunakan
untuk pengukuran A atau %T saja pada apanjang gelombang tertentu. (Sabarudin. 2000 : 112-
133)

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 Spektrofotometer 1 set
 Labu takar 100 mL 1 buah
 Gelas kimia 100 mL 2 buah
 Labu takar 25 mL 6 buah
 Botol semprot 1 buah
 Spatula 1 buah
 Corong pendek 1 buah
 Pipet seukuran 1 mL 1 buah
 Pipet seukuran 5 mL 1 buah
 Pipet seukuran 10 mL 1 buah
 Pipet tetes 3 buah
 Batang pengaduk 1 buah
 Ball pipet 1 buah
2. Bahan
 Garam Fe(NH4OH)2 SO4 ± 0,07 gram
 Larutan hidroksilamin-HCl 5% 1 mL
 Larutan 1,10-fenantrolin 0,1% 5 mL
 Larutan CH3COONa 5% 8 mL
 Aquades secukupnya
 H2SO4 2M 5 mL
 Larutan sampel 1 mL

D. Prosedur Kerja
 Pembuatan Larutan baku Fe(II)100 ppm
Garam Fe (NH4)2 (SO4)2. 6H2O ditimbang sebanyak 0,07 gram. Kemudian dilarutkan
dengan aquades dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Dan tambahkan 5 mL asam
sulfat 2 M dan ditambahkan kembali aquades hingga mencapai tanda batas.
 Pembuatan Larutan Deret Standar dan Larutan Sampel
Larutan standar yang dibuat adalah 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm dan 2,5 ppm dan 3
ppm. Larutan standar dibuat dalam labu ukur 25 mL, dengan mengencerkan larutan induk.
Sebelum diencerkan, masing-masing larutan ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin HCl 5%, 8
mL CH3COONa 5% dan 5 mL 1,10-fenantrolin 0,1%. Volume larutan induk yang digunakan
untuk membuat masing-masing larutan standar dengan konsentrasi yang telah ditentukan
adalah 2,5 mL; 3,75 mL; 5 mL dan 6,25 mL dan 7,5 mL.
Larutan sampel dibuat dalam labu ukur 25 mL. Sampel dipipet sebanyak 1 mL. Sebelum
diencerkan, masing-masing larutan ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin HCl 5%, 8 mL
CH3COONa 5% dan 5 mL 1,10-fenantrolin 0,1%.
Larutan standar dan larutan sampel didiamkan selama 10 menit sebelum dilakukan
pengukuran.
 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Larutan deret standar dengan konsentrasi 2 ppm diukur dengan menggunakan alat
spektronic-20 pada panjang gelombang 400-600 nm.
 Pengukuran Deret Standar dan Sampel
Larutan deret standar dan sampel diukur serapan larutan pada λ maksimum dengan alat
spektronic-20 pada panjang gelombang maksimum. Dan dibuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi dan serapan deret standar. Apabila sampel berada diluar rentang deret standar,
maka sampel diencerkan.
 Pengoperasian Alat Spektronik
1. Nyalakan alat spektronik dengan menekan tombol on/off ke arah ‘ON’ bila aliran listrik sudah dihubungkan
dengan arus AC 220V, maka lampu indikator akan berwarna merah menandakan adanya arus yang mengalir.
Biarkan kurang lebih 15 menit untuk memanaskan alat.
2. Pilih panjang gelombang yang akan digunakan dengan cara memutar tombol pengatur panjang gelombang.
3. Atur meter ke pembacaan A (absorbansi, dalam percobaan ini tidak digunakan mode %
transmitansi) dengan memilih dari tombol pengaturnya modenya.
4. Masukan larutan blanko.
5. Atur meter ke pembaca hingga nilai absorbansinya 0,000 dengan menekan teranya.
6. Ganti larutan blankonya dengan larutan cuplikan dan baca absorbansi yang ditunjukan pada pembaca alat.
7. Kalau sudah selesai pengukuran padamkan alat dengan menekan tombol on/off ke arah ‘OFF’.
E. Hasil dan analisis data
Analisis penentuan kadar besi (Fe) dalam sampel air ledeng pada praktikum ini
menggunakan teknik spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri yang digunakan tepatnya
adalah spektrofotometri cahaya tampak karena logam besi mempunyai panjang gelombang
lebih dari 400 nm, sehingga jika menggunakan spktrofotometri UV, logam besi dalam sampel
tidak terdeteksi karena tidak menyerap sinar dengan panjang gelombang tersebut.
Pada percobaan ini, panjang gelombang 520 nm digunakan sebagai panjang gelombang
untuk menganalisis kadar besi di dalam larutan karena pada panjang gelombang ini absorbansi
sinar mempunyai nilai maksimal. Dengan kata lain, pada panjang gelombang ini, sinar yang
dipancarkan oleh spektrofotometer paling banyak diserap oleh larutan. Oleh karena itu,
pengukuran pada panjang gelombang 520 ini menghasilkan pengukuran yang akurat. Panjang
gelombang ini juga termasuk dalam rentang panjang gelombang yang diserap warna hijau biru
(490-550 nm) yang merupakan warna komplementer dari warna merah jingga. Warna larutan
yang dianalisis.
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan mengukur absorbansi larutan
standar 2 ppm pada berbagai panjang gelombang. Rentang panjang gelombang yang diuji
adalah 400-600 nm. Dari pengukuran diketahui bahwa pada panjang gelombang yang
berbeda maka absorbansinya juga berbeda. Semakin besar panjang gelombang yang diberikan
semakin besar pula absorbansinya. Akan tetapi, pada keadaan tertentu nilai absorbansi kembali
menurun seiring peningkatan panjang gelombang. Nilai absorbansilarutan terus meningkat
mulai dari pengukuran pada panjang gelombang 400 nm hingga 520 nm. Pada panjang
gelombang 520 nm diperoleh nilai absorbansi paling tinggi (maksimum) yaitu
sebesar 0,486 atau 48,6% cahaya diserap. Selanjutnya, absorbansi menurun dengan
meningkatnya panjang gelombang. Hal ini berarti pada panjang gelombang tersebut
kemampuan molekul-molekul menyerap cahaya kembali menurun. Dari hasil percobaan ini
dapat disimpulkan bahwa larutan standar tersebut menyerap cahaya secara maksimal pada
panjang gelombang 520 nm.
Sebelumnya dilakukan matching kuvet menggunakan larutan CoCl2 untuk menentukan
kuvet yang identik sehingga pengukuran diharapkan akan lebih akurat. Sedangkan dalam
pengukuran larutan standar dan sampel digunakan blanko berupa campuran larutan
hidroksilamin-HCl, larutan natrium asetat, orto-fenantrolin dan aquadest.
Pada preparasi sampel, hidroksilamin klorida yang ditambahkan ke dalam larutan berfungsi
agar ion besi tetap stabil berada pada keadaan bilangan oksidasi 2+. Sehingga kompleks yang
terbentuk bersifat sangat stabil dan dapat diukur absorbansi menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 520 nm.
Natrium asetat merupakan suatu garam yang bersifat basa yang merupakan
buffer atau penyangga. Keberadaan natrium asetat dalam larutan menyebabkan larutan tidak
berubah pH-nya secara signifikan jika larutan tersebut ditambah larutan lain yang bersifat asam
atau basa. Dengan kata lain natrium asetat berfungsi untuk menjaga larutan berada pada pH
optimal untuk pembentukan kompleks besi fenantrolin, yaitu pada kisaran pH 6-8. pH harus
tetap dijaga dalam kondisi optimal karena dikhawatirkan jika pH terlalu besar, akan terjadi
endapan-endapan misalnya Fe(OH)2.
Orto-phenantrolin dalam percobaan ini berfungsi sebagai pembentuk senyawa kompleks
sehingga dalam bentuk senyawa kompleks, ion besi dapat memberikan warna yang dapat
dianalisis dengan metode spektrofotometri dengan memperhitungkan besar
absorbansinya. Adapun dalam keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna.

Orto-phenantrolin mempunyai struktur sehingga ketika berikatan dengan ion


besi (Fe ), orto-phenantrolin akan membentuk suatu senyawa kompleks Fe(phen)32+ yang
2+

mempunyai struktur:

Dalam penentuan kadar Fe dalam sampel menggunakan spektrofotometri


visibel ini sebelumnya dibuat deret larutan standar terlebih dulu. Tujuannya adalah
untuk membuat kurva kalibrasi yang akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel air.
Pada penentuan kadar besi dalam sampel, digunakan persamaan garis dari kurva kalibrasi standar y =
0,2416x + 0,0008 dengan R2 = 0.999 dan bsorbansi sampel sebesar 0,486. Sehingga konsentrasi Fe(II) dalam
sampel diperoleh sebesar 0.2478 ppm.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002, kadar
besi yang diperbolehkandi dalam air sehingga air dikatakan sebagai air bersih adalah 0,3 miligram per liter
atau 0,3 ppm. Maka air ledeng hasil analisis tersebut mempunyai kadar besi yang besarnya dibawah ambang
batas, sehingga air sumur tersebut layak untuk dikonsumsi.
F. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan yaitu penentuan kadar Fe(II) dalam sampel
dengan menggunakan spektrometer visibel, diketahui bahwa konsentrasi Fe(II) dalam sampel
sebesar 0.2478 ppm.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Spektrofotometri [online]. http://www.chem-is-try.org. (diakses tanggal 1 April 2011)
Anonim. Spektroskopi Sinar Tampak Ultraviolet Uv-Vis [online]. http://one.indoskripsi.com/. (diakses tanggal
1 April 2011)
Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen.Semarang:Semarang Press.
Hendayana, Sumar (2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bandung:Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
UPI.
Sabarudin, Akhmad, dkk. (2000). Kimia Analitik. Bandung : IKIP Semarang
Wiji, dkk. (2010). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia.
Wiryawan, A, dkk. (2008). Kimia Analitik SMK E-Book. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Anda mungkin juga menyukai