LP Klien Dengan Ventilator
LP Klien Dengan Ventilator
DISUSUN OLEH :
APRICILA FITRIA HASTUTI
1410.721.007
C. TUJUAN
Penggunaan ventilator bertujuan untuk:
1. Memperbaiki ventilasi paru
2. Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan
ventilasi yang fisiologis
3. Membantu otot nafas yang lelah/lemah
4. Mengurangi kerja miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas (Brunner
and Suddarth, 2002)
D. INDIKASI
Ventilator diberikan kepada seseorang yang memiliki (Tanjung, 2003):
1. Gangguan ventilasi
a. Disfungsi otot pernapasan
b. Penyakit neuromuscular (miestania gravis, polymelitis)
c. Sumbatan jalan napas
d. Gangguan kendali napas
e. Gagal napas akut disertai asidosis respiratorik
2. Gangguan oksigen
a. Hipoksemia yang teah dapat terapi oksigen maksimal namun tidak ada
perbaikan
3. Secara fisiologis memenuhi kriteria
a. RR > 35x/menit
b. Tidal volume <5ml/kgBB
c. Kapasitas vital <10ml/kg/BB
d. Tekanan inspirasi maksimal <25 cm H2O
e. PO2 <60 mmHg dengan FiO2 21%
f. PO2 <70 mmHg dengan FiO2 40%
g. PO2<100 mmHg dengan FiO2 100%
h. PaCO2 > 55 mmHg
i. Minute volume (MV) <3 liter/menit atau >20 liter per menit
j. Penggunaan otot tambahan pernapasan
4. Indikasi lain
a. Pemberian sedasi berat
b. Menurunkan kebutuhan oksigen baik secara sistematik atau miokard
c. Menurunkan TIK dan mencegah TIK
E. KONTRAINDIKASI
1. Pemakaian alat ventilasi umumnya sangat membantu pasien yang
menagalami masalah pernapasan. Tidak ditemukan kontraindikasi dalam
penggunaannya, kecuali jika telah terjadi komplikasi lain yang menyertai
perjalanan penyakitnya.
2. Pada pasien dengan fraktur basal tengkorak rentan terpasang ventilator
F. KLASIFIKASI VENTILATOR
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut
mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif
dan ventilator tekanan positif.
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik
yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis,
distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis.
Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang
kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
2. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini
diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus
(Pressure Cycled Ventilator), waktu bersiklus (Time Cycled Ventilator), dan
volume bersiklus (Volume Cycled Ventilator).
a. Volume Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin
berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang
ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada
komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan
yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan
ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.
Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan
ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit).
Normal ratio => I (Inspirasi) : E (Ekspirasi ) = 1 : 2
G. MODUS OPERASIONAL
1. CMV (Continous Mechanical Ventilation)
Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini, pasien
menrima volume dan frekuensi pernapasan sesuai dengan yang telah diatur.
Sedangkan pasien tidak dapat bernafas sendiri.
2. ACV (Assist Control Ventilation)
Pada modus ini, pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas,
tetapi hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk bernapas spontan.
Total jumlah pernapasan dan volume semenit ditentukan oleh pasien sendiri.
3. IMV (Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume dan frekuensi pernapasan dari ventilator.
Keuntungannya adalah pasien diberikan kesempatan untuk bernapas sendiri.
4. Pressure Support
Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara memberikan tekanan.
Pada saat pasien inspirasii, mesin memberikan bantuan nafas sesuai tekanan
positif yang telah ditentukan. Modus ini sangat baik untuk digunakan pada
proses penyapihan pasien dari penggunaan ventilator.
5. SIMV (Syncronize Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan pernafasan dari
ventilator disesuaikan kapan terjadi pernapasan sendiri.
H. PARAMETER VENTILATOR
1. FiO2 (Fraksi oksigen inspirasi)
FiO2 diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pemberian FiO2 sebaiknya
diberikan serendah mungkim tetapi pemberian PaO2 yang adekuat.
Prinsipnya adalah mendapatkan PaO2 yang lebih besar dari 60mmHg
2. Volume tidal
Volume tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk setiap kali pernafasan.
Normalnya adalah 8-12 cc/kgBB
3. Frekuensi pernapasan
4. Perbandingan inspirasi dan ekspirasi (I:E Ratio)
5. Untuk menentukan perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi.
Normal I:E adalah 1:2
6. Batas tekanan (Pressure Limit)
Pengaturan pada parameter ini bertujuan untuk membatasi tekanan yang
diberikan dalam mencapai volume tida;. Pressure limit diberikan 10-15 cm
H2O diatas tekanan yang dikeluarkan oleh pasien
7. Sensitivitas
Diberikan agar pasien merangsang mesin untuk memberikan nafas.
Sensitivitas tidak diberikan jika ventilator dalam modus control. Jika pasien
diharapkan untuk merangsang mesin maka sensitivitas diatur pada
-2cmH2O
8. Alarm
Alarm ventilator bekerja atau berbunyi verarti mengindikasikan terjadinya
suatu masalah. Mekanisme kerja alarm pada ventilator antara lain:
a. Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal
Penyebab Penatalaksanaan
b. Pressure
High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg diatas PIP pasien rata-
rata. Alarm akan berbunyi jika tekanan meningkat dimanapun selama
masih di sirkuit ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan
Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan sumber udara tidak adekuat
Penyebab Penatalaksanaan
Low PEEP/CPAP
Parameter alarm PEEP/CPAP biasanya diatur 3-5cmHg dibawah
settingan PEEP/CPAP yang digunakan
Penyebab Penatalaksanaan
c. Volume
Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute volume venyilation
Penyebab Penatalaksanaan
d. Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi jika tidak ada ekshalasi
Penyebab Penatalaksanaan
e. I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah
1:1,5.
Penyebab Penatalaksanaan
(Brunner and Suddarth, 2002 ; Hudak and Gallo, 1995; Pierce, 1995;
Tanjung, 2003)
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal
volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang
digunakan adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan
untuk meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke,
1996).
Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen dalam
gas. Karena resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2 diatur
dengan level rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk
menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps
alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveolikapiler.
J. EFEK VENTILATOR
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke
jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun.
Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat
dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru
juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif
sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output
juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi.
Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan
tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output
(curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain: Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-
organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat
tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat
sehingga tekanan intrakranial meningkat.
K. KOMPLIKAIS VENTILATOR
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
Pada paru
1. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler. Atelektasis/ kolaps alveoli diffuse
2. Infeksi paru
3. Keracunan oksigen
4. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
5. Aspirasi cairan lambung
6. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
7. Kerusakan jalan nafas bagian atas
N. METODE PENYAPIHAN
1. Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti
huruf T. pemberian oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat
penggunaan ventilator. Pasien dinyatakan siap diekstubasi jika penggunaan
T. Piece lebih banyak dari penggunaan ventilator. Keuntungannya adalah
proses penyapihan lebih cepat
2. Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan caa mengurangi
frekuensi pernapasan yang diberikan oleh mesin. Dengan menggunakan
metode ini pasien dapat metih otot-otot pernapasan, lebih aman dan pasien
tidak merasakan ketakutan, tetapi kerugiannya berlangsung lambat
3. Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator
O. PROSEDUR PENYAPIHAN
1. Memberitahukan pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak
pada awal weaning. Lakukan support mental pada pasien terutama yang
sudah menggunakan ventilator dalam waktu lama
2. Meminimalkan obat-obat sedasi
3. Melakukan pada pagi hari atau siang hari dimana masih banyak staff ICU
dan kondisi pasien stabil
4. Membersihkan jalan nafas, memposisikan pasien senyaman mungkin
5. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semuala
6. Melakukan monitoring keluhan subjektif, nadi, RR, irama jantung, kerja
nafas, dan saturasi O2
7. Mengawasi analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
8. Melakukan dokumentasi yang meliputi teknik weaning, respon pasien, dan
lamanya weaning
(Brunner and Suddarth, 2002 ; Hudak and Gallo, 1995; Tanjung, 2003)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN VENTILATOR
A. Pengkajian
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi
ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan
8. Upaya ventilasi spontan klien
9. Status nutrisi
10. Status psikologis
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator
tekanan positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung
dan pembuluh darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan
curah jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan
pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat
berkembang menjadi pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu
arus balik vena, curah jantung dan tekanan darah.
Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus
memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup,
kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang berkembang menjadi sianosis,
berkeringat dan penurunan haluaran urin).
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator
pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat
harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Jenis ventilator
2. Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
3. Pengaturan volume tidal dan frekuensi
4. Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
5. Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
6. Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
7. Humidifikasi
8. Alarm
9. PEEP
Catatan:
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat
diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan
ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag Resuscitation Manual.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12.Status nutrisi / elektrolit.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penyakit yang
mendasari, atau penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau
penyapihan (pengesetan ventilator tak tepat) .
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
pembentukan lendir yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan
positif .
C. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk
mengoptimalkan pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar
dan pengiriman oksigen.
Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang
mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari
mesin dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat , dokter,
dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji pasien terhadap
pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia, dan respon
terhadap tindakan.
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan
faktor-faktor yang sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan
cairan, nyeri insisi, atau penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan
jalan nafas bawah disertai fisioterapi dada (perkusi, fibrasi) adalah strategi
lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup
bukti tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial.
Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat
ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri.
Perawat sering menjadi orang pertama yang mengetahui perubahan dalam
temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam gas darah
yang menandakan terjadinya masalah (pneumotoraks, perubahan letak
selang, emboli pulmonal).
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri
pulmonal dan tanda-tanda vital yang adekuat.
2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang
minimal.
3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan
jumlah sel darah putih.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat
komunikasi lainnya.
Data : Kriteria Evaluasi : 2. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi Gerakan dada simetris dengan bunyi
berubahnya frekuensi Tanda-tanda vital bunyi nafas nafas melalui area paru menunjukan
dan kedalaman normal letak selang tepat / tak menutup jalan
pernafasan Suara napas vesikuler, nafas. Obstruksi jalan nafas bawah
bunyi nafas tidak tidak ada ronchi menghasilkan perubahan pada bunyi
normal Tidak ada retraksi nafas seperti Rh dan Wh
sianosis (+) dinding dada
Tidak ada sianosis 3. Awasi letak selang endotrakeal Selang endotrakeal dapat masuk ke
Akral hangat bronkus kanan, sehingga menghambat
aliran udara ke kiri dank lien berisiko
mengalami tension pneumotoraks
Pola nafas tidak efektif : Tujuan : 1. Kaji etiologi gagal nafas Pemahaman penyebab gagal nafas
ketidakmampuan untuk bernafas Setelah diberikan intervensi memberi dasar untuk pemilihan
secara spontan b.d penurunan keperawatan 3x24 jam, pasien intervensi yang tepat bagi klien
ekspansi paru akan memiliki pola nafas yang
efektif 2. Observasi pola nafas. Catat RR, jarak Klien dengan ventilator dapat
Data : antara pernafasan spontan dengan mengalami hiperventilasi /
TV Kriteria Evaluasi : ventilator hipoventilasi, dispnea, dan nafas cepat
RR Tidak ada penggunaan sebagai kompensasi
Takipnea / bradipnea otot bantu pernapasan
bila dilepaskan dari Tidak ada sianosis atau 3. Hitung pernafasan klien selama 1 menit Pernafasan sangat bergantung pada
ventilator hipoksia penuh dan bandingkan untuk menyusun masalah yang memerlukan bantuan
PaCO2 AGD dalam rentang frekuensi di ventilator ventilator, contoh klien mungkin secara
normal total bergantung pada ventilator atau
Tidak ada takipnea mampu bernafas sendiri diantara nafas
yang diberikan oleh ventilator
TUJUAN DAN KRITERIA
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
EVALUASI
4. Periksa selang terhadap adanya Lipatan atau obstruksi pada selang
kemungkinan obstruksi, contoh terlipat dapat mencegah pengiriman volume
atau akumulasi air. Alirkan selang sesuai yang adekuat dan meningkatkan
indikasi tekanan jalan nafas. Akumulasi air
mencegah distribusi gas dan pencetus
pertumbuhan bakteri
6. Sediakan alat resusitasi dan ventilasi Menyediakan ventilasi adekuat bila ada
manual disamping tempat tidur klien masalah pada alat yang menuntut klien
sementara dilepas dari ventilator
9. Monitor rasio Inspirasi dan Ekspirasi Fase ekspirasi normalnya dua kali
panjangnya fase inspirasi
Risiko perubahan membrane Tujuan : 1. Monitor secara rutin rongga mulut, gigi, Identifikasi dini masalah memberikan
mukosa oral b.d. tak efektif Setelah diberikan intervensi gusi terhadap adanya luka, lesi, kesempatan untuk intervensi /
bersihan oral keperawatan 3x24 jam, masalah perdarahan pencegahan dengan tepat
perubahan membrane mukosa
Data : oral tidak menjadi actual 2. Lakukan oral hygiene secara rutin dan Mencegah pengeringan / luka
TUJUAN DAN KRITERIA
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
EVALUASI
Terpasang selang sesuai kebutuhan membrane mukosa dan menurunkan
intubasi Kriteria Evaluasi : media pertumbuhan bakteri.
Ketidakmampuan Saliva di daerah Meningkatkan kenyamanan
menelan cairan oral mukosa meningkat
Penurunan saliva Mukosa lembab 3. Ubah posisi selang endotrakeal secara Menurunkan risiko luka bibir dan
didaerah mucosal Area membran mukosa teratur sesuai jadwal membrane mukosa mulut
Bersihan oral tidak oral bersih
efektif 4. berikan minyak bibir / mulut Mempertahankan kelembaban,
mencegah kekeringan membrane
mukosa
Kerusakan komunikasi verbal b/d Tujuan: 1. Buat cara-cara komunikasi, contoh Membantu pasien untuk berkomunikasi
paralisis neuromuskuler, Setelah diberikan intervensi menanyakan pertanyaan tertutup, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi
terpasang selang keperawatan 3x24 jam, menggunakan tulisan atau gambar dll
endotrakeostomi/trakeostomi kebutuhan komunikasi pasien
dapat terpenuhi 2. Mengajari penggunaan bel untuk Pasien dengan ventilator membutuhkan
Data: memanggil perawat dalam jangkauan perhatian atau observasi lebih sehingga
Terpasang Kriteria Hasil: pasien penting bagi tenaga kesehatan untuk
Endotrakeal/trakheosto Kebutuhan pasien mengetahui apabila terdapat tanda
mi terpenuhi bahaya atau keperluan pasien
Kelemahan/paralisis Pasien termotivasi
neuromuskular untuk melatih 3. Evaluasi kebutuhan untuk/ketepatan Pasien dengan kognitif/keterampilan
Ketidakmampuan bicara kemampuan bicara bicara selang trakeostomi otot adekuat mempunyai kemampuan
untuk memanipulasi bicara selang
trakeostomi
Ansietas b/d ancaman konsep Tujuan: 1. Dorong pasien untuk mengekspresikan Memberikan pasien untuk menerima
diri, ketergantungan pada Setelah diberikan intervensi perasaan takut yang dirasakan masalah, memperjelas kenyataan takut
dukungan ventilator, perubahan keperawatan 3x24 jam, pasien dan menurunkan ansietas sampai ke
fungsi peran, pengaruh buruk mampu mengontrol ansietas tingkat yang dapat diterima
interpersonal
Kriteria Evaluasi: 2. Identifikasi kekuatan koping sebelumnya Memfokuskan perhatian pada
Data: Menyatakan kesadaran dari pasien atau orang terdekat dan area kemampuan sendiri, meningkatkan rasa
TUJUAN DAN KRITERIA
DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
EVALUASI
Peningkatan dan cara sehat untuk kontrol kontrol
otot/tegangan wajah menerimanya
Insomnia Menunjukkan 3. Mengajarkan teknik relaksasi Memberikan manajemen aktif situasi
Gelisah keterampilan untuk menurunkan perasaan tak
Terlalu waspada pemecahan masalah berdaya
Perasaan ketakutan untuk mengatasi situasi 4. Merujuk ke kelompok pendukung sesuai
Fokus pada diri yang ada kebutuhan Mungkin perlu untuk memberikan
Menyatakan masalah Melaporkan ansietas bantuan tambahan bila pasien atau
tentang perubahan menurun orang terdekat tidak menangani ansietas
kejadian hidup Tampak rileks dan tidur atau bila pasien “dikenal menggunakan
sesuai mesin”
Resiko infeksi b/d tidak adekuat Tujuan: 1. Mempertahankan teknik aseptik saat Mencegah infeksi
pertahanan utama, tidak adekuat Setelah diberikan intervensi melakukan tindakan kepada pasien
pertahanan sekunder, penyakit keperawatan 3x24 ja, pasien
kronis, malnutrisi, prosedur tidak mengalami infeksi 2. Memotivasi napas dalam, batuk, dan Memaksimalkan ekspansi paru dan
invasif (intubasi) mengubah posisi memobilisasi sekret untuk
Kriteria evaluasi mencegah/menurunkan atelektasis dan
Data: Tanda-tanda vital dalam akumulasi sekret kental
Terpasang alat invasif rentang normal
(intubasi) Suhu normal (36,5-37,5 3. Batasi pengunjung Individu telah dipengaruhi dan berada
Terdapat produksi C) pada risiko tinggi mengalami infeksi
sputum Tidak ada takipnea dan
Adanya luka pada takikardi 4. Pertahankan hidrasi dan nutrisi. Membantu memperbaiki tahanan umum
prosedur trakheostomi Tidak terjadi Dorong cairan 2500 ml/hari dalam untuk penyakit dan menurunkan risiko
peningkatan sputum toleransi jantung infeksi dari statsis sekret
Gallo dan Hudak (1997). Keperawatan Kritis, ed.6 vol.1 Jakarta: EGC. Buku
asli; Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Philadelphia:
Lippincott.
LeMone P and Burke KM. (1996). Medical-surgical nursing : critical thinking
in client care. Canada: Cummings Publishing Company Inc.
Nasution AH. (2002). Intubasi, Extubasi dan Mekanik ventilasi.Makalah
pada Workshop Asuhan Keparawatan Kritis; Asean Conference on
Medical Sciences. Medan, 20-21 Agustus 2002.
Nettina SM. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6th ed).
Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Smeltzer SC, Bare BG. (1996). Brunner & Suddart’s textbook of medical-
surgical nursing. (8th ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Wirjoatmodjo K. (2000). Anestesiologi dan Reanimasi: Modul dasar untuk
Pendidikan S1 Kedokteran. Jakarta: DIKTI.
Brunner & Suddarth. (2002). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical
nursing, 8th ed. (Agung Waluyo et. al., Penerjemah). Philadelphia: Lippincott
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., and Geissler, A.C. (2000). Nursing care
plans: guidelines for planning and documentating patientcare. (I Made K.
dan Ni Made S., Penerjemah). Philadelphia: F.A. Davis Company.
Hudak, Gallo. (1995). Keperawatan kritis pendekatan holistik, ed. ke-6. Jakarta
EGC
Pierce, Lynelle N.B. (1995). Guide to mechanical ventilation and intensive
respiratory care, 1st edition. Philadelphia: WB. Saunders Company)
Tanjung, Dudut. (2003). Asuhan keperawatan klien dengan ventilator mekanik.
Style sheet:
http//:www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3600/3/keperawatan-
dudut.pdf (diakses tanggal 11 Februari 2013)
Purnawan, I., Saryono. 2010. Mengelola Pasien Dengan Ventilator Mekanik.
Jakarta: Rekatama.