Pencabutan Gigi
Pencabutan Gigi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Abstrak
Pencabutan gigi impaksi terutama gigi molar merupakan tindakan yang paling sering dilakukan
baik oleh para dokter gigi maupun ahli bedah mulut dan maksilofasial. Dengan memahami resiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi dan melakukan prosedur tindakan yang baik dan benar,
maka komplikasi tersebut dapat diminimalkan.(9)
BAB II
PEMBAHASAN
Kontraindikasi :
Kontra Indikasi Sistemik(11)
Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus untuk
dilakukan eksodonsi. Bukan kontra indikasi mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor ini meliputi
pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut,
eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan
dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting
untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah
pencabutan gigi.
1. Diabetes Mellitus
Malfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolute atau relative kadar insulin
yang mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa. Penderita diabetes melitus digolongkan
menjadi:
1. Diabetes Melitus ketergantungan insulin (IDDM, tipe 1, juvenile,ketotik, britlle).
Terjadi setelah infeksi virus dan produksi antibodi autoimun pada orang yang predisposisi
antigen HLA. Biasanya terjadi pada pasien yang berumur di bawah 40 tahun.
2. Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (NDDM, tipe 2, diabetes dewasa stabil).
Diturunkan melalui gen dominan dan biasanya dikaitkan dengan kegemukan. Lebih sering terjadi
pada umur di atas 40 tahun.
Pembedahan dentoalveolar yang dilakukan pada pasien diabetes tipe 2 dengan menggunakan
anestesi local biasanya tidak memerlukan tambahan insulin atau hipoglikemik oral. Pasien
diabetes tipe 1 yang terkontrol harus mendapat pemberian insulin seperti biasanya sebelum
dilakukan pembedahan; dan makan karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Perawatan yang
terbaik untuk pasien ini adalah pagi hari sesudah makan pagi. Diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik, yang sering disebabkan oleh karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan
terkontorl lebih dahulu sebelum dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan
kemungkinan pasien harus rawat inap.
Diabetes dan Infeksi
Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk
pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami
penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian
antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut diduga keras akibat defisiensi leukosit
polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis
karena hiperglikemi. Sebaliknya, infeksi orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan
pengontrolan diabetes, misalnya meningkatnya kebutuhan insulin. Pasien dengan riwayat
kehilangan berat badan yang penyebabnya tidak diketahui, yang terjadi bersamaan dengan
kegagalan penyembuhan infeksi dengan terapi yang biasa dilakukan, bisa dicurigai menderita
diabetes.
Keadaan Darurat pada Diabetes
Diabetes kedaruratan, syok insulin (hipoglikemia), dan ketoasidosis (hiperglikemia) lebih sering
terjadi pada diabetes tipe 1. Kejadian yang sering terlihat adalah hipoglikemia, yang dapat timbul
sangat cepat apabila terjadi kegagalan menutupi kebutuhan akan insulin dengan asupan
karbohidrat yang cukup. Sedangkan ketoasidosis biasanya berkembang setelah beberapa hari.
Pasien yang menderita hipoglikemia menunjukkan tanda-tanda pucat, berkeringat, tremor,
gelisah, dan lemah. Dengan pemberian glukosa secara oral (10-20 gram), kondisi tersebut akan
dengan mudah membaik. Kegagalan untuk merawat kondisi ini akan mengakibatkan kekejangan,
koma, dan mungkin menyebabkan kematian. Untuk mengatasi ketoasidosis diperlukan
pemberian insulin dan cairan. Hal tersebut sebaiknya dilakukan di rumah sakit (pasien rawat
inap).
2. Kehamilan
Pregnancy bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi, karena
tidak ada hubungan antara pregnancy dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin
merupakan manifestasi dari pregnancy gingivitis yang disebabkan pergolakan hormon selama
pregnancy.
Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus yang
meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup dapat
menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan perusakan
jaringan dan pembuluh darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan pregnant bermaksud untuk
scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di-refer dulu untuk pemeriksaan darah lengkap, laju
endap darah, dan kadar gula darahnya. Jangan lupa sebelum dilakukan tindakan apapun, pasien
dilakukan tensi dulu.
Kalau memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi,
pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu
kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari saja
kecuali kasus akut (politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat bius dan antibiotic,
(ada daftarnya mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (FDA) sedative (nitrous oxide,
dormicum itu tidak dianjurkan). Kalau memang harus dicabut giginya atau scalling pada ibu
hamil, waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu baring, karena bisa bikin kompresi vena
cafa inferior.
Kalau memang riskan, dan perawatan gigi-mulut tidak dapat ditunda sampai post-partus, maka
sebaiknya tindakan dilakukan di kamar operasi dengan bekerja sama dengan tim code blue, atau
tim resusitasi. Ekstraksi gigi pada pasien hamil yang ’sehat’ bisa dilakukan dengan baik dan
aman di praktek, clinic biasa, atau rumah sakit.
Kesulitan yang sering timbul pada ekstraksi gigi pada ibu hamil adalah keadaan psikologisnya
yang biasanya tegang, dll. Seandainya status umum pasien yang kurang jelas sebaiknya di
konsulkan dulu ke dokter obsgin-nya.
3. Penyakit Kardiovaskuler
Sebelum menangani pasien ketika berada di klinik, kita memang harus mengetahui riwayat
kesehatan pasien baik melalui rekam medisnya atau wawancara langsung dengan pasien. Jika
ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar tidur dan
vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita penyakit jantung. Oleh karena itu,
diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat, misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal
ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa sehingga kita dapat menyusun rencana perawatan
yang tepat dan tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontra indikasi eksodonsi. Kontra indikasi eksodonsi
di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan eksodonsi pada pasien ini, namun
dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung.
Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis
mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan eksodonsi tanpa terjadi
komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan
sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi, misalnya saja penderita jantung rema harus diberi
penicillin sebelum dan sesudah eksodonsi dilakukan.
4. Kelainan Darah
a. Purpura hemoragik
Pada pasien dengan keadaan scurvy lanjut maka perdarahan ke dan dari dalam gusi merupakan
keadaan yang biasa terjadi. Hal ini disebabkan karena fragilitas kapiler (daya tahan kapiler
abnormal terhadap rupture) pada pasien tersebut dalam keadaan kurang, sehingga menuju kearah
keadaan mudah terjadi pendarahan petechie dan ecchimosis.
Perlu ditanyakan kepada pasien tentang riwayat perdarahan pasca eksodonsia, atau pengalaman
pendarahan lain. Selanjutnya diteruskan pada pemerikasaan darah yaitu waktu pendarahan dan
waktu penjedalan darah, juga konsentrasi protrombin.
b. Lekemia
Pada lekemia terjadi perubahan proliferasi dan perkembangan leukosit dan prekursornya dalam
darah dan sumsum tulang. Sehingga mudah infeksi dan terjadi perdarahan.
b.1. Lekemia Limfatika
Tanda2 :
• badan mkn lelah dan lemah
• tanda2 anemia pucat, jantung berdesir, tknn drh rendah
• limfonodi membesr dsluruh tbh
• gusi berdarah
• petechyae
• perdarahan pasca eksodonsia
• batuk2
• pruritus
• pemeriksaan darah menunjukkan ada anemia tipe sekunder
b.2. Lekemia Mielogenous
• Kek. Tbh penderita bkrg
• bb berkurang
• tanda2 anemia
• pembesaran limfa
• perut terasa kembung & mual
• demam
• gangguan gastro intestinal
• gatal2 pada kulit
• perdrahan pd bbgai bag tbh
• gangguan penglihatan / perdarahan krn infiltrais leukemik
• perbesaran lien
• perdarahan petechyae
• perdrahan gusi
• rasa berat di daerah sternum
c. Anemia
Ciri-ciri anemia yaitu rendahnya jumlah hemoglobin dalam darah sehingga kemampuan darah
untuk mengangkut oksigen menjadi berkurang. Selain itu, penderita anemia memiliki
kecenderungan adanya kerusakan mekanisme pertahanan seluler.
d. Hemofilia
Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis
primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka,
disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding
pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu
clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin,
dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B
(penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease
terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.
Agar tidak terjadi komplikasi pasca eksodonsia perlu ditanyakan adakah kelainan perdarahan
seperti waktu perdarahan dan waktu penjendalan darah yg tdk normal pada penderita
5. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga
terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung
vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.
Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat
antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan
perdarahan.
6. Jaundice
Tanda-tandanya adalah ( Archer, 1961 ) ialah kulit berwarna kekuning-kuningan disebut bronzed
skin, conjuntiva berwarna kekuning-kuningan, membrana mukosa berwarna kuning, juga terlihat
pada cairan tubuh ( bila pigmen yang menyebabakan warna menjadi kuning ).
Tindakan eksodonsi pada penderita ini dapat menyebabkan “prolonged hemorrahage” yaitu
perdarahan yang terjadi berlangsung lama sehingga bila penderita akan menerima pencabutan
gigi sebaiknya dikirimkan dulu kepada dokter ahli yang merawatnya atau sebelum eksodonsi
lakukan premediksi dahulu dengan vitamin K.
7. AIDS
Lesi oral sering muncul sebagai tanda awal infeksi HIV. Tanpa pemeriksaan secara hati-hati,
sering lesi oral tersebut tidak terpikirkan, karena lesi oral sering tidak terasa nyeri. Macam-
macam manifestasi infeksi HIV pada oral dapat berupa infeksi jamur, infeksi bakteri, infeksi
virus dan neoplasma.
Pada penderita AIDS terjadi penghancuran limfosit sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi
berkurang. Pada tindakan eksodonsi dimana tindakan tersebut melakukan perlukaan pada
jaringan mulut, maka akan lebih mudah mengalami infeksi yang lebih parah. Bila pasien sudah
terinfeksi dan memerlukan premedikasi, maka upayakan untuk mendapatkan perawatan medis
dulu. Tetapi bila belum terinfeksi bisa langsung cabut gigi.
Dengan demikian, apabila dokter gigi sudah menemui gejala penyakit mematikan ini pada
pasiennya, maka dokter bisa langsung memperoteksi diri sesuai standar universal precautaion
(waspada unievrsal). Perlindungan ini bisa memakai sarung tangan, masker, kacamata, penutup
wajah, bahkan juga sepatu. Karena hingga kini belum ditemukan vaksin HIV.
8. Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang diakibatkan Treponema pallidum. Pada penderita sifilis, daya
tahan tubuhnya rendah, sehingga mudah terjadi infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat.
9. Nefritis
Eksodonsi yang meliputi beberapa gigi pada penderita nefritis, dapat berakibat keadaan nefritis
bertambah buruk. Sebaiknya penderita nefritis berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli
sebelum melakukan eksodonsi.
11. Hipersensitivitas
Bagi pasien dengan alergi pada beberapa jenis obat, dapat mengakibatkan shock anafilaksis
apabila diberi obat-obatan pemicu alergi tersebut. Oleh karena itu, seorang dokter gigi perlu
melakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat kesehatan dan menghindari obat-obatan pemicu
alergi.
Gambar 2.
Insisi bukal pada pencabutan gigi molar tiga impaksi 5
3. Infeksi 4,5,6
Infeksi dapat terjadi baik sebelum maupun setelah tindakan pencabutan gigi molar tiga. Infeksi
akibat gigi molar tiga perlu mendapat perhatian serius karena dapat menyebar ke spatium kepala
dan leher yang berakibat fatal (Gambar 3).
Gambar 3.
Potongan koronal ramus asenden mandibula 5
1. Spatium parafaringeal
2. Spatium pterigoid interna
3. Spatium submaseter
4. Spatum buksinator
5. Spatium bukalis
Infeksi pada spatium bukal dan buksinator umumnya terlokalisir pada sisi lateral mandibula.
Infeksi pada submaseter akan berada pada spatium antara tepi lateral madibula dan otot maseter
dan menyebabkan trismus.
Infeksi spatium pterigoid interna berada pada ruang antara otot pterigoid interna dan permukaan
medial mandibula yang juga menyebabkan trismus dan masalah jalan nafas.
Infeksi spatium submandibular dapat menyebabkan gangguan jalan nafas. Bilateral
submandibular infeksi dengan selulitis disebut Ludwig Angina yang dapat berakibat fatal.
Infeksi spatium parafaringeal terjadi antara mukosa faring dan otot konstriktor superior yang
merupakan kedaruratan yang mengancam jiwa.
Prinsip utama adalah drainase pus dan antibiotika adekuat.
Infeksi lokal yaitu alveolar osteitis yang dikenal dengan dry socket. Infeksi ini terutama pada
pengambilan gigi molar bawah yang sulit dengan trauma yang besar disertai adanya penyakit
periodontal disekitarnya, perokok dan menggunakan lokal anestetik dengan vasokonstriktore
yang banyak. Infeksi ini ditandai oleh adanya bau mulut yang khas, rasa nyeri yang menyebar
dan terjadi 48 jam setelah tindakan. Komplikasi ini Terapi yang dianjurkan adalah dengan irigasi
soket dengan saline hangat dan aplikasi kassa yodoform sampai gejala hilang. Terapi kuratase
jangan dilakukan karena tidak memperbaiki keadaan penyakit.
4. Komplikasi sinus maksilaris 5,6
Secara anatomis terdapat hubungan yang erat antara gigi premolar dan molar atas dengan sinus
maksilaris, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya resiko perforasi sinus maksilaris
pada waktu pencabutan gigi2 tersebut. Bila perforasi kecil maka akan sembuh secara spontan
dengan adanya bekuan darah dalam soket. Bila tidak terjadi penutupan, maka diperlukan
penutupan baik dengan bukal atau palatal flap disertai dengan pemberian antibiotika beta laktam
atau sefalosforin dan nasal dekongestan. Bila sudah terjadi sinusitis maka diperlukan irigasi sinus
dan teknik Cadwell Luc untuk membuang dinding sinus yang mengalami infeksi.
7. Perdarahan 5,6,7,8
Perdarahan yang terjadi dapat dibagi menjadi perdarahan primer, intermediat atau sekunder atau
perdarahan arteri, vena dan kapiler. Pada tindakan pencabutan gigi molar tiga pada pasien tanpa
kelainan darah, umumnya disebabkan oleh perdarahan kapiler. Perdarahan sekunder disebabkan
oleh oral fibrinolisis akibat terlalu banyak kumur, infeksi lokal atau trauma pencabutan yang
terlalu besar. Terapinya adalah aplikasi tampon adrenalin, pemberian anti perdarahan kapiler
seperti asam trasexamik, hemostatik lokal seperti spongostan, surgicel dan penjahitan.
BAB III
PENUTUP
II1.1 Kesimpulan(1)
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum mengadakan suatu tindakan terhadap pasien harus selalu dicurigai mengenai akan
terjadinya komplikasi atau indikasi kontraindikasi. Seorang dokter gigi harus bisa
menganamnesis dengan cermat untuk mengungkapkan adanya riwayat penyakit atau riwayat
pendarahan sebelaum melakukan pencabutan gigi serta perlunya penanganan awal seorang
dokter gigi, yaitu:
a. Periksa tekanan darah
b. Periksa laporan darah untuk pendarahan, waktu bekuan, ESR, gula darah.
c. Jika memakai aspirin hentikan pada waktu pencabutan gigi
d. Berikan riwayat kesehatan yang sesuai pada dokter gigi sebelum pencabutan dilakukan
2. Tindakan pencabutan gigi impaksi dapat menimbukan beragam komplikasi yang tidak
diharapkan. Meskipun tidak dapat menghilangkan komplikasi tersebut, klinisi dapat
meminimalkan kejadian tersebut dengan melakukan manipulasi pencabutan dengan baik dan
benar.
3. Bila terjadi perdarahan, seorang dokter gigi harus bisa bertindak dengan benar,
mempertimbangkan keadaan apa yang harus dilakukan untuk mencegah perdarahan yang banyak
dengan menggunakan tindakan sebagai berikut: tutup luka dengan menggunakan perban atau
kain, jepit dengan haemostat atau klem, tutup luka dengan gelfoam yang menyerap
perdarahan,dan berikan tindakan penjahitan bila diperlukan
III. 2. Saran
Seorang dokter gigi dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi sederhana bisa saja mengahadapi
kondisi komplikasi perdarahan. Oleh karena itu, pengetahuan akan faktor yang menyebabkan
dan cara menanggulanginya menjadi suatu hal yang penting dalam menghadapi kondisi seperti di
atas.
Hindari atau minimalkan komplikasi setelah pencabutan gigi impaksi dengan prinsip dasar yaitu
tentukan rencana pencabutan dengan jelas, gunakan teknik operasi yang baik dan benar, dan
pemberian informed consent tertulis tentang resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
5. Pogrel MA. Complications of third molar surgery. Oral and maxillofacial surgery clinics of
North America. August 1990
6. What are the complications as risks with wisdom teth extraction. http://www.animated-
teeth.com/wisdom-teeth/
8. Wisdom teeth.http://www.mynewsmile.com/
10. Gigi bungsu 2009 dalam Wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas. Website
address:http://www Gigi-bungsu.htm