Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari


alveolus,dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.
Pencabutan g i g i j u g a m e r u p a k a n o p e r a s i b e d a h y a n g m e l i b a t k a n
j a r i n g a n b e r g e r a k d a n jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi
oleh bibir dan pipi, dan s e l a n j u t n y a dihubungkan/disatukan oleh
g e r a k a n l i d a h d a n r a h a n g . D e f i n i s i pencabutan gigi yang ideal adalah
Pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal
terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh
dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang (Howee,
1999).

Pada dasarnya hanya terdapat dua metode pencabutan. Metode pertama yang cukup
memadai dalam sebagaian besar kasus biasanya disebut forceps extraction
(pencabutan dengan tang), dan terdiri dari pencabutan gigi atau akar gigi dengan
menggunakan tang atau bein atau keduanya. Ujung instrument-instrument ini ditekan
masuk kedalam membrane periodontal antara akar gigi dan dinding tulang
soket.Metode ini lebih baik disebut sebagai pencabutan intraalveolar.

Metode pencabutan-pencabutan yang lain adalah memisahkan gigi atau akar gigi dari
perlekatannya dengan tulang. Pemisahan ini dilakukan dengan mengambil sebagian
tulang penyangga akar gigi itu, kemudian dikeluarkan dengan menggunakan bein dan
atau tang.Teknik ini disebut surgical method (metodepembedahan),ataulebih baik
disebut sebagai pencabutantransalveolar.

B. Tujuan
Tersedianya acuan dala m melaksanakan pencabutan gigi di
RumahSakit
C. Sasaran
Sasaran dari panduan ini adalah semua petugas kesehatan
( dokter gigi dan perawat gigi) yang terkait
D. Landasan Hukum
.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktek Klinis bagi Dokter
Gigi
1
BAB II

Ruang Lingkup

A. Klasifikasi Sumber Daya Manusia

Tenaga pelaksana yang digunakan untuk pelayanan medic adalah tenaga yang
memiliki surat izin prkatek/ surat izin kerja, antara lain:

1. Dokter Gigi
2. Perawat Gigi

B. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan pelayanan di koordinir oleh BidangPelayanan dan Tim


Unit Poli Gigi Rs.JiwaProf.HbSaanin Padang.

Dokter Gigi : drg. Zulfaeda

drg.Lisa Herman

Perawat Gigi : EvisahAmKg

Nurzalina

C. Jadwal Kegiatan

Jadwal Tenaga Rawat jalan dan Rawat Inap Rs.Jiwa.Prof.HbSaanin

No. Hari/ Jam Nama Dokter Perawat Gigi


1. Senin ,Rabu,Jumat drg.Zulfaeda Nurzalina Poli Rawat Inap
07.30- 12.00
Selasa dan Kamis
drg.Lisa Herman EvisahAmKg
07.30-12.00

2. Senin ,Rabu,Jumat drg.Zulfaeda Nurzalina Poli Rawat Jalan


Selasa,Kamis drg.Lisa Herman EvisahAmKg

2
D. Standar Fasilitas

a. Arah angin harus dari belakang petugas


b. Mempunyai cross ventilation (ventilasi cukup dan terbuka)
c. Mempunyai fasilitas dengan air mengalir untuk cuci tangan
d. Dental Unit beroprasi dengan baik
e. Bahan cukup lengkap untuk pelayanan medik dasar
f. Alat cukup lengkap untuk pelayanan medik dasar
g. Mempunyai sterilisator alat
h. Mempunyai 2 lemari untuk penyimpanan alat, bahan dan dokumen

E. Denah Ruang

Ruangan Gigi

B E
D
F

A
G H
B
I C
3
KETERANGAN :
A : Dental Unit
B : Wastafel
C : PintuKeluar/Masuk
D : LemariPenyimpananAlat
E : LemariPenyimpatanBahanObat Gigi
F : PintuKeluar/Masuk
G : TempatAssestment
H : TempatAsseetment
I : Pintu keluar dan masuk

4
BAB III

TATA LAKSANA

1. Lingkup kegiatan

a. Koordinator program harus ditetapkan


Pelayanan medic dasar adalah pelayanan tingkat dasar perseorangan yang
dilakukan secara terus menerus setiap hari.
b. Prinsip pelayanan adalah :
a) Kontak pertama
b) Layanan bersifat pribadi
c) Pelayanan paripurna
d) Paradikma sehat
e) Pelayanan berkesinambungan
f) Berorientasi pada keluarga (family). Memperhatikan hak dan kewajiban
pasien, pendidikan pasien dan keluarga sehingga pasien dan keluarga
dan berperan aktif dalam pengambilan keputusan tindakan medis
berdasarkan pengetahuan yang benar dan ilmiah.
c. Jenis pelayanan medic dasar yang dilakukan
a) Konsultasi penyakit gingivitis dan periodontitis
b) DHE
c) Pembersihan karang gigi/ scaling
d) Pengobatan
e) Rujukan bila diperlukan
d. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan melalui rekam medis yang disusun (S,O,A,P,I) sehingga
memudahkan petugas mendapat informasi penting yang perlu diketahui setiap
pasien datang. Penkodean klasifikasi diagnosis perlu ditetapkan oleh
managemen
e. Mekanisme rujukan
Rujukan berdasarkan indikasi medis

5
f. Kredensial
Kredensial adalah proses menilai dokter/ dokter gigi oleh tim kredensial
dari internal puskesmas yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan dengan
suatu criteria mutu yang ditetapkan. Proses ini bertujuan agar kualitas
pelayanan dapat di standarkan.
Hal-hal yang dikredensialkan adalah :
1. Aspek legal: prizinan
2. Sarana prasarana sesuai standard
g. Rekam medis pasien
Dalam rekam medis pasien data-data penting yang perlu dicatat, dirangkum
dalam blanko rekam medis adalah :
a. Identitas pasien
b. Nomor registrasi
c. Alamat
d. Jenis kelamirn
e. Umur
f. Status Perkawinan
g. Pendidikan terakhir
h. Faktor resiko

2. Metode Tatalaksana pencabutan gigi

A. Indikasi Pencabutan Gigi

Gigi mungkin perlu di cabut untuk berbagai alasan, misalnya karena sakit gigi itu
sendiri,sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di sekitarnya,atauletak gigi
salah.Dibawah ini adalah beberapa contoh indikasi dari pencabutan gigi:
a.Karies yang parah
Alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi
adalah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi yang karies merupakan
alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk dilakukantindakan pencabutan.

b. Nekrosis Pulpa

Sebagai dasar pemikiran , yang kedua ini berkaitan erat dengan pencabutan gigi
adalah adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan untuk
perawatan endodontik saluran akar yang berliku-liku,kalsifikasi dan tidak dapat diobati
6
dengan teknikendodontik standar. Dengan kondisi ini, perawatan endodontik yang
telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkanrasa sakit sehingga diindikasikan
untuk pencabutan.

c. Penyakit periodontal yang parah

Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit periodontal yang parah.
Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa waktu, maka akan
nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversibel. Dalam
situasi seperti ini, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut.

Jenis Pencabutan

a. Pencabutan gigi susu

Pencabutan gigi adalah suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi
tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Gigi susu adalah gigi sementara
pada manusia yang nanti akan tanggal dan diganti oleh gigi tetap (di sebut gigi susu
karena warnanya putih seperti susu).

b. Pencabutan gigi permanen

Pencabutan gigi adalah suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi
tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Gigi tetap adalah gigi yang
tumbuh tetap mulai usia 6 tahu

Pelaksana Pencabutan Gigi

Pelaksana pencabutan gigi di Pelayanan kesehatan gigi di Rs.JiwaProf.Hb.Saanindilakukan oleh


Dokter Gigi
Apabila Dokter Gigi melakukan kegiatan luar gedung maka dapat didelegasikan kepada
Perawat Gigi.

A. Pencabutan gigi susu dengan topikal anestesi

Definisi :
Pencabutan gigi susu dengan topikal anestesi adalah tindakan melepaskan gigi susu
dari socketnya di rongga mulut dengan topikal anestesi. Anestesi adalah tindakan
7
untuk menghilangkan seluruh sensasi rasa pada tempat yang dituju. Topikal
anestesiadalah tindakan anestesi yang diaplikasikan secara topikal pada permukaan
jaringan. Anestetikum dapat berbentuk pasta, cairan, atau semprotan.
Penatalaksanaan :
 Melakukan pemeriksaan klinis menggunakan instrument dasar :

Gigi susu goyang derajat 2 atau 3,


Gigi susu yang kesundulan dengan goyang derajat 2 atau 3

 Akar gigi yang tidak didukung oleh alveolus atau goyah derajat 3
resorbsi 2/3 panjang akar,
menegakkan diagnosa :

Gigi luksasi

Gigi persistensi dengan luksasi

- melakukan desinfeksi sekitar gigi yang akan dicabut dan area yang akan
dianestesi dengan Povidon Iodida 2%,
- mengambil gulungan kapas yang telah diberi anestetikum topikal berupa
semprotan chlor ethyl atau pasta topikal
- menempelkan gulungan kapas pada gusi di lokasi gigi yang akan dicabut
mengambil tang sesuai dengan gigi yang akan dicabut,
- melakukan aplikasi tang, yaitu menempatkan paruh tang dengan baik,
- melakukan adaptasi tang yang dilanjutkan dengan tekanan cengkeram,
- melakukan gerakan luksasi sambil ditarik ke arah bukal/labial dan
lingual/palatinal sampai gigi keluar dari soketnya,
- melakukan penekanan alveolus dilakukan dengan menggunakan kapas di atas
alveolus dan digigit oleh pasien,
- memberikan instruksi setelah pencabutan, yaitu :

 Menggigit kapas selama 30 menit atau sampai darah berhenti keluar,

 Mengompres dingin pada pipi, kalau perlu diulang beberapa kali


 (lamanya cukup 10 menit),

 Jangan sering meludah dan berkumur,

8
 Jangan makan di sisi yang baru dicabut,

 Menghindari makanan dan minuman hangat atau panas, hindari juga


makanan dan minuman yang mengandung alkohol,

 Jangan memegang atau mengkorek bekas luka,

 Jangan melakukan gerakan menghisap atau menyedot (termasuk


merokok),

 Minum obat yang diberikan sesuai aturan,

 memberikan analgetik sesuai dengan indikasi dan diminum jika sakit.

B. Pencabutan gigi susu dengan anestesi infiltrasi

Pencabutan gigi susu dengan anestesi infiltrasi adalah tindakan melepaskan gigi susu
dari socketnya di rongga mulut dengan anestesi injeksi. Anestesi adalah tindakan
untuk menghilangkan seluruh sensasi rasa pada tempat yang dituju.
Anestesi infiltrasi adalah cara anestesi dengan menginsersikan jarum/spuit berisi
larutan anestetikum tertentu ke dalam jaringan yang dituju.
Penatalaksanaan :
 melakukan pemeriksaan klinis menggunakan instrument dasar :
o menegakkan diagnosa

o Gigi persistensi,

 melakukan desinfeksi sekitar gigi yang akan dicabut dan area yang akan
dianestesi dengan Povidon Iodida 2%,
 mengambil spuit dan mengisinya dengan zat anestetikum,
 menginsersikan jarum pada bagian bukal/labial dan lingual/palatal dari gigi
yang akan dicabut,
 melakukan aspirasi -
 mendeponirkan zat anestetikum
 menginstruksikan pada pasien untuk menunggu reaksi anestetikum
 menanyakan pada pasien apakah pipi/bibir/lidah sudah terasa baal
(teranestesi) atau belum
 melakukan sondasi di sekeliling servik
 memisahkan gigi dari gusi dengan bein
 mengambil tang sesuai dengan gigi yang akan dicabut

9
 melakukan aplikasi tang, yaitu menempatkan paruh tang dengan baik
 melakukan adaptasi tang yang dilanjutkan dengan tekanan cengkeram
 melakukan gerakan luksasi sambil ditarik ke arah bukal/labial dan
lingual/palatinal sampai gigi keluar dari soketnya
 memeriksa alveolus untuk mengetahui ada tidaknya jaringan patologis, fraktur,
atau debris. Bila diperlukan, memberi obat atau bahan untuk menghentikan
perdarahan (spon gelatin hemostatik) atau melakukan jahitan.

 melakukan kompresi alveolus dengan tekanan jari, penekanan alveolus


menggunakan kapas dengan Povidon Iodida 2% di atas alveolus dan digigit
oleh pasien
 memberikan instruksi setelah pencabutan, yaitu :

- Menggigit kapas selama 30 menit atau sampai darah berhenti keluar,

- Jangan sering meludah dan berkumur

- Jangan makan di sisi yang baru dicabut

- Menghindari makanan dan minuman hangat atau panas, hindari juga


makanan dan minuman yang mengandung alkohol,

- Jangan memegang atau mengkorek bekas luka,


- Jangan melakukan gerakan menghisap atau menyedot (termasuk
merokok),

- Minum obat yang diberikan sesuai aturan

C. Pencabutan gigi tetap dengan topikal anestesi

Penatalaksanaan :
 Melakukan pemeriksaan klinis menggunakan instrument dasar :

o Gigi tetap goyang derajat 2 atau 3

 Akar gigi yang tidak didukung oleh alveolus atau goyah derajat 3
o atau resorbsi 2/3 panjang akar, -
o menegakkan diagnosa :

Gigi luksasi

 melakukan desinfeksi sekitar gigi yang akan dicabut dan area yang akan
dianestesi dengan Povidon Iodida 2%
 mengambil gulungan kapas yang telah diberi anestetikum topikal berupa
semprotan chlor ethyl atau pasta topikal
10
 menempelkan gulungan kapas pada gusi di lokasi gigi yang akan dicabut
 mengambil tang sesuai dengan gigi yang akan dicabut
 melakukan aplikasi tang, yaitu menempatkan paruh tang dengan baik
 melakukan adaptasi tang yang dilanjutkan dengan tekanan cengkeram
 melakukan gerakan luksasi sambil ditarik ke arah bukal/labial dan
lingual/palatinal sampai gigi keluar dari soketnya,

 melakukan penekanan alveolus dilakukan dengan menggunakan kapas di atas


alveolus dan digigit oleh pasien,
 memberikan instruksi setelah pencabutan, yaitu :

Menggigit kapas selama 30 menit atau sampai darah berhenti keluar,

Mengompres dingin pada pipi, kalau perlu diulang beberapa kali (


Jangan sering meludah dan berkumur,
Jangan makan di sisi yang baru dicabut,
Menghindari makanan dan minuman hangat atau panas, hindari juga
makanan dan minuman yang mengandung alkohol,
Jangan memegang atau mengkorek bekas luka,
Jangan melakukan gerakan menghisap atau menyedot (termasuk merokok),
Minum obat yang diberikan sesuai aturan,
Bila perdarahan atau rasa sakit berlanjut, segera kembali ke Puskesmas
memberikan analgetik (parasetamol 500 mg) sesuai dengan indikasi dan
diminum jika sakit.

Pencabutan gigi tetap dengan anestesi infiltrasi

Pencabutan gigi tetap dengan anestesi infiltrasi adalah tindakan melepaskan gigi dari
socketnya di rongga mulut dengan anestesi injeksi. Anestesi adalah tindakan untuk
menghilangkan seluruh sensasi rasa pada tempat yang dituju.
Anestesi infiltrasi adalah cara anestesi dengan menginsersikan jarum/spuit berisi
larutan anestetikum tertentu ke dalam jaringan yang ditujukan
Penatalaksanaan :
 melakukan pemeriksaan klinis menggunakan instrument dasar :

Gigi mati dengan perkusi (-) palpasi (-) CE (-)

Sisa akar dengan perkusi (-) palpasi (-) CE (-)

11
 Keadaan umum baik

 menegakkan diagnosa :
Nekrosis pulpa,
Radices
 Menentukan rencana perawatan yaitu pencabutan gigi dengan anestesi infiltrasi
 melakukan desinfeksi sekitar gigi yang akan dicabut dan area yang akan
dianestesi dengan Povidon Iodida 2%, -
 mengambil spuit dan mengisinya dengan zat anestetikum, -
 menginsersikan jarum pada bagian bukal/labial dan lingual/palatal dari gigi
yang akan dicabut
 melakukan aspirasi
 mendeponirkan zat anestetikum
 menginstruksikan pada pasien untuk menunggu reaksi anestetikum
 menanyakan pada pasien apakah pipi/bibir/lidah sudah terasa baal
(teranestesi) atau belum
 melakukan sondasi di sekeliling servik
 memisahkan gigi dari gusi dengan bein
 mengambil tang sesuai dengan gigi yang akan dicabut
 melakukan aplikasi tang, yaitu menempatkan paruh tang dengan baik

3. Keselamatan

Petugas

 Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


 Pemakaian alat pelindung diangtaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infkesi yang lain.
 Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
 Pengelolaan jarum dan alat tajam

Sasaran

a. Ketepatan identifikasi pasien

b. Peningkatan komunikasi yang efektif

c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)

d. Ketepatan (tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi)


12
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

f. pengurangan resiko pasien jatuh

Lingkungan

a. buang jarum suntik bekas irigasi atau injeksi pasien pada safety box

b. buang masker dan hand scoon yang sudah dipakai pada tempat sampah
infeksius yang telah diberi kantong plastik.

13
BAB IV

DOKUMENTASI

14
PANDUAN
PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI
DI RS.JIWA PROF.HB.SAANIN PADANG

UNIT GIGI
RS.JIWA.PROF.HB.SAANIN PADANG
PROV.SUMATRA BARAT

15

Anda mungkin juga menyukai