Anda di halaman 1dari 131

Dibuat oleh: Dr. Ir. Iman Basriman, MSi.

Soecahyadi, ST.,MT

2015

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Daftar Isi

Tujuan Pembelajaran Umum

Bab I. Pendahuluan

Tujuan Pembelajaran

Materi Pembelajaran

A. Latar Belakang

B. Pengertian-pengertian pada Quality, Income & Packaging

Evaluasi

Bab II. Memilih Jenis Kemasan

Tujuan Pembelajaran

Materi Pembelajaran

A. Kemasan Alami dan Tradisional

B. Kemasan Tunggal Sintetik atau Buatan

C. Kemasan Ganda Laminat dan Komposit

D. Identifikasi Jenis Kemasan

Evaluasi

Bab III. Proses Pengemasan

Tujuan Pembelajaran

Materi Pembelajaran

A. Pengemasan Manual

B. Pengemasan Masinal

i
C. Pengemasan Aseptik

D. Teknik Pengemasan Khusus

Evaluasi

Bab IV. Disain Grafis dan Cetak Kemasan untuk Preferensi Konsumen

Tujuan Pembelajaran

Materi Pembelajaran

A. Disain Kemasan

B. Elemen Kemasan

C. Menentukan Disain Kemasan

D. Labelling

E. Proses Pencetakan

F. Pencetakan Kemasan

G. Tahapan Desain Kemasan

Evaluasi

ii
EXECUTIVE SUMMARY

Salah satu usaha untuk memberikan nilai tambah pada produk untuk
mendapatkan emosional benefit konsumen adalah melalui pengemasan. Daya tarik
suatu produk tidak dapat terlepas dari pengemasannya. Pengemasan produk
merupakan “pemicu” minat konsumen karena langsung berhadapan dengan konsumen.
“Packaging sells what it protects (kemasan menjual apa yang dilindungi)., kemasan
bukan hanya berperan sebagai pelindung/menjaga mutu/kualitas atau wadah tetapi
harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Kemasan berperan juga untuk
mengkomunikasikan suatu citra tertentu. Konsep fungsional pengemasan harus
mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai ke pemakai akhir
dengan melakukan pembelian, sehingga dapat dikatakan pengemasan dapat
menciptakan penjualan (to create sales), yang pada akhirnya akan
mendatangkan/meningkatkan pendapatan/income perusahaan.
Jenis kemasan mencakup kemasan tradisional dan alami, kemasan sintetik dan
buatan, serta kemasan ganda komposit dan laminat, dengan melalui tahap identifikasi
dapat diketahui kemasan yang cocok untuk mengemas suatu produk, sehingga akan
memberikan rasa aman dan kesan positif pada konsumen.
Melalui proses pengemasan yang terdiri atas pengemasan manual, pengemasan
masinal, pengemasan aseptic, dan teknik pengemasan khusus, dapat diketahui aplikasi
proses pengemasan yang dapat meningkatkan tampilan produk yang dikemas dari segi
bentuk dan ukuran kemasan, sehingga dapat menambah daya tarik konsumen terhadap
produk yang dikemas dan meningkatkan nilai produk tersebut. Dilanjutkan dengan
disain kemasan yang memenuhi unsur warna, bentuk, merek dan logo, illustrasi,
tipografi, tata letak, teknik pencetakan yang tepat, maka akan terpenuhi emotional
benefit konsumen terhadap produk yang dikemas, yang ditindaklanjuti dengan
melakukan pembelian produk.

iii
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

1. Mengetahui tentang latar belakang perlunya quality, income packaging (QIP) pada

perusahaan untuk menciptakan penjualan serta pengertian-pengertian yang berkaitan

dengan QIP

2. Memahami berbagai jenis pengemasan dan identifikasinya sebagai cara untuk dapat

menentukan kemasan yang cocok untuk produk yang akan dijual kepada para

pelanggan.

3. Memahami proses pengemasan yang cocok untuk diaplikasinya pada berbagai jenis

kemasan untuk meningkatkan penjualan

4. Memahami desain dan cetak kemasan dan labelnya yang cocok untuk diaplikasikn

pada berbagai kemasan untuk menciptakan penjualan.

iv
BAB I. PENDAHULUAN

Tujuan Pembelajaran :

1. Mengetahui latar belakang perlunya quality income packaging (QIP) pada perusahaan
atau industri manufaktur untuk menciptakan penjualan.
2. Mengetahui pengertian-pengertian pada QIP yang berkaitan dengan pengemasan dan
fungsinya serta peran pengemasan dalam penjualan produk.

Materi Pembelajaran:

A. Latar Belakang

Memasuki MEA dalam era globalisasi seperti sekarang ini di mana situasi

persaingan dalam pasar semakin tajam, persaingan produk tidak lagi terbatas pada

keunggulan kualitas atau teknologi canggih semata, tetapi juga pada usaha untuk

mendapatkan nilai tambah untuk memberikan emotional benefit kepada konsumen.

Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk memberikan nilai tambah ini adalah

melalui pengemasan. Daya tarik suatu produk tidak dapat terlepas dari

pengemasannya. Pengemasan produk merupakan “pemicu” minat konsumen karena

langsung berhadapan dengan konsumen. Karena itu pengemasan harus dapat

mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif, berupa melakukan

pembelian produk; karena tujuan akhir dari pengemasan adalah untuk menciptakan

penjualan, sehingga meningkatkan pendapatan/income bagi perusahaan.

1
Kemasan sebuah produk merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi

banyaknya penjualan atau minatnya konsumen terhadap produk tersebut. Sebagian

besar pengusaha berfikir bahwa kualitas sebuah produk dan cara pemasaran jauh lebih

diutamakan untuk meningkatkan penjualan, dibandingkan fokus pada kemasan

produk. Padahal unsur-unsur yang mempengaruhi penjualan produk seperti kualitas

produk, pelayanan, pemasaran, dan kemasan merupakan unsur–unsur yang saling

mendukung satu sama lain. Sehingga belum tentu, jika produk dengan kualitas dan

pemasarannya yang bagus, maka akan banyak peminatnya, bila tidak didukung dengan

kemasan yang menarik, hal ini dapat terjadi karena kemasan merupakan hal pertama

yang dapat menangkap mata konsumen untuk tertarik pada produk tersebut. Bila

diperbandingkan, kedua produk yang sama sama mempunyai kualitas yang tinggi

dengan metode pemasaran yang sama baiknya, akan tetapi produk pertama

menggunakan kemasan dengan bahan yang cocok yang menimbulkan rasa aman dan

menggunakan disain yang estetis, sedangkan produk lainnya menggunakan kemasan

dengan bahan yang tidak cocok dan menggunakan disain yang kurang estetis, maka

tentunya konsumen akan lebih tertarik pada produk yang pertama.

Mengetahui dengan tepat kemasan yang cocok baik dari segi proses serta

keamanan dan estetika bagi konsumen merupakan hal yang mutlak bagi industri atau

perusahaan apapun jenis produknya, agar dapat meningkatkan preferensi konsumen

sehingga pada akhirnya akan meningkatkan, bahkan menciptakan penjualan.

2
B. Pengertian-pengertian pada Quality, Income and Packaging

1. Pengertian Packaging/Pengemasan

Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan,

yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan

pada bahan/produk yang dikemas/ dibungkusnya, sehingga dengan adanya

pengemasan akan menimbulkan rasa aman bagi pengguna/konsumen

bahan/produk. Pengemasan dapat didefinisikan juga sebagai seluruh kegiatan

merancang dan memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk

supaya mempunyai daya tarik bagi pengguna/konsumen, sehingga pengemasan

meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label.

Sebelum dibuat oleh manusia, alam juga telah menyediakan kemasan untuk

berbagai bahan alami, seperti manusia menggunakan kemasan berupa kulit untuk

pelindung tubuh dari gangguan cuaca, serta agar tampak anggun dan menarik,

jagung dengan kelobotnya, buah-buahan dengan kulitnya, buah kelapa dengan

sabut dan tempurung, polong-polongan dengan kulit polong dan lain-lain. .

Ruang lingkup bidang pengemasan saat ini sudah semakin luas, dari mulai

bahan yang sangat bervariasi hingga model atau bentuk dan teknologi pengemasan

yang semakin canggih dan menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi

dari bahan kertas, plastik, gelas, logam, fiber hingga bahan-bahan yang dilaminasi.

Namun demikian pemakaian bahan-bahan seperti papan kayu, karung goni, kain,

kulit kayu, daun-daunan dan pelepah dan bahkan sampai barang-barang bekas

seperti koran dan plastik bekas yang tidak etis dan hiegenis juga digunakan sebagai

bahan pengemas berbagai produk termasuk produk pangan.

3
Bentuk dan teknologi kemasan bervariasi dari kemasan botol, kaleng,

tetrapak, corrugated box, kemasan vakum, kemasan aseptik, kaleng bertekanan,

kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pintar (active and intelligent packaging)

yang dapat menyesuaikan kondisi lingkungan di dalam kemasan dengan kebutuhan

produk yang dikemas.

Susunan konstruksi kemasan juga semakin kompleks dari tingkat primer,

sekunder, tertier sampai konstruksi yang tidak dapat lagi dipisahkan antara

fungsinya sebagai pengemas atau sebagai unit penyimpanan, misalnya pada peti

kemas yang dilengkapi dengan pendingin (refrigerated container) berisi udang

beku untuk ekspor, dan pada box produk fashion yang dilengkapi dengan paper

board untuk menempatkan pakaian agar terlihat elegant.

2. Fungsi Pengemasan

Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi

produk dari kerusakan-kerusakan atau menjaga mutu/kualitas, sehingga lebih

mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada

bahan/produk adalah :

a. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar

produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran

b. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,

panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan

mikroorganisme yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.

4
c. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat

komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada

kemasan.

d. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan

berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan

penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan.

e. Melindungi pengaruh buruk dari luar dan melindungi pengaruh buruk dari

produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang

berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk

yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat

melindungi produk-produk lain di sekitarnya.

f. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan

sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol

plastik yang lebih ringan dibanding botol gelas, sehingga pemasaran dan

pemakaian produk lebih luas karena biaya transportasi lebih ringan, jumlah

yang dibawa lebih banyak dan memudahkan konsumen dalam penggunaannya,

g. Menambah daya tarik pelanggan

Umumnya banyak perusahaan melakukan sebuah riset terlebih dahulu tentang

skema warna, desain, maupun jenis pada sebuah kemasan produk yang akan

dipasarkannya. Hal ini dilakukan agar tingkat pemasaran produknya jauh lebih

luas lagi. Jika diinginkan produk yang dijual banyak peminatnya, maka bisa

disiapkan desain packaging yang tepat untuk produk yang siap dipasarkan.

Salah satu yang membuat produk tersebut bisa laku adalah kemasan produk

5
dengan desain yang tepat dan estetis yang bisa menjadi daya tarik bagi

pelanggan.

h. Sarana informasi dan iklan

Sebuah kemasan produk juga berperan penting dalam memberikan informasi

produk seperti, manfaat, kegunaan, tagline, maupun cara pembuatan.

Semuanya bisa dicantumkan pada desain kemasan agar konsumen tahu tentang

manfaat dari produk tersebut, yang penting tidak disampaikan semuanya

hingga desain menjadi penuh dan malah membuat konsumen menjadi jenuh

melihanya.

i. Memberi kenyamanan bagi pelanggan.

Dengan menggunakan disain kemasan yang membantu pelanggan untuk

mudah membuka dan menutup kemasan, serta kemudahan dalam pemakaian

kemasannya, maka akan memberikan kenyamanan bagi pelanggan dalam

menggunakan produk yang dimeas

Fungsi ke-f, g dan h merupakan fungsi tambahan dari kemasan, akan tetapi dengan

semakin meningkatnya persaingan dalam industri manufaktur, fungsi tambahan ini

justru lebih ditonjolkan, sehingga penampilan kemasan harus betul-betul menarik

bagi calon pelanggan, dengan cara membuat :

a. Cetakan yang multi warna dan mengkilat sehingga menarik dan berkesan

mewah

b. Dapat mengesankan berisi produk yang bermutu dan mahal

c. Desain teknik dari wadahnya memudahkan pemakai

6
d. Desain teknik wadahnya selalu mengikuti teknik mutahir sehingga produk yang

dikemasnya terkesan mengikuti perkembangan terakhir.

3. Peran Pengemasan dalam Perolehan Pendapatan

Teknologi telah membuat packaging berubah peran, dulu orang bilang

“Packaging protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual).”

Sekarang, “Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang

dilindungi). Dengan kata lain, kemasan bukan hanya berperan sebagai

pelindung/menjaga mutu/kualitas atau wadah tetapi harus dapat menjual produk

yang dikemasnya.

Selain itu kini kemasan sudah berperan sebagai media komunikasi.

Misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi nomor

telepon toll-free atau bebas pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak

hanya untuk complain, tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang

segala hal yang berhubungan dengan produk tersebut.

Kemasan juga dapat berperan untuk mengkomunikasikan suatu citra

tertentu. Contohnya, pada produk-produk makanan Jepang, karena orang Jepang

dikenal paling pintar membuat kemasan yang bagus, maka permen Jepang

seringkali lebih enak dilihat daripada rasanya. Orang Jepang berani menggunakan

bahan-bahan mahal untuk membungkus produk yang dijual. Walaupun tidak ada

pesan apa-apa yang ditulis pada bungkus tersebut, tapi kemasannya

mengkomunikasikan suatu citra yang baik.

7
Semua produk yang dijual di pasar modern seperti saat sekarang ini harus

benar-benar direncanakan kemasannya dengan baik. Karena produk dalam kategori

yang sama akan diletakkan pada rak yang sama. Jika produsen ingin meluncurkan

suatu produk baru, salah satu tugas yang penting adalah membuat kemasannya

stands out, lain daripada yang lain dan unik. Bila tidak terkesan berbeda dengan

produk lain, maka produk baru itu akan “tenggelam”. Sebelum mencoba isinya,

konsumen akan menangkap kesan yang dikomunikasikan oleh kemasan. Dengan

demikian kemasan produk baru tersebut harus mampu “beradu” dengan kemasan

produk-produk lainnya.

Dengan melihat peranan dari pengemasan yang sangat penting, maka

konsep fungsional pengemasan harus mencakup seluruh proses pemasaran dari

konsepsi produk sampai ke pemakai akhir dengan melakukan pembelian, sehingga

dapat dikatakan pengemasan dapat menciptakan penjualan (to create sales), yang

pada akhirnya akan mendatangkan/meningkatkan pendapatan perusahaan.

Evaluasi

1. Sebutkan unsur-unsur yang mempengaruhi penjualan suatu produk, dan bagaimana

kaitannya unsur-unsur tersebut dengan pengemasan ?

2. Sebutkan fungsi kemasan, dan fungsi kemasan yang mana yang besar peranannya

dalam meningkatkan penjualan ?

3. Jelaskan pernyataan bahwa kemasan menjual apa yang dilindungi ?

8
BAB II. MEMILIH JENIS KEMASAN

Tujuan Pembelajaran Khusus:

4. Mengenal berbagai jenis kemasan tradisional dan alami sebagai kemasan unik yang

dapat menciptakan penjualan

5. Memahami berbagai jenis kemasan sintetik atau buatan sebagai kemasan

6. Memahami berbagai jenis kemasan ganda (komposit dan laminate)

7. Memahami cara identifikasi jenis kemasan

Materi Pembelajaran:

A. Kemasan Tradisional dan Alami

1. Kemasan Tradisional

Kemasan tradisional adalah kemasan yang terbuat dari bahan alami, pada

umumnya digunakan untuk makanan/minuman atau kerajinan tradisional, dan

biasa digunakan sejak di pasar tradisional. Penggunaan bahan-bahan alam pada

pengemasan tradisional, memiliki unsur-unsur khusus yang tidak terdapat pada

unsur pengemasan modern yang menggunakan bahan-bahan buatan. Unsur-unsur

tersebut meliputi:

1. Penampilan

Penampilan pada kemasan tradisional terlihat lebih alami mulai dari warna,

tekstur, dan bentuknya.

9
2. Aroma

Aroma dari kemasan tradisional memberikan cita rasa dan bau yang khas yang

ditimbulkan dari sifat alamiah bahan alam yang dapat mempengaruhi produk

di dalamnya.

3. Konstruksi

Konstruksi kemasan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam

mempunyai kekuatan dan elastisitas tersendiri, yang tidak dapat dijumpai di

bahan-bahan buatan pada kemasan modern

4. Hubungan dengan alam atau siklus alamiah

Hubungannya dengan alam menjadikan kemasan alami dihadirkan dalam

bentuk unik dan khas sesuai daerah tempat kemasan tersebut diperoleh, setiap

daerah mempunyai kekhasan tersendiri dalam menampilkan bentuk

kemasannya.

Kemasan tradisional antara lain berupa: daun-daunan (seperti daun pisang,

daun jagung, daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati), anyaman

bambu dan rotan dalam bentuk silindris maupun kotak seperti besek, keranjang

buah dan sebagainya, kulit atau kelobot jagung yang memiliki keunikan tersendiri,

batok kelapa, kayu, dan bambu. Kemasan-kemasan tersebut pada saat ini dengan

dilakukannya beberapa modifikasi tertentu terus menjamur dikembangkan oleh

beberapa pengusaha karena keunikan dan kekhasannya yang dimanfaatkan untuk

menarik perhatian dan mendongkrak penjualan. Beberapa contoh kemasan

tradisional dengan dilakukan sentuhan tertentu yang menunjukkan adanya

10
keunikan dan kekhasan dari suatu daerah dan terlihat elegant dapat dilihat pada

Gambar 1,.

Gambar 1. Contoh kemasan tradisional yang mencirikan daerah tertentu.

Seiring dengan munculnya berbagai permasalahan yang terjadi, maka perlu

adanya solusi untuk mempertahankan dan menciptakan kemasan tradisional yang

lebih layak digunakan, yaitu kemasan tradisional yang tetap menggunakan bahan

alami namun tidak tampil apa adanya. Kemasan tradisional harus tampil unik dan

memiliki kekuatan dalam menampilkan identitas kedaerahannya sebagai penghasil

produk tradisional tersebut.

2. Kemasan Kayu

Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia, dan

secara tradisional digunakan untuk mengemas berbagai macam produk padat

seperti barang antik dan emas, keramik, dan kain. Kayu adalah bahan baku dalam

pembuatan palet, peti atau kotak kayu di negara-negara yang mempunyai sumber

kayu alam dalam jumlah banyak. Tetapi saat ini penyediaan kayu untuk pembuatan

kemasan juga banyak menimbulkan masalah karena makin langkanya hutan

penghasil kayu.

11
Desain kemasan kayu tergantung pada sifat dan berat produk, konstruksi

kemasan, bahan kemasan dan kekuatan kemasan, dimensi kemasan, metode dan

kekuatan. Penggunaan kemasan kayu baik berupa peti, tong kayu atau palet sangat

umum di dalam transportasi berbagai komoditas dalam perdagangan intrenasional.

Pengiriman produk kerajinan seperti keramik sering di bungkus dengan peti kayu

agar dapat melindungi keramik dari resiko pecah. Kemasan kayu umumnya

digunakan sebagai kemasan tersier untuk melindungi kemasan lain yang ada di

dalamnya.

Dalam mendesain kemasan kayu, diperlukan proses alernatif dan bahan-

bahan teknik yang tepat untuk membuat kemasan yang lebih ekonomis. Kemasan

kayu berbentuk kotak dan peti tetap berperan untuk berbagai produk, meskipun

harus bersaing dengan drum dari polypropilen dan polietilen. Bentuk kemasan

yang terbuat dari kayu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Contoh bentuk Kemasan dari kayu

Kelebihan kemasan kayu adalah memberikan perlindungan mekanis yang

baik terhadap bahan yang dikemas, karakteristik tumpukan yang baik dan

mempunyai rasio kompresi daya tarik terhadap berat yang tinggi. Penggunaan

kemasan kayu untuk barang-barang antik dapat meningkatkan mutu produk karena

12
adanya transfer komponen aroma dari kayu ke produk. Penggunaan peti kayu

untuk kemasan di beberapa negara juga masih lebih murah dibandingkan bahan

pengemas lain. Selain itu negara-negara pengimpor seperti Australia juga meminta

adanya sertifikat yang menyatakan kayu telah mendapat perlakuan khusus untuk

mencegah penyebaran penyakit kayu atau serangga, misalnya perlakuan fumigasi

atau perlakuan kimia lainnya.

B. Kemasan Sintetik atau Buatan

1. Kemasan Gelas

Gelas dapat didefinisikan sebagai cairan yang lewat dingin (supercolled

liquid), tidak mempunyai titik lebur tertentu dan mempunyai viskositas

(kekentalan) yang tinggi (> 103 Poise) untuk mencegah kristalisasi. Secara kimia

gelas didefinisikan sebagai hasil peleburan berbagai oksida anorganik yang tidak

mudah menguap yang berasal dari peruraian senyawa-senyawa kimia dimana

struktur atomnya tidak menentu. Sebagai bahan kemasan, gelas mempunyai

kelebihan dan kelemahan. Kelebihan kemasan gelas adalah :

a. Kedap terhadap air, gas , bau-bauan dan mikroorganisme

b. Inert dan tidak dapat bereaksi atau bermigrasi ke dalam bahan pangan

c. Kecepatan pengisian hampir sama dengan kemasan kaleng

d. Sesuai untuk produk yang mengalami pemanasan dan penutupan secara

hermetis (kedap udara/gas)

e. Dapat didaur ulang

f. Dapat ditutup kembali setelah dibuka

13
g. Transparan sehingga isinya dapat diperlihatkan dan dapat dihias

h. Dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk dan warna

i. Memberikan nilai tambah bagi produk

j. Rigid (kaku), kuat dan dapat ditumpuk tanpa mengalami kerusakan

Sedangkan kelemahan kemasan gelas adalah :

a. Berat sehingga biaya transportasi mahal

b. Resistensi terhadap pecah dan mempunyai thermal shock yang rendah

c. Dimensinya bervariasi

d. Berpotensi menimbulkan bahaya yaitu dari pecahan kaca.

Bahan penyusun gelas terdiri atas 3 bagian besar, yaitu:

a. Bahan pembentuk gelas (glass former) mempunyai sifat membentuk gelas.

b. Bahan antara (Intermediate) mempunyai sifat pembentuk gelas, tetapi tidak

mutlak.

c. Bahan pelengkap (modifier) tidak mempunyai sifat membentuk gelas.

Berdasarkan jumlahnya, maka bahan dasar pembentuk gelas dapat

dibedakan menjadi : Major material (berjumlah besar), yaitu pasir silika, soda abu,

batu kapur, feldspar dan pecahan gelas (cullet), serta minor material (berjumlah

kecil), yaitu natrium sulfat, natrium bikroma, selenium dan arang.

Sifat gelas yang stabil menyebabkan gelas dapat disimpan dalam jangka

waktu panjang tanpa kerusakan, namun kadang-kadang jika kondisi gudang kurang

baik maka dapat merusak label dan sumbat.

Warna gelas dapat diatur dengan menambahkan sejumlah kecil oksida-

oksida logam seperti Cr, Co dan Fe. Sifat semi opaq diberikan dengan penambahan

14
florin. Penambahan senyawa-senyawa tersebut dilakukan pada proses pembuatan

wadah gelas. Warna gelas meliputi merah, Kuning, Kuning Kehijauan, Hijau, Biru,

Ungu, Hitam, Opaq, dan Abu-abu. Warna-warna tua dapat digunakan untuk

produk-produk yang sensitif terhadap cahaya, warna muda dapat digunakan untuk

produk yang diinginkan terlihat bentuk atau teksturnya.

Wadah gelas kedap terhadap semua gas sehingga menguntungkan bagi

minuman berkarbonasi karena kecepatan difusinya sama dengan 0. Wadah gelas

barrier terhadap benda padat, cair dan gas sehingga baik sebagai pelindung

terhadap kontaminasi bau dan cita rasa. Sifat-sifat ketahanan gelas dapat diawetkan

dengan cara memberi lapisan yang tidak bereaksi dengan gelas, misalnya minyak

silikon, oksida logam, lilin. Resin, belerang, polietilen.

Bahan gelas sesuai digunakan untuk produk pangan yang mengalami

pemanasan seperti pasteurisasi atau sterilisasi. Gelas jenis pyrex tahan terhadap

suhu tinggi. Umumnya perbedaan antara suhu bagian luar dan bagian dalam gelas

tidak boleh lebih dari 27oC, sehingga pemanasan botol harus dilakukan perlahan-

lahan.

Walaupun mudah pecah tetapi gelas mempunyai kekuatan mekanik yang

tinggi. Wadah gelas lebih tahan terhadap kompresi dari dalam dibandingkan

tekanan dari luar. Sifat seperti ini penting untuk pembotolan minuman

berkarbonasi. Daya tahan gelas dapat mencapai 1,5 x 105 kg/cm2.

15
Daya tahan ini dipengaruhi oleh komposisi, ketebalan dan bentuk dari

wadah gelas. Daya tahan relatif dari berbagai bentuk gelas dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Daya tahan relatif dari berbagai bentuk gelas.

Bentuk Kemasan Ratio Kekuatan Relatif


Silinder 10
Ellips (2:1) 5
Persegi dengan sudut bulat 2.5
Persegi dengan sudut tajam 1

Berdasarkan komponen-komponen penyusunnya yang terdiri dari oksida-

oksida, baik logam maupun non logam, maka dikenal berbagai jenis gelas yaitu :

a. Fused Silica

Gelas fused silica dibuat dengan meleburkan pasir. Ciri-ciri gelas ini

adalah koefisien ekspansinya rendah dan titik lunaknya cukup tinggi sehingga

memberikan tahanan terhadap panas yang baik. Gelas ini juga memberikan

transmisi terhadap cahaya ultra violet yang baik.

b. Alkali Silika

Gelas alkali silikat mudah larut dalam air dan banyak digunakan sebagai

perekat karton atau melapisi kulit telur supaya tahan terhadap serangan bakteri.

Konstituen penyusunnya terutama adalah pasir dan soda abu.

c. Gelas Soda-Kapur Silikat

Gelas ini merupakan gelas yan paling banyak diproduksi. Komposisinya

membuat gelas ini mempunyai titik lebur yang tidak terlalu tinggi dan cukup

kental sehingga tidak mengkristal dan mempunyai daerah kekentalan yang baik

16
untuk proses pembuatannya. Gelas ini mempunyai tingkat ketahanan kimia

yang rendah atau tingkat alkalinitasnya tinggi.

d. Gelas Barium

Gelas barium banyak digunakan untuk pembuatan gelas optik karena

mempunyai indeks reflaksi yang tinggi, sehingga banyak digunakan untuk

pembuatan lensa kacamata bifokus dan panel layar monitor televisi atau

komputer.

e. Gelas Borosilikat

Gelas borosilikat mempunyai koefisien ekspansi terhadap goncangan

rendah, tahan terhadap serangan kimia, dan mempunyai tahanan listrik yang

tinggi. Gelas borosilikat banyak digunakan untuk keperluan industri dan

laboratorium. Contohnya gelas email yang merupakan gelas pelapis,

mempunyai titik lebur yang rendah, sehingga aplikasi pelapisan dapat dilakukan

pada suhu yang rendah dan tidak melebihi titik lunak gelas.

f. Gelas Aluminosilikat

Gelas tipe ini mempunyai titik lunak yang tinggi dan koefisien ekspansi

yang rendah sehingga sering digunakan untuk pembuatan termometer suhu

tinggi, pipa-pipa pembakaran dan lain-lain.

g. Gelas Spesial

Yang termasuk gelas spesial adalah gelas spesial adalah gelas yang

berwarna, gelas oval, gelas foto sensitif, gelas pengaman (safety glass), gelas

optik, fiber glass dan gelas keramik.

17
h. Gelas Kristal

Gelas kristal disebut juga lead glass, memiliki tingkat kecemerlangan

yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai gelas seni (art glass). Gelas

kristal tidak bisa digunakan untuk makanan dan minuman, melainkan hanya

untuk barang hiasan dan barang teknis. Tingkat kecemerlangan gelas kristal

sesuai dengan tingginya kadar timbal. Gelas kristal dapat digunakan sebagai

perisai nuklir, pada alat-alat yang menggunakan teknologi nuklir. Contoh

produk gelas kristal adalah gelas seni dan berbagai jenis lensa, gelas elekronika,

dan gelas solder yaitu bahan penyambung dua jenis gelas.

j. Gelas Ringan

Kemasan gelas ringan merupakan gagasan dari produsen kemasan gelas

untuk mengadakan inovasi terutama pada botol minuman ringan berkarbonasi

(carbonated drinks) agar dapat bersaing dengan kemasan plastik, kemasan

karton dan kaleng yang lebih praktis, lebih ringan dan lebih murah.

Berat kemasan gelas ringan (light weight bottle) yang volume 425 ml

adalah 180 g, dan ini berarti terjadi pengurangan berat sebesar 57.6% jika

dibandingkan dengan kemasan botol konvensional yang beratnya mencapai

425 g. Hal ini memungkinkan penanganan yang lebih mudah dan biaya

transportasi yang lebih murah.

Pada umumnya kemasan gelas ringan digunakan untuk sekali pakai,

sehingga perusahaan pembotolan tidak menerima kembali botol bekas pakai

tersebut, dan mereka tidak memerlukan waktu dan biaya untuk mengumpulkan

botol-botol bekas dari tempat yang jauh dengan resiko yang besar. Perusahaan

18
pembotolan juga idak memerlukan biaya untuk investasi mesin pencuci botol

bekas, sehingga bebas dari biaya pencucian dan resiko pecah pada waktu

proses pencucian. Keuntungan bagi konsumen makanan dan minuman adalah

mereka selalu menerima kemasan makanan/minuman yang senantiasa baru,

bersih, mulus dan indah.

Bagi produsen kemasan gelas yang sering mengalami kesulitan dalam

suplay cullet (pecahan beling), bisa tertolong dengan sistem one-way-bottle ini

karena mudah mengumpukan botol-botol bekas untuk digiling menjadi cullet.

Di samping itu dengan pengurangan berat sekitar 30-50%, maka produsen

kemasan gelas dapat memanfaatkan penambahan produknya dalam unit pada

kapasitas terpasang yang sama. Dengan pengurangan berat ini juga produsen

dapat menjual produknya lebih murah, dan hal ini dapat menguntungkan pihak

perusahaan pembotolan.

2. Kemasan Kertas

Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yang pertama sebelum

ditemukannya plastik dan aluminium foil. Saat ini kemasan kertas masih banyak

digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam

karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas.

Selain sebagai kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media komunikator dan

media cetak. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah

sifanya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembaban udara

lingkungan.

19
Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan dan

perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Kemasan kertas dapat berupa

kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Beberapa jenis kertas yang dapat digunakan

sebagai kemasan fleksibel adalah kertas kraft, kertas tahan lemak (grease proof).

Glassin dan kertas lilin (waxed paper) atau kertas yang dibuat dari modifikasi

kertas-kertas ini. Wadah-wadah kertas yang kaku terdapat dalam bentuk karton,

kotak, kaleng fiber, drum, cawan yang tahan air, kemasan tetra hedral dan lain-

lain, yang dapat dibuat dari paper board, kertas laminasi, corrugated board dan

berbagai jenis board dari kertas khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi

dengan bahan-bahan kemasan lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat

protektif. Beberapa contoh kemasan kertas dan karton yaitu kantong kertas tipis,

kertas karton tebal, kertas karton glost dan kertas karton doff dapat dilihat pada

Gambar 3.

kantong kertas tipis kertas karton tebal

kertas karton glosy kertas karton doff

Gambar 3. Beberapa Contoh Kemasan Kertas dan Karton

20
Ada dua jenis kertas utama yang digunakan, yaitu kertas kasar dan kertas

lunak. Kertas yang digunakan sebagai kemasan adalah jenis kertas kasar,

sedangkan kertas halus digunakan untuk kertas tulis berupa buku dan kertas

sampul. Berikut beberapa jenis kertas kasar yang dapat digunakan untuk kemasan:

a. Kertas glasin dan kertas tahan minyak (grease proof).

Kertas glasin dan kertas tahan minyak dibuat dengan cara memper-

panjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin pembuat kertas.

Penambahan bahan-bahan lain seperti plastisizer bertujuan untuk menambah

kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga dapat digunakan untuk mengemas

bahan-bahan yang lengket. Penambahan antioksidan bertujuan unttuk

memperlambat ketengikan dan menghambat pertumbuhan jamur atau khamir.

Kedua jenis kertas ini mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan,

mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan

terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak

dan lilin. Kertas glasin digunakan sebagai bahan dasar laminat.

b. Kertas Perkamen

Kertas perkamen digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti

mentega, margarine, biskuit yang berkadar lemak tinggi, keju, ikan (basah,

kering atau digoreng), daging (segar, kering, diasap atau dimasak), hasil ternak

lain, the dan kopi. Sifat-sifat kertas perkamen adalah :

1) mempunyai ketahanan lemak yang baik,

2) mempunyai kekuatan basah (wet strength) yang baik walaupun dalam air

mendidih,

21
3) permukaannya bebas serat,

4) tidak berbau dan tidak berasa,

5) transparan dan translusid, sehingga sering disebut kertas glasin, dan

6) tidak mempunyai daya hambat yang baik terhadap gas, kecuali jika dilapisi

dengan bahan tertentu.

c. Kertas lilin

Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang bahan

dasarnya adalah lilin parafin dengan titik cair 46-74oC dan dicampur polietilen

(titik cair 100-124oC) atau petrolatum (titik cair 4052oC). Kertas ini dapat

menghambat air, tahan terhadap minyak/oli dan daya rekat panasnya baik.

Kertas lilin digunakan untuk mengemas bahan pangan, sabun, tembakau dan

lain-lain.

d. Kertas Container board

Kertas daluang banyak digunakan dalam pembuatan kartun beralur.

Ada dua jenis kertas daluang, yaitu, line board disebut juga kertas kraft yang

berasal dari kayu cemara dan corrugated medium yang berasal dari kayu keras

dengan proses sulfat.

e. Kertas Chipboard

Chipboard dibuat dari kertas koran bekas dan sisa-sisa kertas. Jika

kertas ini dijadikan kertas kelas ringan, maka disebut bogus yaitu jenis kertas

yang digunakan sebagai pelindung atau bantalan pada barang pecah belah.

Kertas chipboard dapat juga digunakan sebagai pembungkus dengan daya

22
rentang yang rendah. Jika akan dijadikan karton lipat, maka harus diberi bahan-

bahan tambahan tertentu.

f. Kertas Tyvek

Kertas tyvek adalah kertas yang terikat dengan HDPE (high density

polyethylene). Dibuat pertama sekali oleh Du Pont dengan nama dagang

Tyvek. Kertas tyvek mempunyai permukaan yang licin dengan derajat

keputihan yang baik dan kuat, dan sering digunakan untuk kertas foto.

g. Kertas Soluble

Kertas soluble adalah kertas yang dapat larut dalam air. Kertas ini

diperkenalkan pertama sekali oleh Gilbreth Company, Philadelphia dengan

nama dagang Dissolvo. Digunakan untuk tulisan dan oleh FDA (Food and Drug

Administration) tidak boleh digunakan untuk pangan. Sifat-sifat kertas soluble

adalah kuat, tidak terpengaruh kelembaban tetapi cepat larut di dalam air.

h. Kertas plastik

Kertas plastik dibuat karena keterbatasan sumber selulosa. Kertas ini

disebut juga kertas sintetis yang terbuat dari lembaran stirena, mempunyai sifat-

sifat sebagai berikut :

1) daya sobek dan ketahanan lipat yang baik,

2) daya kaku lebih kecil daripada kertas selulosa, sehingga menimbulkan

maslaah dalam pencetakan label,

3) tidak mengalami perubahan bila terjadi perubahan kelembaban (RH),

23
4) tahan terhadap lemak, air dan tidak dapat ditumbuhi kapang, dan

5) Dapat dicetak dengan suhu pencetakan yang tidak terlalu tinggi,

karena polistirena akan lunak pada suhu 80oC.

3. Kemasan Logam

a.. Kaleng Plat Timah Dan Baja Bebas Timah

Plat timah (tin plate) adalah bahan yang digunakan untuk membuat

kemasan kaleng, terdiri dari lembaran baja dengan pelapis timah. Plat timah ini

berupa lembaran atau gulungan baja berkarbon rendah dengan ketebalan 0.15-

0.5 mm dan kandungan timah putih berkisar antara 1.0-1.25% dari berat kaleng.

Di dalam perkembangannya ada beberapa jenis kaleng yaitu :

1) kaleng baja bebas timah (tin-free steel)

2) kaleng 3 lapis (three pieces cans)

3) kaleng lapis ganda (two pieces cans)

Kaleng bebas timah (tin-free-steel=TFS) adalah lembaran baja yang

tidak dilapisi timah putih. Jenis TFS yang paling banyak digunakan untuk

pengalengan makanan adalah jenis Tin Free Steel Chrome Type (TFS-CT),

yaitu lembaran baja yang dilapisi kromium secara elektris, sehingga terbentuk

khromium oksida di seluruh permukaannya. Jenis ini memiliki beberapa

keunggulan, yaitu harganya murah karena tidak menggunakan timah putih, dan

daya adhesinya terhadap bahan organik baik. Tetapi kelemahannya peluang

untuk berkarat lebih tinggi, sehingga harus diberi lapisan pada kedua belah

permukaannya (permukaan dalam dan luar).

24
Kemasan plat timah mempunyai daya tahan terhadap karat yang rendah,

tetapi daya tahannya terhadap reaksi-reaksi dengan bahan pangan yang

dikemasnya lebih lambat dibanding baja. Kaleng dengan lapisan timah yang

tebal digunakan untuk mengalengkan bahan makanan yang mempunyai daya

korosif lebih tinggi.

Kelebihan dari tin plate adalah mengkilap, kuat, tahan karat dan dapat

disolder. Tetapi kekurangannya adalah terjadi penyimpangan warna permukaan

tin plate karena bereaksi dengan makanan yang mengandung sulfur, yang

disebut dengan sulphur staining/feathering (terbentuknya noda sulfur pada

permukaan tin plate). Kekurangan ini dapat diatasi dengan proses lacquering

dan pasivitasi yaitu melapisi tin plate dengan lapisan krom setebal 1-2 mg/m2.

Proses lacquering dan pasivitasi dapat memperpanjang daya simpan tin plate

dan mencegah terjadinya sulphur staining.

Ukuran kaleng dapat dinyatakan dengan penomoran sebagai berikut

:Tiga digit yang pertama menyatakan diameter kaleng sedangkan 3 digit

terakhir menyatakan tinggi kaleng. Angka pertama dari diameter kaleng atau

tinggi kaleng menyatakan satuan inchi, sedangkan 2 angka terakhir

menunjukkan 1/16 inchi. Contoh kaleng dengan ukuran 211 x 400,

menunjukkan diameter kaleng adalah 2 11/16 inchi dan tinggi 4 inchi. Kaleng

dengan ukuran 202 x 214 mempunyai diameter 2 2/16 inchi dan tinggi 2 14/16

inchi.

25
Tabel 2. Dimensi nominal kaleng silinder dari plat timah

Nama Ukuran Kapasitas (ons udara)


No 1 211 x 400 10,94
No 2 307 x 409 20,55
No 2,5 401x411 29,70
No 3 404x414 53,00
No 10 663x700 109,43

b. Kemasan Aluminium

Aluminium merupakan logam yang memiliki beberapa keunggulan

yaitu lebih ringan daripada baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau,

tidak beracun, dapat menahan masuknya gas, mempunyai konduktivitas panas

yang baik dan dapat didaur ulang. Tetapi penggunaan aluminium sebagai

bahan kemasan juga mempunyai kelemahan yaitu kekuatan (rigiditasnya)

kurang baik, sukar disolder sehingga sambungannya tidak rapat sehingga dapat

menimbulkan lubang pada kemasan, harganya lebih mahal dan mudah

mengalami perkaratan sehingga harus diberi lapisan tambahan.

Reaksi aluminium dengan udara akan menghasilkan aluminium oksida

yang merupakan lapisan film yang tahan terhadap korosi dari atmosfir.

Penggunaan aluminium sebagai wadah kemasan, menyebabkan bagian sebelah

dalam wadah tidak dapat kontak dengan oksigen, dan ini menyebabkan

terjadinya perkaratan di bagian sebelah dalam kemasan. Untuk mencegah

terjadinya karat, maka di bagian dalam dari wadah aluminium ini harus diberi

lapisan enamel.

Secara komersial penggunaan aluminium murni tidak menguntungkan,

sehingga harus dicampur dengan logam lainnya untuk mengurangi biaya dan

26
memperbaiki daya tahannya terhadap korosi. Logam-logam yang biasanya

digunakan sebagai campuran pada pembuatan wadah aluminium adalah

tembaga, magnesium, mangan, khromium dan seng (pada media alkali).

Aluminium foil adalah bahan kemasan berupa lembaran logam

aluminum yang padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 mm. Kemasan ini

mempunyai tingkat kekerasan dari 0 yaitu sangat lunak, hingga H-n yang

berarti keras. Semakin tinggi bilangan H-, maka aluminium foil tersebut

semakin keras.

Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat protektifnya. Jika

kurang tebal, maka foil tersebut dapat dilalui oleh gas dan uap. Pada ketebalan

0.0375 mm, maka permeabilitasnya terhadap uap air = 0, artinya foil tersebut

tidak dapat dilalui oleh uap air. Foil dengan ukuran 0.009 mm biasanya

digunakan untuk permen dan susu, sedangkan foil dengan ukuran 0.05 mm

digunakan sebagai tutup botol multitrip.

Sifat-sifat dari aluminium foil adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus

cahaya sehingga dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang

berlemak dan bahan-bahan yang peka terhadap cahaya seperti margarin dan

yoghurt. Aluminium foil banyak digunakan sebagai bahan pelapis atau

laminate.

4. Kemasan Plastik

Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal adalah polietilen,

polipropilen, poliester, nilon dan vinil film. Jenis plastik yang banyak digunakan

27
untuk berbagai tujuan (60% dari penjualan plastik yang ada di dunia) kemasan

adalah polistiren, polietilen dan polivinil klorida .

a. Poli Ester/Polyethylen terephtalat (PET/PETE)

Bila asam dikarboksilat direaksikan dengan poli

alkohol maka akan diperoleh poliester. Poliester banyak

digunakan untuk “molding resin”, serat, film, foam dan

lembaran. Bila digunakan untuk “molding resin”

poliester harus diperkaya dengan bahan-bahan pengisi

seperti kayu, pasir, serat gelas dan lain-lain. Struktur diperkaya ini banyak

digunakan untuk furniture, badan mobil, marmer imitasi dan lain-lain. Film

poliester banyak dimanfaatkan untuk keperluan kemasan dan selotif.

Beberapa sifat poliester yang menguntungkan : permeabilitas terhadap

uap air dan tensile strength yang tinggi (baik untuk mengemas yang runcing),

bersifat kaku, tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzyl alkohol, tetapi

tahan terhadap asam lemah, alkali, alkohol, keton dan ester, daya tahan panas

tinggi sehingga tidak dapat dikelim panas (perlu di coating) tetapi dapat

dikelim menggunakan pelarut; dan ketahanan sobek dan dielektrik yang tinggi.

Meskipun plastik ini tahan terhadap suhu tinggi, tetapi tidak dapat digunakan

berulang kali dengan menggunakan air panas, karena lapisan polimer yang

mengandung phtalat akan dapat meleleh, yang bersifat racun.

28
b. Poli Etilen (1930) (PE)

Polietilen adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat dengan

proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping

industri minyak dan batubara. Proses polimerisasi dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu polimerisasi dalam bejana bertekanan tinggi (1000-300 atm)

menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran

dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dengan bejana

bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus

dan tersusun paralel.

Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,

mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik. Pemanasan

polietilen akan menyebabkan plastik ini menjadi lunak dan cair pada suhu

110oC. Sifat permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik,

maka polietilen dengan ketebalan 0.001 – 0.01 inchi banyak digunakan unttuk

mengemas bahan pangan. Plastik polietilen termasuk golongan termoplastik

sehingga dapat dibentuk menjadi kantung dengan derajat kerapatan yang baik.

Sifat yang lainnya dari PE adalah Impact resistant baik, tetapi sering

menjengkelkan karena sulit dibuka. Dapat melalukan gas sehingga baik untuk

mengemas sayuran/buah segar, tetapi tidak dapat melalukan uap air, tahan

terhadap alkali dan asam kecuali asam nitrat pekat, tahan terhadap pelarut

organik tetapi pada suhu > 140oC dapat larut dalam hidrokarbon aromatik,

tidak tahan minyak, tidak berasa serta tidak berbau.

29
Kemasan ini pada penyimpanan dingin sangat perlu diperhatikan,

karena transmisi gasnya akan menurun dengan semakin rendahnya suhu. Sifat

penting lainnya yang perlu diperhatikan, berdasarkan densitasnya, maka plastik

polietilen dibedakan atas :

1) Polietilen densitas rendah (LDPE= Low Density Polyethylene)

LDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi

pada tekanan tinggi, mudah dikelim dan harganya

murah. Dalam perdagangan dikenal dengan nama

alathon, dylan dan fortiflex. Kekakuan dan kuat tarik

dari LDPE lebih rendah daripada HDPE (modulus Young 20.000-30000

psi, dan kuat tarik 1200-2000 psi), tapi karena LDPE memiliki derajat

elongasi yang tinggi (400-800%) maka plasik ini mempunyai kekuatan

terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus yang tinggi. Titik lelehnya

berkisar antara 105-115oC. Digunakan untuk film, mangkuk, botol dan

wadah/kemasan.

2) Polietilen densitas menengah (MDPE = Medium Density Polyethylene)

MDPE lebih kaku dari LDPE dan titik lelehnya lebih tinggi dari

LDPE, yaitu antara 115-125oC, mempunyai densitas 0.927-0.940 g/cm3.

3) Polietilen Densitas Tinggi (HDPE = High Density Polyethylene)

HDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi pada

tekanan dan suhu yang rendah (10 atm, 50-70oC).

HDPE lebih kaku dibanding LDPE dan MDPE, tahan

30
terhadap suhu tinggi sehingga dapat digunakan untuk produk yang akan

disterilisasi. Dalam perdagangan dikenal dengan nama alathon, alkahtene,

blapol, carag, fi-fax, hostalon.

4) Linear-low-density polyethylene (LLDPE)

Koplimer etilen dengan sejumlah kecil butana, heksana atau oktana,

sehingga mempunyai cabang pada rantai utama dengan interval (jarak)

yang teratur. LLDPE lebih kuat daripada LDPE dan sifat heat sealing-nya

juga lebih baik.

c. Polistiren

Polistiren ditemukan pada tahun 1839 oleh

E.Simon, tapi secara komersial baru diproduksi di

Jerman tahun 1935 dengan nama dagang Bextrene,

Carinex, Dylene, Fostarene, Kardel, Vestyran, Lustrex, Restirolo, Luran

dan Lorkalene.

Sifat-sifat umum polistiren adalah :

1) kekuatan tariknya tinggi dan tidak mudah sobek

2) titik leburnya rendah (88oC), lunak pada suhu 90-95oC

3) tahan terhadap asam dan basa kecuali asam pengoksidasi

4) terurai dengan alkohol pada konsnetrasi tinggi, ester, keton, hidrokarbon

aromatik dan klorin

31
5) permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi, baik untuk kemasan bahan

segar

6) permukaan licin, jernih dan mengkilap serta mudah dicetak

7) bila kontak dengan pelarut akan keruh

8) mudah menyerap pemlastis, jika ditempatkan bersama-sama dengan plastik

lain menyebabkan penyimpangan warna

9) mempunyai afinitas yang tinggi terhadap debu dan kotoran

10) baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium)

d. Polypropylene – 1950

Poli propilen atau PP adalah plastik yang diperoleh dari

hasil polimerisasi propilen , merupakan plastik teringan dengan

kerapatan 0,905, terkristal, memiliki kekuatan tarik, kekakuan

dan kekerasan tinggi; tahan bahan kimia dan tahan suhu tinggi (+

270o F), sehingga sukar dikelim panas akan tetapi baik untuk produk-produk yang

diproses dengan panas.

Daya tahannya terhadap penetrasi uap air rendah, tetapi mempunyai

ketahanan yang baik terhadap lemak dan stabilitas yang tinggi terhadap panas.

Kekerasannya (impact strength) akan menurun dengan cepat bila disimpan

dalam suhu tinggi, sehingga tidak cocok untuk produk yang mengalami proses

pembekuan.

Film PP permukaannya mengkilap dan tahan goresan. Dalam

pengemasan PP digunakan sebagai coating, wadah-wadah yang dibentuk, dan

sebagai film tidak berkerut bila kena panas.

32
e. PVC

PVC dibuat dengan polimerisasi vinilkhlorida

dengan katalis yang sesuai bersifat kaku, mudah patah,

transparan, dan tidak tahan benturan. Dengan penambahan

pemplastik (plasticizer) akan diperoleh film yang lentur dan

tahan benturan (impact strength tinggi) seperti terlihat pada Tebal 7.4, PVC

mempunyai ketahanan terhadap pelarut organik dan alkohol, transmisi terhadap

oksigen dan CO2 lebih baik daripada PE.

Sinar matahari dapat mempengaruhi PVC menjadi berwarna kuning,

sehingga sering ditambahkan stabilizer, tetapi penggunaan stabilizer dapat

menimbulkan bau dan mengakibatkan keracunan pada beberapa jenis

stabilizer.

PVC dapat digunakan sebagai bahan pengemas yang baik, bila

pemplastik yang digunakan tidak berbahaya, banyak digunakan untuk

mengemas daging, permen, minuman, tablet dan lain-lain.

f. Cellophane

Ditemukan tahun 1892, namun baru diproduksi untuk film pada tahun

1924. Termasuk jenis plastik thermosetting yang tidak dapat di “heat seal”.

Sensitif terhadap air dan uap air, mempunyai sifat tensil strength dan impact

strenght yang bagus, tetapi tear strenght yang jelek.

33
Keuntungan menggunakan plastik ini adalah tembus cahaya/sangat

terang; mudah dibuka bila sebagai pembungkus; mudah di „coating” atau

dilaminasi; tidak melalukan oksigen, flavor dan minyak; serta pengemasannya

sangat kuat.

Kekurangan dari penggunaan plastik ini adalah mudah sobek (tidak

boleh tertusuk), dan pada suhu dingin mengkerut. Untuk meningkatkan daya

tahan air, sifat permeabilitas uap air dan oksigen serta agar dapat di ‘heat

seal”, maka cellophane dapat di “coating” diantaranya menggunakan

nitrocellulose dan polyvinylidene chloride (saran) dengan ketebalan 0,00005

inci, contoh untuk mengemas/ membungkus daging dan sayuran.

g. Selulosa Asetat (CA) (1912)

Selulosa Asetat (CA) adalah bahan kristal termoplastik yang keras dan

mudah diproses, memiliki sifat sangat jernih dan kaku. Meskipun terbuat dari

selulosa, tapi sifatnya sangat berbeda dengan selofan, karena CA merupakan

thermoplastik. Cara pembuatan CA adalah menambahkan selulosa dengan

asam asetat dan asetat anhidrid melalui katalisa dan pelarut sehingga diperoleh

selulosa triasetat yang jernih. Kemudian dihidrolisa dengan air dan bahan

penghidrolisa, dikeringkan dan dihasilkan serpihan selulosa asetat. Persentase

dari kombinasi asam asetat dan panjang rantai molekul menentukan sifat fisik

dari CA.

Plastik CA sesuai untuk kemasan kembang gula karena

penampakannya yang jernih. Untuk menambah kekuatan CA maka

34
ditambahkan dietil ptalat. Dalam perdagangan, CA dikenal dengan nama

Bexoid, Lumarith, Plastacele, Sicaloid, Tenite I dan Vuepak.

h. Nilon atau Poli Amida (1938)

Plastik ini mempunyai sifat-sifat fisik yang cukup baik diantaranya

elongation, tensile strength, tear strength dan folding endurance. Transmisi air

cukup tinggi, tetapi transmisi gas rendah. Tidak berasa, tidak berbau, non

toksik, tahan tusukan, tahan gesekan, tahan minyak, tahan pelarut dan tahan

suhu tinggi, sehingga sangat baik untuk pangan yang dimasak dalam kemasan

seperti nasi instan, dan pangan yang harus mengalami sterilisasi.

Dengan adanya perubahan RH, plastik ini dapat mengekrut atau

mengembang, dan dapat menyerap air hingga 8 %. Umumnya plastik ini

digunakan untuk industri penangkapan ikan (berupa anyaman) dan untuk

mengemas daging, tetapi tidak dapat digunakan untuk mengemas susu dan

produk susu.

i. Poli Carbonat (1950)

Termasuk plastik yang tidak berbau, tidak berwarna, sangat kuat

(sehingga dapat untuk mengemas paku), tahan panas (baik untuk sterilisasi),

permeabilitas uap air dan gas cukup tinggi, transparan, tetapi tidak tahan alkali.

35
j. Rubber Hidrochloride (pliofilm) – 1850

Dibuat dari karet alam dengan penambahan asam khlorida. Sifatnya

elastis, tidak beracun, tahan terhadap minyak dan lemak, tahan asam dan alkali,

bila disimpan terlalu lama warnanya berubah dan rapuh, beberapa jenis minyak

dapat menyerang plasticiser yang ditambahkan, mengakibatkan film menjadi

rapuh, tidak dapat menahan gas (transmisi CO2  520 cc/24 jam/100 in /mil)

sehingga perlu dilapisi dengan film lain. Film dari polimer ini biasanya

digunakan untuk mengemas keju dan daging, dan bila dilapisi film lain sering

digunakan untuk mengemas kopi, rempah-rempah dan kue-kue.

k. Saran (PVDC)

PVDC atau saran, biasanya dibuat sebagai kopolimer dengan 13-20 %

vinilkhlorida. Jenis ini sedikit mengandung pemplastik. Warnanya bening dan

memiliki ketahanan mekanis yang tinggi, tetapi daya tahannya terhadap

penetrasi uap air dan gas sangat rendah. Film PVDC sangat lunak, sehingga

sulit ditangani pada saat printing dan pembungkusan karena kelunakannya.

C. Kemasan Ganda Laminat dan Komposit

Kertas komposit adalah kertas yang diolah bersama-sama dengan bahan baku

kemasan lain seperti plastik dan logam, yang bertujuan untuk memperbaiki daya

rapuh, daya kaku dan kekuatan bahan. Kertas yang dicampur dengan logam dan

dibentuk menjadi semacam kaleng disebut kaleng komposit, digunakan untuk jus

sitrun, wadah bumbu , kotak coklat, sop kering, bahan kimia dan obat-obatan.

36
Industri pengemasan telah membuat kertas kaleng komposit yang dapat

menahan vakum dan menahan suhu sekitar 49oC, sehingga dapat digunakan untuk

pengawetan selai (jam). Tube karton digunakan untuk margarin dan es krim.

Ada 3 (tiga) jenis konstruksi kaleng kertas komposit, yaitu : bentuk spiral,

cuping dijahit (lap seam) dan komposi gulung (convolute). Bentuk spiral terdiri dari

beberapa lapis bahan yang berbeda dengan sudut sambungan yang tumpang tindih.

Badan komposit cuping di jahit, terbuat dari bahan yang dilaminasi, sedangkan jenis

komposit gulung terdiri dari beberapa lapisan kumparan.

Tube karton adalah kemasan berbentuk tube dari karton atau kertas. Bentuk

tube yang lebih besar disebut drum karton. Tube karton banyak digunakan untuk

kemasan keripik, sedangkan drum karton digunakan untuk bahan berbentuk bubuk

atau produk kering. Untuk pengemasan bahan cair maka kemasan karton dilapisi

dengan plastik. Keuntungan dari tube dan karton komposit adalah beratnya ringan,

mudah dibuka dan ditutup, dapat dilapisi kembali dengan bahan lain sehigga bersifat

kedap air.

Kombinasi aluminium foil dengan bahan kemasan lain dapat menghasilkan jenis

kemasan baru yang disebut dengan retort pouch. Syarat-syarat retort pouch adalah harus

mempunyai daya simpan yang tinggi, teknik penutupan mudah, tidak mudah sobek bila

tertusuk dan tahan terhadap suhu sterilisasi yang tinggi.

Retort pouch mempunyai keunggulan dibanding kaleng, yaitu :

1) luas permukaan besar dan kemasannya tipis sehingga memungkinkan terjadinya penetrasi

panas yang lebih cepat dan lebih efisien.

2) dengan berkurangnya waktu sterilisasi, maka mutu produk dapat diperbaiki, karena nilai

gizinya lebih tinggi dan sifat sensori seperti rasa, warna dan tekstur dapat dipertahankan.

37
3) dari sisi konsumen, retort pouch lebih disukai karena praktis dan awet.

4) produk yang telah disterilisasi dalam kemasan retort pouch dapat langsung dikonsumsi

tanpa harus dipanaskan.

5) pemanasan cukup mudah, yaitu dengan cara memasukkan kemasan retort pouch ke dalam

air mendidih selama 5 menit.

6) dapat dipanaskan dalam microwave oven

7) mudah dalam hal menyobek atau membuka kemasan

8) harga lebih murah, karena dapat menghemat penggunaan garam, energi dan peralatan.

Jumlah larutan gula/garam yang digunakan sebagai pengisi dapat dikurangi sampai 30%,

energi untuk mensterilkan 25% lebih irit dibanding kaleng dan peralatan dalam retort

pouch line berlangsung dengan kapasitas maksimum. Untuk 60 pouch/menit/ mesin

diperlukan hanya 3 jenis mesin yaitu mesin pembentuk, pengisi dan penutup.

Contoh kemasan retort pouch adalah kemasan yang terdiri dari poliester-adhesif-

aluminium foil- adhesif-polipropilen, dengan susunan sebagai berikut :

1) film polister dengan tebal 0.5 mil di bagian luar

2) kertas aluminium dengan tebal 0.0035 inchi di bagian tengah

3) bagian dalam dilaminasi dengan polipropilen

Poliester dan polipropilen dapat bekerja sebagai adhesif bagi aluminium foil dan

dapat ditutup secara kuat dengan pemanasan. Fungsi poliester adalah untuk memberikan

ketahanan dan kekuatan pada kemasan. Poliester juga bersifat tahan tekanan dan dapat

dicetak, sehingga pencetakan label kemasan dapat dilakukan di bagian poliester ini.

Aluminium foil memberikan perlindungan bahan sehingga tahan disimpan tanpa pembekuan

dan pendinginan, karena permeabilitasnya yang rendah terhadap sinar, uap air, O2 dan

mikroba. Polipropilen bersifat inert, dapat direkatkan secara kuat dengan panas (heat seal)

dan mempunyai daya simpan (shelf life) sama dengan kaleng.

38
Bentuk lain dari kantung aluminium foil adalah bag in box system, yang terdiri dari 3

(tiga) lapisan bahan kemasan yaitu polietilen-saran- polietilen. Kemasan ini digunakan untuk

susu, wine, minyak goreng dan kacang. Susu homogenisasi yang dikemas secara aseptis

dengan kemasan bag in box system, mempunyai masa simpan 9 bulan pada susu kamar.

D. Identifikasi Jenis Kemasan

Untuk mengenal lebih jauh jenis kemasan yang digunakan untuk mengemas

produk perlu diketahui cara-cara untuk mengidentifikasi jenis kemasan, sehingga

dapat diketahui dengan tepat jenis kemasan yang akan digunakan, yang akan

mempunyai fungsi yang tepat sesuai produk yang dikemas. Identifikasi jenis kemasan

yang banyak dilakukan diutamakan pada jenis plastik.

Beberapa jenis plastik akan menunjukkan nyala berwarna hijau yang khas bila

dilakukan test dengan kawat tembaga, dengan cara kawat tembaga dipanaskan,

digoreskan pada plastik kemudian kawat tersebut dibakar. Bila terdapat warna hijau

menunjukkan plastik tersebut type vinyl atau rubber.

Identifikasi pertama film plastik didasarkan kepada klasifikasi film sebagai

film yang mudah ditarik dan yang tidak mudah ditarik. Identifikasi film yang mudah

ditarik dengan cara uji bakar dan uji remas, sedangkan film yang tidak mudah ditarik

dengan uji bakar dan uji pengkerutan. Beberapa identifikasi jenis film yang mudah

ditarik dan tidak mudah ditarik dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

39
Tabel 3. Film Yang Mudah Ditarik
Jenis
Uji Bakar Uji Remas Ciri Khas
Plastik
PE Terbakar perlahan, bau Bekas remasan ber-warna Lemas, transparan sampai
parafin, mening-galkan bening tidak keperakan keruh, sukar disobek
tetesan-tetesan plastik
PP Terbakar perlahan, berasap Bekas remasan ber-warna Transparan, sukar
putih bening tidak keperakan disobek
PVC Terbakar dengan api Bekas remasan ber-warna Jernih, lemas sampai
menyala, berasap hi-tam bening tidak keperakan kaku, sukar disobek,
dengan bau HCl yang dengan uji kawat
menusuk, tidak mening- tembaga akan terda-pat
galkan tetesan plastik nyala hijau.

Tabel 4. Film Yang Tidak Mudah Ditarik


Jenis Plastik Uji Bakar Uji Pengkerutan Ciri Khas
PS Terbakar dengan api Jika didekatkan dengan Transparan, meng-kilap,
menyala, berasap hitam api mudah mengkerut agak kaku, mudah disobek
CA Terbakar perlahan me- Jika didekatkan dengan Mengkilap, agak ka-ku,
ninggalkan gulungan pada api tidak mudah mudah disobek
ujung yag ter-bakar bau mengkerut
khas asam asetat
PET Tidak segera terbakar, Jika didekatkan dengan Transparan, mengki-lap,
setelah terbakar lalu api tidak mudah halus, tidak mudah sobek
mengkerut, terbakar tanpa mengkerut
api menyala
PVDC Terbakar dengan bau yang Jika didekatkan dengan Transparan, tidak mudah
menusuk api mudah mengkerut disobek, uji dengan kawat
tembaga akan terdapat
nyala hijau
CAB Terbakar perlahan, berbau Jika didekatkan dengan transparan, mudah disobek
agak tengik api tidak begi-tu mudah
mengkerut

Untuk mengetahui bahwa selofan dilapis atau tidak dilapis dapat dilakukan uji :

a. Penetesan air

Bila film menjadi basah dan lunak, berarti selofan tidak dilapis dan bila air

tetap berada diatas film berarti selofan telah dilapisi.

b. Uji dengan larutan Pyridine

Larutan Pyridine diteteskan pada permukaan film, bila terjadi perubahan

warna menjadi coklat gelap, maka menunjukkan bahan pelapisnya saran.

40
c. Uji dengan larutan Diphenylamine dalam asam sulfat

Larutan Diphenylamine diteteskan pada permukaan film, bila terjadi

perubahan warna menjadi biru, berarti selulosa dilapisi nitrocellulose. Bila tidak

terjadi perubahan warna berarti dilapisi dengan bahan lain.

Identifikasi film plastik dapat juga dilakukan dengan mengukur densitasnya

dengan menggunakan pycnometer dengan cara memasukkan guntingan film pada alat

tersebut kemudian ditambahkan air hingga penuh, diusahakan tidak terdapat udara,

ditutup dan ditimbang. Pycnometer dengan hanya berisi air ditimbang juga,

perbedaan berat antara keduanya dapat dikonversikan menjadi ukuran densitas plastik

film. Contoh beberapa film plastik dengan densitasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Densitas Beberapa Film Plastik


Jenis Film Densitas Jenis Film Densitas
PP 0,90 Cellulose propionate 1,21
PE 0,93 Polyurethane 1,24
PS 1,07 PVAL 1,25
Rubber hydrochloride 1,11 Cellulose acetate 1,30
Nylon 6/6 1,14 Cellulose nitrate 1,38
PET 1,15 PVC 1,40
Cellulose butyrate 1,18 Selofan 1,44
Acrylic 1,19 PVDC 1,68
PC 1,20

Identifikasi film plastik dapat juga dilakukan dengan uji kelarutannya dalam

bahan kimia. Umumnya diperlukan bahan kimia minimal 10 x volume fim yang diuji,

dan bahkan kadang-kadang diperlukan hingga 25 x dari volume film plastik. Beberapa

film plastik yang larut dalam berbagai jenis pelarut dapat dilihat pada Tabel 6.

41
Tabel 6. Kelarutan Dalam Pelarut Dari Beberapa Jenis Film Plastik
Pelarut Jenis Film Plastik
Acetone CA, CB, CP, PVDC,CN, PS, PVC
Chloroform PC, PS, Rubber hydrochloride
Cyclohexanone PVC, PVDC
Ethyl acetate Acrylic, CN, PS
Air PVAL
Toluene (mendidih) PE, PS, PP, Rubber hydrochloride
Asam format Nylon

Identifikasi dengan melakukan uji spectroscopy infrared menggunakan prinsip

bahwa struktur molekul film dapat ditentukan berdasarkan cahaya yang diabsorpsi

pada berbagai panjang gelombang. Kurva dari hasil uji tersebut kemudian

dibandingkan dengan film yang telah diketahui jenisnya. Kelemahan dari uji

spectroscopy infrared adalah hasil yang diperoleh dapat membingungkan/kacau karena

adanya bahan aditif, bahan pelapis dan campuran beberapa jenis plastik.

Evaluasi

1. Apa keistimewaan kemasan tradisional dan alami dibandingkan dengan kemasan

sintetik/buatan !

2. Apa kelebihan dan kelemahan kemasan aluminium dibandingkan kemasan tin plate?

3. Sebutkan beberapa jenis plastik (maksimal 5) beserta karakteristik penting dan

aplikasinya sebagai kemasan suatu produk !

4. Jelaskan keistimewaan retort pouch sebagai kemasan komposit dibandingkan dengan

keleng

5. Sebutkan cara mengidentifikasi kemasan film plastic yang tidak mudah ditarik?

42
BAB III. PROSES PENGEMASAN

Tujuan Pembelajaran

1. Mengetahui proses pengemasan secara manual untuk mempertahankan warisan

budaya bangsa

2. Mengenal proses pengemasan secara masinal untuk meningkatkan variasi dan

produktivitas kemasan

3. Mengenal proses pengemasan aseptik untuk menimbulkan rasa aman bagi pelanggan

4. Mengenal teknik pengemasan khusus sebagai salah satu sistem pengemasan modern

Materi Pembelajaran

A. Pengemasan Manual

Proses pengemasan manual adalah pengemasan yang dilakukan dengan

menggunakan tangan manusia, berupa melipat, menutup, menganyam, menekuk,

memaku, memanaskan dengan api secara manual. Pada umumnya proses

pengemasan manual dilakukan untuk kemasan tradisional seperti daun, pelepah

batang, bambu dan rotan; kemasan kayu dan kertas serta kemasan logam atau gelas.

Pengemasan dengan cara melipat dan menutup dilakukan pada kemasan

tradisional dari daun pisang atau daun jagung atau daun waru dan pelepah batang

pisang seperti pada lontong, bacang, lemper dan tape ketan, yang dapat dilihat pada

Gambar 4. Pengemasan dengan cara seperti tidak membuat produk yang dikemas

menjadi awet, tetapi mempunyai ciri khas yaitu menyatu dengan budaya daerah,

aroma khas, artistic dan unik, yang tidak dapat diperoleh pada jenis kemasan sintetik,

43
sehingga bila dikembangkan lebih lanjut dalam rangka untuk meningkatkan daya

tarik/minat konsumen untuk membeli produk yang dikemas, sangat besar peluangnya.

Lontong dengan Toge goreng dengan Tape ketan dengan


daun pisang daun waru daun waru

Tempe dengan Leupeut ketan dengan Kue Bugis dengan


daun pisang daun kelapa daun pisang

Ketupat dengan Box tisu dengan Wajik dengan


daun kelapa pelepah pisang daun jagung

Gambar 5. Berbagai jenis pengemasan manual

44
Pengemasan manual menggunakan cara menganyam, melipat dan menekuk,

dilakukan pada kemasan rotan, kayu dan bambu, sama seperti pada daun, pengemasan

ini tidak ditujukan untuk pengawetan, tetapi ditujukan untuk mewadahi, estetika dan

promosi produk. Bentuk kemasan dari kayu, bambu dan rotan dapat dilihat pada

Gambar 6.

Wadah dari Berbagai wadah dari anyaman rotan


anyaman bambu

Berbagai wadah dari kayu ukir


Gambar 6. Berbagai bentuk wadah dari bamboo, rotan dan kayu

Pengemasan manual menggunakan cara menekuk dan menggunting

dilakukan pada jenis kemasan kertas/karton atau komposit atau laminat. Pengemasan

dengan cara ini ditujukan untuk produk makanan atau non makanan yang tidak untuk

disimpan dalam waktu yang lama. Terdapat beberapa pola dasar dan pola

45
pengembangan untuk membuat wadah dari kertas dari karton, seperti yang dapat

dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Lipatan Terbalik Dasar Menutup Sendiri

Model Pesawat Terbang Lipatan Putus

Model Perekatan Ujung Model Perkakas Dasar

Gambar 7. Pola-pola dasar karton lipat

46
model mailing locks perekatan ujung dengan
telinga van Buren

model Cracker perekatan ujung yang dapat


menutup

breakaway fliptop model kemasan es krim

Gambar 8. Model kotak karton lipat dari pengembangan pola dasar

47
Pengemasan manual menggunakan cara membentuk dan memaku atau

mengikat dilakukan pada jenis kemasan kayu untuk kemasan sekunder atau tersier.

Pengemasan dengan cara ini ditujukan untuk produk makanan atau non makanan

yang ditransportasi dari suatu tempat ke tempat lain atau untuk tujuan ekspor. Bentuk

kemasan kotak kayu dengan proses pemakuan atau pengikatan terdiri atas kotak kayu

gergajian dan kotak kayu lapis. Kotak kayu gergajian terdiri atas 11 disain kotak

yaitu

a. Disain Dasar Kotak (Kapasitas 20 – 50 kg, ukuran 500 x 300 x 200 mm3)

b. Combed Tenon Box (Kapasitas 20 – 100 kg, ukuran 600 x 400 x 300 mm3)

c. Internally Battened Box (Kapasitas 30 – 100 kg, ukuran 600 x 400 x 300 mm3)

d. Battened End Box (Kapasitas 30 – 50 kg, ukuran1000 x 750 x 750 mm3)

e. Paneled End Box (Kapasitas 50 – 400 kg, ukuran1000 x 750 x 750 mm3

f. Battened Top/Base Case (Kapasitas 50–350 kg, ukuran 1500 x 1000 x 750 mm3)

g. Girth Battened Case (Kapasitas 100 – 400 kg, ukuran 2000 x 1000 x 1000 mm3)

h. Girth Battened & Panelled Case (Kapasitas maks 500 kg, ukuran 2000 x 1000 x

1000 mm3)

i. Triple Battened & Panelled Case (Kapasitas maks 700 kg, ukuran 2500 x 1200 x

1200 mm3)

j. Triple Battened with Recessed Panel Case (Kapasitas maks 800 kg, ukuran 2500

x 1200 x 1200 mm3)

k. Girth Battened Single Braced Case (Kapasitas maks 450 kg, ukuran 2000 x 1000

x 1000 mm3)

48
Kotak kayu lapis terdiri atas 5 bentuk yaitu

a. Basic Plywood Box (maksimal 30 kg)

b. Battened Top/Base Case (maksimal 40 kg)

c. Panelled Plywood Case (maksimal 300 kg)

d. Lock Corner/Compression Battened (maksimal 600 kg)

e. Lock Corner Panelled (maksimal 400 kg)

B. Pengemasan Masinal

Proses pengemsan masinal adalah pengemasan yang dilakukan dengan

menggunakan mesin otomatis atau mesin manual, yang dijalankan menggunakan

tenaga linstrik maupun bahan bakar minyak. Proses pengemasan masinal dilakukan

untuk kemasan logam, plastik, komposit dan laminat.

C. Pengemasan Aseptik

Pengemasan aseptik adalah suatu cara pengemasan bahan (khususnya bahan

pangan) di dalam suatu wadah yang memenuhi empat persyaratan, yaitu : produk

harus steril, wadah pengemas harus steril, lingkungan tempat pengisian produk ke

dalam wadah harus steril, dan wadah pengepak yang digunakan harus rapat untuk

mencegah kontaminasi kembali selama penyimpanan.

Prinsip pengemasan aseptik adalah baik bahan yang dikemas maupun bahan

kemasan harus bebas dari mikroorganisme perusak ketika bahan tersebut dikemas,

sehingga produk yang dikemas merupakan produk yang steril. Hal ini berarti

49
kemasan harus bebas dari mikroorganisme patogen dan toksin, dan mikroorganisme

penyebab kerusakan tidak dapat berkembang. Jika kondisi ini sudah diterapkan,

maka bahan akan aman untuk disimpan pada suhu ruang dalam jangka waktu yang

lebih lama.

1. Proses Aseptik

Untuk keberhasilan proses aseptik bahan, maka ada beberapa persyaratan

yang diperlukan, yaitu peralatan yang dapat disterilkan, produk steril secara

komersial, kemasan yang steril secara komersial, ruang steril dalam mesin

pengemas, tempat pengisian produk steril ke dalam kemasan steril dan penutupan

secara hermatis, ada monitoring dan pencatat faktor-faktor kritis.

Dalam sistem pengemasan aseptik, produk dan wadah pengemas disterilisasi

secara terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam

lingkungan steril sehingga diperoleh produk steril dalam kemasan yang tahan

disimpan dalam jangka waktu lama. Sterilisasi produk dalam sistem aseptik

dilakukan dengan sistem alir atau sistem UHT (Ultra High Temperature), yaitu

pemanasan dengan suhu yang sangat tinggi (135-150oC) selama 2-5 detik.

Pemanasan produk dengan sistem UHT dalam pengemas aseptik dapat

dibagi menjadi 2 kategori utama, yaitu:

a. Sistem pemanasan langsung, yaitu sistem dimana terjadi kontak langsung

antara medium pemanasan dam hal ini uap panas dengan produk yang

dipanaskan. Dalam sistem pemanasan langsung terdapat dua cara yaitu :

50
1) cara injeksi uap dimana uap panas disuntikkan ke dalam produk, dan

2) cara infusi dimana produk diinfusikan ke dalam aliran uap panas

Gambar 9. Proses pemanasan UHT a) langsung dan b) tidak langsung

Pindah panas terutama disebabkan kondensasi uap mencapai sekitar 10

persen dari produk. Sehingga untuk mempertahankan kadar padatan produk,

perlu diuapkan dengan vakum. Pada sistem injeksi uap, uap panas

disemprotkan ke dalam aliran produk menggunakan injektor. Suhu uap


O
mencapai 140-146 C dengan waktu tinggal sekitar 4 detik. Suhu produk yang

disterilisasi mencapai 137-138 persen. Pada proses infusi produk, produk

didispersikan ke dalam ruang infusi yang berisi uap panas.

51
b. Sistem pemanasan tidak langsung, yaitu sistem dimana medium pemanas

tidak kontak langsung dengan produk. Panas ditransfer melalui permukaan

(biasanya stain-less steel). Pada sistem pemanasan tidak langsung ada 3 (tiga)

macam cara, yaitu : a) heat exchanger tipe konvensional yang berupa

lempengan atau plate dan b) tipe saluran atau tubular (Tubular heat exchanger),

dan c) Scraped-Surface Heat Exchanger.

Pada prinsipnya dalam sistem UHT terjadi kenaikan suhu secara cepat

untuk mencapai suhu mendekati 150oC, dimana dalam sistem tidak langsung

dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapainya dibanding dengan sistem

langsung. Proses seluruhnya akan selesai dalam waktu satu sampai dua menit.

Waktu yang dibutuhkan dalam sistem UHT jauh lebih singkat dibandingkan

dengan cara sterilisasi konvensional di dalam wadah

2. Proses Pengemasan Aseptik

Dalam sistem pengemasan aseptik, sterlisasi yang dilakukan terhadap wadah

lebih bervariasi tergantung dari jenis wadahnya. Beberapa contoh cara sterilisasi

berbagai wadah yang digunakan dalam pengemasan aseptik dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Berbagai cara sterilisasi wadah pengemas

Cara Sterilisasi Aplikasi


Udara panas Wadah metal
Udara panas (kering) Wadah metal/komposit
H2O2 panas Wadah plastik, foil berlaminasi
Kombinasi H2O2/sinar ultra violet Wadah plastik (karton/kemas bentuk)
Etilen Oksida Wadah gelas dan plastik
Panas dari proses koekstruksi Wadah Plastik
Radiasi Wadah plastik yang sensitif terhadap panas

52
Misalnya untuk wadah yang terbuat dari metal digunakan uap panas atau

udara panas. Untuk wadah yang terbuat dari plastik dapat digunakan etilen oksida,

hidrogen peroksida atau dengan cara radiasi. Wadah gelas dapat digunakan etilen

oksida.

Masing-masing cara sterilisasi tersebut mempunyai keuntungan dan

kelemahan. Sterilisasi dengan uap panas dan udara panas akan menghasilkan suhu

tinggi pada tekanan atmosfir, tetapi mempunyai kelemahan karena mikroorganisme

lebih tahan di dalam uap/udara panas daripada di dalam uap jenuh. Sterilisasi

wadah menggunakan hidrogen peroksida mempunyai keuntungan karena prosesnya

cepat dan efisien, sedangkan radiasi dapat digunakan untuk sterilisasi wadah yang

terbuat dari plastik yang sensitif terhadap panas, tetapi mempunyai kelemahan

karena biayanya yang mahal dan lokasinya terbatas.

Proses sterilisasi kemasan dengan menggabungkan antara peroksida dan sinar

ultraviolet sudah diterapkan oleh perusahaan kemasan lamintaing seperti Tetra Pak.

Dalam hal ini sterilisasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu :

- Tahap pertama, bahan kemasan berupa kotak karton berlaminasi (terdiri dari

kotak karton yang diberi plastik tipis dan dilapisi dengan alumunium foil),

dilewatkan pada bak berisi hidrogen peroksida, dimana derajat sterilisasi

tetrgantung pada waktu dan suhu yang digunakan. Misalnya waktu sterilisasi 6.5

detik dengan konsentrasi H2O2 30% dan suhu 65oC, atau selama 5 detik pada

suhu 76oC

53
- Tahap kedua, bahan kemasan dikeringkan dengan udara panas untuk

menghilangkan sisa H2O2. Sinergisme antara larutan H2O2 dengan sinar

ultraviolet sudah lama diterapkan untuk pengawetan bahan pangan yang

bertujuan untuk memperpanjang umur simpan (extended shelf life=ESL), tapi

produk ESL ini masih membutuhkan penyimpanan pada suhu rendah

(refrigerasi). Produk ESL yang dikemas membutuhkan standard higenis tapi

tidak seketat standard yang ditetapkan dlaam kemasan aseptik.

Pada proses aseptik yang tradisional, peroksida diaplikasikan ke bahan

kemasan dengan cara menyemprot atau mengkondensasikan gas H2O2 pada

permukaan bahan kemasan. Konsentrasi peroksida yang digunakan biasanya sekitar

2% dengan waktu 2-4 detik. Bahan kemasan yang masih basah dan mengandung

H2O2 kemudian diberi sinar UV, kemudian kemasan dikeringkan dengan udara

panas untuk menghilangkan sisa H2O2.

Saat ini kombinasi antara peroksida dan UV telah dikembangkan oleh Tetra

Pak, dimana sinar UV diberikan setelah kemasan dikeringkan dengan udara panas.

Sinar UV lebih efektif untuk membunuh mikroorgansime patogen dalam keadaan

kering daripada dalam keadaan basah.

Dalam pengemasan aseptik menggunakan karton diterapkan sistim Form Fill-

Seal vertikal. Kertas karton dalam gulungan, melalui roler untuk menghilangkan

kisut, diberi tanggal, dilaminasi plastik pada satu sisinya, dibentuk silinder yang

menyelubungi pipa pemasukan produk, bagian bawah diseal, diisi produk, kemudian

bagian atas diseal bersamaan dengan seal bagian bawah karton di atasnya.

54
3. Pengujian Kemasan Aseptik

Pengujian keutuhan kemasan dalam sistim aseptik merupakan hal yang kritis.

Hal ini karena berhubungan dengan keamanan dan kualitas produk. Untuk

keperluan tersebut dibutuhkan uji yang bersifat non destruktif. Beberapa test yang

sering digunakan ialah:

1. Test elektrolit, digunakan untuk mengetahui kerusakan yang berhubungan

dengan kebocoran kemasan, test ini menggunakan larutan elektrolit, bila terjadi

kebocoran maka akan terjadi arus listrik.

2. Test tekanan, digunakan untuk mendeteksi kebocoran dari kemasan, dalam test

ini, gas diinjeksikan ke dalam kemasan yang telah dicelup dalam air. Injeksi gas

dilakukan dengan pompa. Bila terjadi kebocoran maka terjadi gelembung dalam

air.

3. Test mikrobiologi, digunakan untuk mendeteksi adanya kontaminasi dari

mikroba dalam kemasan. Test ini juga digunakan untuk menguji efektifitas

sterilan yang digunakan.

D. Teknik Pengemasan Khusus

1. Pengemasan Dengan Udara Termodifikasi

Pengemasan dengan udara termodifikasi atau modified atmosphere packaging

(MAP ) merupakan cara terbaik pengemasan produk tanpa mengorbankan daya tarik

dibandingkan dengan pengemasan tradisional. Fungsi modified atmosphere packaging

dalam pengawetan produk adalah melindungi produk dari kerusakan fisik, perubahan-

perubahan kimia, dan kontaminasi mikrobial. Jadi MAP mempertahankan/

memperpanjang masa simpan / kualitas produk.

55
Bahan-bahan pengemas disesuaikan dengan tujuan pengemasan, tipe produk,

misalnya produk segar, beku, atau proses. Pengemas harus melindungi produk selama

penyimpanan, distribusi dan pemasaran. Persyaratan pengemas berhubungan dengan

transmisi oksigen, kadar/uap air, kelenturan, kekuatan, dan ketahanan / kedap lemak /

minyak, temperatur, kelembaban, dan tipe produk.

a. Pengemasan Vakum

Pengemasan vakum produk pangan dingin seperti daging presto, daging

sendawa masak, dan berbagai tipe sosis, biasanya dilakukan pada temperatur 4 - 9°C.

Pengemasan vakum memperpanjang masa simpan pangan. Keberhasilan proses

tergantung pada jumlah mikroba awal saat pengemasan, material pengemasan yang

mempunyai daya serap sangat rendah terhadap oksigen dan cairan dan temperatur

penyimpanan diatas titik beku daging segar -1,5°C. Pada kondisi ini masa simpan

daging dapat mencapai 2 – 3 minggu, sementara daging sapi giling / cacahan dapat

mencapai satu minggu. Warna daging merah terang dan merah jambu dapat berubah

jika pengemasan menggunakan film yang mempunyai daya serap oksigen rendah.

Masalah ini dapat diatasi dengan pengemasan yang menggunakan film-film

permeabel oksigen.

Contoh aplikasi metode pengemasan vakum mudah mengkerut adalah produk

pangan dimasukkan ke dalam kantung plastik mudah kerut; udara dikeluarkan dari

dalam kantung melalui ujung logam ( nozzle ) pengemas; klip aluminium digunakan

untuk menyatukan ( sealed ) dan terbentuk ikatan yang ketat; pengemas yang sudah

disealed dicelup ke dalam air panas temperature 90 - 95°C selama sedetik

mengkerutkan pembungkusan produk sesuai dengan bentuk produk. plastic pengemas

mengkerut dalam air panas dan menyesuaikan bentuk dengan bentuk produk. Tujuan

56
perlakuan adalah agar penampilan produk lebih menarik, peluang kerusakan fisik

kecil, dan bila bocor, oksigen dan kerusakan produk minimal.

Pengemasan vakum nonkerut menggunakan laminat, misalnya nilon plus

polietilen, poliester dan polietilen dapat digunakan sebagai alternatif pengemas kerut,

dapat divakum dan disealed panas.

b. Controlled Atmosphere Packaging

Pengaruh perlindungan utama pengemasan vakum berhubungan dengan

pembentukan karbon dioksida, serta pembentukan warna merah terang dalam

pengemas vakum tergantung pada level oksigen, sehingga atmosfer dalam pengemas

harus dikontrol, dimodifikasi untuk mempertahankan level oksigen yang relatif tepat.

Campuran gas 80 persen oksigen dan 20 persen karbon dioksida dapat

menghambat/mengontrol pertumbuhan mikroorganisme, namun oksigen dapat

menurunkan pengaruh yang menguntungkan, sehingga daya tahan / masa simpan

hanya sedikit lebih lama daripada pengemas permeabel oksigen.

Controlled Atmosphere Packaging ( CAP ) adalah proses evakuasi oksigen

sesempurna mungkin dari proses vakum kemudian digantikan dengan nitrogen atau

karbon dioksida. CAP dapat digunakan untuk pengemasan pangan proses iris yang

sulit dipisah-pisahkan bila dipak vakum. Tipe lain CAP adalah yang disebut gas

flushing yaitu suatu metode penggunaan nitrogen atau karbon dioksida yang

dimasukkan dengan tekanan ke dalam pak terbuka atau ruang yang mengelilingi area

sealing. Tujuan utama Controlled Atmosphere Packaging adalah eliminasi oksigen

hingga level oksigen 1% atau kurang. Hasil pengemasan juga tergantung pada

permeabilitas pengemas dan jumlah residual oksigen dalam pangan. Diskolorasi

dapat terjadi karena residual oksigen di dalam pengemas vakum dan nitrogen

atmosfer jika pengemas diekspose ke cahaya langsung setelah pengemasan.

57
c. Modified Atmosphere Packaging

Dua faktor penting yang dipertimbangkan dalam teknologi preservasi pangan

adalah : memperpanjang masa simpan / kualitas produk, dan mereduksi jumlah aditif

yang dipergunakan dalam pembuatan produk. Modified atmosphere packaging

(MAP) dapat memenuhi kedua faktor tersebut. MAP melibatkan atmosfer di

sekeliling produk pangan di dalam pembungkus / pengemas. Modifikasi atmosfer

dalam pengemas dapat mengontrol reaksi-reaksi enzimatis, atau mikrobiologis,

sehingga mereduksi atau mengeliminasi proses-proses utama kerusakan produk.

Kombinasi tiga elemen independen sebagai basis teknologi adalah mesin

pengemasan, material pengemas / pembungkus tipe penghalang / penghambat, dan

gas atau campuran gas. Dibandingkan dengan pengemasan konvensional seperti

pengemasan vakum atau udara MAP merupakan metode yang terbaik untuk

mempreservasi produk pangan tanpa mengorbankan daya tarik produk dengan

pengemasan tradisional. Tergantung pada tipe produk, teknik MAP menggunakan

gas-gas khusus atau campuran gas dengan peralatan berbeda. MAP dapat

dipergunakan untuk bermacam-macam produk termasuk pangan, sosis dan salami,

produk-produk masak, keju, susu bubuk, kopi, jus buah, dan banyak lagi.

Keuntungan MAP adalah perpanjangan periode persiapan meningkatkan skala

ekonomi produksi, efisiensi manajemen dan biaya transpor, pemasaran lebih luas,

maksimalisasi revenue dan minimalisasi kerugian ; pengemas yang dirancang dengan

prinsip higienis yang ketat, menjamin kualitas produk secara maksimal tanpa

mempengaruhi penampilan estetis ; praktis dan murah dari sudut teknis, namun

aplikasi teknik ini membutuhkan mesin pengemasan dengan karakteristik khusus;

level aditif dan preservatif dapat direduksi.

58
Ada dua tipe utama prosedur MAP, tergantung pada jenis produk dan bentuk /

model / shape pembungkus/pengemas yaitu :

• pencucian dengan gas, mesin pengemasan vertikal atau horisontal memproduksi

tabung kontinyu bahan pembungkus, dan gas diintroduksikan ke dalam

pembungkus,

• kompensasi pengemasan vakum.

.
MAP memodifikasi atmosfer di sekeliling produk di dalam pengemas untuk

mengontrol reaksi-reaksi kimia, enzimatis, dan mikrobiologis, jadi mereduksi atau

mengeliminasi proses-proses utama kerusakan produk. Penggunaan bahan pengemas

disesuaikan dengan metode prosesing produk, bentuk / shape produk dan macam /

tipe produk. Pengemas dari plastik yang Banyak digunakan, misalnya adalah film-

film fleksibel selulosa, polietilen densitas rendah, polietilen densitas tinggi,

polipropilen, film-film lapis polimer atau aluminium, dan film-film laminasi.

Teknologi MAP berbasis pada kombinasi tiga elemen yaitu mesin

pengemasan, bahan / material pembungkus / pengemas tipe penghalang, dan gas

atau campuran gas seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida, udara, dan

campuran.Penanganan higienis sejak dari bahan baku / mentah, prosesing, hingga

produk jadi dan pengemasan sangat menentukan kualitas simpan produk.

2. Pengemasan Aktif
Saat ini permintaan konsumen akan kemasan bahan dan produk pangan adalah

berupa pengemasan yang ramah lingkungan, produk yang lebih alami dan tanpa

menggunakan bahan pengawet. Industri-industri pengolahan pangan juga berusaha untuk

meningkatkan masa simpan dan keamanan dari produk. Teknologi pengemasan bahan

pangan yang modern mencakup pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer

59
Packaging/MAP), pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging, bertujuan

untuk semaksimal mungkin meningkatkan keamanan dan mutu bahan sebagaimana bahan

alaminya.

Ide penggunaan kemasan aktif bukanlah hal yang baru, tetapi keuntungan dari segi

mutu dan nilai ekonomi dari teknik ini merupakan perkembangan terbaru dalam industri

kemasan bahan pangan. Keuntungan dari teknik kemasan aktif adalah tidak mahal (relatif

terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan, mempunyai nilai estetika

yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi.

Istilah lain dari kemasan aktif (active packaging) adalah smart, interactive, clever

atau intelligent packaging. Defenisi dari kemasan aktif adalah teknik kemasan yang

mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal untuk menunjukkan secara aktif

perubahan produk serta menentukan mutunya. Kemasan aktif disebut sebagai kemasan

interaktif karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan bahan pangan yang

dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan mutu

produk dan memperpanjang masa simpannya.

Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai :

- bahan penyerap O2 (oxygen scavangers)

- bahan penyerap atau penambah (generator) CO2

- ethanol emiters

- penyerap etilen

- penyerap air

- bahan antimikroba

- heating/cooling

- bahan penyerap (absorber) dan yang dapat mengeluarkan aroma/flavor

- pelindung cahaya (photochromic)

60
Kemasan aktif juga dilengkapi dengan indikator-indikator yaitu :

- time-temperature indicator yang dipasang di permukaan kemasan

- indikator O2

- indikator CO2

- indikator physical shock (kejutan fisik)

- indikator kerusakan atau mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang

dihasilkan dari reaksi kimia, enzimatis atau kerusakan mikroba pada bahan pangan.

Jenis-jenis indikator ini disebut indikator ineraktif atau smart indicator karena

dapat berin-teraksi secara aktif dengan komponen-komponen bahan pangan. Alat pemanas

pada microwave seperti susceptors dan metode pengaturan suhu lainnya juga dapat

digunakan dalam metode pengemasan aktif.

Fungsi cerdik (smartness) yang diharapkan dari kemasan aktif saat ini adalah :

- mempertahankan integritas dan mencegah secara aktif kerusakan produk

- Meningkatkan atribut produk (misal : penampilan, rasa, flavor, aroma dan lain-lain)

- Memberikan respon secara aktif terhadap perubahan produk atau lingkungan kemasan

- Mengkomunikasikan informasi produk, riwayat produk (product history) atau kondisi

untuk penggunanya.

- Memudahkan dalam membuka.

a. Bahan Kemasan Aktif

Komponen-komponen pangan yang tidak diinginkan, dapat dikeluarkan dengan

bantuan kemasan yang didisain khusus, sehingga terjadi interaksi selektif antara

kemasan dengan bahan produk. Eliminasi komponen pangan lebih dimungkinkan

untuk diaplikasikan pada produk cair, dimana molekul-molekulnya bebas bergerak,

dan proses pemisahannya tidak dibatasi oleh komponen dengan tekanan uap yang

tinggi pada suhu penyimpanan. Teknologi ini hendaknya tidak digunakan untuk

61
menutupi kerusakan produk dari konsumen, misalnya untuk menutupi adanya

perubahan bau oleh mikrobia. Sebaliknya kemasan harus dapat mempertahankan

komponen-komponen produk pangan yang diinginkan, misalnya zat gizi.

1) Bahan Kemasan Yang dapat Menyerap Oksigen

Penggunaan penyerap oksigen yang dicampur dengan bahan kemasan

menimbulkan masalah, yaitu film kemasan tersebut harus stabil pada kondisi udara

biasa sebelum digunakan sebagai bahan kemasan, atau film kemasan tersebut tidak

boleh menyerap oksigen sebelum bahan pangan dikemas . Masalah ini dapat diatasi

dengan memasukkan beberapa jenis mekanisme aktivasi yang memicu kemampuan

film untuk menyerap oksigen, pada sistem kemasan. Misalnya dengan

menambahkan katalis pada saat pengisian produk atau memaparkan cahaya pada

kemasan sehingga reaksi penyerapan oksigen dapat terjadi.

Metode lain adalah meningkatkan kadar air untuk memicu reaksi penyerapan

oksigen. Penggunaan sebuah permukaan reaktor enzim yang terdiri dari campuran

enzim enzim glukosa oksidase dan katalase juga merupakan cara lain untuk

mengatur konsentrasi O2 di dalam kemasan pangan. Enzim mudah dilekatkan pada

permukaan poliolefin seperti PE dan PP karena kedua kemasan ini merupakan

substrat yang baik untuk imobilisasi enzim.

Kemampuan film kemasan yang dicampur dengan bahan penyerap oksigen

untuk meyerap oksigen lebih kecil daripada absorben oksigen yang dimasukkan ke

dalam sachet. Oleh karena itu aplikasinya sebelum dipasarkan masih harus

mempertimbangkan segi-segi ekonomisnya.

2) Bahan Kemasan dengan Antioksidan

Industri kemasan menggunakan antioksidan untuk kestabilan kemasan, dan

saat ini antioksidan yang dikembangkan adalah antioskidan alami untuk

62
menggantikan antioksidan sintesis. Di dalam kemasan, antioksidan berfungsi

sebagai barrier bagi difusi O2 serta mentransfernya ke produk yang dikemas untuk

mecegah reaksi oksidasi. Vitamin E dapat digunakan sebagai antioksidan, serta

dapat dimigrasikan ke bahan pangan. Pelepasan vitamin E dari kemasan ke bahan

pangan dapat menggantikan antioksidan sintesis. Saat ini antioksidan yang banyak

dipakai adalah BHT (Butylated hidroxytoluen) .

3) Bahan Kemasan Enzimatis

Enzim yang dapat merubah produk secara biokimia dapat digabung dengan

bahan kemasan. Kelebihan kolesetrol dapat menyebabkan penyakit jantung, dan

penambahan enzim kolestterol reduktase ke dalam susu akan mengurangi resiko

kelebihan kolesterol. Konsumsi produk hasil ternak yang mengandung lakosa pada

golongan orang tertentu dapat menyebabkan laktose intoleran. Penambahan enzim

laktase pada bahan kemasan susu dapat mengurangi kandungan laktosa pada susu

yang dikemasnya.

4) Antimikroba Di Dalam Bahan Kemasan

Antimikroba yang dicampur atau diberikan pada permukaan bahan pangan

akan memperpanjang umur simpan bahan pangan tersebut. Penambahan

antimikroba mungkin juga dilakukan dengan cara mencampurnya ke dalam bahan

kemasan yang kemudian dalam jumlah kecil akan bermigrasi ke dalam bahan

pangan. Cara ini efektif diberikan pada kemasan vakum karena bahan kemasan

dapat bersentuhan langsung dengan permukaan panan.

Bahan yang mempunyai pengaruh antimikroba, misalnya nisin yang

diproduksi oleh Lactococcus lactis, asam organik, ester dan sorbat, serta bahan

kemasan yang mengandung kitosan, allil-isotiosianatt yang diperoleh dari lobak

dan oligosakarida siklik.

63
5) Bahan Pengikat Aroma

Selama penyimpanan produk yang dikemas dapat menghasilkan flavor

yang tidak diinginkan, yang dapat berasal dari degradasi komponen bahan

pangan, atau penyerapan bau dari lingkungannya. Jika pada bahan kemasan dapat

ditambahkan bahan yang dapat mengikat aroma-aroma yang tidak diinginkan,

maka penurunan mutu sensori produk dapat dicegah.

Penambahan komponen-komponen yang dapat mengikat aroma pada bahan

kemasan, saat ini belum terdapat secara komersial, tetapi hasil penelitian

menunjukkan bahwa hal ini mungkin untuk dilakukan. Misalnya kemampuan

poliamida dan selulosa ester untuk mengeluarkan limonin yang terasa pahit pada

juice jeruk. Pelapisan botol plastik dengan selulosa triasetat, akan mengurangi

kadar limonin sebanyak 25% selama 3 hari.

6) Film Yang Sensitif Terhadap Suhu

Permeabilitas film akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini

perlu diperhitungkan dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan

digunakan. Dalam beberapa hal peningkatan permeabilitas ini diinginkan,

misalnya pada produk-produk yang berespirasi, yaitu untuk mencegah terjadinya

respirasi anaerob. Manipulasi film kemasan dapat dilakukan dengan meningkatkan

permeabilitasnya dan/atau merubah permeabilitas terhadap O 2 dan CO2 melalui

perilaku respirasi produk.

Pembuatan lubang perforasi dengan ukuran beberapa mikron akan

memberikan kondisi yang diinginkan pada beberapa produk segar, atau dengan

membuat film dari dua lapisan film yang sama, atau dari dua lapisan film dengan

ketebalan yang berbeda tapi bahannya sama. Jika suhu meningkat atau turun,

64
lapisan-lapisan akan berekspansipada laju yang berbeda.

7) Kemasan Yang Dapat Mengendalikan Suhu

Sifat- sifat sensori dari produk sangat dipengaruhi oleh suhu. Jika produk

langsung dikonsumsi dari kemasannya, maka diharapkan penggunaan kemasan

dapat membantu memberikan suhu yang optimum untuk produk tersebut.

b. Teknik Kemasan Aktif

Teknik kemasan aktif yang ada saat ini mempunyai indikator untuk suhu dan

indikator O2. Indikator ini bertujuan untuk menunjukkan apakah mutu produk di

dalamnua sudah menurun, sebelum produk tersebut menjadi rusak.

1) Time-Temperature Indicators

Alat ini menunjukkan jika terjadi kesalaham dalam suhu penyimpanan, dan

juga menduga sisa umur dari produk pangan.

2) Indikator O2 dan CO2

Indikator O2 dapat digunakan untuk memastikan bahwa produk sudah

dikemas secara benar. Tetapi, alat ini mempunyai kekurangan di dalam distribusi,

karena kebanyakan indikator O2 sangat sensitif terhadap O2 dari kemasan gas dan

perubahan warnanya bersifat dapat balik (reversible). Indikator ini dapat bereaksi

dengan sisa O2 yang ada di dalam kemasan, atau alat ini menunjukkan tidak ada O2,

karena oksigen yang ada telah digunakan oleh mikroba perusak untuk

pertumbuhannya. Oleh karena itu perubahan warna dari indikator harus tidak dapat

balik (irreversible).

Indikator CO2 diperlukan pada kemasan dengan konsentrasi CO 2 yang

ditentukan (bisa untuk menunjukkan konsentrasi CO2 yang terlalu rendah atau

65
terlalu tinggi. Contohnya, indikator CO2 yang terdiri dari 5 strips indikator. Strips

ini terdiri dari bahan yang sensitif terhadap CO 2, seperti indikator anion dan

kation liofolik organik. Konsnetrasi CO2 ditunjukkan oleh perubahan warna dari

satu atau lebih strips.

3) Indikator Kesegaran dan Kematangan

Indikator dari COX Recorders (USA) dengan nama dagang Fresh Tag

digunakan untuk menunjukkan kesegaran dari ikan. Indikator ini bereaksi dengan

perubahan warna yang terjadi dari pembentukan amin volatil selama penyimpanan

ikan. Penggunaan warna pH dengan indikator bromothymol blue dapat

menunjukkan terjadinya peningkatan konsentrasi CO2 karena pertumbuhan

mikroba, yang sekaligus menunjukkan sudah adanya kerusakan bahan pangan oleh

mikrobia. Penggunaan enzim oksidase laktase sebagai bahan yang sensitif terhadap

oksigen juga sudah diteliti, api belum digunakan secara komersial.

Indikator kematangan merupakan variasi lain dari kemasan yang mengendalikan

suhu, dan dapat mendeteksi serta menunjukkan keadaan bahan yang dipanaskan

apakh sudah masak atau belum. Type indikator kematangan (doneness indicator)

yang umum digunakan adalah indikator berupa tombol untuk kematangan produk

ternak. Jika suhu tertentu sudah dicapai, maka tombol indikator akan muncul keluar

menginformasikan kepada konsumen bahwa pangan sudah masak. Bentuk lainnya

adalah perubahan warna jika suhu yang diinginkan sudah tercapai.

4) Radio Frequency Identification (RFID), Smart Packaging

Salah satu teknik smart packaging yang tidak terlihat cerdas tetapi

sebenarnya cerdas adalah penggunaan label RFID (radio frequency identification).

Tag RFID pada dasarnya merupakan suatu microchip berantena, yang disertakan

66
pada suatu unit barang. RFID merupakan pengembangan dari barcode. Barcode

merupakan sebuah kode-kode tertentu yang diekspresikan dengan susunan garis-

garis hitam (bar) dan putih (space) yang berbeda ketebalannya (Gambar 10).

Kebutuhan terhadap identifikasi keberadaan suatu barang (item) secara otomatis

(Auto-ID) untuk industri, perdagangan dan distribusi melahirkan penggunaan

barcode ini lebih dari 30 tahun yang lalu. Bentuk RFID yang digunakan pada

kemasan adalah berupa label kertas yang ditempel di kotak pembungkus/karton.

Ukurannya bermacam-macam, yang umum dipakai adalah 10 x 15 cm dan 1,5 x 3

inci, dengan tebal seperti kertas (Gambar 11).

Gambar 10. Anatomi barcode

Seperti halnya barcode, yang memiliki universal product code, sebuah tag

RFID memiliki electronic product code (EPC). EPC adalah identifikasi produk

generasi baru, yang seperti halnya barcode, terdiri dari angka-angka yang

menunjukkan kode produsen, produk, versi dan nomor seri. Namun, EPC memiliki

digit ekstra untuk mengidentifikasi item yang unik. Ukuran bit EPC yang mencapai

96-bit memungkinkannya secara unik mengidentifikasi lebih dari 268 juta

produsen, masing-masing memiliki lebih dari satu juta jenis produk, sementara

sisanya masih mencukupi untuk melabel seluruh produk individualnya. Informasi

EPC inilah yang tersimpan di dalam chip RFID. Dengan penggunaan RFID, maka

67
informasi tentang identitas produk yang ada pada EPC dapat diketahui, mulai dari

nomor seri, tanggal produksi, lokasi manufaktur, bahkan tanggal kadaluarsa.

Informasi tanggal kadaluarsa produk yang terdeteksi dengan label RFID ini akan

memudahkan produsen untuk melakukan pemeriksaan stock produknya dan dengan

kombinasi dengan tanggal kadaluwarsa akan menghindarkan konsumen dari

membeli produk kadaluwarsa.

Gambar 11. Label RFID pada kemasan

Evaluasi :

1. Apa keistimewaan dari proses pengemasan secara manual, jelaskan !


2. Jelaskan secara skematis perbedaan antara sterilisasi dalam wadah dan sistem alir !
3. Sebutkan 3 (tiga) metode pengujian kemasan aseptik ?
4. Apa yang dimaksud dengan Pengemasan vakum, MAP dan CAP, jelaskan!

5. Sebutkan fungsi cerdik (smartness) yang diharapkan dari kemasan aktif !

6. Sebutkan teknik-teknik dalam intelligent packaging !

68
Bab IV. DISAIN GRAFIS DAN CETAK KEMASAN

Tujuan Pembelajaran

1. Mampu memahami desain kemasan

2. Mampu memahami proses labeling dan cetak kemasan

3. Mampu mengenal cara pemasaran produk dengan kemasan

Materi Pembelajaran

A. Disain Kemasan

1. Pengertian dan kegunaan disain grafis pada kemasan

Disain merupakan seluruh proses pemikiran dan perasaan yang akan

menciptakan sesuatu dengan menggabungkan fakta, konstruksi, fungsi dan estetika

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Desain adalah konsep pemecahan masalah

rupa, warna, bahan, teknik, biaya, kegunaan dan pemakaian yang diungkapkan

dalam gambar dan bentuk.

Pengemasan didefinisikan sebagai desain dan pembuatan kemasan untuk

barang eceran, tetapi sebenarnya lebih jauh dari itu, pengemasan diterapkan sama

kepada produk konsumsi maupun produk industrial. Pengemasan merupakan

subjek yang kompleks yang telah menjadi satu bagian penting dari promosi produk

apa saja, walaupun dikhususkan untuk produk konsumsi, dan ini tidak dapat

dipisahkan dari penjualan. Hendaknya dapat dibedakan antara pengemasan dan

kemasan, walaupun keduanya sering diartikan sama. Pengemasan mencakup

69
keseluruhan konsep termasuk kemasan langsung, bagian luar, pembungkus dan

lain-lainnya, dan bagian yang keseluruhannya berperan dalam pemasaran dan

pemajangan. Sebuah kemasan yang baik tidak akan menjual produk apapun jika

konsep pengemasannya tidak tepat, dan juga tidak akan menjual produk yang

buruk. Sebuah kemasan yang buruk bisa memberikan citra yang jelek terhadap

suatu produk yang sangat baik, bagaimanapun baiknya pemikiran atas konsep

pengemasannya.

Pengemasan menghubungkan antara dukungan promosional yang diberikan

oleh manufaktur, ruang rak yang ditata oleh pengecer, dan kebutuhan serta

keinginan dari pembeli akhir. Ada empat pihak yang tekait dalam konsep

pengemasan:

a. Manufaktur kemasan, merancang dan membuat kemasan tetapi paling

berkepentingan dengan kemasan penjualan.

b. Pemakai kemasan, yaitu perusahaan yang memasukkan produk ke dalam

kemasan yang paling berkepentingan dengan penjualan produk. Pemakai

tersebut bertanggungjawab akan pemasaran.

c. Distributor atau pengecer, yang mempengaruhi sifat kemasan dan yang

merupakan objek dari bagian pemasaran yang dikenal sebagai perdagangan.

d. Pelanggan, pembeli akhir dari produk yang diisikan ke dalam kemasan

tersebut, yang merupakan objek dari keseluruhan konsep dan kepadanyalah

kemasan tersebut harus berdaya tarik.

Saat ini fungsi kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah namun

juga merupakan suatu alat promosi dari produk yang dikemasnya. Faktor-faktor

70
Desain Kemasan terdiri dari: faktor keamanan, faktor ekonomi, faktor

pendistribusian, faktor komunikasi, faktor ergonomi, faktor estetika, faktor

identitas, faktor promosi, faktor lingkungan. Sebuah kemasan mempunyai daya

tarik, digolongkan menjadi dua yaitu daya tarik visual dan daya terik praktis.

Daya tarik visual pada penampilan kemasan yang mencakup unsur-unsur

grafis untuk menciptakan suatu kesan. Sebuah desain yang baik harus mampu

mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif tanpa disadarinya.

Daya tarik praktis merupakan efektifitas dan efisiensi suatu kemasan yang

ditujukan kepada konsumen maupun distributor. Sebuah kemasan yang berhasil

merupakan perpaduan antara pemasaran dan desain, yang harus memenuhi kriteria

stand out (menonjol), contents (isi) kemasan harus dapat memberikan informasi

tentang isi kemasan dan apa yang terkandung dalam produk, distinctive (unik).

Secara keseluruhan desain kemasan harus unik dan berbeda dengan produk

pesaing, suitable (sesuai).

Kemasan merupakan salah satu pemecahan masalah untuk menarik

konsumen karena berhadapan langsung dengan konsumen. Masyarakat kita

merupakan ”low involvement view of a passive consumer” dan mereka mempunyai

kecenderungan lebih banyak menerima dan jika mereka melihat sesuatu yang

menarik mereka cenderung lebih banyak mengingatnya dan akan percaya terhadap

produk tersebut, walaupun produk tersebut tidak seperti yang dibayangkan.

Kemasan mempunyai prosentase yang besar untuk menjual produk.

Penampilan yang baik dari kemasan dapat meningkatkan penjualan dari

produk yang dikemas. Promosi dari produk sangat erat kaitannya dengan perilaku

71
saingan dan perilaku konsumen. Banyak metode promosi yang dapat dilakukan

seperti promosi melalui media massa, papan di jalanan, dan ini terutama dilakukan

apabila produsen ingin memperkenalkan produk barunya. Untuk promosi setelah

produk tersebut dikenal oleh konsumen, maka pengemasan produk memegang

peranan yang penting.

Berdasarkan pengamatan, banyak konsumen memilih satu jenis produk

setelah melihat kemasannya. Hal ini dapat terjadi jika kemasan tersebut

memberikan informasi yang cukup bagi calon pembeli, serta mempunyai disain

yang menarik pembeli. Disain kemasan yang menarik, biasanya diperoleh setelah

melalui penelitian yang cukup panjang mengenai selera konsumen, yang kemudian

diterjemahkan dalam disain grafis cetakan. Disain yang baik tergantung pada

keahlian disainer, jenis tinta, bahan dan mesin pencetak.

Perkembangan industri yang pesat menyebabkan kemasan menjadi faktor

yang penting dalam pengangkutan dan penyimpanan barang-barang sesuai dengan

perkembangan pasar lokal menjadi pasar nasional bahkan internasional.

Pendapatan atau kemakmuran yang berkembang seiring dengan perkembangan

industri, pada akhirnya menyebabkan konsumen dihadapkan pada pilihan yang

beragam dari produk-produk yang bersaing untuk memperebutkan pasar. Hal ini

mendorong pengusaha untuk mempengaruhi pilihan konsumen, yaitu dengan

memperkenalkan konsep branding untuk membangun personalitas produk yang

dapat dikenali konsumen. Brand atau merk adalah nama, sibol, disain grafis atau

kombinasi di antaranya untuk mengidentifikasi produk tertentu dan

72
membedakannya dari produk pesaing. Nama brand yang dicetak dalam kemasan

dapat menunjukkan citra produsen dan kualitas produk tertentu.

Saat ini fungsi kemasan tidak hanya sebagai wadah untuk produk, tetapi

sudah bergeser menjadi alat pemasaran. Pasar swalayan dan supermarket juga

sudah berkembang pesat, sehingga disain grafis pada kemasan produk juga

semakin berkembang. Hal ini disebabkan karena pada pasar swalayan, kemasan

dapat berfungsi sebagai wiraniaga diam yang dapat menjual suatu produk, dan

perbedaan dalam bentuk dan dekorasi kemasan berpengaruh besar terhadap

penjualan.

2. Faktor-faktor penting dan persyaratan disain kemasan

a. Mampu menarik calon pembeli

Kemasan diharapkan mempunyai penampilan yang menarik dari

semua aspek visualnya, yang mencakup bentuk, gambar-gambar khusus,

warna, ilustrasi, huruf, merk dagang, logo dan tanda-tanda lainnya.

Penampilan kemasan menggambarkan sikap laku perusahaan dalam

mengarahkan produknya. Kurangnya perhatian akan kualitas produk dan disain

kemasan yang tidak menarik akan menyebabkan keraguan pembeli terhadap

produk tersebut.

Penampilam suatu kemasan dapat bervariasi dengan perbedaan warna,

bentuk, ukuran, ilustrasi grafis, bahan dan cetakannya. Kombinasi dari unsur-

unsur tersebut dapat memantapkan identitas suatu produk atau perusahaan

tertentu.

73
Bentuk dan penampilan kemasan sangat mempengaruhi keberhasilan

penjualan produk di pasar swalayan, karena waktu yang diperlukan oleh

konsumen untuk memutuskan membeli atau tidak suatu produk di pasar

swalayan hanya satu seperlima detik. Pada situasi swalayan, kemasan harus

menarik perhatian di antara produk-produk yang saling bersaing. Agar

kemasan menjadi menarik, disainer harus dapat menciptakan kemasan dengan

bentuk yang unik, paduan warna yang serasi, tipografi yang sesuai disain yang

praktis, menarik dan sebagainya.

b. Menampilkan produk yang siap jual

Ketika konsumen sudah tertarik untuk membeli, pertimbangan

konsumen berikutnya untuk menentukan membeli atau tidak adalah isi

kemasan (produk di dalamnya). Oleh karena iu kemasan harus dapat

menunjukkan kepada pembeli isi atau produk yang dikemasnya. Kelebihan-

kelebihan dari produk harus dapat ditonjolkan pada kemasan, seakan-akan

produk tersebut memang disajikan untuk calon pembeli secara memuaskan.

Sasaran konsumen dari produk yang dijual ditunjukkan melalui desain

kemasan, seperti misalnya kelompok usia (makanan bayi, susu formula), jenis

kelamin dan kelompok etnis. Menurut pendapat para ahli pemasaran hampir 70

persen dari pembelian di toko swalayan adalah hasil pengambilan keputusan

sejenak pada saat pembeli berada di toko tersebut. Didapat 50 persen dari

semua pembelian di toko swalayan adalah karena dorongan hati. Kemasan

harus mampu mengubah rencana pembeli untuk mengambil suatu produk dari

merek lain menjadi produk serupa yang disajikan.

74
Ketika tidak ada pilihan produk yang ditawarkan, keputusan konsumen

untuk membeli atau tidak relatif mudah. Akan tetapi pada pasar yang bersaing,

produsen harus berusaha untuk mempengaruhi pilihan konsumen. Hal ini

berarti produsen perlu mengetahui motivasi konsumen dalam memilih.

Motivasi konsumen dalam memilih antara lain karena: 1) murah, 2) sesuai

dengan kebutuhan dan 3) kebanggaan.

Pria akan lebih tertarik pada kemasan yang menunjukkan kejantanan,

sedangkan wanita lebih menyukai produk yang tampak cantik. Anak muda

lebih tertarik pada kemasan yang menggugah atau menggairahkan, sedangkan

orangtua lebih konservatif. Disainer kemasan perlu mempelajari perilaku

konsumen untuk menganalisa pengaruh kemasan terhadap pola pembelian

konsumen, menemukan bagaimana kemasan diciptakan agar layak dalam

lingkungan pasar yang makin kompleks, mengurangi waktu belanja, dan

pengaruh kemasan dalam menarik mata pelanggan (eye catching).

Minat konsumen untuk membeli dapat ditarik dengan memperagakan

produk tersebut pada tempat yang menyenangkan, dalam bentuk yang menarik

dengan dukungan latar belakang yang baik. Contohnya dapat kita lihat pada

kemasan untuk biskuit tertentu yang digambarkan langsung sehingga

mengundang selera, kosmetik dan alat-alat rias wanita di diberi kemasan yang

berkesan glamour dengan menggunakan ilustrasi keindahan, wanita yang rapi

atau lukisan.

75
c. Informatif dan komunikatif

Gagalnya fungsi kemasan dapat menyebabkan produk yang dijual tidak

akan pernah beranjak dari tempatnya. Kemasan harus dapat dengan cepat

menyampaikan pesan dan dengan jelas semua informasi yang bersangkutan

harus disampaikan kepada pembeli bahwa produk tersebut akan memuaskan

kebutuhan dan lebih baik dari merek produk lain yang sejenis.

Hal yang penting disampaikan di dalam kemasan adalah identitas

produk, yang akan mempermudah seseorang menjadi tertarik akan suatu merek

dibanding merek lain yang tidak jelas identifikasinya. Hal-hal yang dapat

menunjukkan identitas produk seperti warna, rasa, bentuk dan ukuran harus

dapat diketahui oleh konsumen melalui kemasan.

Jenis atau identitas produk harus juga diberikan porsi menonjol pada

panel utama kemasan. Identifikasi jenis produk dapat dicapai dengan

menggunakan merek dagang dan logo. Penekanan terakhir untuk jenis atau

perusahaan dapat diwujudkan melalui penggunan kata-kata dan simbol- simbol

khusus. Penempatan yang menonjol dari merek dagang atau logo membantu

mengidentifikasi produk yang dikemas. Suatu produk dari suatu perusahaan

dapat membantu penjualan produk-produk lain dari perusahaan yang sama.

Kepuasan konsumen akan suatu produk akan mendorong pembeli untuk

membeli produk lain dari perusahaan yang sama.

Falsafah Inggris yang menyatakan ”the product is the package” atau

barang produk ditentukan oleh kemasannya, hendaknya diterapkan oleh

produsen. Mutu kemasan dinilai dari kemampuan dalam memenuhi fungsi

76
yaitu kemasan dituntut untuk memiliki daya tarik lebih besar daripada barang

yang dibungkus (misalnya kemasan minyak wangi). Keberhasilan suatu

kemasan ditentukan oleh estetika dimana di dalamnya terkandung keserasian

antara bentuk dan penataan disain grafis tanpa melupakan kesan jenis, ciri atau

sifat barang yang diproduksi.

Petunjuk yang lengkap untuk penggunaan produk dan kemasan sangat

penting. Pada produk- produk makanan, kemudahan memahami petunjuk

untuk menyiapkan dan menggunakan resep harus diikutsertakan. Petunjuk cara

membersihkan untuk jenis pakaian tertentu adalah contoh lain untuk informasi

penggunaan produk. Pada produk-produk yang membahayakan kesehatan

pemakai, maka kemasan harus menekankan agar pengguna berhati-hati dalam

bekerja. Informasi tentang cara penggunaan pada kemasan sangatlah

membantu. Petunjuk yang benar tentang cara membuka dan menutup kembali

kemasan harus diberikan. Semua gambaran yang menyenangkan, khususnya

yang baru atau berbeda harus ditunjukkan.

Semua informasi yang dibutuhkan yang menyangkut undang-undang

harus terlihat pada kemasan, meskipun persyaratan-persyaratan tersebut sangat

tergantung pada klasifikasi produk termasuk hal-hal seperti nama dan alamat

pembuat kemasan, berat bersih, kandungan- kandungannya dan pernyataan-

pernyataan lain. Informasi ini harus ditulis dan ditunjukkan serta mudah

dilihat, dibaca dan dimengerti oleh konsumen. Berat bersih, harus selalu

diperlihatkan pada label kemasan.

77
d. Menciptakan rasa butuh terhadap produk

Banyak produk dengan jenis yang sama tepai merk berbeda terdapat di

pasaran, yang menyebabkan terjadinya persaingan antar produsen. Hasil studi

mengenai ”The 7th Du Pont Consumer Buying Habits”, yaitu bahwa 62,6

persen pembeli yang diwawancarai di toko swalayan tidak memiliki daftar

belanja. Karena itu kondisi sesaat, seperti telah diuraikan dimuka, dapat

merebut hati pembeli untuk dapat merebut hati pembeli untuk memilih produk

yang ditampilkan. Kemasan yang dapat menimbulkan minat yang kuat

terhadap produk akan terpilih pada waktu yang cukup lama.

Salah satu cara untuk menimbulkan minat terhadap suatu produk adalah

dengan mengingatkan calon pembeli terhadap iklan yang pernah dibuat.

Kemasan harus mampu menerangkan dengan jelas iklan tersebut. Ikon-ikon

mengenai manfaat kesehatan, prestise, kemewahan yang ditonjolkan pada

kemasan akan dapat menunjang pemenuhan kebutuhan psikologis dan

memudahkan pembelian produk tersebut. Dengan meningkatkan ingatan

membeli akan iklan, penekanan pada kesenangan dan penunjangan fasilitas

untuk pemenuhan kebutuhan psikologis, kemasan dapat membantu

menimbulkan rasa butuh terhadap produk tersebut.

B. Menentukan Disain Kemasan

Seperti disampaikan diatas maka Disain Kemasan merupakan salah satu faktor

yang menentukan penjualan suatu produk. Kemasan juga salah satu senjata yang

menarik konsumen agar melirik produk yang di display hingga memutuskan untuk

78
membelinya. Kemasan yang kurang menarik dan tidak sesuai dengan target pasar,

maka bisa dipastikan produk yang dijual hanya sedikit yang laku atau bahkan tidak

laku. Hal ini disebabkan karena desain kemasan yang unik dan menarik dapat

memberikan kesan pertama yang membangkitkan keinginan membeli konsumen.

Agar produk dapat memancing rasa ketertarikan konsumen, terdapat beberapa

hal yang harus diperhatikan mengenai bagaimana cara membuat desain kemasan yang

sesuai dengan produk dan target konsumen:

Pertama, Menentukan target konsumen dan segmen pasar sebelum memilih jenis

kemasan yang akan digunakan. Dan yang perlu diperhatikan adalah produk yang dijual

(produk pangan, sandang, mainan atau yang lainnya) dan tempat pemasarannya

(Place), misalnya di supermarket, pasar tradisional, atau tempat oleh-oleh, seperti

terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Tempat display produk

79
Produk dengan target pasar menengah ke atas yang masuk ke pasar swalayan

atau tempat oleh-oleh, kemasan yang digunakan bisa dengan bahan plastik atau

aluminium foil. Sedangkan untuk memberikan identitas merek produk bisa

menggunakan label kemasan. Label kemasan didesain sedemikian rupa agar menarik

dan unik sesuai dengan brand perusahaan.

Kedua, membuat kemasan dengan tidak mengikuti trend yang sudah ada. Hal ini

bertujuan untuk membedakan kemasan produk perusahaan dengan produk pesaing.

Perlu diperhatikan pemilihan warna, jenis huruf pada kemasan, gambar atau foto

produk, karena unsur tersebut mempengaruhi rangsangan visual dan psikologi pada

konsumen. Intinya desain kemasan tersebut menarik dan memberikan informasi

tentang produknya dengan jelas.

Ketiga, memperhatikan bahan kemasan yang akan digunakan, dari segi

ketersediaannya dipasaran dan harganya tidak terlalu mahal agar tidak mempengaruhi

harga jual produk. Maka, jangan sampai dipilih jenis kemasan yang bahannya sulit

didapatkan dan mahal harganya.

80
Keempat, dari sisi ergonomis, pastikan kemasan produk tersebut memberikan

kenyamanan dan mudah digunakan oleh konsumen. Selain itu, kemasan yang

ergonomis itu yang mudah dibawa, mudah dibuka, mudah disimpan sehingga

konsumen tidak merasa kesulitan.

Kelima, poin ini termasuk dalam bahasan pelabelan pada kemasan seperti, logo halal

dan P-IRT (untuk produk makanan), Brand (merk produk), informasi komposisi

produk, barcode (apabila produk ingin masuk ke pasar swalayan atau supermarket).

Dipastikan label pada kemasan mudah untuk dibaca dan dipahami, karena biasanya

konsumen akan membaca informasi tentang produk yang akan dibeli.

81
C. Elemen Kemasan

Seorang desainer harus mengetahui produk yang dijual dengan sangat baik.

Desainer harus memahami dengan baik akan kebutuhan, selera, kesukaan, daya beli,

dan kebiasaan membeli dari konsumen. Desainer juga harus mengetahui kebutuhan

dan masalah dari klien. Masalah pemasaran, tingkat persaingan, dan jumlah budget

yang dimiliki klien harus menjadi pertimbangan dalam merencanakan sebuah proyek

desain. Desainer harus selalu ingat bahwa sebuah kemasan tidak pernah sendirian,

karena selalu dikelilingi oleh kemasan-kemasan yang lain, biasanya dari produk

sejenis/kompetitor. Oleh karena itu, penting untuk terlebih dahulu membandingkan

kemasan-kemasan kompetitor tersebut dengan kemasan yang dimiliki klien.

Sedapat mungkin, kemasan harus tampil menarik agar mampu menarik

perhatian calon konsumen. Untuk itu dibutuhkan strategi kreatif yang merupakan

konsep dan penerapan desain kemasan berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari

hasil riset seluruh aspek pemasaran untuk memaksimalkan daya tarik visual. Setelah

strategi kreatif diterapkan proses pengerjaam bisa dimulai, mencakup penerapan

unsur-unsur visual yang akan diterapkan ke dalam halaman kemasan. Beberapa hal

yang dapat dilakukan mengenai strategi kreatif ini adalah dengan memodifikasi sisi-

82
sisi tertentu dari suatu produk, antara lain (1) warna, (2) bentuk, (3) merek dan logo,

(4) illustrasi, (5) tipografi, (6) tata letak.

1. Warna

Konsumen melihat warna jauh lebih cepat daripada melihat bentuk atau

rupa. Dan warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di tempat

penjualan. Warna dengan daya pantul tinggi akan lebih terlihat dari jarak jauh dan

direkomendasikan sebagian besar kemasan, karena memilik daya tarik dan

dampak yang lebih besar. Tapi selain unsur keterlihatan harus dipertimbangkan

pula faktor kekontrasan terhadap warna-warna pendukung lainnya. Pengaruh

utama dari warna adalah menciptakan reaksi psikologis dan fisiologis tertentu,

yang dapat digunakan sebagai daya tarik dari disain kemasan.

Sehubungan dengan kesan fisilogis atau psikologis maka ada dua

golongan warna yang dikenal, yaitu :

a) Warna panas (merah, jingga, kuning), dihubungkan dengan sifat spontan,

meriah, terbuka, bergerak dan menggelisahkan), warna panas disebut

extroverted colour.

b) Warna dingin (hijau, biru dan ungu), dihubungkan dengan sifat tertutup,

sejuk, santai, penuh pertimbangan, sehingga disebut introverted colour.

Kesan psikologis dan fisilogis dari masing-masing warna diuraikam pada

Tabel 7.

83
Tabel 7. Kesan psikologis dan fisiologis dari berbagai warna

Warna Makna
Dapat diandalkan, keamanan, elegan, rendah hati, rasa hormat, stabil,
Abu-abu kehalusan, bijaksana, masa lalu, bosan, kebusukan, renta, polusi, urban,
emosi yang kuat, seimbang, netral, perkabungan, formal, bulan Maret
Rendah hati, suci, netral, tidak kreatif, masa muda, bersih, netral,
cahaya, penghormatan, kebenaran, salju, damai, innocence, simpel,
Putih aman, dingin, pe- nyerahan, takut, tanpa imajinasi, udara, kematian
(tradisi Timur), kehidupan, perkawinan (tradisi Barat), harapan, lemah
lembut, kosong, bulan Januari
Klasik, baru, ketakutan, depresi, kemarahan, kematian (tradisi Barat),
kecerdasan, pemberontakan, misteri, ketiadaan, modern, kekuatan, hal-
Hitam
hal duniawi, formal, elegan, kaya, gaya, kejahatan, serius, mengikuti
kecenderungan sosial, anarki, kesatuan, dukacita, profesional
Perayaan, kekayaan, nasib baik (Cina), suci, tulus, perkawinan (India),
perkabungan (Afrika Selatan), Setan (tradisi modern Barat), gairah,
kuat, energi, api, cinta, roman, gembira, cepat, panas, sombong, ambisi,
Merah
pemimpin, maskulin, tenaga, bahaya, menonjol, darah, perang, marah,
revolusi, radikal, sosialisme, komunisme, agresif, penghormatan, martir,
roh kudus
Laut, manusia, produktif, isi dalam, langit, damai, kesatuan, harmoni,
damai, tenang, percaya, sejuk, kolot, air, es, setia, bersih, teknologi,
musim dingin, depresi, dingin, idealisme, udara, bijaksana, kerajaan,
Biru
bangsawan, bumi, zodiak Virgo, Pisces, Aquarius, kuat, tabah, cahaya,
ramah, perkabungan (Iran), kebenaran, cinta, keagamaan, mencegah roh
jahat, kebodohan dan kesialan
Kecerdasan tinggi, alam, musim semi, kesuburan, masa muda,
lingkungan hidup, kekayaan, uang (Amerika), nasib baik, giat, murah
hati, pergi, rumput, agresi, dingin, cemburu, malu (Cina), sakit, rakus,
Hijau
narkoba, korupsi (Afrika Utara), abadi, udara, tanah, tulus, zodiak
Cancer, pembaruan, pertumbuhan, kesehatan, bulan Agustus,
keseimbangan, harmoni, stabil, tenang, kreatif, Islam
Sinar matahari, gembira, bahagia, tanah, optimis, cerdas, idealisme,
kaya (emas), musim panas, harapan, udara, liberalisme, pengecut, sakit
(karantina), takut, bahaya, tidak jujur, serakah, lemah, feminim, bergaul,
Kuning
persahabatan, zodiak Gemini, Taurus, Leo, April, bulan September,
kematian (abad pertengahan), perkabungan (Mesir), berani (Jepang),
Tuhan (kuning emas)
Bangsawan, iri, sensual, spiritual, kreativitas, kaya, kerajaan, upacara,
misteri, bijaksana, pencerahan, sombong, flamboyan, menonjol,
Purple perkabungan, berlebihan, tidak senonoh, biseksual, kebingungan, harga
diri, zodiak Scorpio, bulan Mei, November, kaya, romantis, kehalusan,
penebusan dosa

84
Warna Makna
Hinduisme, Buddhisme, kebahagiaan, energi, keseimbangan, panas, api,
antusiasme, flamboyan, kesenangan, agresi, sombong, menonojol,
Jingga emosi berlebih, peringatan, bahaya, musim gugur, hasrat, zodiak
Sagitarius, bulan September, kerajaan (Belanda), Protestanisme
(Irlandia)
Tenang, berani, kedalaman, makhluk hidup, alam, kesuburan, desa,
stabil, tradisi, ketidaktepatan, fasisme, tidak sopan, bosan, cemar, berat,
Cokelat miskin, kasar, tanah, bulan Oktober, zodiak Capricon, Scorpio,
membumi, selera makan, menyehatkan, tabah, simpel, persahabatan,
ketergantungan
Musim semi, rasa syukur / terima kasih, penghargaan, kagum, simpati,
Pink feminim, kesehatan, cinta, roman, bulan Juni, perkawinan, sukacita,
innocence, kekanakan

Diketahui bahwa rata-rata tiap orang mengenal 18-20 warna. Warna

tersebut menyebabkan barang-barang terjual dengan baik di pasaran. Warna-

warna yang sederhana lebih mudah diingat dan memiliki kekuatan besar dalam

menstimulasi penjualan, sementara warna-warna aneh dan eksotis cepat dilupakan

dan biasanya berpengaruh kecil di pasaran.

Pemilihan warna oleh konsumen sangat sukar ditentukan. Hal ini

dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan dan budaya, karena pemilihan warna

tidak pernah tetap, tetapi senantiasan berubah. Faktor-faktor yag menenukan

pemilihan warna di antaranya adalah kondisi ekonomi, tingkat umur, jenis

kelamin

Kondisi ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pemilihannya terhadap

warna. Warna cerah dan riang lebih populer pada waktu-waktu resesi dan warna-

warna konservatif dipilih pada waktu- waktu sukses.

85
Pemilihan warna juga beragam untuk tiap tingkatan umur. Anak-anak

kecil di bawah usia 3 tahun menyukai warna merah, dari usia 3-4 tahun menyukai

kuning. Anak-anak muda menyukai warna- warna lembut dan yang lebih tua

menyukai warna meriah, walaupun sebagian merasa terbatas dan menentukan

warna yang lebih konservatif.

Jenis kelamin juga berperan dalam pemilihan warna, wanita umumnya

menyukai warna merah, sedangkan pria cenderung menyukai warna biru. Warna

pada kemasan dapat berfungsi untuk :

a. Menunjukkan ciri produk

Warna kemasan dapat menunjukkan karakteristik produk yang

dikemasnya. Warna pink atau merah jambu sering digunakan untuk produk-

produk kosmetika, warna hijau yang terpadu dalam kemasan permen

menunjukkan adanya flavor mint. Kombinasi biru dan putih pada air mineral

atau pasta gigi memberi kesan bersih dan higenis.

Warna juga berhubungan erat dengan rasa pada makanan, seperti :

1) Merah dapat berarti pedas atau mungkin rasa manis

2) Kuning menunjukkan rasa asam

3) Biru dan putih umumnya menunjukkan rasa asin

4) Hitam diartikan pahit

b. Diferensiasi produk

Warna dapat menjadi faktor terpenting dalam memantapkan identitas

produk suatu perusahaan, seperti warna kuning pada produk Eastman Kodak.

86
Warna sering digunakan sebagai salah satu cara untuk melakukan diferensiasi

produk lini, seperti pada kosmetika.

c. Menunjukkan kualitas produk

Warna dapat disosialisasikan dengan kualitas suatu produk, seperti

warna emas, maroon dan ungu sering dikaitkan sebagai produk mahal dan

simbol status, sedangkan untuk produk- produk murah atau produk konsumsi

masa sering ditunjukkan dengan warna kuning.

Persyaratan yang diperlukan untuk memilih warna dalam pengemasan

dan pemasaran adalah sebagai berikut :

1) Warna kemasan hendaknya menarik, merangsang rasa, pandangan dan

penciuman dengan penampilan visualnya sehingga menimbulkan minat

pembeli.

2) Warna yang digunakan diharapkan mempunyai nilai yang baik untuk

diingat. Dapat menunjang ingatan dan pengakuan yang baik akan jenis

atau produk tersebut. Karena kemampuan seseorang untuk

mengidentifikasi warna-warna tertentu dapat menurunkan kemampuannya

untuk mengingat produk tersebut, maka penggunaan warna-warna yang

eksotis dan tidak layak harus dihindari.

3) Untuk penjualan secara swalayan, kisaran warna harus dibatasi. Warna-

warna murni yang cerah biasanya lebih disukai. Untuk penjualan dengan

menggunakan pelayanan dan penjualan ”door to door”, ukuran kisaran

warna yang lebih luas dapat digunakan. Seperti halnya warna cerah,

warna-warna murni memiliki nilai emosional tertinggi dan harus

87
digunakan pada penjualan secara swalayan. Warna-warna tenang dan

lembut dapat digunakan dan mempunyai pengaruh yang baik untuk benda-

benda yang mahal yang tidak dijual secara swalayan.

4) Warna dipilih untuk menarik perhatian pembeli. Jenis kelamin, status

ekonomi, kelompok umur, lokasi geografis dan faktor-faktor lain yang

akan membantu dalam penentuan warna yang menarik untuk digunakan

pada berbagai situasi pemasaran.

5) Warna-warna kemasan tidak hanya harus menciptakan atau menimbulkan

minat dalam penyaluran dalam jumlah besar, tapi juga harus disenangi di

rumah tangga.

6) Diperlukan suatu seleksi yang teliti tentang jenis dan intensitas

penerangan di toko atau tempat- tempat yang digunakan untuk barang atau

bahan pangan yang dikemas. Lampu penerangan berpengaruh nyata

terhadap warna-warna kemasan. Warna kemasan dapat berubah atau

menyimpang jika dipandang di bawah pengaruh dua warna cahaya yang

berbeda.

7) Warna kemasan harus dapat mencirikan bagian-bagian kemasan. Bagian

kemasan yang perlu diperlihatkan lebih tajam dapat diberi warna yang

dominan.

Kemasan transparan, bentuk struktur yang tidak biasa, atau kemasan

yang dapat digunakan kembali (botol, tabung kaca, atau kotak) juga

memberikan pesan yang berbeda. Kemasan adalah simbol dari keseluruhan

usaha pemasaran; bukti fisik dan visual dari produk agar terjual. Oleh karena

88
itu, sangatlah penting untuk selalu mengingat bahwa dengan hanya menjual

produk, kemasan sangat berperan sehubungan dengan kepercayaan merek.

2. Bentuk kemasan

Bentuk kemasan merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya

seluruh daya tarik visual. Namun tidak ada prinsip baku yang menentukan bentuk

fisik dari sebuah kemasan karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produk,

pertimbangan mekanis, kondisi marketing, pertimbangan pemajangan, dan oleh

cara penggunaan kemasan tersebut.

Perbedaan bentuk kemasan suatu produk dengan produk pesaing dapat

mengingatkan konsumen akan produk tersebut, walaupun mereknya sendiri

mungkin tidak teringat lagi. Parfum Charlie akan mudah dikenali dari bentuknya

yang menyerupai bola tenis, botol sirup Marjan dan sirup Tessty yang spesifik juga

mudah untuk dikenali. Bentuk dan warna kemasan yang spesifik mempunyai

daya tarik tersendiri. Dengan bentuk dan warna yang diperbarui, kadang-kadang

menimbulkan kesan bahwa mutu produk tersebut diperbarui pula.

Kemasan dengan ukuran yang berbeda memungkinkan pembeli dari tingkat

pendapatan yang berbeda untuk membeli produk yang sama. Dengan kombinasi

bentuk, warna, dan ukuran kemasan yang berbeda, perusahaan dapat meningkatkan

penjualan hasil produksinya. Bentuk kemasan harus berhubungan dengan produk.

Suatu contoh yang baik dalam hal ini adalah upaya beberapa pabrik minuman

ringan dalam mengemas minuman-minuman diet dalam botol- botol yang terlihat

ramping. Pabrik- pabrik kosmetika melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam

merencanakan kesan kewanitaan melalui bentuk-bentuk kemasan khusus untuk

89
krim, obat-obatan pencuci, lipstik dan alat-alat bantu perawatan. Hal ini dapat

ditemukan pada kemasan-kemasan yang didisain untuk industri parfum.

Kemasan dengan alas yang berisi memudahkan penanganan dan

penumpukan di tingkat penyalur. Kemasan dari bumbu (saus) untuk selada adalah

suatu contoh yang baik dari suatu usaha untuk membuat produk lebih mudah

digunakan. Kemasan-kemasan gaya baru, seperti yang digunakan untuk zat

pemutih dan cuka, dengan bentuk yang memungkinkan untuk mudah dipegang

menjadikan penanganan yang mudah dan juga mengamankan produk yang

dikemas.

Perubahan gaya hidup masyarakat, dimana semakin banyaknya wanita

yang bekerja, menyebabkan kebutuhan akan produk siap santap dalam kemasan

yang sekali pakai (single-serve packaging) semakin meningkat. Dahulu jenis

kemasan ini hanya untuk snacks, permen, minuman ringan dan mi instan. Saat ini

sudah banyak dikembangkan untuk bahan pangan lain mulai dari bahan pangan

untuk sarapan hingga makanan dengan lauk pauk yang lengkap (full-five course

meal). Target konsumennya juga bervariasi dari anak-anak hingga orang dewasa,

dengan bahan kemasan yang terbuat dari plastik PET atau karton yang dilaminasi.

3. Merk dan Logo

Identitas suatu produk sangat diperlukan sekali untuk membedakan

kemasan yang dibuat dengan kemasan yang lain. Tujuan lain dengan adanya merek

atau logo adalah mengenalkan produk kepada masyarakat dalam bentuk non-

produk. Misalnya dalam pamflet, spanduk dan alat komunikasi yang lain. Dengan

90
adanya simbol-simbol dalam merek atau logo, maka masyarakat akan cepat

mengenali produk. Membuat sebuah logo hendaknya yang simple, yang

menggambarkan ciri khas, mudah untuk dijelaskan, menggugah, mengandung

keaslian dan tidak mirip dengan logo-logo produk lain.

4. Ilustrasi dan dekorasi

Ilustrasi grafis dan fotografi memudahkan produsen memantapkan citra

suatu produk. Fungsi ilustrasi adalah untuk informasi visual tentang produk yang

dikemas, pendukung teks, penekanan suatu kesan tertentu dan penangkap mata

untuk menarik calon pembeli. Gambar tersebut dapat berupa produk secara penuh

atau terinci, serta dapat juga merupakan hiasan (dekorasi). Sebaiknya gambar tidak

mengacaukan pesan yang akan disampaikan. Gambar dan simbol dapat menarik

perhatian dan mengarahkan perhatian pembeli agar mengingatnya selama

mungkin. Disertai penggunaan bahasa yang umum dengan cepat dapat dimengerti

oleh setiap orang. Ilustrasi kemasan biasanya merupakan hal pertama yang diingat

konsumen sebelum membaca tulisannya. Suatu ilustrasi yang baik harus :

a. berfungsi lebih dari sekedar menggambarkan produk atau menghiasi kemasan

b. menimbulkan daya tarik dan minat, sehingga akan lebih cepat dan efektif

daripada pesan tertulis.

c. sesuai dengan keyakinan dan selera pemakai

d. mengikuti perkembangan dan perubahan sejalan dengan perubahan minat dan

cara hidup target kelompok konsumen.

e. tidak berlebihan atau kurang sesuai karena akan membingungkan konsumen.

91
f. Foto atau ilustrasi diperlukan untuk menggambarkan produk olahan dalam

bentuk yang lebih menarik. Sebagai contoh kotak karton untuk mengemas

beras kencur, gula asam dan sorbat oleh industri jamu. Perancang biasanya

menggambarkan gambar-gambar yang abstrak untuk ilustrasi bagi produk

kosmetik, farmasi, perawatan tubuh dan lain-lain.

5. Tipografi

Teks pada produk media merupakan pesan kata-kata, digunakan untuk

menjelaskan produk yang ditawarkan dan sekaligus mengarahkan sedemikian rupa

agar konsumen bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen. Tipe huruf

harus disesuaikan dengan tema dan tujuan dari produk itu sendiri. Maka disinilah

diperlukan kejelian dalam memilih huruf atau font yang sesuai atau menjiwai dari

produk tersebut.

Huruf besar atau huruf kapital memudahkan untuk dibaca daripada huruf

kecil, dan huruf yang ditulis renggang lebih mudah dibaca daripada huruf yang

ditulis rapat. Penggunaan huruf-huruf untuk memberi informasi pada label

kemasan hendaknya cukup jelas. Kata-kata dan kalimatnya harus singkat agar

mudah dipahami. Bentuk huruf dan tipografi tidak saja berfungsi sebagai media

komunikasi, tapi juga merupakan dekorasi kemasan. Oleh karena itu huruf-huruf

yang digunakan harus serasi. Dalam beberapa kasus, yaitu pada penjualan barang

tidak secara swalayan, sifat kemudahan untuk dibaca dapat diabaikan.

92
6. Tata Letak

Menata letak berarti meramu seluruh aspek grafis, meliputi warna, bentuk,

merek, ilustrasi, tipografi menjadi suatu kemasan baru yang disusun dan

ditempatkan pada halaman kemasan secara utuh dan terpadu. Dalam merumuskan

strategi desain, desainer harus memberi perhatian pada pesan sebuah kemasan

untuk disampaikan pada konsumen yang potensial. Kemasan dapat menyampaikan

pesan mengenai produk, brand, kategori produk, tipe konsumen, maupun

keuntungan yang ditawarkan oleh produk. Kemasan juga mampu menyampaikan

pesan terselubung. Sebagai contoh, warna, bentuk, ukuran, dan tekstur dapat

menimbulkan kesan mewah (emboss, foil, atau kertas yang tidak biasa).

Tulisan pada permukaan kemasan hendaknya mudah dibaca. Informasi

dasar yang ditampilkan pada bagian muka meliputi identitas perusahaan atau merk,

nama produk dan deskripsinya, manfaat untuk konsumen, dan keperluan-keperluan

hukum. Bagian belakang atau bagian dalam kemasan dapat digunakan lebih bebas.

D. Labelling

Label atau disebut juga etiket adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi lain yang

tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun, pada

wadah atau pengemas. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat menampung

semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah lepas,

luntur atau lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari.

93
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 yang dimaksud dengan label

pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,

kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke

dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Pada Bab IV Pasal

30-35 dari Undang-Undang ini diatur hal-hal yang berkaitan dengan pelabelan dan

periklanan bahan pangan.

Tujuan pelabelan pada kemasan adalah :

1. memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka

kemasan

2. sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen tentang hal-hal dari

produk yang perlu diketahui oleh konsumen , terutama yang kasat mata atau yang

tidak diketahui secara fisik

3. memberi peunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperolej fungsi produk yang

optimum

4. sarana periklanan bagi konsumen

5. memberi rasa aman bagi konsumen

Informasi yang diberikan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen. Pada

label kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, sekurang-kurangnya

dicantumkan hal-hal berikut :

1. Nama produk

Disamping nama bahan pangannya, nama dagang juga dapat dicantumkan.

Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia, dan dapat ditambahkan dalam

94
bahasa Inggris bila perlu. Produk dari luar negeri boleh dalam bahasa Inggris atau

bahasa Indonesia.

2. Daftar bahan yang digunakan

Ingradien penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan yang

digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulaid ari yang

terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. Beberapa perkecualiannya adalah

untuk komposisi yang diketahui secara umum aau makanan dengan luas

permukaan tidak lebih dari 100 cm2, maka ingradien tidak perlu dicantumkan.

3. Berat bersih atau isi bersih

Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan padat

dinyatakan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan satuan volume.

Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam satuan volume atau berat.

Untuk makanan padat dalam cairan dinyatakan dalam bobot tuntas.

4. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan produk ke

dalam wilayah Indonesia

Label harus mencantumkan nama dan alamat pabrik pembuat/pengepak/

importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi dengan kode negara asal. Nama

jalan tidak perlu dicantumkan apabila sudah tercantum dalam buku telepon.

5. Keterangan tentang halal

Bila produk merupakan makanan, maka pencantuman tulisan halal diatur

oleh keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama No.

427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan halal adalah makanan yang tidak

mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau yang diolah menurut

95
hukum- hukum agama Islam. Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada

label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap halalnya

makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Saat ini kehalalan suatu produk

harus melalui suatu prosedur pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi oleh LP

POM MUI, badan POM dan Departemen Agama.

6. Tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa.

Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai :

a. Best before date : produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat

dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati

b. Use by date : produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan

manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang

tercantum terlewati. Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa

tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label,

setelah pencantuman best before / use by. Produk pangan yang memiliki umur

simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun, sedang produk

pangan yang memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan

dan tahun. Beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman

tanggal kadaluarsa :

1) Sayur dan buah segar

2) Minuman beralkohol

3) Vinegar / cuka

4) Gula / sukrosa

96
5) Bahan tambahan makanan dengan umur simpan lebih dari 18 bulan

6) Roti dan kue dengan umur simpan kurang atau sama dengan 24 jam

Selain itu keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada label

kemasan adalah nomor pendaftaran, kode produksi serta petunjuk atau cara

penggunaan, petunjuk atau cara penyimpanan, nilai gizi serta tulisan atau

pernyataan khusus.

Nomor pendaftaran untuk produk dalam negeri diberi kode MD,

sedangkan produk luar negeri diberi kode ML. Kode produksi meliputi : tanggal

produksi dan angka atau huruf lain yang mencirikan batch produksi. Produk-

produk yang wajib mencantumkan kode produksi adalah :

1) susu pasteurisasi, sterilisasai, fermentasi dan susu bubuk

2) makanan atau minuman yang mengandung susu

3) makanan bayi

4) makanan kaleng yang komersial

5) daging dan hasil olahannya

Petunjuk atau cara penggunaan diperlukan untuk makanan yang perlu

penanganan khusus sebelum digunakan, sedangkan petunjuk penyimpanan

diperlukan untuk makanan yang memerlukan cara penyimpanan khusus, misalnya

harus disimpan pada suhu dingin atau suhu beku.

Nilai gizi diharuskan dicantumkan pada makanan dengan nilai gizi yang

difortifikasi, makanan diet atau makanan lain yang ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan. Informasi gizi yang harus dicantumkan meliputi : energi, protein,

97
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral atau komponen lain. Untuk makanan lain

boleh tidak dicantumkan.

Tulisan atau pernyataaan khusus harus dicantumkan untuk produk-produk

berikut :

1) Susu kental manis, harus mencantumkan tulisan : ”Perhatikan, Tidak cocok

untuk bayi”

2) Makanan yang mengandung bahan yang berasal dari babi harus diulis :

”MENGANDUNG BABI”

3) Susu dan makanan yang mengandung susu

4) Makanan bayi

5) Pemanis buatan

6) Makanan dengan Iradiasi ditulis : RADURA dan logo iradiasi

7) Makanan Halal, tulisan halal ditulis dalam bahasa Indonesia atau Arab

Persyaratan umum tentang pernyataan (klaim) yang dicantumkan pada

label kemasan adalah :

1) Tujuan pencantuman informasi gizi adalah memberikan informasi kepada

konsumen meliputi informasi jumlah zat gizi yang terkandung (bukan petunjuk

berapa harus dimakan).

2) Tidak boleh menyatakan seolah-olah makanan yang berlabel gizi mempunyai

kelebihan daripada makanan yang tidak berlabel

3) Tidak boleh membuat pernyataan adanya nilai khusus, bila nilai khusus

tersebut tidak sepenuhnya berasal dari bahan makanan tersebut, tetapi karena

98
dikombinasikan dengan produk lain. Misalnya sereal disebut kaya protein,

yang ternyata karena dicampur dengan susu pada saat dikonsumsi.

4) Pernyataan bermanfaat bagi kesehatan harus benar-benar didasarkan pada

komposisi dan jumlahnya yang dikonsumsi per hari.

5) Gambar atau logo pada label tidak boleh menyesatkan dalam hal asal, isi,

bentuk, komposisi, ukuran atau warna. Misalnya :

a) gambar buah tidak boleh dicantumkan bila produk pangan tersebut hanya

mengandung perisa buah

b) gambar jamur utuh tidak boleh untuk menggambarkan potongan jamur

c) gambar untuk memperlihatkan makanan di dalam wadah harus tepat dan

sesuai dengan isinya. Saran untuk menghidangkan suatu produk dengan

bahan lain harus diberi keterangan dengan jelas bila bahan lain tersebut

tidak terdapat dalam wadah.

7. Disain Label Produk yang Berkualitas

Pada dasarnya, tidak ada aturan baku dalam pembuatan label sebuah produk.

Namun, ada beberapa hal ketika merancang sebuah design label produk agar

hasilnya lebih baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan.

99
a. Pemilihan Software Desain yang Tepat

Saat ini, banyak sekali software desain yang dapat digunakan untuk

membuat desain label produk, diantaranya adalah Adobe Photoshop, Adobe

Illustrator, Adobe Indesign, CorelDraw, PagePlus, Xara Designer Pro,

Microsoft Publisher, GIMP, InkSpace, Microsoft Publisher, dan masih banyak

lagi yang lainnya. Kita dapat menggunakan salah satu software diatas yang

dirasa nyaman dan mudah dalam penggunaannya. Hal yang paling penting

adalah software tersebut nantinya dapat menyimpan file desain anda dalam

bentuk EPS atau PDF.

Namun demikian, gunakanlah software pengolah grafik vector, seperti

Adobe Illustrator untuk meminimalisir pecahnya gambar dan masalah

“missing font” ketika file desain anda harus dibuka komputer lain.

100
b. Pemilihan Warna

Pemilihan warna menjadi hal yang penting dalam proses pembuatan

desain label sebuah produk. Karena, kesalahan pemilihan warna akan

membuat produk yang dikemas “tenggelam” diantaranya karena banyaknya

pesaing. Jika merasa perlu, lakukan riset terhadap label produk para

kompetitor sebelum menentukan warna untuk label produk.

Meski tidak selalu menjadi warna pilihan terbaik, namun pemilihan

warna kuning dan merah seringkali menjadi prioritas, karena kedua warna ini

dianggap sebagai warna yang “mendesak” konsumen untuk membeli.

101
c. Warna Spot vs Warna Proses

Pemilihan menggunakan warna spot atau warna poses, biasanya terkait

dengan proses pencentakan dan berimbas pada harga. Sebelum memilih untuk

menggunakan warna spot atau warna proses, sebaiknya ketahui terlebih

dahulu perbedaan dari kedua jenis warna tersebut.

Warna spot yang dikenal juga dengan sebutan warna spesial adalah

warna tunggal dan solid, yang dapat digunakan apabila diinginkan warna-

warna yang lebih terang dan tidak dapat dihasilkan oleh warna proses. Warna

spot biasa digunakan sebagai “Brand Colour” dan keamanan produk.

Sementara itu, warna proses adalah warna campuran yang terdiri atas

warna Cyan, Magenta, Yellow, dan Black, sehingga seringkali disingkat

CMYK. Warna proses juga dikenal dengan sebutan Full Colour. Jika

menginginkan desain gradasi atau penggunaan foto pada label produk, maka

harus menggunakan warna proses dalam pencetakannya.

102
d. Jenis Huruf

Pemilihan jenis huruf juga tidak kalah pentingnya dari pemilihan

warna. Kita dapat bebas berkreasi dengan menggunakan ribuan jenis huruf,

namun harus tetap mempertimbangkan keterkaitan jenis huruf dengan bidang

usaha yang dimiliki. Misalkan saja, jika usaha/produk tersebut bergerak

dibidang otomotif, maka dapat menggunakan jenis huruf yang tebal atau jenis

huruf yang melambangkan ketangguhan dan tahan lama. Selain itu, juga harus

memastikan bahwa teks tersebut mudah dibaca.

103
e. Nama Produk/Perusahaan

Ini adalah porsi terpenting yang harus ditonjolkan dan perlihatkan

pada konsumen. Salah satu tujuan pembuatan label produk adalah

memperkenalkan dan memperkuat branding. Pastikan bahwa label produk

lebih terlihat oleh mata konsumen sehingga mereka dapat dengan cepat

menemukan produk yang terpajang di rak.

f. Informasi Kontak

Selain desain yang menjual, penambahan informasi kontak perusahaan

juga dapat memberikan hasil positif terhadap angka penjualan. Pada saat ini,

dimana orang-orang semakin banyak yang memanfaatkan media social di

internet, maka sebaiknya informasi kontak yang dicantumkan pada label

produk juga mencantumkan akun Facebook, Twitter, dan lain-lain.

104
g. Memilih Bahan Label

Pada dasarnya, memilih bahan untuk label produk haruslah

disesuaikan dengan produk itu sendiri. Untuk produk makanan misalnya,

apabila makanan tersebut berminyak, sebaiknya gunakan bahan dari plastik.

Dengan demikian, minyak dari makanan tidak akan bercampur dengan tinta

tulisan pada label. Sayangnya, dari sisi harga, bahan label dari plastik masih

tergolong mahal.

Sedangkan untuk produk tekstil, menggunakan bahan dari kertas atau

kain, yang lebih menguntungkan dari sisi harga, karena murah. Bahan label

dari kertas juga lebih memudahkan dalam perancangan bentuk.

Selain itu, pemilihan bahan label juga harus memperhatikan desain

dan proses pencetakan. Apabila memilih bahan label produk yang bertekstur,

maka jangan menggunakan font berukuran kecil pada desain, karena saat

105
pencetakan akan terkendala oleh tekstur bahan. Begitu juga dengan desain

yang menggunakan bayangan. Hal ini karena tidak semua bahan dan metode

pencetakan dapat mengimplementasikan desain yang dibuat. Sebaiknya,

konsultasikan terlebih dahulu desain dan bahan label yang dipilih pada

percetakan.

h. Memilih Gambar/Grafis

Terdapat ungkapan ebuah gambar bermakna 1000 kata. Ungkapan ini

dapat diimplementasikan pada label produk anda untuk mem-boost efek

WOW. Untuk memenuhi kebutuhan gambar/grafis, tidak harus

mengeluarkan biaya yang besar, karena di internet, cukup banyak website

microstock (123RF, iStockPhoto, Dreamstime, BigStock, dan lain-lain) yang

menyediakan ribuan gambar, baik foto maupun ilustrasi vector. Dapat

diperoleh gambar/grafis itu dengan harga murah. Ketika memutuskan untuk

menggunakan gambar/grafis dari website microstock tersebut, jangan lupa

untuk selalu memeriksa lisensi serta pembatasan penggunaan yang

menyertainya.

106
i. Bleed atau Tanpa Bleed

Istilah Bleed digunakan untuk menyatakan daerah pinggir area

gambar/cetak/desain yang memiliki fungsi untuk meminimalisir

ketidakakuratan proses pemotongan sekaligus menghindari hasil cetak yang

tidak rapi.

107
j. Bentuk dan Ukuran label

Pada sebagian produk, penentuan bentuk dan ukuran label produk

sepenuhnya tergantung pada kemasan produk yang ada. Pada tahap ini, kita

dapat merancang label produk dengan bentuk bintang, persegi panjang,

kotak, oval, lingkaran, segitiga, dan bahkan bentuk hati.

Dapat juga merancang desain untuk label tunggal atau label dua sisi

(depan dan belakang). Kelebihan dari desain dua sisi adalah keleluasaan

dalam menonjolkan merk/brand dibagian depan dan meletakkan bagian teks

atau penjelasan dibagian belakang. Apapun bentuk dan ukuran label produk,

tetap fokuskan pada merk/brand agar dapat dengan mudah menarik perhatian

konsumen.

k. Glossy vs Matte

Ketika semua proses telah selesai dilakukan, masih ada satu proses

terakhir yang akan membuat label produk terlihat lebih berkualitas, yaitu

108
proses finishing menggunakan teknik Glossy (mengkilap) atau Matte (tidak

mengkilap).

Tentu saja perbedaan diantara keduanya juga akan berimbas pada

harga pembuatan label produk. Tapi, jika dapat melihat “big picture” dari

produk di masa depan, maka memilih Glossy sebagai finishing label produk,

sama halnya dengan menginvestasikan modal untuk sesuatu yang lebih

menguntungkan nantinya.

l. Barcode

Barcode yang berbentuk rangkaian bar hitam dan spasi putih dalam

setiap kemasan atau label produk, memiliki fungsi untuk mengefisienkan

pendataan jumlah belanja. Barcode merupakan bagian dari label yang

memberitahu scanner elektronik mengenai informasi dari produk. Untuk

mendapatkan barcode, harus mengajukan aplikasi khusus kepada GS1,

sebuah organisasi yang bertugas untuk memberikan angka unik bagi setiap

produk.

E. PROSES PENCETAKAN

109
Ada beberapa tujuan proses pencetakan dalam suatu kemasan diantaranya :

1. Sebagai Promosi

Dengan adanya unsur cetak diiringi dengan disain yang menarik maka

unsur cetak berlaku sebagai bahan promosi karena kemasan akan terlihat lebih

menarik dibandingkan dengan yang tidak memakai cetakan. Jadi sebaik apapun

suatu produk apabila kemasannya tidak menarik, maka sangat mempengaruhi nilai

jual produl tersebut.

2. Sebagai Informasi

Dengan adanya unsur cetak dalam kemasan maka cetakan dapat

menginformasikan tentang keadaan barang yang ada dalam kemasan. Informasi

dapat berupa jumlah, berat, macam, warna, rasa dan masa berlaku sehingga

masyarakat langsung dapat mengetahui keadaan barang dalam kemasan tanpa

membuka terlebih dahulu.

3. Sebagai Proteksi (Pelindung)

Suatu kemasan terkadang juga memerlukan suatu pelindung dari segala

perlakukan suatu alur produksi. Seperti kemasan kaleng sarden, setelah menjadi

kaleng, maka kaleng ini akan melalui alur produksi sarden yaitu berdesak-desakan

di conveyor untuk diisi kemudian ditutup dan terakhir direbus (retort) dengan suhu

120oC selama 45 menit. Dalam kondisi tersebut unsur cetak dapat membantu

kemasan agar dapat tetap baik.

4. Sebagai Security (Pengaman)

110
Suatu cetakan juga dapat sebagai pengaman kemasan. Dalam hal ini

dengan adanya cetakan dengan berkode khusus sehingga sipemilik dapat

mengetahui dengan pasti bahwa ini produk asli atau bukan. Atau yang lebih ketat

lagi dapat dicetak memakai tinta securiti agar produknya tidak dapat dipalsukan.

Terdapat 5 (lima) proses yang digunakan untuk mencetak kemasan film atau

kertas, yaitu :

1. Flexographic printing (Letterpress/Relief printing)

Gambar 13. Proses Cetak Flexographic

Metode ini merupakan metode yang paling tua, yang pada awalnya dulu

terbuat dari batu jade, gading gajah, logam atau kayu. Letterpress merupakan

pencetakan yang bersifat timbul, dimana tinta dicetakkan pada alur yang timbul

pada piringan atau logam cetak. Bagian yang tenggelam tidak diberi tinta,

sehingga jika dicetak kelak akan menghasilkan bagian yang tidak diberi warna.

Karena tinta yang digunakan kental, maka hasilnya akan tetap tinggal pada

111
bagian yang tercetak tersebut. Cara ini digunakan untuk karton yang tidak

memerlukan cetakan dengan mutu yang baik.

2. Photogravure printing (Intaglio).

Gambar 14. Proses Cetak Photogravure/Rotogravure

Proses ini disebut intaglio, karena menggunakan permukaan depresi atau

lubang yang diisi oleh tinta, yang kemudian dipindahkan ke kertas. Hal ini

memberikan kesan tajam dan lunaknya pewarnaan pada proses pencetakan.

Permukaan alur cetak dibentuk dengan proses asam pada logam (korosif), tinta

akan ditahan oleh alur sel-sel tersebut. Kelebihan tinta akan disapu oleh dokter

blade. Jika kertas ditekan oleh alur penekan, tinta akan tersedot keluar dan

menempel pada kertas. Oleh sebab itu, tinta harus encer dan cepat kering. Alur

cetak dapat berbentuk lempengan dari tembaga yang mudah dibentuk oleh proses

pengasaman. Lempengan ini direkat pada silinder. Selain tembaga alur cetak juga

dapat dibuat dari krom yang direkat pada silinder (rotogravure). Alur cetak dari

tembaga biasanya untuk cetakan dengan mutu tinggi, seperti kartu undangan,

112
sampul buku atau label untuk uji pasar, sedangkan alur dari krom biasanya untuk

jumlah yang banyak.

Proses photogravure menghasilkan cetakan dengan mutu yang tinggi dan

gambar yang lebih realistis, tetapi biayanya lebih mahal daripada letterpress.

3. Offset Lihography (Planographic)

Gambar 15. Proses Cetak Offset Lithography

Proses ini ditemukan oleh Alois Senefelder pada tahun 1796 dan

dikembangkan di Munich tahun 1798. Planograph didasarkan pada sifat air dan

minyak yang tidak dapat bercampur. Disain digambar pada bau kapur dengan

krayon berminyak, lalu menyemprotnya dengan air sebelum diberi tinta. Hasilnya

yaitu baian yang tertutup air ternyatta menolak tinta, sednagkan baian yang

tertutup krayon menerima tinta. Alur cetak bertinta dari batu kapur berlapis

krayon segera dipindahkan ke kertas.

4. Silk Screen Printing (Sablon)

113
Gambar 16. Proses Cetak Silk Screen/Sablon

Screen printing atau cetak sablon/cetak layar adalah proses dimana tinta

disemprotkan melalui permukaan layar yang berpori-pori ke substrat misalnya

kertas atau kain atau bahan lainnya. Layar diletakkan atau direkatkan ke bahan

yang akan disablon, lalu tinta disemprotkan aau diperas melalui pori-pori tersebut.

Proses ini dapat manual, semi otomatis atau otomatis.

5. Ink-jet Printing

Gambar 17. Proses Cetak Ink-Jet Printing /Metal Decorating

114
Pada proses ini tetesan tinta bermuatan listrik dibelokkan oleh piringan

deflektor bermuatan listrik untuk membentuk gambar. Tinta yang berbentuk

tepung secara elektrik atau elektrostatis akan tertarik oleh medan listrik antara

layar dengan logam pencetak (bahan tersebut tidak dipengaruhi oleh medan

listrik), misalnya buah, telur, logam, keramik, kertas beralur. Untuk merekatkan

tinta dapat dibantu dengan panas, uap atau gas pelarut. Teknik ini dapat

diaplikasikan pada :

a) aneka bentuk, ukuran dan ketebalan hasil cetakan

b) permukaan yang seragam atau beragam

c) aneka warna

d) bahan-bahan yang panas, misalnya gelas yang baru keluar dari pemijaran

e) bahan yang sensitif terhadap tekanan

F. Pencetakan Kemasan

1. Mencetak pada Kertas, Selopan dan Karton

a. Lembaran, gulungan, kertas, dan label

Dahulu keras dicetak dengan letterpress sampai ditemukannya

flexography. Dan saa ini ada kecenderungan penggunaan proses rotogravure

untuk kemasan, dan litografi untuk label.

b. Mencetak pada Selopan

Secara praktis, selopan dicetak dengan flexograph atau rotogravure,

yang mempunyai keuntungan sebagai roll-fed dan mempunyai silinder

pencetak dengan diameter yang beragam dan menekan hasil buangan.

115
Keduanya mempunyai kecepatan yang tinggi, tinta cepat kering, sesuai untuk

pencetakan selopan. Graur digunakan untuk jangka waktu yang panjang atau

jika menginginkan halftone yang halus atau reproduksi yang berwarna.

Flexograph digunakan untuk jangka waktu sedang atau pendek dan jika

memerlukan perubahan-peruibahan pada duplikat.

c. Mencetak pada karton lipat

Penceakan pada karton lipat biasanya menggunakan letter press,

lithograph. Flexograph biasanya digunakan untuk kemasan karton lipat yang

dilapisi plastik atau lilin.

2. Mencetak pada wadah bergelombang

Proses yang umum digunakan adalah letterpress memakai plat cetak dari

karet yang khusus serta tinta dari bahan dasar minyak yang kental, dan dapat

menutupi kekurangan pada karton karena warnanya yang buram.

Rotogravur dan liography digunakan secara luas untuk mencetak garis tepi

pada bagian luar dari karton sebelum dikombinasikan dengan alur dan garis pada

bagian dalam. Pencetakan screen digunakan untuk pembuatan kotak dalam jumlah

kecil.

3. Mencetak pada plastik

Wadah palstik seperti polietilen dan polipropilen, memerlukan proses

perubahan permukaan plastik agar ttinta dapat melekat. Perubahan ini dapat

dilakukan dengan memberi perlakuan kimiawi, pembakaran dan pelepasan lapisan

korona.

116
Perlakuan kimiawi dengan larutan permanganat atau kromat menyebabkan

oksidasi atau klorinasi pada lapisan permukaan. Perlakuan ini banyak digunakan

untuk wadah cetak karena cepat. Perlakuan pembakaran dengan api adalah

mengoksidasi permukaan pada waktu plastik diletakkan di atas nyala api.

Perlakuan ini digunakan untuk lembaran dan wadah kaku.

Pelepasan korona adalah metode paling pening pada lembaran plastik,

karena cepat, murah dan dapat dilakukan segera setelah lembaran dipisahkan.

Lembaran plastik melewati alat pemutar yang dilapisi dengan dielektrik. Elektroda

berada pada posisi di atas dan pada waktu lembaran melewati alat pemutar dan

berada di bawah elektroda, maka terjadi pengeluaran elektron yang memancar dan

mengoksidasi lembaran.

4. Pencetakan pada Wadah Logam

Pencetakan logam biasanya menggunakan proses flexography aau

litography. Kombinasi dari permukaan yang tidak menyerap dan tinta yang cepat

kering sesuai untuk pencetakan logam. Flexography biasanya digunakan untuk

pencetakan foil (kertas timah/perak), sedangkan litography untuk tube metal yang

dapat dilipat, kaleng dan lembaran metal.

5. Mencetak Pada Wadah Gelas

Wadah gelas umumnya dicetak dengan proses screen. Dilakukan pada

kondisi normal, kemudian wadah gelas dilewatkan pada tungku pembakaran pada

suhu 550oC-660oC. Pencetakan wadah gelas juga dapat dilakukan dengan ink-jet

printing.

117
G. Tahapan Desain Kemasan

Dalam implementasi desain, kegiatan yang dilakukan terdiri dari tahapan sebagai

berikut:

Tahap Persiapan

Tahap Implementasi
Konsep ke dalam Desain

Separasi Warna

Montage

Pembuatan Plate

Tahap Mencetak

Tahapan Finishing

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah :

a. Menentukan terlebih dahulu format, ukuran serta warna pada kemasan yang akan

dibuat.

b. Pengumpulan materi sebagai bahan untuk menyusun atau membuat kemasan

diantaranya foto-foto produk dan model yang akan digunakan dalam kemasan.

118
2. Tahap implementasi konsep ke dalam desain

Berdasarkan pada konsep desain yang telah dibuat, maka implementasi yang

diterapkan kedalam kemasan merupakan perpaduan artwork antara penggunaan

vektor dan image. Software yang digunakan dalam proses ini meliputi Adobe

Illustratator CS dan Adobe Photoshop CS. Berikut ini kami sampaikan tutorial

membuat desain kemasan 3D dengan menggunakan aplikasi Adobe Ilustrator.

Tool 3D di Adobe Illustrator memang cukup ampuh untuk mewujudkan berbagai

kemungkinan visual dalam pola tiga dimensi. Kali ini, kita akan mencoba

membuat sebuah kemasan 3 dimensi lengkap dengan preview kemasannya. Hasil

dari tutorial ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Salah satunya

adalah sebagai mockup untuk mempresentasikan desain kemasan (packaging

design).

119
Langkah Pertama

Buat sebuah lingkaran dengan ukuran 156 x 156 pixel, beri warna abu-abu dengan

kode #D4D3D2.

Langkah Kedua

Beri ketebalan pada objek lingkaran tersebut dengan menggunakan tool 3D di

Adobe Illustrator. Caranya, pilih objek lingkaran, kemudian pada menu bar pilih

Effect > 3d > Extrude & Bevel. Atur nilai-nilai yang ditandai seperti pada gambar

dibawah. Conteng pada bagian preview untuk melihat perubahannya secara

langsung. Jika menekan tombol more options, maka jendela yang terbuka akan

lebih panjang, disini dapat pula mengatur arah dan tingkat pencahayaan terhadap

objek. Jika sudah, klik ok dan objek lingkaran sekarang sudah memiliki ketebalan

dan berstruktur 3 dimensi.

Langkah ini tidaklah mutlak, bisa menyesuaikannya dengan tampilan 3 dimensi

yang diinginkan.

120
Langkah Ketiga

Saatnya mempersiapkan label untuk dipasangkan pada kemasan 3 dimensi. Dalam

contoh kali ini, persiapkan 2 buah label. Label pertama akan dipasang dibagian

atas kemasan kaleng, dan yang satunya lagi dibagian depan.

Langkah Keempat

Masukkan label kedalam tampilan kemasan 3D, label terlebih dahulu harus

dijadikan symbol. Caranya, buka palet symbol di Window > Symbols. Pilih objek

121
label 1 lalu klik pada ikon New Symbol dibagian bawah palet symbol. Setelah itu

akan terbuka sebuah jendela dimana kita bisa mengganti nama symbol sesuai

dengan yang diinginkan. Ganti nama symbol menjadi "label 1" kemudian klik

tombol OK.

Terapkan langkah yang sama pada label 2.

122
Langkah Kelima
Pilih objek kemasan tiga dimensi yang telah dibuat, kemudian buka jendela

Extrude & Bevel kembali di palet Appearance. Klik tombol Map Art pada

jendela tersebut, bawa kepada tampilan seperti gambar dibawah ini. Pilih "label 1"

dibagian symbol untuk surface nomor 1, dan "label 2" untuk surface nomor ..

(Lihat gambar dibawah). Dan Jangan lupa, mencontreng pada bagian Shade

Artwork (slower) agar kondisi pencahayaan pada objek 3D berimbas kepada

label. Jika sudah, Klik OK untuk keluar dari jendela Map Art dan Extrude &

Bevel.

123
HASIL AKHIR
Dari langkah-langkah yang sudah diterapkan diatas, maka hasil hasil

akhirnya adalah sebuah kemasan dalam tampilan tiga dimensi lengkap dengan

packaging design-nya. Seperti ditampilkan pada gambar berikut ini.

124
Ini adalah contoh aplikasi hasil dari tutorial diatas kedalam sebuah iklan poster.

Evaluasi :

1. Jelaskan mengenai persyaratan disain kemasan !

2. Jelaskan mengapa sering terjadi problem dalam disain kemasan !

3. Sebutkan unsur disain grafis dan jelaskan mengenai fungsi dan sifat lainnya dari

masing-masing unsur tersebut !

4. Sebutkan minimal informasi yang harus terdapat pada label kemasan pangan!

5. Jelaskan jenis-jenis dari cetak letterpress !

125
DAFTAR PUSTAKA

Brody, A.L., B. Bugusu, J.H. Han, C.L. Sand dan T.H. McHugh. 2008. Innovative Food
Packaging Solutions. Journal of Food Science, Vol 73 No 8, pages 107-116.

Butler, P. 2001. Intelligent packaging for food, beverages, pharmaceuticals and household
products. Materials World 9(3) : 11-13.
Cenadi, 2000, Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia Pemasaran, Fakultas Seni dan
Desain - Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Coles, R., McDowell dan M.J. Kirwan. 2003. Food Packaging Technology. Blackwell
Publishing, Denmark.

Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah, Departemen Perindustrian. 2007. Teknologi


Berbagai Jenis Kemasan. Departemen Perindustri RI. Jakarta.

Hurme, E.,T.S-Malm , R.Ahvenainen and T.Nielsen, 2002. Active and Intelligent


Packaging. In Minimal Processing Technologies in Food Industry.
Natadjaja, L. 2006 Kondisi Desain Kemasan Produk Makanan Ringan Dan Minuman
Instant Pada Industri Kecil Skala Rumah Tangga (Micro IndustrI) Di Kabupaten
Kediri, Pusat Pengabdian kepada Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Nugroho, B. 2006, Menambah Daya Tarik Melalui Keindahan,


http://mipa.uns.ac.id/~scienta/tutorial.doc

Roth, L. 1990. Packaging Design: An Introduction, New York.

Wirya, I., 1999, Kemasan Yang Menjual, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yoga, 2005, Desain Packaging dengan Adobe Ilustrator CS, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.

126

Anda mungkin juga menyukai