: (021) 31903288
DRAF FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA
NO: .../DSN-MUI/IX/2017
Tentang
UANG ELEKTRONIK SYARIAH
Menimbang : a. bahwa alat pembayaran berupa uang elektronik yang diterbitkan oleh
bank maupun lembaga selain bank saat ini semakin berkembang di
Indonesia;
b. bahwa masyarakat Indonesia memerlukan penjelasan mengenai
ketentuan dan batasan hukum terkait uang elektronik dari segi
syariah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b, DSN-MUI
memandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang uang elektronik
syariah untuk dijadikan pedoman.
ت ِِ َّ أ
ْ َ َوتَْبطُ ُل َم َع َها إ َذا بَطَل،ت
ْ َح َك َام الْ ُمتَ َرتِّبَةَ َعلَى الْ َع َوائد تَ ُد ْوُر َم َع َها َكْي َف َما َد َار
ْ َن ْاأل
... ود ِف الْ ُم َع َام َال ِت ِ َكالنُّ ُق
“Hukum yang didasarkan pada adat (kebiasaan) berlaku bersama
adat tersebut dan batal (tidak berlaku) bersamanya ketika adat itu
batal, seperti mata uang dalam muamalat…”. (Al-Qarafi, Anwar al-
Buruq fi Anwa‟ al-Furuq, j. 2, h. 228)
ٍ ٍ ِ َ ق: الذ ِخريِة
َ َّب َعلَى عُ ْرف أ َْو َع َادة يَْبطُ ُل ِعْن َد َزَو ِا َ تِْل
ك ٍ ُك ُّل ُح ْك ٍم ُمرت: ٌاع َدة
َ َ
َّ ِم ْن
. ْم ْ فَِإ َذا تَغَيَّ َر تَغَيَّ َر، ِالْ َع َادة
ُ اْلُك
“(Dikutip) dari kitab al-Dzakhirah sebuah kaidah: Setiap hukum
yang didasarkan pada suatu „urf (tradisi) atau adat (kebiasaan
masyarakat) menjadi batal (tidak berlaku) ketika adat tersebut
hilang. Oleh karena itu, jika adat berubah, maka hukum pun
berubah.” (Al-Taj wa al-Iklil li-Mukhtashar Khalil, j. 7, h. 68)
.ِْم اهلل ِ ِ
ُ صلَ َحةُ فَثَ َّم ُحك
ْ أَيْنَ َما ُوج َدت الْ َم
“Di mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum Allah”.
ُ ك الْ َو ِسْي ِ ٍ ِ
َي
ِّ ط َو َعلَى أ َ اد ِ َ يَْل َقى قَبُ ْوالً َع ِّاما َم ْه َما َكا َن ذَل
ُ َاَلنَّ ْق ُد ُى َو ُك ُّل َوسْيط للتَّب
مكة، حبوث ف االقتصاد السالمي،َح ٍا َ يَ ُك ْو ُن (عبد اهلل بن سليمان املنيع
)671 : ص،6991 ، املكتب السالمي:املكرمة
“Naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi media pertukaran
dan diterima secara umum, apa pun bentuk dan dalam kondisi
seperti apa pun media tersebut.” (Abdullah bin Sulaiman al-Mani‟,
Buhuts fi al-Iqtishad al-Islami, Mekah: al-Maktab al-Islami, 1996, h.
178)
MEMUTUSKAN:
b. Dalam hal akad yang digunakan adalah akad qardh, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad qardh sebagai berikut:
1) Jumlah nominal uang elektronik bersifat hutang yang dapat
diambil/digunakan oleh pemegang kapan saja.
2) Penerbit dapat menggunakan (menginvestasikan) uang hutang
dari Pemegang Uang Elektronik.
3) Penerbit wajib mengembalikan jumlah pokok piutang
Pemegang Uang Elektronik kapan saja dikehendaki/
diperlukan sesuai dengan kesepakatan;
4) Otoritas terkait dapat menjamin jumlah nominal uang
elektronik yang dititipkan di penerbit.
5) Otoritas terkait dapat membatasi penerbit dalam penggunaan
dana titipan (dana float).
2. Di antara akad yang dapat digunakan penerbit dengan para pihak
dalam penyelenggaraan uang elektronika (prinsipal, acquirer,
Pedagang [merchant], penyelenggara kliring, dan penyelenggara
penyelesai akhir) adalah akad ijarah, akad ju‟alah, dan akad wakalah
bi al-ujrah:
a. Dalam hal akad yang digunakan akad ijarah, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad ijarah sebagaimana terdapat dalam
Fatwa DSN-MUI Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000.
b. Dalam hal akad yang digunakan akad ju‟alah, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad ju‟alah sebagaimana terdapat dalam
Fatwa DSN-MUI Nomor: 62/DSN-MUI/XII/2007.
c. Dalam hal akad yang digunakan akad wakalah bi al-ujrah, maka
berlaku ketentuan dan batasan akad wakalah bi al-ujrah
sebagaimana terdapat dalam Fatwa DSN-MUI Nomor: 62/DSN-
MUI/XII/2007.
3. Di antara akad yang dapat digunakan antara penerbit dengan agen
layanan keuangan digital adalah akad ijarah, akad ju‟alah, dan akad
wakalah bi al-ujrah:
a. Dalam hal akad yang digunakan akad ijarah, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad ijarah sebagaimana terdapat dalam
Fatwa DSN-MUI Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000.
b. Dalam hal akad yang digunakan akad ju‟alah, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad ju‟alah sebagaimana terdapat dalam
Fatwa DSN-MUI Nomor: 62/DSN-MUI/XII/2007.
c. Dalam hal akad yang digunakan akad wakalah bi al-ujrah, maka
berlaku ketentuan dan batasan akad wakalah bi al-ujrah
sebagaimana terdapat dalam Fatwa DSN-MUI Nomor: 62/DSN-
MUI/XII/2007.
Ketua, Sekretaris,