Anda di halaman 1dari 12

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat 10320 Telp. : (021) 3904146 Fax.

: (021) 31903288

DRAF FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA
NO: .../DSN-MUI/IX/2017
Tentang
UANG ELEKTRONIK SYARIAH

‫الرِحْي ِم‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم اهلل‬


َّ ‫الر ْْح ِن‬
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) setelah,

Menimbang : a. bahwa alat pembayaran berupa uang elektronik yang diterbitkan oleh
bank maupun lembaga selain bank saat ini semakin berkembang di
Indonesia;
b. bahwa masyarakat Indonesia memerlukan penjelasan mengenai
ketentuan dan batasan hukum terkait uang elektronik dari segi
syariah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b, DSN-MUI
memandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang uang elektronik
syariah untuk dijadikan pedoman.

Mengingat : 1. Firman Allah SWT:


a. QS. al-Nisa‟ (4): 58:
... ‫ات إِ ََل أ َْىلِ َها‬
ِ َ‫إِ َّن اللَّو يأْمرُكم أَ ْن تُؤُّدوا اْألَمان‬
َ َ ْ ُُ َ َ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya …”.
b. QS. al-Ma‟idah (5): 1:
… ‫يَاأَيُّ َها الَّ ِذيْ َن َآمنُ ْوا أ َْوفُ ْوا بِالْعُ ُق ْوِد‬
“Hai orang-orang yangberiman! Tunaikanlah akad-akad itu …”
c. Q.S al-Isra‟ (17): 34:
ِ ِ‫… وأَوفُوا ب‬
َ ‫الع ْهد إِ َّن‬
... ً‫الع ْه َد َكا َن َم ْسئُ ْوال‬ َ ْ َْ
“… Dan tunaikanlah janji-janji itu, sesungguhnya janji itu akan
dimintai pertanggungjawaban…”
d. QS. al-Nisa‟ (4): 29:
ِ ‫ياأَيُّها الَّ ِذين آمنُوا الَ تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم بِالْب‬
‫اط ِل إِالَّ أَ ْن تَ ُكو َن ِِتَ َارًة َع ْن‬َ ْ َْ ْ َ ْ ْ ْ َ َْ َ َ
... ‫اض ِمْن ُك ْم‬
ٍ ‫تَ َر‬

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 2

“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian memakan


(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa
perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian....”
e. QS. Al-Kahfi (18) : 19
‫َح َد ُك ْم بَِوِرقِ ُك ْم َى ِذهِ إِ ََل الْ َم ِدينَ ِة فَ ْليَ ْنظُْر أَيُّ َها أ َْزَكى طَ َع ًاما فَ ْليَأْتِ ُك ْم‬
َ ‫فَابْ َعثُوا أ‬..
ِ ِ ْ َّ‫بِ ِرْزٍق ِمْنوُ َولْيَتَ لَط‬
َ ‫ف َوَال يُ ْشعَر َّن ب ُك ْم أ‬
‫َح ًدا‬
“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke
kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat
manakah makanan yang paling baik, maka hendaklah ia
membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku
lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu
kepada seorangpun”
f. QS. al-Furqan (25): 67:
.‫ك قَ َو ًاما‬ ِ ‫ وَكا َن ب‬،‫والَّ ِذين إِذَا أَنْ َف ُقوا ََل يس ِرفُوا وََل ي ْقت روا‬
َ ‫ْي ذَل‬
َ ْ َ َ ُُْ َ ْ َ ْ ْ ُ ْ َْ َ
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
g. QS. al-Qashash (28): 26:
.‫ْي‬ ِ ُّ ‫ إِ َّن خي ر م ِن استَأْجرت الْ َق ِو‬،‫ت استَأْ ِجره‬
ِ ُ ‫ت إِ ْح َد‬
ُ ْ ‫ي اْألَم‬ َ َْ ْ َ ََْ ُ ْ ْ َ‫اُهَا يَآأَب‬ ْ َ‫قَال‬
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, „Hai ayahku!
Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya.‟”
h. QS. al-Baqarah (2): 275:
ِ ِ ‫الربا الَ ي ُقومو َن إِالَّ َكما ي ُق‬ ِ
،‫س‬ِّ ‫وم الَّذي يَتَ َخبَّطُوُ الشَّْيطَا ُن م َن الْ َم‬ ُ َ َ ُ َ َِّ ‫الَّذيْ َن يَأْ ُكلُو َن‬
ِّ ‫َح َّل اللَّوُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم‬ ِّ ‫ك بِأَن َُّه ْم قَالُوا إََِّّنَا الْبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬ ِ
ُ‫ فَ َم ْن َجاءَه‬،‫الربَا‬ َ ‫ َوأ‬،‫الربَا‬ َ ‫َذل‬
‫اب‬
ُ ‫َص َح‬ ْ ‫كأ‬ َ ِ‫ َوَم ْن َع َاد فَأُولَئ‬،‫ َوأ َْم ُرهُ إِ ََل اللَّ ِو‬،‫ف‬ ِ ِ ِ
َ َ‫َم ْوعظَةٌ م ْن َربِّو فَانْتَ َهى فَلَوُ َما َسل‬
.‫النَّا ِر ُى ْم فِ َيها َخالِ ُد ْو َن‬
”Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.”

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 3

i. QS. al-Baqarah (2): 282:


ِ ِ ِ ِ
َ ‫يأَيُّ َها الَّذيْ َن َآمنُ ْوا إذَا تَ َدايَْنتُ ْم ب َديْ ِن إ ََل أ‬
...ُ‫َج ٍل ُم َس ِّمى فَا ْكتُبُ ْوه‬
“Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara
tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis…”.
2. Hadis Nabi SAW:
a. Hadits Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa'i, dan Ibn
Majah, dengan teks Muslim dari „Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w.
bersabda:
‫ضةُ بِالْ ِفض َِّة َوالْبُ ُّر بِالْبُ ِّر َوالشَّعِريُ بِالشَّعِ ِري َوالت َّْم ُر بِالت َّْم ِر‬َّ ‫ب َوالْ ِف‬ َّ ِ‫الذ َىب ب‬
ِ ‫الذ َى‬
ُ
َّ
ِِ ٍ ٍ ِِ ِ ِ ِ
‫اف‬
ُ َ‫َصن‬ ْ ‫ت َىذه اْأل‬ ْ ‫ فَِإ َذا‬،‫ يَ ًدا بِيَد‬،‫ َس َواءً بِ َس َواء‬،‫َوالْم ْل ُح بِالْم ْل ِح مثْالً ِبثْ ٍل‬
ْ ‫اختَ لَ َف‬
.‫ف ِشْئتُ ْم إِ َذا َكا َن يَ ًدا بِيَ ٍد‬َ ‫فَبِْي عُ ْوا َكْي‬
“(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum
dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan
garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis
serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu
jika dilakukan secara tunai.”
b. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa'id al-Khudri, Nabi s.a.w.
bersabda:
ِ ِِ ِ ِ ‫الذى‬
‫ َوالَ تَبِْي عُوا‬،‫ض‬
ٍ ‫ض َها َعلَى بَ ْع‬ َ ‫ب إِالَّ مثْالً ِبثْ ٍل َوالَ تُشف ُّْوا بَ ْع‬ َ َّ ِ‫ب ب‬ َّ ِ
َ ‫الَ تَبْي عُوا الذ َى‬
‫ َوالَ تَبِْي عُوا ِمْن َها َغائِبًا‬،‫ض‬
ٍ ‫ض َها َعلَى بَ ْع‬ ِ ِِ ِ ِ
َ ‫الْ َوِر َق بِالْ َوِرق إِالَّ مثْالً ِبثْ ٍل َوالَ تُش ُّفوا بَ ْع‬
.‫اج ٍز‬ِ ‫بِن‬
َ
"Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama
(nilainya) dan janganlah.menambahkan sebagian atas sebagian
yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama
(nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian
yang lain; danjanganlah menjual emas dan perak tersebut yang
tidak tunai dengan yang tunai. "
c. Hadis Nabi s.a.w. riwayat Abu Daud dan Tirmidzi, bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
“Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak
menerimanya dan janganlah membalasnya khianat kepada orang
yang menghianatimu.”
d. Hadis Nabi s.a.w. riwayat Ibnu Majah dari „Ubadah bin al-Shamit
r.a., riwayat Ahmad dari Ibnu „Abbas r.a., riwayat Malik dari
bapaknya Yahya al-Mazini r.a., dan riwayat al-Hakim dan al-Dar
al-Quthni dari Abu Sa‟id al-Khudriy r.a.:
.‫ضَرَر َوالَ ِضَر َار‬
َ َ‫ال‬
“Tidak boleh membahayakan/merugikan orang lain dan tidak
boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh
orang lain) dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya).”

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 4

e. Hadis Nabi s.a.w. riwayat al-Tirmidzi dari kakeknya „Amr bin


„Auf al-Muzani, dan riwayat al-Hakim dari kakeknya Katsir bin
Abdillah bin amr bin „Aun r.a.:
‫َح َّل َحَر ًاما َوالْ ُم ْسلِ ُمو َن‬
َ ‫ص ْل ًحا َحَّرَم َحالَالً أ َْو أ‬ ُ َّ‫ْي إِال‬
ِِ
َ ‫ْي الْ ُم ْسلم‬
ِ
َ ْ َ‫الص ْل ُح َجائٌز ب‬
ُّ
ِ ِ
َ ‫َعلَى ُش ُروط ِه ْم إالَّ َش ْرطًا َحَّرَم َحالَالً أ َْو أ‬
.‫َح َّل َحَر ًاما‬
“Shulh (penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk
mufakat) dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali shulh
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram;
dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang
diberlakukan diantara mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
f. Hadis Nabi s.a.w. riwayat „Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah r.a.
dan Abu Sa‟id al-Khudri r.a.:
ِ ِ
ْ ‫َم ِن‬
ْ ‫استَأْ َجَر أَجْي ًرا فَ ْليُ ْعل ْموُ أ‬
.ُ‫َجَره‬
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah
upahnya.”
g. Hadis Nabi s.a.w. riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar r.a., riwayat
al-Thabrani dari Jabir r.a., dan riwayat al-Baihaqi dari Abu
Hurairah r.a.:
َّ ‫َجَرهُ قَ ْب َل أَ ْن ََِي‬
.ُ‫ف َعَرقُو‬ ِ
ْ ‫أ َْعطُوا اْألَجْي َر أ‬
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”
h. Hadis Nabi s.aw. riwayat Muslim, dari „Aisyah dan dari Tsabit
dari Anas :

‫أَنْتُ ْم أ َْعلَ ُم بِأ َْم ِر ُدنْيَا ُك ْم‬...


“Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”
3. Kaidah Fikih:
ِ ِ
ْ ‫احةُ إِالَّ أَ ْن يَ ُد َّ َ َدلْي ٌل َعلَى الت‬
.‫َّح ِرِْم‬ َ َ‫َص ُل ِف الْ ُم َع َامالَت اَِْلب‬
ْ ‫األ‬
“Pada dasarnya, segala bentuk muamalat diperbolehkan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya atau meniadakan kebolehannya”.

َ ‫الضََّرُر يَُز ُا‬


“Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan”.

.‫ال ْمكاَ ِن‬


ِْ ‫الضَّرُر يُ ْدفَ ُع بَِق ْد ِر‬
َ
“Bahaya (dharar) harus dicegah sebisa mungkin”.
ِ ‫اَلثَّابِت بِالْعر‬
ِ ِ‫ف َكالثَّاب‬
.‫ت بِالش َّْرِع‬ ُْ ُ

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 5

“Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan


sesuatu yang berlaku berdasarkan syara‟ (selama tidak
bertentangan dengan syariat).”

‫ت‬ ِِ َّ ‫أ‬
ْ َ‫ َوتَْبطُ ُل َم َع َها إ َذا بَطَل‬،‫ت‬
ْ ‫َح َك َام الْ ُمتَ َرتِّبَةَ َعلَى الْ َع َوائد تَ ُد ْوُر َم َع َها َكْي َف َما َد َار‬
ْ ‫َن ْاأل‬
... ‫ود ِف الْ ُم َع َام َال ِت‬ ِ ‫َكالنُّ ُق‬
“Hukum yang didasarkan pada adat (kebiasaan) berlaku bersama
adat tersebut dan batal (tidak berlaku) bersamanya ketika adat itu
batal, seperti mata uang dalam muamalat…”. (Al-Qarafi, Anwar al-
Buruq fi Anwa‟ al-Furuq, j. 2, h. 228)
ٍ ٍ ِ َ‫ ق‬: ‫الذ ِخريِة‬
َ ‫َّب َعلَى عُ ْرف أ َْو َع َادة يَْبطُ ُل ِعْن َد َزَو ِا َ تِْل‬
‫ك‬ ٍ ‫ ُك ُّل ُح ْك ٍم ُمرت‬: ٌ‫اع َدة‬
َ َ
َّ ‫ِم ْن‬
. ‫ْم‬ ْ ‫ فَِإ َذا تَغَيَّ َر تَغَيَّ َر‬، ِ‫الْ َع َادة‬
ُ ‫اْلُك‬
“(Dikutip) dari kitab al-Dzakhirah sebuah kaidah: Setiap hukum
yang didasarkan pada suatu „urf (tradisi) atau adat (kebiasaan
masyarakat) menjadi batal (tidak berlaku) ketika adat tersebut
hilang. Oleh karena itu, jika adat berubah, maka hukum pun
berubah.” (Al-Taj wa al-Iklil li-Mukhtashar Khalil, j. 7, h. 68)

.‫صلَ َح ِة‬ ٌ ‫الر ِعيَّ ِة َمنُ ْو‬


ْ ‫ط بِالْ َم‬ ِ ِ ُ ‫تَصُّر‬
َ ‫ف اْل َمام َعلَى‬ َ
“Kebijakan pemimpin terhadap rakyat harus mengikuti kepada
kemashlahatan (masyarakat)”.

.ِ‫ْم اهلل‬ ِ ِ
ُ ‫صلَ َحةُ فَثَ َّم ُحك‬
ْ ‫أَيْنَ َما ُوج َدت الْ َم‬
“Di mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum Allah”.

Memperhatikan : 1. Diriwayatkan dari Umar bin Khattab, sebagaimana dikutip dalam


Tafsir Shan‟any, Jili 3, hal 93:
Umar bin Khattab berkata “Aku berkeinginan membuat uang dari
kulit unta”, lalu dikatakan kepadanya “kalau begitu, tidak akan ada
lagi unta..”, lalu Umar mengurungkan niatnya”
2. Pendapat Imam Malik, dalam Kitab Al-Mudawanah al-Kubra, Jilid
3, Hal. 90:
“Andaikan masyarakat membolehkan uang dibuat dari kulit dan
dijadikan sebagai alat tukar, pasti saya melarang uang kulit itu
ditukar dengan emas dan perak secara tidak tunai”
3. Pendapat Ibnu Hazm dalam kitab Al-Muhalla, Jilid 8, hal. 477:
“Segala sesuatu yang boleh diperjualbelikan dapat digunakan
sebagai alat tukar, dan tidak terdapat satu nash pun yang
menyatakan bahwa uang harus terbuat dari emas dan perak”
4. Pendapat Ibnu Taimiyah dalam Kitab Majmu‟ fatawa, Jilid 19, hal.
251:
“...terkait dinar dan dirham, tidak ada batasan bahwa harus yang
dicetak dan tidak ada juga batasan syar‟i. Karena itu, bentuk

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 6

material uang merujuk kepada urf (kebiasaan masyarakat) dan


kesepakatan para penggunanya. Sebagian ulama berkata “uang
adalah suatu benda yang disepakati para penggunanya sebagai alat
tukar (thaman), sekalipun terbuat dari sepotong batu atau kayu”
5. Uang – yang dalam literatur fiqh disebut dengan tsaman atau nuqud
(jamak dari naqd)-- didefinisikan oleh para ulama, antara lain,
sebagai berikut:

ُ ‫ك الْ َو ِسْي‬ ِ ٍ ِ
‫َي‬
ِّ ‫ط َو َعلَى أ‬ َ ‫اد ِ َ يَْل َقى قَبُ ْوالً َع ِّاما َم ْه َما َكا َن ذَل‬
ُ َ‫اَلنَّ ْق ُد ُى َو ُك ُّل َوسْيط للتَّب‬
‫ مكة‬،‫ حبوث ف االقتصاد السالمي‬،‫َح ٍا َ يَ ُك ْو ُن (عبد اهلل بن سليمان املنيع‬
)671 :‫ ص‬،6991 ،‫ املكتب السالمي‬:‫املكرمة‬
“Naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi media pertukaran
dan diterima secara umum, apa pun bentuk dan dalam kondisi
seperti apa pun media tersebut.” (Abdullah bin Sulaiman al-Mani‟,
Buhuts fi al-Iqtishad al-Islami, Mekah: al-Maktab al-Islami, 1996, h.
178)

ْ ‫َّاس ََثَنًا ِم َن الْ َم َع ِاد ِن الْ َم‬


،‫ض ُرْوبَِة أ َْو األ َْوَر ِاق الْ َمطْبُ ْو َع ِة َوََْن ِوَىا‬ َّ
ُ ‫ َما اَّتَ َذ الن‬:‫اَلنَّ ْق ُد‬
،‫اص (حممد رواس قلعو جي‬ ِ ‫ص‬ ِ ِ ِ ِ ‫الص ِادرةِ ع ِن الْمؤ َّسس ِة الْمالِيَّ ِة‬
َ ‫صاحبَة اْال ْخت‬ َ َ َ َ ُ َ َ َّ
،6999 ،‫ دار النفائس‬:‫ بريوت‬،‫املعامالت املالية املعاصرة ف ضوء الفقو والتشريع‬
)32 :‫ص‬
“Naqd adalah sesuatu yang dijadikan harga (tsaman) oleh
masyarakat, baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak maupun
dari bahan lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga keuangan
pemegang otoritas.” (Muhammad Rawas Qal‟ah Ji, al-Mu‟amalat
al-Maliyah al-Mu‟ashirah fi Dhau‟ al-Fiqh wa al-Syari‟ah, Beirut:
Dar al-Nafa‟is, 1999, h. 23)
6. Surat permohonan fatwa perihal uang elektronik yang sesuai dengan
prinsip syariah dari PT. Veritra Sentosa Internasional (Paytren)
Nomor: 043/Treni/Legal/2017 tanggal 04 April 2017;
7. Hasil Diskusi “Kajian Uang Elektronik Ditinjau dari Kesesuaian
Prinsip-Prinsip Syariah” antara Tim Paytren dengan Tim Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), di Hotel
Double Tree Cikini, tanggal 22 Agustus 2017;
8. Pendapat dan saran Working Group Perbankan Syariah (WGPS)
yang terdiri atas DSN-MUI, OJK, DSAS-IAI, dan Mahkamah
Agung, tanggal 07 September 2017 di Jakarta;
9. Pendapat Peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional-Majelis
Ulama Indonesia pada hari Selasa tanggal 28 Dzulhijjah 1438 H /
19 September 2017 M.

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 7

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : FATWA TENTANG UANG ELEKTRONIK SYARIAH


Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
1. Uang Elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran yang
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. diterbitkan atas dasar jumlah nominal uang yang disetor terlebih
dahulu kepada penerbit;
b. jumlah nominal uang disimpan secara elektronik dalam suatu
media server atau chip;
c. jumlah nominal uang elektronik yang dikelola oleh penerbit
bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan; dan
d. digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang
bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut.
2. Jumlah nominal uang Elektronik adalah jumlah nominal uang yang
disimpan secara elektronik pada suatu media server atau chip yang
dapat dipindahkan untuk kepentingan transaksi pembayaran
dan/atau transfer dana.
3. Uang Elektronik Syariah adalah uang elektronik yang dibuat dan
digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
4. Penerbit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan
Uang Elektronik
5. Pemegang adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik
6. Prinsipal adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang
bertanggungjawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar
anggotanya yang berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer,
dalam transaksi Uang Elektronik yang kerja sama dengan
anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.
7. Acquirer adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang:
a. melakukan kerja sama dengan pedagang sehingga pedagang
mampu memproses transaksi dari Uang Elektronik yang
diterbitkan oleh pihak selain acquirer yang bersangkutan; dan
b. bertanggungjawab atas penyelesaian pembayaran kepada
pedagang.
8. Pemegang adalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.
9. Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang
menerima transaksi pembayaran dari Pemegang.
10. Penyelenggara Kliring adalah Bank atau Lembaga Selain Bank
yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-
masing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka transaksi Uang
Elektronik.

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 8

11. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah Bank atau Lembaga


Selain Bank yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap
penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-
masing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka transaksi Uang
Elektronik berdasarkan hasil perhitungan dari Penyelenggara
Kliring.
12. Agen Layanan Keuangan Digital (LKD) adalah pihak ketiga yang
bekerjasama dengan Penerbit dan bertindak untuk dan atas nama
Penerbit dalam memberikan LKD.
13. Akad Wadiah adalah suatu akad penitipan berupa uang dari
pemegang kepada penerbit dengan ketentuan pemegang bisa
mengambil/menarik/menggunakan kapan saja sesuai kesepakatan.
14. Akad Qardh adalah suatu akad pinjaman dari pemegang kepada
Penerbit dengan ketentuan bahwa penebit wajib mengembalikan
uang yang diterimanya kepada pemegang kapan saja
dikehendaki/diperlukan sesuai dengan kesepakatan.
15. Akad ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran atau
upah.
16. Akad Jualah adalah akad untuk memberikan imbalan
(reward/‟iwadh//ju‟l) tertentu atas pencapaian hasil (natijah) yang
ditentukan dari suatu pekerjaan
17. Akad wakalah bi al-ujrah adalah akad pemberian kuasa dengan
imbalan (ujrah).
18. Biaya Layanan fasilitas uang elektronik adalah biaya yang
dikenakan penerbit kepeda pemegang berupa:
a. biaya penggantian media Uang Elektronik untuk penggunaan
pertama kali atau penggantian media Uang Elektronik yang
rusak atau hilang;
b. biaya Pengisian Ulang (top up) melalui pihak lain yang
bekerjasama dengan Penerbit atau menggunakan delivery
channel pihak lain;
c. biaya Tarik Tunai melalui pihak lain yang bekerjasama dengan
Penerbit atau menggunakan delivery channel pihak lain;
dan/atau
d. biaya administrasi untuk Uang Elektronik yang tidak digunakan
dalam jangka waktu tertentu.
19. Riba adalah tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-
barang ribawi (al-amwal al-ribawiyah) dan tambahan yang
diberikan atas pokok utang dengan imbalan penangguhan
pembayaran secara mutlak.

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 9

20. Gharar adalah ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai


kualitas atau kuantitas obyek akad maupun mengenai
penyerahannya.
21. Maysir adalah setiap akad yang dilakukan dengan tujuan yang tidak
jelas, dan perhitungan yang tidak cermat, spekulasi, atau untung-
untungan
22. Tadlis adalah tindakan menyembunyikan kecacatan obyek akad
yang dilakukan oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah
obyek akad tersebut tidak cacat.
23. Risywah adalah Suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil
sesuatu yang bukan haknya, membenarkan yang batil dan
menjadikan sesuatu yang batil sebagai sesuatu yang benar.
24. Israf adalah pengeluaran harta yang berlebihan.

Kedua : Ketentuan Hukum


Uang Elektronik boleh digunakan sebagai alat pembayaran dengan
mengikuti ketentuan yang terdapat dalam fatwa ini.

Ketiga : Ketentuan terkait Akad dan Personalia Hukum


1. Akad antara penerbit dengan pemegang uang elektronik adalah akad
wadiah atau akad qardh.
a. Dalam hal akad yang digunakan adalah akad wadi`ah, maka
berlaku ketentuan dan batasan akad wadi`ah sebagai berikut:
1) Jumlah nominal uang elektronik bersifat titipan yang dapat
diambil/digunakan oleh pemegang kapan saja;
2) Jumlah nominal uang elektronik yang dititipkan tidak boleh
digunakan oleh penerima titipan (penerbit), kecuali atas izin
pemegang kartu;
3) Dalam hal jumlah nominal uang elektronik yang dititipkan
digunakan oleh penerbit, maka akad titipan (wadiah) berubah
menjadi akad pinjaman (qardh);
4) Dalam hal jumlah nominal uang elektronik yang dititipkan
digunakan penerbit sebagaimana disebutkan pada angka 3)
mengalami kerugian, maka penerbit harus bertanggung jawab
secara penuh. Jika uang titipan menghasilkan keuntungan
ketika digunakan penerbit maka keuntungan tersebut menjadi
hak penerbit;
5) Otoritas terkait dapat menjamin jumlah nominal uang
elektronik yang dititipkan di penerbit.
6) Otoritas terkait dapat membatasi penerbit dalam penggunaan
dana titipan (dana float).

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 10

b. Dalam hal akad yang digunakan adalah akad qardh, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad qardh sebagai berikut:
1) Jumlah nominal uang elektronik bersifat hutang yang dapat
diambil/digunakan oleh pemegang kapan saja.
2) Penerbit dapat menggunakan (menginvestasikan) uang hutang
dari Pemegang Uang Elektronik.
3) Penerbit wajib mengembalikan jumlah pokok piutang
Pemegang Uang Elektronik kapan saja dikehendaki/
diperlukan sesuai dengan kesepakatan;
4) Otoritas terkait dapat menjamin jumlah nominal uang
elektronik yang dititipkan di penerbit.
5) Otoritas terkait dapat membatasi penerbit dalam penggunaan
dana titipan (dana float).
2. Di antara akad yang dapat digunakan penerbit dengan para pihak
dalam penyelenggaraan uang elektronika (prinsipal, acquirer,
Pedagang [merchant], penyelenggara kliring, dan penyelenggara
penyelesai akhir) adalah akad ijarah, akad ju‟alah, dan akad wakalah
bi al-ujrah:
a. Dalam hal akad yang digunakan akad ijarah, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad ijarah sebagaimana terdapat dalam
Fatwa DSN-MUI Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000.
b. Dalam hal akad yang digunakan akad ju‟alah, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad ju‟alah sebagaimana terdapat dalam
Fatwa DSN-MUI Nomor: 62/DSN-MUI/XII/2007.
c. Dalam hal akad yang digunakan akad wakalah bi al-ujrah, maka
berlaku ketentuan dan batasan akad wakalah bi al-ujrah
sebagaimana terdapat dalam Fatwa DSN-MUI Nomor: 62/DSN-
MUI/XII/2007.
3. Di antara akad yang dapat digunakan antara penerbit dengan agen
layanan keuangan digital adalah akad ijarah, akad ju‟alah, dan akad
wakalah bi al-ujrah:
a. Dalam hal akad yang digunakan akad ijarah, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad ijarah sebagaimana terdapat dalam
Fatwa DSN-MUI Nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000.
b. Dalam hal akad yang digunakan akad ju‟alah, maka berlaku
ketentuan dan batasan akad ju‟alah sebagaimana terdapat dalam
Fatwa DSN-MUI Nomor: 62/DSN-MUI/XII/2007.
c. Dalam hal akad yang digunakan akad wakalah bi al-ujrah, maka
berlaku ketentuan dan batasan akad wakalah bi al-ujrah
sebagaimana terdapat dalam Fatwa DSN-MUI Nomor: 62/DSN-
MUI/XII/2007.

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 11

Keempat : Ketentuan Biaya Layanan Fasilitas


Dalam penyelenggaraan uang elektronik penerbit dapat mengenakan
biaya layanan fasilitas uang elektronik kepada pemegang dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Biaya-biaya layanan fasilitas harus berupa biaya riil untuk
mendukung proses kelancaran penyelenggaraan uang elektronik;
dan
b. Pengenaan biaya-biaya layanan fasilitas harus disampaikan kepada
pemegang kartu secara benar sesuai syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Kelima : Ketentuan dan batasan Penggunaan Uang Elektronik:


Penggunaan uang elektronik wajib terhindar dari:
1. Transaksi yang ribawi, gharar, maysir, tadlis, risywah, dan israf;
dan
2. Transaksi atas objek yang haram atau maksiat.

Keenam : Ketentuan Khusus


1. Jumlah nominal uang elektronik yang ada pada penerbit harus
ditempatkan di bank syariah.
2. Dalam hal kartu yang digunakan sebagai media uang elektronik
hilang maka jumlah nominal uang yang ada di penerbit tidak boleh
hilang.

Ketujuh : Penyelesaian Perselisihan


Penyelesaian sengketa di antara para pihak dapat dilakukan melalui
musyawarah mufakat. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai,
maka penyelesaian sengketa dilakukan melalui lembaga penyelesaian
sengketa berdasarkan syariah sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Kedelapan : Ketentuan Penutup


Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan akan diubah serta
disempurnakan sebagaimana mestinya jika di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 28 Dzulhijjah 1438 H
19 September 2017 M

DEWAN SYARIAH NASIONAL-


MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris,

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia


… Uang Elektronik Syariah 12

PROF. DR. K.H.MA’RUF AMIN DR. H. ANWAR ABBAS, MM, M.AG

Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia

Anda mungkin juga menyukai