Anda di halaman 1dari 7

DRAMA KOMUNIKASI TERAPEUTIK

“ALI VS HAIV/AIDS”

Alkisah dari seorang anak manusia yang bernama Ali, berusia 21 tahun, masuk ke
RSAL diantar oleh teman kuliahnya dalam keadaan tidak sadar yang ditemukan
tergelatak di WC kampusnya. . . . . lanjutan kisahnya setelah yang satu ini……..

………………………………………………………………

Selarik cerita tentang Ali sebelum kisah ini dilanjutkan….. Ali merupakan seorang
anak tunggal dari keluarga broken home, Ibu dan Bapaknya telah bercerai sejak 1
tahun yang lalu. Sejak peristiwa itu Ali yang dahulunya seorang anak yang berbakti,
baik dan pintar telah berubah 180o menjadi seorang yang keras, tempramental dan
pemalas. Ia jarang tinggal di rumah dan mulai bergaul dengan teman-teman yang
tidak benar. Ia sering membohongi dan membantah Bapaknya jika ditanya dan
dilarang apa yang dilakukannya. Dia mulai sering bolos kuliah dan lebih memilih
pergi bersenang-senang dengan teman-temannya ketimbang pergi kuliah. Dan
dalam pergaulannya inilah Ali mengenal dunia yang dianggapnya sebuah surga tapi
justru hal itulah yang menghantarnya ke neraka yang sesungguhnya. Ali menjadi
pecandu alkohol, narkotika serta ketergantungan obat-obat terlarang (narkoba).
Sakau menjadi fenomena biasa dalam kesehariannya. Dan fenomena inilah yang
telah membawanya ke cerita kita pada pementasan kali ini. Ikutilah kisah
selanjutnya..yang penuh dengan dramatisasi kehidupan………

………………………………………………………….

Tiba di rumah sakit, pasien segera mendapat pertolongan, mulai dari


administrasi, pemeriksaan dan perawatan.

Adegan I

( Pasien istirahat di tempat tidur, sementara Bapaknya duduk disamping


kanannya)

Pasien : (Dalam kondisi berbaring lalu berbicara kepada Bapaknya ) “Bapak,


maafkan aku..maafkan aku?” (tangannya menggapai tangan Bapaknya
lalu digenggam erat-erat lalu diciumnya).

Bapak : (Mengusap-usap kepala anaknya) ”anakku, sebelum kamu minta


maaf, Bapak sudah maafkan” (tangannya terus mengusap kepala
anaknya),“nak kamu jangan ulangi lagi ya”? (kembali menatap anak
yang sangat dikasihinya).

(Di luar kamar pasien, tampak seorang perawat sedang menjinjing nursing kit
………tiba-tiba pintu kamar diketuk dan perawat masuk ke ruangan)

Perawat : ”selamat pagi !” ( sapanya dengan ramah sambil tersenyum )

“Selamat pagi”, (jawab dua orang dalam ruangan itu serentak disertai dengan
senyum juga.)

1
Perawat : (Berjalan ke arah pasien dan senyum terus mengambang dibibirnya)
“Bapak, Adik nama saya Perawat Nani, saya ditugaskan untuk
merawat Adik selama di rawat disini. Saya bertugas dari jam 7.00 pagi
sampai jam 2.00 siang, jadi kalau ada yang dibutuhkan Bapak atau
adik bisa minta kepada saya. (tangan menujuk keluar) “ruangan saya
berada disebelah kanan dari kamar ini (ruangan perawat). (meletakkan
nursing kit disisi tempat tidur pasien lalu memegang pundak pasien)
“bagaimanami keadaanya dek ? keluhan apa yang dirasakan
sekarang?”

Pasien : “badanku lemah sekali sus, kepalaku juga terasa berat dan kalau mau
bangun pusing?”( sambil memegang kepalanya).

Perawat : “ Bapak (memandang Bapak pasien dengan lembut), sekarang saya


harus mengukur tanda-tanda vital anak Bapak”

Bapak : “silahkan suster. (berdiri dan memberi ruang yang agak luas kepada
perawat untuk melaksanakan tugasnya)

Perawat : (Hanya tersenyum, lalu menyiapkan alat-alat yang akan


digunakannya), “permisi ya ade’, bisa saya ukur tekanan darah, nadi,
pernapasan dan suhunya sekarang?”.

Pasien : “iya suster, sus saya sering berkeringat, ndak enak sekali
perasaanku” (keluhnya datar).

Bapak : “dia juga nda mau makan sus, katanya ndak selera”

Perawat : “Berkeringat banyak dan kurang nafsu makan adalah gejala dari suatu
penyakit…tensinya 100/70 mmHg dan suhunya 38.50C, suhu tinggi
membuat adik banyak berkeringat. “Bapak, ada air hangatnya ?
sebaiknya sekarang Ali dikompres untuk menurunkan panas” (jelasnya
dengan sopan)

Bapak : “Iya suster, nanti kami yang mengompresnya”

Pasien : “Suster, apa penyakitku? Sampai kapan saya akan berada disini?
(ada nada cemas menyertai suaranya).

Perawat : “Sampai sekarang belum ada diagnosa pasti, kami masih menunggu
hasil lab adik (tersenyum) “kita sama-sama berdoa mudah-mudahan
bukan penyakit serius”. “sekarang adik istirahat ya, saya masih harus
mengukur TTV pasien yang lain. Sekitar jam 8.00 pagi nanti saya atau
teman saya akan kesini lagi untuk menyuntik obat adik ya..!

Pasien : “iya, terima kasih suster”( setelah pengukuran TTV dan dialog singkat
itu, perawat A meninggalkan kamar pasien)

(Bapak mengompres pasien seperti anjuran perawat Nani tadi)

(Tiba-tiba pintu diketuk lagi dan tampak perawat Nani melangkah masuk)

Perawat : “selamat pagi (ucapnya dengan sopan dan ramah)

Bapak : “Selamat pagi suster”.

2
Perawat : “Adik ALI ini ? masih ingat dengan saya?”

Pasien : “iya suster”

Perawat : “Setelah di kompress, bagaimana keadaanya sekarang, agak lebih


baikkan ?’

Pasien : “ya suster”

Perawat : “Adik ini ada instruksi dari dokter untuk memberikan obat lewat injeksi,
bagaimana adik, adik sudah siap untuk saya suntik ?”

Pasien : “suntik nya pelan-pelan ya sus”

Perawat : (setelah menyuntik lalu melihat ke Bapak klien) “Bapak, orang tuanya
kan?”

Bapak : “iye sus, saya Bapaknya” “ada apa ya sus? (wajahnya tampak sedikit
cemas).

Pasien : (menyadari perubahan diraut wajah Bapak) “begini Pak, tadi saya
diminta oleh dokter untuk menyampaikan ke Bapak, agar bisa
menemui dokter A di ruangannya”.

Bapak : “Baik suster, tapi saya tidak tau dimana ruangan dokternya”?

Perawat : “Mari Bapak saya antarkan ( pamit pada pasien lalu berjalan keluar)

Bapak : (Menoleh ke anaknya) “ ALi, kamu istirahat dulu ya, Bapak ke


ruangan dokter sebentar”

Pasien : “Iya Pak”

(Bapak dan perawat keluar ,sedangkan Ali tampak menarik selimut dan tidur)

Adegan II

( Perawat Nani mengetuk pintu, lalu masuki ke ruangan dokter diikuti oleh
Bapak pasien)

Perawat : “Selamat pagi dokter, Dok ini Bapaknya Tn. Ali,”

Dokter : (Mengangguk) “Silahkan duduk Pak,” ( sambil tersenyum)

( Dokter tampak sedang membuka buku status dan matanya tertuju


pada hasil pemeriksaan laboratorium )

Dokter : “Begini Pak, ini kami sudah melakukan pemeriksaan yang sedetail
mungkin terhadap anak Bapak, dan hasilnya sudah ada di tangan
saya”? (memegang status).

Bapak : ( Ekspresi cemas ) “ anakku sakit apa dok”?

Dokter : “Bapak sabar ya, berdasarkan pemeriksaan kami, anak Bapak positif
menderita penyakit HIV/AIDS” tutur dokter dengan jelas dan datar.

3
Bapak : ( Setengah berteriak dengan ekspresi terkejut) “ Ya.. TUHAN, anakku,
tidak mungkin…( air mata tampak mengalir ke pipinya)

Dokter : “ Bapak tenang ya, Bapak harus sabar, kami paham perasaan Bapak
sekarang”

Perawat : (memegang pundak Bapak) “Iya Pak, Bapak harus kuat demi anak
Bapak”

Bapak : “Saya memang sudah merasa kalau Ali melakukan hal yang salah di
luar sana, tapi saya tidak menyangka akan seperti ini, saya tidak
sanggup untuk sampaikan hal ini ke Ali’, dia pasti tidak bisa menerima,”
“Ya..Tuhan kenapa kamu menghukum kami seperti ini”? (Air mata terus
mengalir membasahi pipi Bapak setengah baya itu)

Perawat : “ Tenang ya Pak nanti saya bantu, nanti kita sama-sama kita
sampaikan ke anaknya Bapak ya,”?

( Perawat dan Bapak lalu meninggalkan ruangan dokter dan menuju ke


kamar pasien)

Adegan III

(Bapak dan Perawat berjalan beriringan masuk)

Pasien : “ Bagaimana Pak apa yang dikatakan dokter”? (Tiba-tiba matanya


tertuju pada mata Bapaknya yang merah dan sembab,) “ kenapa Pak?
kenapa menangis’? apa kata dokter? Ali sakit apa Pak?( pasien
tampak semakin cemas dan tidak sabar)

Perawat : ( menghampiri pasien lalu mengelus-elus kepalanya, dengan tatapan


yang lembut dan perhatian) “de’ tenang ya dulu, apa adik sudah siap
untuk mendengarnya”? (pertanyaan perawat semakin menegangkan
suasana di kamar itu.)

Pasien : “Saya siap suster, sakit apa ka’ kah?” (dengan suara yang lemah tapi
gemetar)

Perawat : (menarik napas lalu menghembusnya perlahan) “ Berdasarkan


pemeriksaan yang telah dilakukan, adik positif menderita penyakit
HIV/AIDS”

Pasien : (tersentak, tampak seolah – olah tidak percaya lalu berteriak) “apa
suster? HIV/AIDS? Aku tidak percaya, suster bohong..mustahil..”
(sambil menangis dan memukul-mukul tempat tidur, lau berteriak lagi )
“ tidak’ tidak mungkin, Bapak….’ bohongkah suster ini? (air mata
mengalir)

( Bapak pasien masih terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa. Air matanya terus
mengalir)

Perawat : “Tenang de’, istigfar. Masih ada Tuhan yang menentukan hidup
manusia , berdoalah kepada-Nya, Mudah-mudahan ada keajaibannya”

4
Pasien : “ Tuhan!! Tuhan tidak adil! Kenapa tidak henti-hentinya mengambil
kebahagiaannku!? Apa salahku!? Kenapa aku yang dihukum,..
kenapa!!? ( lalu menangis)

Perawat : “Janganbilang begitu de’ tuhan itu Maha Adil dan Penyanyang. Dan
hanya orang – orang yang mampu yang diberi cobaan seperti ini. Adik
harus kuat menghadapinya. “ Mungkin adik, bisa merenung, apa
sebenarnya yang telah adik lakukan sehingga penyakit ini menyerang
adik? “kehidupan dan pergaulan adik akhir-akhir ini, apa yang adik
konsumsi dan kerjakan?” Ini bukan hukuman tapi konsekuensi dari
perbuatan ade sendiri”! (jelasnya lembut).

Pasien : “Ah.. sudahlah.. Tuhan Jahat..jahat!!!!

(Pasien membelakangi perawat, menutup mukanya, lalu tangisnya bertambah keras.


Pasien tidak mau melihat orang-orang yang ada disekitarnya).

Pasien : “ Keluar semua dari ruangan ini..tinggalkan aku sendiri..tidak usah


pedulikan saya.. pergi..pergi..pergi..”

Perawat : “Bapak kita keluar dulu, biarkan Adik Ali sendiri”

(Perawat dan Bapak keluar dari ruangan dengan perasaan yang bercampur aduk
{sedih, kecewa, marah, simpati dll})

Adegan IV

(Di dalam kamar, tampak pasien masih menangis. Jelas terpancar rasa sakit
hati dan penyesalan yang sangat dalam pada raut wajahnya).

Pasien : “ lebih baik kuakhiri saja hidupku sekarang” ketusnya sendiri sambil
terus teresak, “kan aku tetap akan mati, aku hanya membebankan
Bapak dan membuatnya malu, ya aku harus mati sekarang”.

( Berusaha bangun dan mencapai pisau yang ada di atas meja)

(kembali memperbaiki baringnya, air mata terus mengalir, saat pisau


disentuhkan pada vena yang hendak ditusuk, bayangan Bapak yang
penyanyang yang selama ini didurhakainya memenuhi cakrawala
pikirannya)

Pasien : “Bapak, maafkan aku… aku sudah menghancurkan segala


harapanmu. Aku tidak layak menjadi anakmu” hatinya bicara. “lebih
baik aku akhiri semuanya sekarang sebelum Bapak tambah menderita
karena saya”. “tapi Bapak…….apa benar kamu akan bahagia kalau
aku pergi tanpa pamit……Bapak (teriaknya dalam hati). (tiba-tiba
hatinya sadar, ini hukuman tuhan baginya)“Ya..Allah akankah engkau
mengampuni dosaku ini??? Ah.. tidak mungkin, engkau hanya bisa
menghukumku tanpa henti..engkau ambil keluargaku, ayahku, baktiku
terhadap Bapakku, senyuman Bapakku dan sekarang engkau bahkan
mau mengambil nyawaku. Aku begini karena ingin mencari
ketentraman di luar rumah sehingga aku mendekati narkoba cs.. (tiba-
tiba pisau yang ada ditangannya dilayangkan ke dinding) “Arrgh…”

( lalu pasien menelungkupkan mukanya ke bantal).

5
Adegan v

(Tiba-tiba suster masuk kedalam ruangan)

Perawat : “Sore Pak, bagaimana keadaan Ali sekarang”?

(Belum sempat Bapak menjawab, Pasien membuka matanya lalu


menyapa perawat)

Pasien : “ Baik kok suster”

(Kedua orang yang berada dalam kamar serentak menoleh ke pasien


dan menunjukkan ekspresi kaget dengan perubahan respon yang
ditunjukkan oleh pasien tersebut)

Bapak : (Memeluk anaknya) “kamu baik- baik saja nak?”

Pasien : “Iya, Saya baik-baik aja”

Perawat : (memegang tangan pasien) “ Jadi.. adik gimana kabarnya

(Belum sempat perawat melanjutkan kata-katanya.. langsung dipotong


oleh pasien)

Pasien : “iya suster.. saya sudah dapat menerima ini semua. Saya sadar
bahwa smua yang terjadi ini adalah hukuman buat saya, atas segala
kekhilafan yang telah saya lakukan” “Bapak, maafkan aku sudah
menghancurkan semua harapan Bapak, Bapak aku akan mati!!

Bapak : (secepat kilat menutup mulut anaknya dengan telunjuk), jangan


bicara seperti itu anakku, kamu adalah anugerah terindah dan cahaya
buat Bapak. Bapak sangat saya sama kamu. (memeluk anaknya)

Pasien : “maafkan aku Bapak,”

(keheningan ruangan sejak tadi, dipecahkan oleh isak tangis mereka)

(perawat berdiri kaku, laksana menyaksikan adegan sinetron yang menyayat hati
antara Bapak dan anak).

(Perawat berjalan mendekati mereka berdua)

Perawat : “ Bapak, adik, saya mengerti perasaanta, vonis penyakit seperti ini
merupakan hal mengerikan yang tidak pernah terbayang oleh kita, tapi
inilah garis kehidupan yang harus dijalani. pasti ada hikmahnya dan
semua itu adalah rencana ALLAH SWT, walaupun sebenarnya
manusialah yang mengundangnya.

Pasien : “berapa lama lagi saya akan hidup suster”? tanyanya dengan suara
yang gemetar dan mata berkaca-kaca.

Bapak : “Apa benar anakku sudah tidak ada harapan lagi?”

Perawat : (melihat Bapak dan anak yang tampak tegang itu silih berganti)
“untuk penyakit seperti ini, memang sampai saat ini belum ditemukan
obat untuk menyembuhkannya, tapi jika ade dapat dan bersedia
mengikuti semua tindakan perawatan yang diberikan dengan baik,
perkembangannya dapat ditekan atau dihambat, sehingga pasien

6
masih dapat hidup lebih lama, walaupun kita tau bahwa ajal dan maut
itu ada di tangan Tuhan” jelasnya dengan hati-hati.

Pasien : “saya akan turuti semuanya, suster” (menatap suster).

Perawat : (melihat Bapak) “ sebagai orang terdekat, Bapak juga hendaklah


waspada terhadap penularan dari penyakit ade ini, karena ia dapat
menular dengan cepat”

Bapak : “jadi apa yang harus saya lakukan sus”?? tanyanya dengan suara
terbata-bata.

Perawat : “ Bapak tidak boleh kontak langsung dengan darah Ali, jangan
berganti peralatan makan dan tidak terkena semua jenis caran yang
keluar dari tubuh Ali. Ini semua demi kebaikan bersama.

Pasien : “ Jadi Bapak tidak boleh menyentuh saya lagi”??

Perawat : (Memengang bahu dan menatap klien dengan lembut) “ Bapak bisa
mengurusi adik seperi biasa, Cuma harus berhati-hati terhadap hal
yang telah saya sebutkan tadi” jelasnya dengan nada seakan-akan
memujuk.

Pasien : “Saya paham sekarang sus” matanya melirik ke Bapaknya dengan


raut wajah bersalah dan penuh penyesalan.

(Perawat tersenyum mendengar kata-kata yang keluar dari mulut


pasien tersebut. Perawat bersyukut pasien dapat menerima kondisinya
walaupun ia sangat pahit untuk ditelan. Perawat lalu menyuruh pasien
istirahat dan pamit untuk keluar dari kamar itu).

Perawat : Sekarang adik istirahat ya, saya harus keluar sekarang. Jam dinas
saya untuk hari sudah selesai. Saya akan digantikan oleh perawat
yang shif sore. Nanti mereka yang akan membantu segala kebutuhan
adik. Saya keluar dulu ya.. (Sambil melihat ke Bapak dan Pasien)

Pasien : “ terima kasih suster”

( ucapan terima kasih dibalas perawat dengan senyum lalu melangkah


meninggal kamar tersebut).

Anda mungkin juga menyukai