Mengenal Buku Nonteks Pelajaran
Mengenal Buku Nonteks Pelajaran
1. Pendahuluan
Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional tentang buku-buku pendidikan diungkapkan terdapat empat jenis, yaitu buku
teks pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik (2004: 4).
Klasifikasi ini diperkuat lagi oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun
2008 pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa “selain buku teks pelajaran, pendidik dapat
menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam
proses pembelajaran”. Berdasarkan ketentuan di atas maka terdapat empat jenis buku
yang digunakan dalam bidang pendidikan, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran; (2) Buku
Pengayaan; (3) Buku Referensi; dan (4) Buku Panduan Pendidik.
Untuk memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada buku-buku
pendidikan, dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan yang ditentukan
berdasarkan ruang lingkup kewenangan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu (1)
Buku Teks Pelajaran dan (2) Buku Nonteks Pelajaran. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan
bahwa kewenangan untuk melakukan standarisasi buku teks pelajaran adalah Badan
Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP), sedangkan buku pengayaan, referensi, dan
panduan pendidik bukan merupakan kewenangan badan ini. Hal di atas dipertegas lagi
oleh surat Badan Standarisasi Nasional Pendidikan nomor 0103/BSNP/II/2006 tanggal
22 Februari 2006 yang menegaskan bahwa BSNP hanya akan melaksanakan penilaian
untuk Buku Teks Pelajaran dan tidak akan melakukan penilaian atau telaah buku selain
buku teks pelajaran. Oleh karena itu kewenangan untuk melakukan stadarisasi buku-
buku pendidikan, selain buku teks pelajaran adalah Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 23 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi Pusat-pusat di Lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional. Dalam ketententuan tersebut dinyatakan bahwa
fungsi Pusat Perbukuan adalah melakukan pengembangan naskah, pengendalian mutu
buku, dan melakukan fasilitasi perbukuan, khususnya bagi lembaga pendidikan dasar
dan menengah.
Dengan mengacu pada ciri-ciri buku nonteks pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan
bahwa buku nonteks pelajaran adalah buku-buku berisi materi pendukung, pelengkap,
dan penunjang buku teks pelajaran yang berfungsi sebagai bahan pengayaan,
referensi, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan
menggunakan penyajian yang longgar, kreatif, dan inovatif serta dapat dimanfaatkan
oleh pembaca lintas jenjang dan tingkatan kelas atau pembaca umum.
1. Buku Pengayaan
Buku pengayaan di masyarakat sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku
perpustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan
pengetahuan pembacanya. Buku pengayaan dalam pedoman ini diartikan buku yang
memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan
keterampilan; membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan,
dan masyarakat pembaca lainnya. Buku pengayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu buku pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku
pengayaan kepribadian.
Buku pengayaan memiliki sifat penyajian yang khas, berbeda dengan buku teks
pelajaran. Buku pengayaan dapat disajikan secara bervariasi, baik dengan
menggunakan variasi gambar, ilustrasi, atau variasi alur wacana. Buku pengayaan
bersifat mengembangkan dan meluaskan kompetensi siswa, baik dalam aspek
pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian.
a. Ensiklopedia
Seorang penulis buku ensiklopedia harus memahami konsep dasar buku referensi agar
kelengkapan dan keakuratan informasi yang disajikan dapat digunakan pembaca
secara tepat. Ensiklopedia merupakan suatu karya acuan yang disajikan dalam sebuah
(atau beberapa jilid) buku yang berisi keterangan tentang semua atau suatu cabang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni atau yang merangkum secara komprehensif suatu
cabang ilmu dalam serangkaian artikel yang tajuk subjeknya disusun menurut abjad
atau alfabetis.
Ensiklopedia biasanya terdiri atas sekumpulan artikel tentang subjek secara terpisah
dan mandiri. Penyajian tajuk subjek disusun menurut abjad untuk memudahkan
penggunaannya. Ensiklopedia disusun berdasarkan klasifikasi subjek, atau gabungan
antara klasifikasi subjek dan urutan abjad, terutama pada ensiklopedia khusus.
Ensiklopedia yang baik biasanya dilengkapi dengan contoh, foto, gambar atau ilustrasi
yang menarik untuk memperjelas pengertian dari suatu lema (entry).
Ensiklopedia yang memuat semua cabang pengetahuan disebut ensiklopedia umum.
Ensiklopedia umum merupakan suatu karya universal yang ditujukan untuk
menyediakan ringkasan komprehensif semua cabang pengetahuan, ilmu, teknologi,
seni dan lainnya. Ensiklopedia yang memuat atau membahas hanya satu aspek atau
satu disiplin ilmu disebut ensiklopedia khusus. Ensiklopedia khusus cakupannya
dibatasi hanya pada satu bidang ilmu tertentu atau beberapa bidang terkait saja,
misalnya ensiklopedia botani, ensiklopedia pendidikan, ensiklopedia arsitektur,
ensiklopedia dunia medis, ensiklopedia transportasi, dan sebagainya.
Karakteristik dari suatu ensiklopedia di antaranya adalah (1) lema disusun secara
alfabetis atau mengikuti suatu sistem tertentu yang logis secara keilmuan; (2)
penjelasan lema disertai dengan gambar-gambar yang menarik, relevan dan informatif
dengan lema yang dibahas; (3) lema memiliki tingkat kekomplitan yang tinggi atau
sangat lengkap; (4) setiap lema dibahas secara komprehensif; (5) seluruh lema yang
disajikan konsisten dengan bidang bahasan ensiklopedia tersebut; dan (6) ensiklopedia
dilengkapi dengan glosarium, indeks dan daftar pustaka. Contoh-contoh judul buku
ensiklopedia di antaranya:
§ Ensiklopedia Botani
§ Ensiklopedia Arsitektur
§ Ensiklopedia Antariksa
b. Kamus
Seorang penulis buku jenis kamus perlu memahami hakikat buku jenis ini secara
menyeluruh. Kamus merupakan sebuah buku acuan yang berisi kata sebagai lema
pokoknya yang disusun menurut abjad dengan disertai keterangan tentang maknanya.
Banyak sekali ragam kamus ini, namun yang dimaksud dengan kamus pada umumnya
adalah ‘kamus bahasa’ atau ‘kamus ekabahasa’ sehingga lema yang disajikan
mencakup seluruh kosakata atau ungkapan suatu bahasa, yang dilengkapi dengan
keterangan penjelasan tentang bentuk, kelas, pelafalan, fungsi, etimologi, makna, serta
pemakaiannya dalam kalimat atau ungkapan. Dengan demikian, penyusunan kamus
hampir selalu berpedoman pada kaidah leksikografi sehingga umumnya dimulai dari
kata yang menjadi lema pokok, kemudian diikuti oleh penggunaannya secara fungsional
dan semantik.
Lema dalam kamus biasanya dilengkapi dengan sub-lema seperti kata bentukan dari
lema pokok dan dilengkapi juga dengan contoh-contoh penggunaan kata tersebut.
Penjelasan atas lema biasanya juga diikuti dengan referensi silang (cross reference)
untuk kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna.
Secara umum kamus dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok kamus bahasa dan
kelompok kamus istilah. Kata dalam kamus bahasa dijelaskan dengan memerhatikan
penggunaannya secara kontekstual, jadi sebagai unsur dalam kalimat atau paragraf.
Di samping kamus ekabahasa, terdapat pula bentuk kamus yang menyajikan setiap
kosakata dalam suatu bahasa kemudian disajikan padanan dan penjelasannya dalam
bahasa lain sebagai bahasa sasaran. Oleh karena menggunakan dua bahasa, kamus
jenis seperti itu sering dinamakan ‘kamus dwibahasa’. Adakalanya sebuah buku kamus
secara khusus hanya memuat senarai kata teknis dalam satu bahasa dan padanan
istilahnya dalam bahasa lain tanpa penjelasan apa-apa, sehingga memang lebih tepat
disebut ‘senarai istilah’.
Kamus yang termasuk ke dalam kategori kamus bahasa, misalnya kamus bahasa
Indonesia, kamus bahasa Indonesia-daerah, kamus bahasa Indonesia-bahasa asing.
Sebuah kamus yang baik ditandai oleh tingkat kekomplitan dan banyaknya lema yang
dibahas dalam kamus tersebut. Selain itu tentu saja tingkat akurasi kamus dalam
menjelaskan lema, dan kelengkapan atau komprehensifnya kamus meliputi sub-lema
yang digunakan di masyarakat.
Selain kamus bahasa, ada juga kamus istilah yang merupakan kamus khusus yang
lema pokoknya hanya terdiri atas sekumpulan istilah. Lema yang disajikan didefinisikan
sebagai kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang, dan yang dengan
cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
suatu bidang pengetahuan, ilmu, dan teknologi atau seni. Definisi lema sebagai suatu
istilah dilengkapi dengan penjelasan teknis.
Kamus yang baik biasanya memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) lema disusun secara
alfabetis; (2) memiliki jumlah lema yang lengkap dan komplit; (3) mudah untuk
digunakan dengan ditandai secara khusus lema awal dan akhir di setiap halaman; (4)
menempatkan posisi lema dan font yang mudah digunakan; (5) memiliki akurasi
pengertian yang disajikan pada setiap lema. Contoh-contoh judul kamus di antaranya
adalah:
§ Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta;
§ Kamus Inggris-Indonesia karangan Jhon Echols
§ Kamus Politik karangan
§ Kamus Linguistik karangan Harimurti Kridalaksana