Anda di halaman 1dari 11

MENGENAL BUKU NONTEKS PELAJARAN (BAGIAN I)

06.40 Perbukuan No comments


Oleh: Dr. H. Suherli, M.Pd.

1. Pendahuluan
Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional tentang buku-buku pendidikan diungkapkan terdapat empat jenis, yaitu buku
teks pelajaran, buku pengayaan, buku referensi, dan buku panduan pendidik (2004: 4).
Klasifikasi ini diperkuat lagi oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun
2008 pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa “selain buku teks pelajaran, pendidik dapat
menggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam
proses pembelajaran”. Berdasarkan ketentuan di atas maka terdapat empat jenis buku
yang digunakan dalam bidang pendidikan, yaitu (1) Buku Teks Pelajaran; (2) Buku
Pengayaan; (3) Buku Referensi; dan (4) Buku Panduan Pendidik.
Untuk memudahkan dalam memberikan klasifikasi dan pengertian pada buku-buku
pendidikan, dilakukan dua pengelompokan buku pendidikan yang ditentukan
berdasarkan ruang lingkup kewenangan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu (1)
Buku Teks Pelajaran dan (2) Buku Nonteks Pelajaran. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan
bahwa kewenangan untuk melakukan standarisasi buku teks pelajaran adalah Badan
Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP), sedangkan buku pengayaan, referensi, dan
panduan pendidik bukan merupakan kewenangan badan ini. Hal di atas dipertegas lagi
oleh surat Badan Standarisasi Nasional Pendidikan nomor 0103/BSNP/II/2006 tanggal
22 Februari 2006 yang menegaskan bahwa BSNP hanya akan melaksanakan penilaian
untuk Buku Teks Pelajaran dan tidak akan melakukan penilaian atau telaah buku selain
buku teks pelajaran. Oleh karena itu kewenangan untuk melakukan stadarisasi buku-
buku pendidikan, selain buku teks pelajaran adalah Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 23 tahun 2006 tentang Struktur Organisasi Pusat-pusat di Lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional. Dalam ketententuan tersebut dinyatakan bahwa
fungsi Pusat Perbukuan adalah melakukan pengembangan naskah, pengendalian mutu
buku, dan melakukan fasilitasi perbukuan, khususnya bagi lembaga pendidikan dasar
dan menengah.

2. Buku Nonteks Pelajaran


Berdasarkan pengelompokkan di atas maka buku nonteks pelajaran berbeda dengan
buku teks pelajaran. Jika dicermati berdasarkan makna leksikal, buku teks pelajaran
merupakan buku yang dipakai untuk memelajari atau mendalami suatu subjek
pengetahuan dan ilmu serta teknologi atau suatu bidang studi, sehingga mengandung
penyajian asas-asas tentang subjek tersebut, termasuk karya kepanditaan (scholarly,
literary) terkait subjek yang bersangkutan. Sementara itu, buku nonteks pelajaran
merupakan buku-buku yang tidak digunakan secara langsung sebagai buku untuk
memelajari salah satu bidang studi pada lembaga pendidikan.
Berdasarkan pengelompokkan di atas, dapat diidentifikasi ciri-ciri buku nonteks
pelajaran, yaitu:
(1) Buku-buku yang dapat digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan, namun
bukan merupakan buku pegangan pokok bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran;
(2) Buku-buku yang tidak menyajikan materi pembelajaran yang dilengkapi dengan
instrumen evaluasi dalam bentuk tes atau ulangan, latihan kerja (LKS) atau bentuk
lainnya yang menuntut pembaca melakukan perintah-perintah yang diharapkan penulis;
(3) Buku-buku nonteks pelajaran tidak diterbitkan secara berseri berdasarkan tingkatan
kelas atau jenjang pendidikan;
(4) Buku-buku nonteks pelajaran berisi materi yang tidak terkait secara langsung
dengan sebagian atau salah satu Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang
tertuang dalam Standar Isi, namun memiliki keterhubungan dalam mendukung
pencapaian tujuan pendidikan nasional;
(5) Materi atau isi dari buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan oleh pembaca dari
semua jenjang pendidikan dan tingkatan kelas atau lintas pembaca, sehingga materi
buku nonteks pelajaran dapat dimanfaatkan pula oleh pembaca secara umum;
(6) Penyajian buku nonteks pelajaran bersifat longgar, kreatif, dan inovatif sehingga
tidak terikat pada ketentuan-ketentuan proses dan sistematika belajar yang ditetapkan
berdasarkan ilmu pendidikan dan pengajaran.

Dengan mengacu pada ciri-ciri buku nonteks pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan
bahwa buku nonteks pelajaran adalah buku-buku berisi materi pendukung, pelengkap,
dan penunjang buku teks pelajaran yang berfungsi sebagai bahan pengayaan,
referensi, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan
menggunakan penyajian yang longgar, kreatif, dan inovatif serta dapat dimanfaatkan
oleh pembaca lintas jenjang dan tingkatan kelas atau pembaca umum.

3. Kedudukan dan Fungsi Buku Nonteks Pelajaran


Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana dituangkan dalam Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 ditetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23
tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Untuk memenuhi standar tersebut
dikembangkan buku teks pelajaran yang isinya sesuai dengan ketentuan Standar Isi.
Sementara itu, untuk menunjang pencapaian standar isi perlu dikembangkan buku-buku
yang mendukung dan melengkapinya, yaitu buku nonteks pelajaran. Dengan demikian,
buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sangat strategis dalam mendukung upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Buku nonteks pelajaran memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat melengkapi
pendalaman materi dan penambahan wawasan bagi pembaca dari pembahasan materi
yang tidak tersaji dalam buku teks pelajaran. Selain itu, buku nonteks pelajaran memiliki
pula kedudukan sebagai buku yang dapat menunjang materi atau isi buku teks
pelajaran, baik secara filosofis, historis, etimologis, geografis, pedagogis, dan segi
lainnya dari materi yang tersaji dalam buku teks pelajaran.
Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi kekayaan alam dan budaya
Nusantara akan memiliki kedudukan sebagai buku yang dapat mempromosikan
kekayaan alam dan budaya bangsa Indonesia. Keberagaman suku bangsa akan
memunculkan keanekaragaman budaya sebagai suatu kekayaan Indonesia yang tidak
ternilai harganya. Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi ini akan dapat
menginformasikan kekayaan bangsa Indonesia yang patut dibanggakan dan
diberdayakan oleh bangsanya, bukan sebaliknya hanya dieksploitasi untuk kepentingan
bangsa lain.
Buku nonteks pelajaran yang mengangkat materi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
akan memiliki kedudukan sebagai buku yang melestarikan kekayaan Ipteks yang telah
dikembangkan. Berbagai penemuan Ipteks, baik yang telah dikembangkan bangsa lain
maupun oleh bangsa Indonesia dapat dilestarikan dalam dokumen tertulis, buku
nonteks pelajaran.
Sesuai dengan pengertian di atas maka buku nonteks pelajaran berfungsi sebagai
bahan pengayaan, rujukan, atau panduan dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran. Berdasarkan fungsinya sebagai bahan pengayaan, buku nonteks
pelajaran dapat memperkaya pembaca (termasuk peserta didik) dalam hal
pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Fungsi sebagai referensi, buku nonteks
pelajaran dapat menjadi rujukan dan acuan bagi pembaca (termasuk peserta didik)
dalam mendapatkan jawaban atau kejelasan tentang sesuatu hal secara rinci dan
komprehensif yang dapat dicari dengan cepat. Fungsi sebagai panduan, buku nonteks
pelajaran dapat menjadi pedoman dan tuntunan yang dapat digunakan oleh pendidik
atau pihal lain yang berkepentingan dalam melaksanakan pendidikan dan proses
pembelajaran serta kegiatan pendukung lainnya.

4. Ragam Buku Nonteks Pelajaran


Berdasarkan fungsinya buku nonteks pelajaran dapat menyajikan materi-materi yang
dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan, memperkaya keterampilan, serta dapat
memperkaya kepribadian peserta didik atau pembaca lain dalam mencermati suatu
objek studi tertentu atau salah satu bagian dalam kajian keilmuan. Selain itu, terdapat
pula buku nonteks pelajaran yang dapat dijadikan sebagai rujukan atau acuan bagi
seseorang dalam memecahkan permasalahan atau meyakinkan tentang sesuatu hal
berdasarkan keyakinan keilmuan. Ada pula buku nonteks pelajaran yang dapat
digunakan sebagai pedoman, acuan, atau panduan dalam melaksanakan pendidikan
dan pembelajaran sehingga menghubungkan dimensi-dimensi keilmuan, yaitu ilmu
mendidik, ilmu psikologi perkembangan, dan ilmu yang berhubungan dengan bidang
studi.
Berdasarkan uraian tersebut, buku nonteks pelajaran memiliki keragaman yang tanpa
batas. Keragaman ini berhubungan dengan fungsi buku tersebut, sehingga ragam buku
nonteks pelajaran terdiri atas buku-buku pengayaan, buku-buku referensi, dan buku-
buku panduan pendidik. Keragaman juga dapat ditemukan berdasarkan penyajian
buku-buku nonteks pelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga pedoman ini hanya
merupakan stimulator bagi pengembangan buku nonteks pelajaran yang lebih baik.

5. Jenis dan Bentuk Tulisan Buku Nonteks Pelajaran


Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa buku nonteks pelajaran jika diklasifikasikan
berdasarkan fungsinya terdiri atas jenis buku pengayaan, referensi, dan panduan
pendidik. Ketiga jenis buku nonteks pelajaran ini dapat dikembangkan kembali ke dalam
beberapa karakteristik yang lebih khas, seperti uraian berikut ini.

1. Buku Pengayaan
Buku pengayaan di masyarakat sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku
perpustakaan. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan
pengetahuan pembacanya. Buku pengayaan dalam pedoman ini diartikan buku yang
memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan penguasaan ipteks dan
keterampilan; membentuk kepribadian peserta didik, pendidik, pengelola pendidikan,
dan masyarakat pembaca lainnya. Buku pengayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu buku pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku
pengayaan kepribadian.
Buku pengayaan memiliki sifat penyajian yang khas, berbeda dengan buku teks
pelajaran. Buku pengayaan dapat disajikan secara bervariasi, baik dengan
menggunakan variasi gambar, ilustrasi, atau variasi alur wacana. Buku pengayaan
bersifat mengembangkan dan meluaskan kompetensi siswa, baik dalam aspek
pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian.

a. Buku Pengayaan Pengetahuan


Sebelum menulis buku pengayaan pengetahuan seorang penulis seharusnya
menetapkan terlebih dahulu konsep dasar pengetahuan yang akan dikembangkan
sebagai rencana pengayaan bagi pembaca. Dalam menulis buku pengayaan
pengetahuan seorang penulis lebih leluasa dalam mengembangkan isi atau materi
buku. Selain itu, penulis buku pengayaan pengetahuan lebih bebas dalam
menggunakan strategi, gaya, dan model penuangan gagasan.
Konsep dasar pengetahuan yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan, baik dari konsep dasar ilmu maupun perkembangan keilmuan yang
dirunut. Konsep dasar yang dimaksud harus sistematis, objektif, dan terbuka.
Sistematis berarti bahwa materi yang disajikan itu merupakan suatu kesatuan yang
bertemali dengan ilmu lain, baik dari sisi isi maupun wilayah garapannya. Objektif
berarti bahwa materi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan secara material.
Terbuka berarti bahwa materi itu dapat dijelaskan secara ilmiah.
Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya mempersiapkan konsep
dasar pengetahuan ini sebagai titik awal penyusunan materi yang akan diperkaya.
Materi yang diperkaya ini merupakan materi pengetahuan yang seharusnya diketahui
dan dipahami oleh pembelajar atau pembaca pada umumnya dalam bidang tertentu.
Bidang yang dimaksud adalah materi-materi pelajaran yang dipelajari di dalam
pembelajaran di sekolah, namun belum secara utuh disajikan dalam materi pelajaran.
Pengetahuan sangat luas dan beragam seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni. Seorang penulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya dapat
menetapkan aspek kognitif yang dipandang perlu dikembangkan. Aspek kognitif yang
dikembangkan itu jika ditinjau dari sisi edukasi memiliki nilai positif bagi perluasan
kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman pembaca.
Sebagaimana diungkapkan dalam Taxonomy Bloom (1979: 7), bahwa domain kognitif
itu merupakan kemampuan mengungkapkan kembali atau mengorganisasikan
pengetahuan dan mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan.
Selanjutnya, Bloom (1991: 18) membagi aspek kognitif ke dalam knowledge
(pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan), analysis
(analisis), syntesis (sintesis), evaluation (evaluasi), dan create (berkreasi). Ketujuh
klasifikasi kemampuan kognitif ini biasanya digunakan untuk mengukur aspek kognitif
dalam pengembangan kemampuan belajar seseorang.
Aspek pengetahuan merupakan kemampuan mengungkapkan kembali sesuatu
berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Aspek pemahaman merupakan kemampuan
membedakan sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap sesuatu hal. Aspek
penerapan merupakan kemampuan menerapkan atau menggunakan konsep
pengetahuan dalam suatu kegiatan. Aspek analisis merupakan kemampuan
menguraikan suatu konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Aspek sintesis
merupakan kemampuan meramu atau menggabungkan rincian atau uraian. Aspek
evaluasi merupakan kemampuan menilai sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap
sesuatu. Aspek kreasi merupakan kemampuan melakukan suatu kreativitas
berdasarkan sesuatu yang telah dikuasainya.
Aspek kognitif sebagaimana dinyatakan di muka itu merupakan aspek yang masih perlu
dikembangkan. Hal tersebut dilakukan, karena pengembangan aspek kognitif dalam
buku teks pelajaran dibatasi oleh ketentuan dan tuntutan Stanar Isi. Sementara itu,
aspek kognitif tersebut masih memerlukan pengembangan dan pendalaman materi.
Oleh karena itu, sebelum menulis buku pengayaan pengetahuan seharusnya ditetapkan
terlebih dahulu aspek-aspek kognitif yang masih perlu dikembangkan. Dari
pengembangan tersebut, pembaca akan beroleh pengetahuan yang lebih luas, lebih
kaya, dan lebih menyeluruh daripada pengembangan kognitif yang terdapat dalam buku
teks pelajaran. Apabila pengembangan kognitif tertentu, yang meliputi pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi yang terdapat dalam
buku teks pelajaran dipandang masih kurang maka buku pengayaan pengetahuan
seharusnya melengkapi kekuranglengkapan kemampuan tersebut.
Buku pengayaan pengetahuan adalah buku-buku yang diperuntukkan bagi pelajar
untuk memperkaya pengetahuan dan pemahamannya, baik pengetahuan lahiriyah
maupun pengetahuan batiniyah. Buku jenis ini merupakan buku-buku yang diperlukan
pelajar atau pembaca pada umumnya agar dapat membantu peningkatan kompetensi
kognitifnya.
Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku-buku yang dapat mengembangkan
pengetahuan (knowledge development) pembaca, bukan sebagai science (baik untuk
ilmu pengetahuan alam maupun sosial) yang merupakan bidang kajian. Buku
pengayaan pengetahuan berfungsi untuk memperkaya wawasan, pemahaman, dan
penalaran siswa. Buku pengayaan pengetahuan bagi pelajar akan berhubungan
dengan pencapaian tujuan pendidikan secara umum.
Buku pengayaan pengetahuan merupakan buku yang mampu memberikan tambahan
pengetahuan kepada pembacanya, baik yang bersentuhan langsung dengan materi
yang dipelajari dalam lembaga pendidikan maupun di luar itu. Dalam konteks lembaga
pendidikan, buku pengayaan akan memosisikan peserta didik agar beroleh tambahan
pengetahuan dari hasil membaca buku-buku tersebut yang dalam buku teks pelajaran
tidak diperoleh informasi pengetahuan yang lebih lengkap dan luas sebagaimana
tertuang dalam buku pengayaan.
Buku pengayaan pengetahuan di antaranya memiliki fungsi pengaya pengetahuan,
yaitu (1) dapat meningkatkan pengetahuan (knowledge) pembaca; dan (2) dapat
menambah wawasan pembaca tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Contoh-
contoh judul buku yang termasuk ke dalam jenis buku pengayaan pengetahuan di
antaranya:
§ Tanaman Obat Penyembuh Ajaib yang ditulis oleh Herminia de Guzman-Ladion.
§ Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis yang ditulis oleh Eddy
Prahasta.
§ Pemugaran Candi Tikus yang ditulis oleh Sri Sugiyanti, dkk.

b. Buku Pengayaan Keterampilan


Istilah keterampilan seringkali diasosiasiasikan dengan kemampuan psikomotorik,
sebagai suatu istilah yang mengarah pada makna penerapan dari kemampuan
pengetahuan dan sikap seseorang. Dalam konteks pengembangan kemampuan
seseorang terdapat empat bidang kemampuan utama manusia, yakni (l) kemampuan
dasar; (2) kemampuan umum; (3) kemampuan vocasional dan (4) kemampuan
akademis.
Keterampilan merupakan suatu kemampuan dasar dalam melaksanakan tugas.
Kemampuan tersebut disebut sebagai keterampilan-keterampilan awal yang sifatnya
essensial yang harus dikuasai sebelum mencapai kemampuan yang lebih tinggi.
Kemampuan menghitung, mencari hubungan antara ruang dan waktu; memberikan
nama; mengkomunikasikan dengan yang lain adalah contoh kemampuan dasar
(Semiawan, l988:17-18). Pada sisi lain istilah keterampilan juga mengarah pada
kecakapan vokasional yang ditandai dengan penerimaan dan peningkatan kecakapan
yang bersifat praktis. Kecakapan ini berhubungan dengan keterampilan pekerjaan,
sekalipun dalam tahapan yang paling awal seperti pra-karya. Namun, lebih jauh
kemampuan ini mengarah pada kekhususan atau kejuruan (Saodih: 2004:34).
Berdasarkan dua pandangan tersebut, maka dapat dikombinasikan bahwa keterampilan
itu adalah suatu kemampuan dasar yang ada dan dikembangkan dari potensi individu
untuk diterapkan dalam aktivitas hidup sehari-hari ataupun aktivitas yang berkaitan
dengan pekerjaan yang bersifat praktis, yang melibatkan kemampuan dalam
menghitung, memberi nama, memberikan hubungan antara ruang, dan waktu, dan
mengkomunikasikannya pada orang lain.
Dalam kaitan ini, yang dimaksud dengan buku pengayaan keterampilan adalah buku-
buku yang memuat materi yang dapat memperkaya dan meningkatkan kemampuan
dasar para pembaca dalam rangka meningkatkan aktivitas yang praktis dan mandiri.
Dalam buku tersebut termuat materi yang dapat meningkatkan, mengembangkan dan
memperkaya dalam kemampuan menghitung, memberi nama, menghubungkan, dan
mengkomunikasikan kepada orang lain sehingga mendorong untuk berkarya dan
bekerja secara praktis.
Buku pengayaan keterampilan tersebut dibuat untuk menjadi bahan bacaan bagi
seluruh peserta didik, para pendidik, para pengelola pendidikan dan anggota
masyarakat lainnya yang meminati dan menginginkan kemampuan dasarnya menjadi
bertambah kaya, khususnya dalam kecakapan praktis yang dibutuhkan dalam
hidupnya. Contoh judul buku yang termasuk ke dalam jenis pengayaan keterampilan di
antaranya:
§ Membuat Mesin Tetas Elektronik oleh Kelly S, Penerbit Kanius, Tahun l995.
§ Petunjuk Perawatan Anggrek oleh Ir. Hadi Iswanto, Penerbit PT. Agromedia
Pustaka, Tahun l998.
§ Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan oleh Ny. Rusina Sjahrial Pamuntjak.
§ Cetak Sablon untuk Pemula ole3h Guntur Nusantara, Penerbit PT Puspa Swara
Tahun 2003;
§ Memperbaiki TV dan Radio oleh Yosalfa, Penerbit PT Puspa Swara Tahun 2000;

c. Buku Pengayaan Kepribadian


Sebelum menulis buku pengayaan kepribadian, seorang penulis seharusnya
menetapkan terlebih dahulu konsep dasar kepribadian yang akan dikembangkan
sebagai rencana pengayaan dan peningkatan kualitas kepribadian pembaca. Konsep
dasar kepribadian yang dikembangkan seharusnya dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan baik dari segi konsep dasar maupun perkembangan keilmuan yang
dirunut. Konsep dasar kepribadian yang dimaksud, harus dapat menyentuh nilai-nilai
kemanusiaan, baik secara secara personal maupun kolektif. Nilai-nilai kemanusiaan
maksudnya bahwa materi yang disajikan dapat membangun dan menguatkan mental-
emosional pembacanya, mendorong kedewasaan pribadi, membangun kewibawaan
dan percaya diri, mengembangkan keteladanan, mendorong sikap empati dan
mengembangkan kecakapan hidup.
Beberapa ahli yang menyampaikan pandangan tentang konsep dasar kepribadian.
Kepribadian menurut Crowl, Kamensky, dan Podell (1997) adalah the collection of
attributes, including attitudes, traits, behavior patterns an values that characterize an
individual. Menurut Allport (dalam Sujanto, Lubis dan Hadi, 1999), personality is the
dynamic organization within the individual of those psychophysical system, that
determines his unique adjustment to his environment. Sementara itu, menurut Prince
(dalam Sujanto, Lubis dan Hadi, 1999), personality is the sum total of all the biological
innate disposition, impulses, tendencies, appetites, instinc of individual and the acquired
dispositions and tendencies acquired by experience.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kepribadian itu merupakan
suatu kebulatan yang terdiri dari suatu sistem psikofisik (jiwa-raga), bersifat kompleks,
serta ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam dan luar individu, yang secara
keseluruhan tercermin dalam tingkah laku individu yang unik.
Konsep dasar kepribadian yang dikembangkan dalam buku-buku pengayaan
kepribadian juga mengacu kepada “insan Indonesia cerdas dan kompetitif”. Tentu saja
hal ini harus sesuai dengan lingkungan sosial budaya Indonesia. Dalam konteks ini,
“insan Indonesia cerdas dan kompetitif” merupakan pribadi yang cerdas spiritual dan
kematangan beragama, cerdas emosional dan sosial, serta cerdas intelektual. Selain
itu, buku yang ditulis juga mendorong kecerdasan kinestetik (karya) dan mampu
membangun jiwa produktif dan kompetitif.
Buku pengayaan kepribadian merupakan buku-buku yang dapat meningkatkan kualitas
kepribadian, sikap, dan pengalaman batin pembaca. Dari perspektif buku pendidikan,
buku pengayaan kepribadian diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan
pendidikan secara umum. Pemaknaan buku pengayaan kepribadian adalah mampu
meningkatkan kualitas kepribadian pembaca, selain yang tertuang di dalam tujuan
pendidikan. Pada akhirnya, buku pengayaan kepribadian diharapkan juga dapat
memposisikan pembaca dalam kerangka pembentukan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan menjadi teladan bagi sesamanya dari hasil
membaca buku-buku tersebut yang dalam buku pelajaran tidak diperoleh uraian dan
contoh yang lebih lengkap dan luas.
Buku pengayaan kepribadian adalah buku yang memuat materi yang dapat
memperkaya dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin pembaca. Buku
pengayaan kepribadiranyaan berfungsi sebagai bacaan bagi peserta didik, pendidik,
pengelola pendidikan, dan masyarakat lain pada umumnya yang dapat memperkaya
dan meningkatkan kepribadian atau pengalaman batin. Contoh-contoh judul buku
pengayaan kepribdian di antaranya:
§ Layar Terkembang oleh St. Takdir Alisyahbana.
§ Merakit dan Membina Keluarga Bahagia oleh W. Jay Batra dkk.
§ Mendidik anak dalam Keluarga Masa Kini oleh Drs. R.I. Suhartin C.
§ Membangun Kreativitas oleh Anna Craft.
§ Dicabik Benci dan Cinta 2 oleh Marga T.
§ Pedang Raja oleh Yaseoulrok.
2. Buku Referensi
Buku referensi merupakan buku yang berisi materi yang dapat digunakan untuk
mendapatkan jawaban atas kejelasan pengetahuan tentang sesuatu hal. Penyajian
materi jenis buku ini disusun secara sistematis sehingga pembaca dapat
menemukannya secara cepat dan tepat. Buku referensi biasanya memberikan informasi
dasar yang menjadi rujukan ketika orang berusaha memahami suatu istilah atau
konsep, baik tentang sesuatu yang umum atau sesuatu yang bersifat khusus (dalam
suatu bidang keilmuan tertentu).
Jenis buku-buku referensi bermacam-macam. Namun, pada umumnya dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok buku referensi yaitu kamus, ensiklopedia, dan
peta atau atlas. Beberapa jenis lainnya seperti standar instalasi kelistrikan, mesin
otomotif, tabel logaritma, kumpulan data-data statistik, dan sebagainya juga dapat
dikelompokkan sebagai buku referensi.

a. Ensiklopedia
Seorang penulis buku ensiklopedia harus memahami konsep dasar buku referensi agar
kelengkapan dan keakuratan informasi yang disajikan dapat digunakan pembaca
secara tepat. Ensiklopedia merupakan suatu karya acuan yang disajikan dalam sebuah
(atau beberapa jilid) buku yang berisi keterangan tentang semua atau suatu cabang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni atau yang merangkum secara komprehensif suatu
cabang ilmu dalam serangkaian artikel yang tajuk subjeknya disusun menurut abjad
atau alfabetis.
Ensiklopedia biasanya terdiri atas sekumpulan artikel tentang subjek secara terpisah
dan mandiri. Penyajian tajuk subjek disusun menurut abjad untuk memudahkan
penggunaannya. Ensiklopedia disusun berdasarkan klasifikasi subjek, atau gabungan
antara klasifikasi subjek dan urutan abjad, terutama pada ensiklopedia khusus.
Ensiklopedia yang baik biasanya dilengkapi dengan contoh, foto, gambar atau ilustrasi
yang menarik untuk memperjelas pengertian dari suatu lema (entry).
Ensiklopedia yang memuat semua cabang pengetahuan disebut ensiklopedia umum.
Ensiklopedia umum merupakan suatu karya universal yang ditujukan untuk
menyediakan ringkasan komprehensif semua cabang pengetahuan, ilmu, teknologi,
seni dan lainnya. Ensiklopedia yang memuat atau membahas hanya satu aspek atau
satu disiplin ilmu disebut ensiklopedia khusus. Ensiklopedia khusus cakupannya
dibatasi hanya pada satu bidang ilmu tertentu atau beberapa bidang terkait saja,
misalnya ensiklopedia botani, ensiklopedia pendidikan, ensiklopedia arsitektur,
ensiklopedia dunia medis, ensiklopedia transportasi, dan sebagainya.
Karakteristik dari suatu ensiklopedia di antaranya adalah (1) lema disusun secara
alfabetis atau mengikuti suatu sistem tertentu yang logis secara keilmuan; (2)
penjelasan lema disertai dengan gambar-gambar yang menarik, relevan dan informatif
dengan lema yang dibahas; (3) lema memiliki tingkat kekomplitan yang tinggi atau
sangat lengkap; (4) setiap lema dibahas secara komprehensif; (5) seluruh lema yang
disajikan konsisten dengan bidang bahasan ensiklopedia tersebut; dan (6) ensiklopedia
dilengkapi dengan glosarium, indeks dan daftar pustaka. Contoh-contoh judul buku
ensiklopedia di antaranya:
§ Ensiklopedia Botani
§ Ensiklopedia Arsitektur
§ Ensiklopedia Antariksa

b. Kamus
Seorang penulis buku jenis kamus perlu memahami hakikat buku jenis ini secara
menyeluruh. Kamus merupakan sebuah buku acuan yang berisi kata sebagai lema
pokoknya yang disusun menurut abjad dengan disertai keterangan tentang maknanya.
Banyak sekali ragam kamus ini, namun yang dimaksud dengan kamus pada umumnya
adalah ‘kamus bahasa’ atau ‘kamus ekabahasa’ sehingga lema yang disajikan
mencakup seluruh kosakata atau ungkapan suatu bahasa, yang dilengkapi dengan
keterangan penjelasan tentang bentuk, kelas, pelafalan, fungsi, etimologi, makna, serta
pemakaiannya dalam kalimat atau ungkapan. Dengan demikian, penyusunan kamus
hampir selalu berpedoman pada kaidah leksikografi sehingga umumnya dimulai dari
kata yang menjadi lema pokok, kemudian diikuti oleh penggunaannya secara fungsional
dan semantik.
Lema dalam kamus biasanya dilengkapi dengan sub-lema seperti kata bentukan dari
lema pokok dan dilengkapi juga dengan contoh-contoh penggunaan kata tersebut.
Penjelasan atas lema biasanya juga diikuti dengan referensi silang (cross reference)
untuk kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna.
Secara umum kamus dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok kamus bahasa dan
kelompok kamus istilah. Kata dalam kamus bahasa dijelaskan dengan memerhatikan
penggunaannya secara kontekstual, jadi sebagai unsur dalam kalimat atau paragraf.
Di samping kamus ekabahasa, terdapat pula bentuk kamus yang menyajikan setiap
kosakata dalam suatu bahasa kemudian disajikan padanan dan penjelasannya dalam
bahasa lain sebagai bahasa sasaran. Oleh karena menggunakan dua bahasa, kamus
jenis seperti itu sering dinamakan ‘kamus dwibahasa’. Adakalanya sebuah buku kamus
secara khusus hanya memuat senarai kata teknis dalam satu bahasa dan padanan
istilahnya dalam bahasa lain tanpa penjelasan apa-apa, sehingga memang lebih tepat
disebut ‘senarai istilah’.
Kamus yang termasuk ke dalam kategori kamus bahasa, misalnya kamus bahasa
Indonesia, kamus bahasa Indonesia-daerah, kamus bahasa Indonesia-bahasa asing.
Sebuah kamus yang baik ditandai oleh tingkat kekomplitan dan banyaknya lema yang
dibahas dalam kamus tersebut. Selain itu tentu saja tingkat akurasi kamus dalam
menjelaskan lema, dan kelengkapan atau komprehensifnya kamus meliputi sub-lema
yang digunakan di masyarakat.
Selain kamus bahasa, ada juga kamus istilah yang merupakan kamus khusus yang
lema pokoknya hanya terdiri atas sekumpulan istilah. Lema yang disajikan didefinisikan
sebagai kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang, dan yang dengan
cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
suatu bidang pengetahuan, ilmu, dan teknologi atau seni. Definisi lema sebagai suatu
istilah dilengkapi dengan penjelasan teknis.
Kamus yang baik biasanya memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) lema disusun secara
alfabetis; (2) memiliki jumlah lema yang lengkap dan komplit; (3) mudah untuk
digunakan dengan ditandai secara khusus lema awal dan akhir di setiap halaman; (4)
menempatkan posisi lema dan font yang mudah digunakan; (5) memiliki akurasi
pengertian yang disajikan pada setiap lema. Contoh-contoh judul kamus di antaranya
adalah:
§ Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta;
§ Kamus Inggris-Indonesia karangan Jhon Echols
§ Kamus Politik karangan
§ Kamus Linguistik karangan Harimurti Kridalaksana

c. Peta atau Atlas


Peta merupakan jenis buku referensi yang berisi informasi atau data tentang suatu
wilayah yang dilengkapi oleh lambang-lambang lain. Peta dapat berupa peta daerah
biasa dengan batas-batas administratif kecamatan, kota/kabupaten atau provinsi
tertentu. Pada peta biasanya disajikan peta kontur yang dilengkapi dengan informasi
ketinggian lokasi dari permukaan laut. Bentuk lain dari peta di antaranya peta
bathimetri, yaitu peta yang berisi informasi tentang kedalaman laut. Selain itu, peta
dapat pula berupa tata guna lahan, atau peta GIS (Geographical Information System),
serta bentuk peta lainnya.
Dalam sebuah peta, biasanya nama kota atau lokasi merupakan lema atau entry yang
perlu mendapatkan penjelasan sebagai suatu legenda. Penyajian peta selain dengan
menggunakan skala perbandingan juga digunakan pewarnaan dan perlambangan
geometri yang sudah baku digunakan.
Kumpulan dari peta yang dibukukan disebut atlas. Peta atau atlas yang baik harus
berisi kandungan atau content yang benar, lengkap, up-to-date (terkini) dan
digambarkan dengan kriteria geometri yang benar. Peta juga perlu dilengkapi dengan
simbol dan keterangannya dalam bentuk legenda.
Kriteria peta yang baik di antaranya memenuhi syarat: (1) memiliki keakuratan dan
keterkinian penempatan lema; (2) memenuhi kaidah geometri, di antaranya skala dan
posisi latitude; (3) memiliki ketepatan penggunaan simbol-simbol yang standar; (4)
mencantumkan legenda dan indeks untuk memudahkan pencarian lema. Contoh judul-
judul peta atau atlas di antaranya:
§ Peta Samudra Indonesia
§ Atlas Provinsi Jawa Barat
§ Atlas Provinsi Kepulauan Riau

Anda mungkin juga menyukai