Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KERJA PRAKTEK

“EVALUASI PENGARUH PARAMETER pH PADA EKSTRAKSI


TEKNESIUM-99m (99mTc) DARI LARUTAN MOLIBDENUM
(99Mo)“

DI PUSAT SAINS DAN TEKNOLOGI NUKLIR TERAPAN


BATAN BANDUNG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai matakuliah


Kerja Praktek

Disusun Oleh :

Nama : Alhaq Prima Amini

NIM : 3211151036

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2017
PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI LABORATORIUM RADIOISOTOP DAN SENYAWA


BERTANDA PUSAT SAINS DAN TEKNOLOGI NUKLIR
TERAPAN BATAN BANDUNG

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Alhaq Prima Amini


NIM : 3211 15 1 036

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan


Kimia UNJANI PSTNT BATAN

Senadi Budiman, Drs.,M.Sc. M Basit Febrian M.Si.


NID. 412 114 059 NIP. 198602242009011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan
Kimia UNJANI

Rahmaniar Mulyani, S.Si., M.Si.


NID. 412 157 080
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan judul
EVALUASI PENGARUH PARAMETER pH PADA
EKSTRAKSI TEKNESIUM-99m (99mTc) DARI LARUTAN
MOLIBDENUM ( 99Mo) yang dilakukan di laboratorium PSTNT-
BATAN Bandung dari tanggal 15 Juni – 25 Agustus 2017.

Pelaksanaan kerja praktek disesuaikan dengan kurikulum


akademik yang berlaku di Jurusan Kimia, sehingga mahasiswa
diharapkan mengenal lebih jauh mengenai dunia industry/instansi.

Kerja Praktek dan penyusunan laporan kerja praktek ini


mengacu pada sistem pembelajaran yang ada di Jurusan Kimia
Universitas Jenderal Achmad Yani yang berbasis pada
lapangan/bidang pekerjaan diharapkan setelah lulus, mahasiswa
dapat terjun langsung ke industri berbasis kimia atau lembaga –
lembaga penelitian.

Penulis laporan kerja praktek ini mengucapkan terimakasih


yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Hernandi Sujono S.Si.,M.Si., selaku Dekan Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Jenderal Achmad Yani.
2. Bapak Yulison Herry C, S.T., M.T., selaku Wakil Dekan I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Bapak Tachbir Hendro P, S.T., M.T., selaku Wakil Dekan II
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Bapak Senadi Budiman, Drs.,M.Sc., selaku Wakil Dekan III
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jenderal Achmad Yani.
5. Ibu Rahmaniar Mulyani, S,Si., M.Si. selaku Ketua Jurusan
Kimia Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jenderal Achmad Yani.
ii
6. Bapak Prof.Dr.Efrizon Umar selaku Kepala PSTNT-
BATAN Bandung yang telah mengizinkan penulis untuk
melaksanakan kerja praktek di Laboratorium Senyawa
Bertanda dan Radiometri PSTNT-BATAN .
7. Bapak Senadi Budiman, Drs.,M.Sc., selaku dosen
pembimbing kerja praktek yang telah berkenan meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memberi banyak
masukan kepada penulis.
8. Bapak Muhammad Basit Febrian, M.Si., selaku
pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis selama melaksanakan Kerja Praktek
di Laboratorium Senyawa Bertanda dan Radiometri
PSTNT-BATAN Bandung.
9. Seluruh karyawan di laboratorium PSTNT-BATAN
Bandung yang banyak membantu penulis selama Kerja
Praktek.
10. Ibu Yusi Fudiesta, Dra.selaku Koordinator Kerja Praktek.
11. Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh staff pegawai di Jurusan
Kimia UNJANI.
12. Kedua orang tua yang telah memberikan do’a serta
dorongan baik moril maupun materil.
13. Serta pihak – pihak lain yang tidak bias disebutkan satu per
satu yang telah memberikan dukungan dalam penulisan dan
penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih


jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan kerja dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kebaikan di masa yang akan datang, dan berharap semoga
pengetahuan dan pengalaman yang kami peroleh selama
menjalani Kerja Praktek ini dapat memberikan manfaat bagi
rekan – rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Cimahi, 25 Agustus 2017

iii
IDENTITAS MAHASISWA

Nama : Alhaq Prima Amini


Tempat,tanggal lahir : Bandung, 05 April 1997
Jenis Kelamin : Laki – laki
Golongan Darah :0
Nomor Induk Mahasiswa : 321 115 10 36
Nama Universitas : Universitas Jenderal Achmad Yani
Alamat Universitas : Jl. Terusan Jenderal Sudirman PO BOX
148 Telp.(022) 6656190 CIMAHI
Catatan Kesehatan : Baik
Nama Orang Tua
Ayah : Amir Hamzah (Alm)
Ibu : Eny Rohaeni
Alamat Orang Tua : KP.Sirna Galih RT.08 RW.05 No.85
Kel. Cigugur Tengah Kec. Cimahi Tengah Kota. Cimahi
Nomor HP Orang Tua : 082120703030

Penyusun,

Alhaq Prima Amini


NIM. 3211151036

iv
DAFTAR ISI

v
vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Kegiatan…...…………………………………… 15


Tabel 2. %pengotor Mo-99 dalam
fasa organik / Metil Etil
Keton……………….………………………………….. 24
Tabel 3. Pengaruh pH Terhadap Konsentrasi Mo dalam Fasa
Organik dan Air……………...…………………............ 29
Tabel 4. Pengaruh pH Terhadap Koefisien Distribusi (KD).......... 29
Tabel 5. Dokumentasi………………………...………………….. 34
Tabel 6. Variasi pH………………………...…………………….. 41

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi PSTNT BATAN ….…….....…… 5


Gambar 2. Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH (M) Terhadap
% Mo Organik ….…….….....…………..………….… 25
Gambar 3. Percobaan pengaruh konsentrasi NaOH Terhadap
Endapan …………..………………………….……… 26
Gambar 4. Mekanisme Reaksi Aldol Kondensasi MEK dengan
Katalis NaOH ………..…………………….………… 28
Gambar 5. Endapan Putih yang Terbentuk Setelah Ekstraksi……. 28
Gambar 6. Grafik Hubungan pH larutan Mo Terhadap
Koefisiem Distribusi (KD) …………...………………. 30

viii
DAFTAR LAMPIRAN

A. Dokumentasi …………………………………..……… 34
B. Perhitungan …………………………………………… 38
C. Form Keterangan Daftar Hadir ………………..……… 45

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai sumber daya manusia kita dituntut untuk
mempunyai keahlian, pengalaman, dan kepekaan dalam
mengatasi dan menghadapi berbagai permasalahan dan
tantangan yang terjadi di dunia kerja, maka pengembangan
pendidikan di Universitas Jenderal Achmad Yani khususnya
Jurusan Kimia harus difokuskan pada peningkatan kualitas bagi
lulusannya.
Dengan kerja praktek mahasiswa dituntut untuk mengerti
dan memahami pekerjaan di lapangan, sehingga seluruh
mahasiswa tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan semata
tetapi mempunyai keterampilan dan kemampuan untuk
menerapkan ilmu yang telah dimiliki. Kerja praktek juga sebagai
langkah praktis dalam mempersiapakan mahasiswa yang
tangkas, ahli , bertanggung jawab dan terampil dalam dunia
kerja.
Diharapkan mahasiswa mendapatkan gambaran tentang
dunia kerja yang sebenarnya sehingga tidak ada kesan kaku atau
canggung pada saat turun ke dunia kerja yang sebenarnya.
Dalam rangka melaksanakan kerja praktek penulis memilih
PSTNT BATAN Bandung dengan kegiatan kerja praktek berupa
penelitian dengan judul “EVALUASI PENGARUH
PARAMETER pH PADA EKSTRAKSI TEKNESIUM-99m
(99mTc) DARI LARUTAN MOLIBDENUM ( 99Mo) “

1.2. Tujuan
Kerja Praktek merupakan mata kuliah wajib yang harus
diikuti oleh seluruh mahasiswa/i jurusan Kimia UNJANI sesuai
dengan kurikulum yang berlaku di jurusan Kimia UNJANI.
Tujuan dari kerja praktek ini adalah :
a Meningkatkan keterampilan dan kemampuan mahasiswa
sebagai modal kerja yang sesuai dengan Jurusan Kimia
UNJANI.

1
b Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap
profesional mahasiswa/i dalam rangka memasuki dunia
kerja.
c Meningkatkan wawasan mahasiswa/i pada aspek-aspek
yang potensial dalam dunia kerja, antara lain struktur
organisasi, disiplin kerja, lingkungan, dan sistem kerja.
d Meningkatkan pengetahuan mahasiswa pada aspek-aspek
penggunaan instrumen kimia yang lebih modern
dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia di universitas,
terutama dalam kesempatan praktek yang diberikan oleh
lembaga penelitian atau perusahaan industri.
e Memperoleh masukan dan timbal balik guna memperbaiki
dan mengembangkan pendidikan di Universitas Jenderal
Achmad Yani.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari Kerja Praktek sebagai berikut:
1. Bagi Instansi/Perusahaan
a. Sebagai sarana untuk merekrut tenaga kerja yang
profesional dan berkompetensi di bidang keahlian
masing-masing.
b. Merupakan sarana penghubung antar instansi atau
perusahaan dengan lembaga perguruan tinggi khususnya
program sarjana Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Achmad Yani
Cimahi.

2. Bagi Mahasiswa
a. Dapat memperoleh gambaran dunia kerja yang nantinya
berguna bagi mahasiswa yang bersangkutan apabila
telah menyelesaikan perkuliahannya, sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan dunia kerja.
b. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang
telah diperoleh pada masa kuliah serta menambah
wawasan dan pengalaman.
c. Dapat mengetahui perbandingan antara teori dan ilmu
yang diperoleh selama perkuliahan dengan praktek di
lapangan, khususnya di PSTNT BATAN Bandung.

2
d. Meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab dalam
kerja.

3. Bagi Universitas
a. Dapat menjadi tolok ukur pencapaian kinerja program
studi khususnya untuk mengevaluasi hasil pembelajaran
oleh instansi tempat kerja praktek
b. Dapat menjalin kerjasama dengan instansi tempat kerja
praktek.

1.4. Batasan Masalah


Pada saat pelaksanaan Kerja Praktek ruang lingkup
yang dilakukan hanya di Laboratorium Teknologi Proses
Radioisotop PSTNT BATAN Bandung, yang mencakup
pemisahan 99mTc dari 99Mo secara ekstraksi.

3
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Profil Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)


Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi
nuklir di Indonesia diawali dari pembentukan Panitia Negara
untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun 1954. Panitia Negara
tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata
nuklir di lautan Pasifik.
Dengan memperhatikan perkembangan
pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom bagi
kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah
No. 65 tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah
Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang
kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom
Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap
tanggal 5 Desember yang merupakan tanggal bersejarah bagi
perkembangan teknologi nuklir di Indonesia dan ditetapkan
sebagai hari jadi BATAN.
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih
meningkatkan penguasaan di bidang iptek nuklir, pada tahun
1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom pertama (Triga
Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula
beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat
penelitian, antara lain Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar
Jumat, Jakarta (1966), Pusat Penelitian Tenaga Atom GAMA,
Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW (1987)
disertai fasilitas penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian
bahan bakar, uji keselamatan reaktor, pengelolaan limbah
radioaktif dan fasilitas nuklir lainnya.
Sementara itu dengan perubahan paradigma pada
tahun 1997 ditetapkan UU No. 10 tentang Ketenaganukliran
yang diantaranya mengatur pemisahan unsur pelaksana
kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir (BATAN) dengan unsur
pengawas tenaga nuklir (BAPETEN).

4
VISI
“BATAN Unggul di tingkat regional, berperan dalam
percepatan kesejahteraan menuju kemandirian bangsa”

MISI
1. Mengembangkan sains dan teknologi nuklir terapan yang
andal di bidang energi, industri, kesehatan dan lingkungan
yang bermanfaat bagi masyarakat.
2. Meningkatkan peran reaktor TRIGA2000 untuk pelayanan
masyarakat.
3. Mengimplementasikan sistem manajemen terintegrasi
untuk memastikan keandalan pengembangan sains dan
teknologi nuklir terapan.
4. Melaksanakan layanan prima dalam pemanfaatan sains
dan teknologi nuklir terapan untuk mempercepat
kesejahteraan bangsa.

2.1.1. Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi PSTNT BATAN


5
Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan terdiri atas
beberapa bagian dan sub bagian:

A. Bagian Tata Usaha


Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan
urusan perencanaan, persuratan dan kearsipan,
kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga,
dokumentasi ilmiah dan publikasi serta pelaporan. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bagian Tata
Usaha menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan urusan perencanaan, persuratan dan
kearsipan, kepegawaian, administrasi kegiatan ilmiah,
dokumentasi dan publikasi, dan pelaporan;
2. Pelaksanaan urusan keuangan; dan
3. Pelaksanaan urusan perlengkapan dan rumah tangga.
Bagian Tata Usaha terdiri atas:
1. Sub bagian Persuratan, Kepegawaian, dan
Dokumentasi Ilmiah
Subbagian Persuratan, Kepegawaian, dan
Dokumentasi Ilmiah mempunyai tugas melakukan
urusan perencanaan, persuratan dan kearsipan,
kepegawaian, administrasi kegiatan ilmiah,
dokumentasi dan publikasi, dan pelaporan.
2. Sub bagian Keuangan
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan
urusan keuangan.
3. Subbagian Perlengkapan
Sub bagian Perlengkapan mempunyai tugas
melakukan urusan perlengkapan dan rumah tangga.

B. Bidang Senyawa Bertanda dan Radiometri


Bidang Senyawa Bertanda dan Radiometri
mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan
pengembangan di bidang radioisotop. senyawa bertanda
dan teknik analisis radiometri.

6
C. Bidang Teknofisika
Bidang Teknofisika mempunyai tugas melaksanakan
penelitian dan pengembangan di bidang pemanfaatan
teknofisika.

D. Bidang Reaktor
Bidang Reaktor mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan reaktor riset.
Bidang Reaktor terdiri atas:
1. Subbidang Operasi dan Perawatan
Mempunyai tugas melakukan perencanaan
operasi, pengoperasian, perawatan, dan
pendayagunaan reaktor riset.
2. Subbidang Akuntansi Bahan Nuklir dan Perencanaan
Dekomisioning
Mempunyai tugas melakukan pengelolaan
elemen bakar nuklir, akuntansi bahan nuklir, dan
perencanaan dekomisioning reaktor riset.

E. Bidang Keselamatan Kerja dan Keteknikan


Mempunyai tugas melaksanakan pemantauan
keselamatan kerja, proteksi radiasi, dan operasi,
pemeliharaan dan pengembangan elektromekanik dan
instrumentasi fasilitas penelitian dan pengembangan
teknologi nuklir terapan.
Bidang Keselamatan Kerja dan Keteknikan
menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan pemantauan keselamatan kerja dan
lingkungan, proteksi radiasi, penanggulangan
kedaruratan nuklir, dan pengelolaan limbah;
2. Pelaksanaan operasi, pemeliharaan dan pengembangan
elektromekanik dan instrumentasi fasilitas penelitian
dan pengembangan teknologi nuklir terapan.

F. Unit Jaminan Mutu


Unit Jaminan Mutu mempunyai tugas melakukan
pengembangan, pemantauan pelaksanaan dan audit
internal sistem manajemen mutu pengembangan teknologi
dan keselamatan reaktor nuklir.
7
G. Unit Pengamanan Nuklir
H. Kelompok Jabatan Fungsional.

2.2. Paparan Kegiatan


Kerja praktek yang dilakukan ialah Evaluasi Pengaruh
Parameter pH pada Ekstraksi Teknesium-99m (99mTc) Dari
Larutan Molibdenum (99Mo). Berawal dari adanya endapan
putih saat ekstraksi, maka di lakukan evaluasi dengan beberapa
parameter yaitu dengan analisa variasi konsentrasi terhadap
%pengotor Mo dalam Fasa organic, pengaruh konsentrasi
terhadap endapan, analisa variasi pH, pengaruh pH terhadap
konsentrasi Mo dalam fasa organic, pengaruh pH terhadap
Koefisien Distribusi (KD).

2.2.1 Alat dan Bahan


2.2.1.1 Alat-Alat
1) Gelas kimia
2) Batang pengaduk
3) Spatula
4) Neraca analitik
5) Kuas
6) Vial 5ml, 10ml, 50ml
7) Erlenmeyer tutup asah
8) Tabung penguapan
9) Tabung reaksi
10) Penjepit krus
11) Pinset
12) Penjepit tabung
13) Kontiner timbal
14) Penangas air
15) Pipet ukur 5ml,10ml
16) Pipet volume 10ml
17) Mikro pipet
18) Tip
19) Ball pipet
20) Penyangga corong
21) Statif, klem 3 jari
22) Hot plate
23) Stirrer

8
24) Vortex
25) Syringe 2,5cc, 5cc, 10cc
26) Alat pencacah SCA
27) Alat pencacah MCA
28) Chamber glass
29) Books proses
30) Kertas WH 3MM
31) Dose Calibrator
32) TLC

2.2.1.2 Bahan - Bahan


1) Larutan molibdenum -99m
2) Metil Etil Keton (MEK)
3) NaCl 0,9%
4) NaOH 1,2,3,4,5M
5) TGA 10%
6) KSCN 10%
7) HCL 25%
8) Aquabidest steril
9) Kertas Tissue

2.2.2 Prosedur
2.2.2.1 Pelarutan 99Mo
Perlakuan pelarutan 99Mo hasil iradiasi
dilakukan di boks timbal. Kapsul Aluminium
berisi 99Mo 10g dibuka, 99Mo hasil iradiasi
dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam beaker
glass, kemudian dan dilarutkan dengan NaOH
5 M sebanyak 20 mL

2.2.2.2 Proses ekstraksi tenesium-99m (99mTc) dari


larutan molibdenum ( 99Mo)
1) Sejumlah larutan 99Mo, dituangkan ke labu
Erlenmeyer bertutup gelas, dibilas sedikit
dengan akuades.
2) Ke dalam larutan tadi, ditambahkan 7 mL
metil etil keton (MEK). Setelah labu
Erlenmeyer ditutup lakukan pengocokan

9
selama 10 menit dengan memakai alat
pengocok.
3) Larutan dituangkan ke dalam corong
pemisah, perhatikan larutan tadi akan terjadi
dua fraksi, yaitu fraksi bagian bawah adalah
fraksi air yang mengandung 99Mo
(NaMoO4), sedangkan fraksi bagian atas
adalah fraksi , metil etik keton yang
mengandung 99mTc (NaTcO4). Fraksi bagian
bawah dikeluarkan dengan jalan memutar
kran corong pemisah, selanjutnya
ditampung dalam wadah Erlenmeyer tadi.
4) Fraksi metil etil keton yang masih berada di
dalam corong pemisah, dicuci dengan cara
memasukkan air sebanyak 2mL akuades
dan selanjutnya dikocok beberapa menit.
Biarkan sampai terjadi pemisahan. Fraksi
bagian bawah dibuang, selanjutnya lakukan
pencucian sekali lagi.
5) Fraksi metil etil keton ditampung dalam
tabung penguapan, lakukan pengisatan
diatas penangas air mendidih sampai semua
metil etil keton menguap seluruhnya.
6) Residu dilarutkan dalam 2 mL larutan NaCl
fisiologis, kocok perlahan – lahan.
7) Ukur aktivitasnya dengan menggunakan
dose calibrator

2.2.2.3 Variasi konsentrasi NaOH


1) Pengaruh konsentrasi terhadap
%pengotor Molibdenum dalam fasa
organic
Dibuat larutan NaOH dengan konsentrasi
2,3,4, dan 5 M sebanyak 25 mL. Dipipet 3
mL masing – masing larutan NaOH
tersebut ke dalam vial 10 mL, kepada
masing – masing vial ditambahkan 2 mL
larutan Mo 1000 ppm, lalu menambahkan
1 mL MEK (Metil Etil Keton) kedalam
10
masing – masing vial, ekstraksi masing –
masing campuran menggunakan Vortex
selama 10 menit. Fasa organic, di lakukan
pengukuran oleh spektrofotometer,
pertama – tama memipet seluruh fasa
organik ke dalam labu takar 10 ml,
ditambahkan 4 mL HCL 25% , ditambah
0,25 mL KSCN 10%, ditanda bataskan,
didiamkan 1 jam, ukur absorban sampel.

2) Pengaruh konsentrasi terhadap endapan


yang muncul
Dibuat larutan NaOH dengan konsentrasi
1,2,3,4, dan 5 M sebanyak 15mL. dipipet
2 mL masing – masing larutan NaOH
tersebut ke dalam vial 10 mL, ditambahkan
1 mL MEK (Metil Etil Keton) kedalam
masing – masing vial, ekstraksi masing –
masing campuran menggunakan Vortex
selama 10 menit.

2.2.2.4 Variasi pH
Pengaruh pH terhadap Kd (Koefisien
Distribusi)
Disiapkan 3 vial steril, dimasukkan 2 mL
larutan 99Mo 1000 ppm kedalam masing –
masing vial, diatur pH berturut – turut 4,
7, dan 10 dengan cara ditambahkan HCl
1M, setelah semua sesuai dengan pH yang
di atur, di tambahkan 1 mL Metil Etil
Keton ke dalam masing – masing vial, lalu
di ekstraksi menggunakan vortex selama
10 menit, diukur volume MEK hasil
ekstraksi, Larutan dalam fasa organik dan
fasa air yang telah dihasilkan, dilakukan
pengukuran dengan spektrofotometer,
pertama – tama memipet seluruh fasa
organik ke dalam labu takar 10 ml,
ditambahkan 4 mL HCL 25% , ditambah
11
0,25 mL KSCN 10%, ditanda bataskan,
didiamkan 1 jam, ukur absorban sampel,
dilakukan hal yang sama dengan memipet
1 mL fasa air.

2.2.2.5 Pembuatan Larutan Deret Standar


Molibdenum
a. Pembuatan Larutan Mo 1000ppm
Ditimbang 0,15g MoO3 , dilarutkan
dengan 1 mL NaOH 5 M diencerkan pada
labu ukur 100 mL sampai + 1 Cm sebelum
tanda batas, keringkan dinding labu dalam
yang berada di atas tanda batas, tanda
bataskan dengan akuades.

b. Pembuatan Larutan Mo 100ppm


Dipipet 10 mL larutan Mo 1000ppm,
diencerkan pada labu ukur 100 mL sampai
+ 1 Cm sebelum tanda batas, keringkan
dinding labu dalam yang berada di atas
tanda batas, tanda bataskan dengan
akuades.

c. Pembuatan Larutan Mo 40ppm


Dipipet 40 mL larutan Mo 100ppm,
diencerkan pada labu ukur 100 mL sampai
+ 1 Cm sebelum tanda batas, keringkan
dinding labu dalam yang berada di atas
tanda batas, tanda bataskan dengan
akuades.

d. Pembuatan Larutan Standar Mo 0ppm


Dipipet 0 mL larutan Mo 40ppm, kedalam
labu ukur 10 mL di tambah 4 mL HCL
25%, ditambah 0,25 mL TGA 10%,
ditambah 1 mL KSCN 10% diencerkan
dengan akuades pada labu ukur 10 mL
sampai + 1 Cm sebelum tanda batas,
keringkan dinding labu dalam yang berada
12
di atas tanda batas, tanda bataskan dengan
akuades.
e. Pembuatan Larutan Mo 2ppm
Dipipet 0,5 mL larutan Mo 40ppm,
kedalam labu ukur 10 mL di tambah 4 mL
HCL 25%, ditambah 0,25 mL TGA 10%,
ditambah 1 mL KSCN 10% diencerkan
dengan akuades pada labu ukur 10 mL
sampai + 1 Cm sebelum tanda batas,
keringkan dinding labu dalam yang berada
di atas tanda batas, tanda bataskan dengan
akuades.

f. Pembuatan Larutan Mo 4ppm


Dipipet 1,0 mL larutan Mo 40ppm,
kedalam labu ukur 10 mL di tambah 4 mL
HCL 25%, ditambah 0,25 mL TGA 10%,
ditambah 1 mL KSCN 10% diencerkan
dengan akuades pada labu ukur 10 mL
sampai + 1 Cm sebelum tanda batas,
keringkan dinding labu dalam yang berada
di atas tanda batas, tanda bataskan dengan
akuades.

g. Pembuatan Larutan Mo 6ppm


Dipipet 1,5 mL larutan Mo 40ppm,
kedalam labu ukur 10 mL di tambah 4 mL
HCL 25%, ditambah 0,25 mL TGA 10%,
ditambah 1 mL KSCN 10% diencerkan
dengan akuades pada labu ukur 10 mL
sampai + 1 Cm sebelum tanda batas,
keringkan dinding labu dalam yang berada
di atas tanda batas, tanda bataskan dengan
akuades.

h. Pembuatan Larutan Mo 8ppm


Dipipet 2 mL larutan Mo 40ppm, kedalam
labu ukur 10 mL di tambah 4 mL HCL
25%, ditambah 0,25 mL TGA 10%,
13
ditambah 1 mL KSCN 10% diencerkan
dengan akuades pada labu ukur 10 mL
sampai + 1 Cm sebelum tanda batas,
keringkan dinding labu dalam yang berada
di atas tanda batas, tanda bataskan dengan
akuades.

i. Pembuatan Larutan Mo 10ppm


Dipipet 2,5 mL larutan Mo 40ppm,
kedalam labu ukur 10 mL di tambah 4 mL
HCL 25%, ditambah 0,25 mL TGA 10%,
ditambah 1 mL KSCN 10% diencerkan
dengan akuades pada labu ukur 10 mL
sampai + 1 Cm sebelum tanda batas,
keringkan dinding labu dalam yang berada
di atas tanda batas, tanda bataskan dengan
akuades.

2.2.2.6 H

14
2.3 Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Jadwal Kegiatan

JURUSAN KIMIA/ FMIPA


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

Waktu
Hari/ Tanggal Deskripsi Pekerjaan
Masuk Pulang
E-Learning, Studi
Kamis / 08.00 15.00
literatur di
15 Juni 2017 WIB WIB
perpustakaan
Jum’at / 08.00 15.00
Kegiatan Administrasi
16 Juni 2017 WIB WIB

Sabtu /
- - LIBUR
17 Juni 2017

Minggu/
- - LIBUR
18 Juni 2017
Senin/ 08.00 15.00 Kegiatan Tour Lab dan
19 Juni 2017 WIB WIB Pengenalan Alat
Selasa/ 08.00 15.00 Praktikum Reduksi I2
20 Juni 2017 WIB WIB menjadi IO4-
Rabu/ Praktikum Reduksi I2
21 Juni 2017 menjadi IO4- dengan
08.00 15.00
menambahkan Na2S2O3
WIB WIB
kemudian diaduk
selama 8 menit.
Kamis/ Pengujian dengan
08.00 15.00
22 Juni 2017 Kromatografi dann
WIB WIB
diukur dengan SCA.

15
Jum’at/
LIBUR
23 Juni 2017 - -

Sabtu /
- - LIBUR
24 Juni 2017
Minggu /
- - LIBUR
25 Juni 2017
Senin /
- - LIBUR
26 Juni 2017
Selasa /
- - LIBUR
27 Juni 2017
Rabu /
- - LIBUR
28 Juni 2017
Kamis /
- - LIBUR
29 Juni 2017
Jum’at /
- - LIBUR
30 Juni 2017
Sabtu /
- - LIBUR
1 Juni 2017
Minggu /
- - LIBUR
2 Juli 2017
Menimbang Mo untuk
dilarutkan dalam NaOH
Senin / 07.30 16.00
4N sebanyak 4ml dan
3 Juli 2017 WIB WIB
NaOH 10 N sebanyak
2ml.
Selasa / 07.30 16.00
Membatu Tim Lain
4 Juli 2017 WIB WIB
Pembuatan Mo
Kemudian Ekstraksi
Rabu / 07.30 16.00
Mo dengan 7ml MEK
5 Juli 2017 WIB WIB
dan pengukuran hasil
Ekstraksi.
Kamis / 07.30 16.00 Pengukuran Absorban
6 Juli 2017 WIB WIB dari Mo
Ekstraksi Mo oleh
Jum’at / 07.30 16.30
MEK kemudian
7 Juli 2017 WIB WIB
dilanjut dengan
16
pengukuran sampel
Sabtu/
- - LIBUR
8 Juli 2017
Minggu / LIBUR
- -
9 Juli 2017
Senin/ Ekstraksi Mo oleh
10 Juli 2017 07.30 16.00 MEK kemudian
WIB WIB dilanjut dengan
pengukuran sampel.
Selasa/ Membuat larutan
11 Juli 2017 KSCN , Kemudian
07.30 16.00 pengukuran sampel dan
WIB WIB larutan standar dengan
Spektrofotometri Uv-
Vis
Rabu/ Pengukuran sampel dan
12 Juli 2017 07.30 16.00 larutan standar dengan
WIB WIB Spektrofotometri Uv-
vis
Kamis/ Iradiasi ke Reaktor
07.30 16.00
13 Juli 2017 TRIGA 2000
WIB WIB
Jum’at/ Pengukuran Aktivitas
14 Juli 2017 07.30 16.30 sampel setelah Iradiasi
WIB WIB dengan Doss
Calibrator.
Sabtu /
- - LIBUR
15 Juli 2017
Minggu / LIBUR
- -
16 Juli 2017
Senin/ 07.30 16.00 Menghitung Fluks
17 Juli 2017 WIB WIB Sampel hasil iradiasi.
Selasa / Ekstraksi Mo oleh 7 ml
07.30 16.00
18 Juli 2017 MEK yang dilarutkan
WIB WIB
dalam NaOH 5 N.
Rabu/ Pelarutan Mo sebanyak
07.30 16.00
19 Juli 2017 2 gram oleh NaOH 5N
WIB WIB
dan NaOH 4N dengan

17
volume 5ml dan 10
gram Mo oleh 10 ml
volume 5N.
Kamis/ Pelarutan Sampel Mo
07.30 16.00
20 Juli 2017 dilanjut dengan
WIB WIB
Ekstraksi secara Inaktif.
Jum’at/ Melarutkan Mo pada
21 Juli 2017 NaOH dengan variasi
07.30 16.30 konsentrasi
WIB WIB 5N,4N,3N,2N,1N.
Melanjutkan Ekstraksi
yang shari sebelumnya.
Sabtu /
- - LIBUR
22 Juli 2017
Minggu /
- - LIBUR
23 Juli 2017
Senin/ Ekstraksi Non-Aktif 1
24 Juli 2017 gram Mo yang
dilarutkan pada NaOH
07.30 16.00
dengan Konsentrasi
WIB WIB
5N.4N,3N,2N,1N.
Ekstraksi Aktif sampel
G32-2.
Selasa/ Ekstraksi Aktif sampel
25 Juli 2017 G32-2 kemudian diukur
07.30 16.00
aktivitasnya dengan
WIB WIB
Doss Calibrator dan
MCA.
Rabu/ Ekstraksi Aktif sampel
26 Juli 2017 G32-2 kemudian diukur
07.30 16.00
aktivitasnya dengan
WIB WIB
Doss Calibrator dan
MCA.

18
Kamis/ Ekstraksi Aktif sampel
27 Juli 2017 G32-2 kemudian diukur
aktivitasnya dengan
Doss Calibrator dan
07.30 16.00 MCA.
WIB WIB Ekstraksi Aktif sampel
G17-2 kemudian diukur
aktivitasnya dengan
Doss Calibrator dan
MCA.
Jum’at/ Ekstraksi Aktif sampel
28 Juli 2017 G32-2 kemudian diukur
aktivitasnya dengan
Doss Calibrator dan
07.30 16.30 MCA.
WIB WIB Ekstraksi Aktif sampel
G17-2 kemudian diukur
aktivitasnya dengan
Doss Calibrator dan
MCA.
Sabtu /
- - LIBUR
29 Juli 2017
Minggu /
- - LIBUR
30 Juli 2017
Senin/ Membuat NaOH 5N.
31 Juli 2017 Ekstraksi sampel G17-3
07.30 16.00 dengan MEK 7ml
WIB WIB kemudian diukur
aktifasi dengan Doss
Calibrator dan MCA
Selasa/ Ekstraksi aktif sampel
1 Agustus 2017 G17-3 kemudian diukur
07.30 16.00
aktifitasnya dengan
WIB WIB
Doss Calibrator .dan
kromatografi kertas.

19
Rabu/ Ekstraksi aktif sampel
2 Agustus 2017 G17-3 kemudian diukur
07.30 16.00
aktifitasnya dengan
WIB WIB
Doss Calibrator .dan
kromatografi kertas
Kamis/ Ekstraksi aktif sampel
3 Agustus 2017 G17-3 kemudian diukur
aktifitasnya dengan
Doss Calibrator .dan
kromatografi kertas
Jum’at/ Ekstraksi aktif sampel
4 Agustus 2017 G17-3 kemudian diukur
07.30 16.00
aktifitasnya dengan
WIB WIB
Doss Calibrator .dan
kromatografi kertas
Sabtu /
- - LIBUR
5 Agustus 2017
Minggu /
- - LIBUR
6 Agustus 2017
Senin/ Melarutkan Mo inaktif
7 Agustus 2017 pada konsentrasi NaOH
7.30 16.00 3M, 4M, dan 5M.
WIB WIB Menimbang Mo yang
akan diiradiasi
sebanyak 10 gram.
Selasa/ Ekstraksi 3 sampel Mo
8 Agustus 2017 yang dilarutkan dalam
NaOH 3M, 4M dan
5M.
7.30 16.00 Hasil ekstraksi
WIB WIB dikisatkan dan
ditambah 1 ml NaCl
kemudia diukur
absorbansinya dengan
spektrofotoetri.
Rabu / 7.30 16.00 Melanjutkan Prosedur
9 Agustus 2017 WIB WIB hari sebelumnya.
Kamis / 7.30 16.00 Melanjutkan Prosedur
10Agustus 2017 WIB WIB hari sebelumnya
20
Jum’at/ Membuat larutan
11 Agustus standar bau dengan
2017 tambahan MEK 1 ml
pada standar no 6.
Mengambil 500 mikro
larutan Mo kemudian
7.30 16.30 diukur absorbansi
WIB WIB dengan
spektrofotometri.
Mengambil seluruh fasa
MEK hasil ekstraksi
kemudian diukur
absorbansi dengan
spektrofotometri.
Sabtu /
12 Agustus - - LIBUR
2017
Minggu /
13 Agustus - - LIBUR
2017
Senin / Melanjutkan prosedur
07.00 16.00
14 Agustus yang sama dengan hari
WIB WIB
2017 sebelumnya.
Selasa / Melanjutkan prosedur
07.00 16.00
15 Agustus yang sama dengan hari
WIB WIB
2017 sebelumnya.
Rabu / Kegiatan dalam rangka
07.00 16.00
16 Agustus menyambut HUT RI
WIB WIB
2017 yang ke-72.
Jum’at / Ekstraksi 10 gram Mo
18 Agustus yang dilarutkan dalam
2017 20 ml NaOH 5N
kemudian ditambahkan
07.00 14.00 1 ml MEK.
WIB WIB Kemudian dibuat pH
hingga 7 (netral)
kemudian absorbansi
dengan
spektrofotometri.
21
Sabtu /
19 Agustus - - LIBUR
2017
Minggu /
20 Agustus - - LIBUR
2017
Senin/
07.30 16.00 Ekstraksi sampel
21 Agustus
WIB WIB G32-4.
2017
Selasa /
07.30 16.00
22 Agustus Bimbingan laporan
WIB WIB
2017
Rabu/
07.30 16.00 Pengumpulan bahan –
23 Agustus
WIB WIB bahan laporan
2017
Kamis/
07.30 16.00
24 Agustus Penyusunan laporan
WIB WIB
2017
Jum’at/
07.30 16.30
25 Agustus Penyusunan laporan
WIB WIB
2017

Mengetahui,
Pembimbing Kerja Praktek

M.Basit Febrian, M.Si


NIP. 198602242009011001
22
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

20 mL larutan 99Mo (10g MoO3 dalam 20mL NaOH 5M),


dituangkan ke labu Erlenmeyer bertutup gelas ini bertujuan agar
tidak ada yang tumpah saat nanti di ekstraksi, dibilas sedikit
dengan akuades ke dalam larutan tadi agar tidak ada 99Mo yang
tertinggal, ditambahkan 7 mL metil etil keton (MEK), ini
berfungsi sebagai fasa organik pada saat ekstraksi. Setelah labu
Erlenmeyer ditutup lakukan pengocokan selama 10 menit dengan
memakai alat pengocok hal ini bertujuan agar larutan 99Mo dapat
terdistribusi optimum. Pada saat pengocokan timbul endapan
putih. Larutan dituangkan ke dalam corong pemisah, perhatikan
larutan tadi akan terjadi dua fraksi, yaitu fraksi bagian bawah
adalah fraksi air yang mengandung 99Mo (NaMoO4), sedangkan
fraksi bagian atas adalah fraksi , metil etik keton yang
mengandung 99mTc (NaTcO4), endapan yang terjadi semakin
banyak serta menghambat pada saat pemisahan proses serentak
dihentikan dan larutan dalam labu di keluarkan melalui mulut
labu corong pisah. Proses di hentikan dan dilakukan investigasi
endapan apa yang terbentuk, lalu di lakukan Variasi Konsentrasi
NaOH : pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap %pengotor 99Mo
dalam Fasa Organik dan Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap
Endapan. Dan Variasi pH : Pengaruh pH terhadap Konsentrasi
Mo dalam fasa organik dan fasa air dan Pengaruh pH terhadap
Koefisien Distribusi (KD).

23
3.2 VARIASI KONSENTRASI NaOH
3.2.1 Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap %pengotor 99Mo
dalam fasa organik

Pada percobaan ini dilakukan variasi konsentrasi NaOH


yang digunakan dalam pelarutan untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap %pengotor Molibdenum dalam fasa organik, dengan
tujuan untuk memperoleh konsentrasi optimum NaOH untuk
melarutkan Mo yang akan memberikan distribusi terkecil dalam
fasa organik.
Larutan NaOH dengan konsentrasi 2,3,4, dan 5 M sebanyak
25 mL. Dipipet 3 mL masing – masing larutan NaOH tersebut ke
dalam vial 10 mL, NaOH disini berfungsi untuk melarutkan
MoO3 kepada masing – masing vial ditambahkan 2 mL larutan
Mo 1000 ppm, lalu menambahkan 1 mL MEK (Metil Etil Keton)
kedalam masing – masing vial disini MEK berfungsi sebagai
fasa organik pada saat ekstraksi nanti, ekstraksi masing – masing
campuran menggunakan Vortex selama 10 menit, hal ini
bertujuan agar sampel MoO3 terdistribusi pada fasa air dan MEK
dengan optimum. Fasa organik, di lakukan pengukuran oleh
spektrofotometer, pertama – tama memipet seluruh fasa organik
ke dalam labu takar 10 ml, ditambahkan 4 mL HCL 25% hal ini
berfungsi untuk mengasamkan pH , ditambah 0,25 mL TGA
berfungsi sebagai reduktor, ditambah 1 mL KSCN 10% ini
berfungsi untuk zat pengompleks, ditanda bataskan, didiamkan 1
jam agar reaksi optimum, ukur absorban sampel. Setelah diukur
absorbannya ditentukan persen pengotor 99Mo dalam fasa organik
dengan hasil :
Tabel 2. %pengotor 99Mo dalam fasa organik / Metil Etil
Keton

NaOH NaOH Mo Vol Abs Mo %Mo


(M) (mL) Awal MEK Mo MEK MEK
(ppm) (mL) MEK (ppm)
2 3 400 0,44 0,406 4,23 0,47
3 3 400 0,47 0,283 2,22 0,26
4 3 400 0,63 0,476 5,37 0,85
5 3 400 0,64 0,173 0,42 0,07

24
Gambar 2. Grafik Hubungan Konsentrasi NaOH (M)
Terhadap % Mo Organik

Hubungan Konsentrasi
NaOH (M) Terhadap %Mo
Organik
1
%Mo Organik

0.8
0.6
0.4
0.2 %Mo Organik
0
0 2 4 6
Konsentrasi NaOH (M)

Pada data di atas menunjukan bahwa semakin besar


konsentrasi NaOH maka semakin kecil %Pengotor 99Mo dalam
fasa organic, tetapi pada konsentrasi NaOH 4 M terdapat
peningkatan kembali, ini mungkin di sebabkan karena adanya
zigma error.
Berdasarkan data di atas maka konsentrasi optimum
terdapat pada NaOH 5 M, jika kurang dari itu maka %pengotor
99
Mo pada fasa Organik yang dihasilkan lebih besar, dan jika
diatas itu endapan akan lebih mudah muncul.

25
3.2.2.Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Endapan
Gambar 3. Percobaan pengaruh konsentrasi NaOH
Terhadap Endapan

Kondensasi aldol adalah sebuah reaksi organik antara ion


enolat dengan senyawa karbonil , membentuk β-hidroksialdehida
atau β-hidroksiketon dan diikuti dengan dehidrasi, menghasilkan
sebuah enon terkonjugasi.

Kondensasi aldol sangatlah penting dalam sintesis


organik karena menghasilkan ikatan karbon-karbon dengan baik.
Kondensasi aldol umumnya didiskusikan pada pelajaran kimia
organik tingkat universitas. (Wade,2005; Smith, 2001;
Mahrwald,2004).

Dalam bentuk yang biasa, ia melibatkan adisi


nukleofilik sebuah enolat keton ke sebuah aldehida, membentuk
β-hidroksi keton, atau sebuah "aldol" (aldehida + alkohol),
sebuah unit struktural yang dijumpai pada molekul alami dan
obat-obatan. (Heathcock,1991;Mukaiyama,1982;Paterson,1988).
26
Nama kondensasi aldol juga umumnya digunakan untuk
merujuk reaksi aldol itu sendiri yang dikatalisasi
oleh aldolase (terutama dalam biokimia). Namun reaksi aldol
sebenarnya bukanlah sebuah reaksi kondensasi karena ia tidak
melibatkan pelepasan molekul yang kecil.
Reaksi antara keton dengan aldehida (kondensasi aldol
silang) atau antara dua aldehida juga dinamakan Kondensasi
Claisen-Schmidt. Nama reaksi ini berasal dari Rainer Ludwig
Claisen dan J. G. Schmidt yang secara terpisah mempublikasi
topik ini pada tahun 1880 dan 1881.
Pada percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui konsentrasi larutan NaOH yang optimum yang
digunakan untuk melarutkan MoO3 selain itu percobaan ini juga
dilakukan untuk tindak lanjut adanya endapan pada saat ekstaksi
Tc-99m dari Mo-99.
Pada konsentrasi NaOH 1,2,3,4, dan 5 M dilihat adanya
endapan, semakin tinggi konsentrasi semakin banyak endapan
yang terbentuk, endapan yang terjadi diduga adalah produk aldol
kondensasi dari Metil Etil Keton yang bereaksi dengan air dengan
katalis basa yaitu NaOH. Berikut ini adalah reaksi kondensasi
Aldol Metil Etil Keton dengan Air menggunakan katalis NaOH

27
Gambar 4. Mekanisme Reaksi Aldol Kondensasi MEK
dengan katalis NaOH

Dalam reeaksi ini menggunakan katalis basa sehingga


mekanisme reaksi ini yaitu via enolat, dimana reaksi
organik antara ion enolat hasil reaksi MEK dengan NaOH dan
bereaksi dengan senyawa karbonil (reaksi protonasi), membentuk
β-hidroksialdehida atau β-hidroksiketon dan diikuti dengan
dehidrasi, (kehilangan H2O) menghasilkan
sebuah enon terkonjugasi. Produk aldol kondensasi ini lah yang
di duga sebagai endapan putih yang terjadi pada saat ekstraksi,
namun endapan ini belum di uji kualitatif. Berikut adalah
endapan yang dihasilkan pada saat ekstraksi
Gambar 5. Endapan Putih yang Terbentuk Setelah Ekstraksi

28
3.3 VARIASI pH
3.3.1.Pengaruh pH terhadap Koefisien Distribusi (KD)
Molibdenum
Tabel 3. Pengaruh pH Terhadap Koefisien Distribusi (KD)
Molibdenum
pH [Mo] air [Mo] organik
10 343.0508 1.2229
7 341.4863 1.9791
4 223.6245 3.5567
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pH
optimum terhadap konsentrasi Mo dalam fasa organik dan air
Hasil dari data di atas menunjukan bahwa :
1) Konsentrasi Mo dalam fasa air
Semakin besar pH semakin besar pula konsentrasi
Mo dalam fasa air. Ini menunjukkan bahwa pH
berbanding lurus dengan konsentrasi Mo dalam fasa
air.
2) Konsentrasi Mo dalam fasa organik
Semakin besar pH semakin kecil konsentrasi Mo
dalam fasa organik. Ini menunjukkan bahwa pH
berbanding terbalik dengan konsentrasi Mo dalam
fasa organik.
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan pH optimum
agar Konsentrasi Mo dalam fasa air dan organik normal yaitu
pada pH 7, pH memberikan jumlah Mo dalam fasa organik
lebih sedikit, namun akan memicu terbentuk endapan aldol
kondensasi yang lebih banyak. Dari data konsentrasi
29
molibdenum di dua fasa tersebut dapat diketahui koefisien
distribusi (KD) Mo pada pH 4,7 dan 10.
pH KD
10 0.003565
7 0.005796
4 0.015905
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pH
optimum terhadap koefisien ditribusi.

Gambar 6. Grafik Hubungan pH larutan Mo Terhadap


Koefisiem Distribusi (KD)

Hubungan pH larutan Mo
Terhadap Koefisien Distribusi
(KD)
0.018
0.016
0.014
Koefisien Distribusi

0.012
0.01
0.008
0.006 kd
0.004
0.002
0
0 2 4 6 8 10 12
pH Larutan Mo

Hasil dari data diatas menunjukan bahwa semakin rendah


pH semakin besar koefisien distribusi. Ini menunjukan bahwa
30
pH berbanding terbalik dengan koefisien ditribusi, dan selisih
antar pH tidak terlalu besar, sehingga dapat dikatakan pH tidak
terlalu berpengaruh terhadap koefisien distribusi. Semakin
rendah pH maka semakin tinggi KD yang menandakan
semakin banyak Molibdenum yang dapat terdistribusi ke dalam
fasa organik. Keadaan ini tidak diharapkan dalam proses
ekstraksi untuk memisahkan 99Mo dan 99mTc.

Kemungkinan penyebab tingginya distribusi Mo pada pH


asam (pH 4) adalah bentuk kimia dari Mo di pH tersebut. Pada
pH netral dan basa Mo cenderung berada dalam bentuk
[MoO4]2- yang merupakan senyawa kompleks dan tidak
menyukai fasa organik. Pada pH 4, molibdenum akan beralih
menjadi bentuk kimia sebagai kovalen H2MoO4 atau Mo(OH)6.
Dibandingkan ion senyawa kompleks bentuk senyawa H 2MoO4
ataupun Mo(OH)6 lebih mudah terdistribusi dan berikatan
dengan fasa organik.

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pH


optimum agar koefisien distribusi normal yaitu pada pH 7
dengan alas an KD Mo tidak terlalu tinggi dan jumlah endapan
yang muncul dapat diminimalisir.

31
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan selama kerja


praktek di PSTNT BATAN Bandung, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Endapan yang terbentuk pada saat ekstraksi Tc-99m dari
larutan Mo-99, yaitu diduga produk kondensasi Aldol,
2. Konsentrasi NaOH yang optimum adalah NaOH 5M,
3. pH optimum yang dibutuhkan adalah 7

4.2 Saran
Adapun saran-saran selama praktikan melakukan Kerja
Praktek di Pusat Sains dan Teknologi Nuklir BATAN
Bandung antara lain :

1. Fasilitas di ruangan khusus untuk mahasiswa kerja


praktek dan tugas akhir sudah mencukupi namun masih
memerlukan perhatian dan perawatan.
2. Penulis berharap agar penelitian-penelitian mengenai zat
radioaktif dapat lebih ditingkatkan dan dikembangkan
lagi, salah satunya mengenai metode pemisahan 99mTc
dari 99Mo, sehingga didapatkan metode yang lebih
efektif untuk menghasilkan 99mTc yang memiliki
kemurnian yang tinggi dan dapat digunakan dalam
proses radiolabeling.
3. Penulis berharap agar menindak lanjuti efek samping
pemisahan 99mTc dari 99Mo secara ekstraksi, terutama
endapan putih yang terbentuk pada saat ekstraksi.

32
DAFTAR PUSTAKA

Awaludin, R. 2011. Radioisotop Teknesium-99m dan Kegunaannya.


Buletin Alara.Volume 3 Nomor 2: 61,62.

Daruwati, Isti, dkk. 2009. Penentuan Siklam sebagai Imputity dalam


Senyawa Bertanda 99mTc-CTMP Menggunakan Metode Radio-
Elektroforesis. PSTNT BATAN. Bandung.

Gandjar, Ibnu Gholid dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi


Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta: 332.

Haifa Putri, Hani.2013.Proses Pemisahan dan Pemurnian 99mTc dari


99
Mo Hasil Aktivasi Neutron Dengan Menggunakan
Kromatografi Kolom Alumina. UIN Jakarta.

Heathcock, C. H. (1991). Comp. Org. Syn. Oxford: Pergamon.


pp. 133–179.

J. G. Schmidt (1881). "Ueber die Einwirkung von Aceton auf


Furfurol und auf Bittermandelöl in Gegenwart von
Alkalilauge". Berichte der Deutschen chemischen
Gesellschaft 14 (1): 1459–1461.

L. Claisen and A. Claparede (1881). "Condensationen von Ketonen


mit Aldehyden". Berichte der Deutschen chemischen
Gesellschaft 14 (1): 2460–2468.

Mahrwald, R. (2004). Modern Aldol Reactions, Volumes 1 and 2.


Weinheim, Germany: Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.
pp. 1218–1223.

Mukaiyama T. (1982). "The Directed Aldol Reaction". Org.


React. 28: 203–331.

Rubel Chakravarty, Ashutosh Dash, Meera Venkatesh. 2009. A novel


electrochemical technique for the production of clinical grade

33
Tc using (n, γ) 99Mo. Nuclear Medicine and Biology 37 (2010)
99m

21–28.

Shodhganga.http://shodhganga.inflibnet.ac.in/bitstream/10603/4738/
12/12_chapter%203.pdf. 21 Mei 2016

Smith, M. B.; March, J. (5th ed. 2001). Advanced Organic


Chemistry. New York: Wiley Interscience. pp. 1218–1223.

Tuning S, Imam S, Harjoto. 1995. Prediksi Kestabilan Senyawa


Komplek Teknisium dengan Perhitungan Jumlah Faktor Sudut
Ruang. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY-
BATAN Yogyakarta: ISSN 0216-3128: 89

Wade, L. G. (6th ed. 2005). Organic Chemistry. Upper Saddle River,


New Jersey: Prentice Hall. pp. 1056–1066.

Yono S, Herlina, Abidin, Sulaiman, Sriyono, Hambali, Adang


H.G.2011.Pemekatan Larutan Teknesium-99m Hasil Ekstraksi
dengan Adsorbsi Resin dan Evaporasi Tekanan Rendah.
Prosiding Pertemuan Ilmiah Radioisotop, Radiofarmaka,
Siklotron. ISSN 2087-9652: 7

Yoshito, Takeuchi. 2009. Introduction to Chemistry. Iwanami.

34
LAMPIRAN
A. Dokumentasi
Tabel 5. Dokumentasi
1. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR EKSTRAKSI
TEKNESIUM-99m (99mTc) DARI LARUTAN MOLIBDENUM (99Mo)
No Gambar Keterangan
1 Pada saat menimbang NaOH 20g

2 Pada saat menimbang MoO3 10g

35
3 Setelah 10g Mo larut dalam 20mL
NaOH 5N

4 Setelah di ekstraksi dengan 7 mL


MEK

5 Endapan yang terbentuk setelah


di ekstraksi oleh 7 mL MEK

36
2. VARIASI KONSENTRASI NaOH
1 Pengaruh konsentrasi terhadap
endapan

2 Pengaruh konsentrasi NaOH


terhadap %pengotor Mo-99 dalam
fasa organik

3. VARIASI pH
1 Pengaruh pH terhadap
Konsentrasi Mo dalam fasa
organik dan fasa air

37
2 Pengaruh pH terhadap
Koefisien Distribusi (KD)

38
B. Perhitungan
1. Perhitungan ekstraksi Tc-99m dari larutan Mo-99

Larutan induk = 3,59 x 10-2 µCi

2000 µCi
AMo-99 Total = AMo-99 x
5 µCi
= 0,0359 µCi x 4000
= 143,60 µCi

Tc-99m (Praktik)
2000 µCi
ATc-99m Total = ATc-99m x
20 µCi
= 3.38 µCi x 100
= 328 µCi

Tc-99m (Teoritis)
0,86 𝑥 𝜆𝑇𝑐
∆t = 𝑥 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑜 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 𝑒 -λMo x 1 jam
𝜆𝑇𝑐−𝜆𝑀𝑜

0,693
0,86 𝑥 0,693
6 𝑗𝑎𝑚
∆t = 0,693 0,693 𝑥 143,60 µ𝑐𝑖 𝑥 𝑒- 𝑥 1,22 jam
− 66 𝑗𝑎𝑚
6 𝑗𝑎𝑚 66 𝑗𝑎𝑚

= 134, 12 µCi

Mo-99 (praktik/pengotor)

AMo-99 Total = 2,60 x 10-3 µCi


2000 µCi
AMo-99 Total = AMo-99 x
20 µCi
= 0,0060 µCi x 100
= 0,6 µCi

39
2. PERHITUNGAN VARIASI KONSENTRASI NaOH

1) Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap %pengotor


Mo-99 dalam fasa organik

Tabel 2. %pengotor Mo-99 dalam fasa organik / Metil


Etil Keton

NaOH NaOH Mo Vol Abs Mo %Mo


(M) (mL) Awal MEK Mo MEK MEK
(ppm) (mL) MEK (ppm)
2 3 400 0,44 0,406 4,23 0,47
3 3 400 0,47 0,283 2,22 0,26
4 3 400 0,63 0,476 5,37 0,85
5 3 400 0,64 0,173 0,42 0,07

Mo awal : 1000ppm = 1000 mg/L


Di pipet sebesar = 2 mL
Y = 0.0612
X = 0.1471

a) Menghitung Mo awal (Dengan Konsentrasi NaOH 2, 3,


4, dan 5M)

𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡


Mo awal = 𝑉.𝑁𝑎𝑂𝐻+𝑉.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡
( )
1000

2𝑚𝐿
Mo awal = 3𝑚𝐿+2𝑚𝐿
( )
1000
= 400 ppm

40
b) Menghitung Mo Organik / Metil Etil Keton (ppm)
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑜 𝑀𝐸𝐾−𝑋
Mo MEK =
𝑌

0,406−0,1471
Mo MEK(NaOH 2M) =
0,0612
= 4,23 ppm
0,283−0,1471
Mo MEK(NaOH 3M) =
0,0612
= 2,22 ppm
0,476−0,1471
Mo MEK(NaOH 4M) =
0,0612
= 5,37 ppm
0,173−0,1471
Mo MEK(NaOH 5M) =
0,0612
= 0,42 ppm

c) Menghitung %Mo organik / Metil Etil Keton

𝑀𝑜 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 (𝑝𝑝𝑚)𝑥 𝑉.𝑀𝐸𝐾(𝑚𝐿)


%Mo organik = 𝑥 100%
𝑀𝑜 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑝𝑝𝑚)

4,23𝑥 0,44
%Mo organik(NaOH 2M) = 𝑥 100%
400
= 0,47 %
2,22𝑥 0,47
%Mo organik(NaOH 3M) = 𝑥 100%
400
= 0,26 %

5,37𝑥 0,63
%Mo organik(NaOH 4M) = 𝑥 100%
400
= 0,85 %
0,42𝑥 0,44
%Mo organik(NaOH 5M) = 𝑥 100%
400
= 0,07 %

41
3. PERHITUNGAN VARIASI pH

1. Pengaruh pH terhadap Konsentrasi Mo dalam


fasa organik dan fasa air

Tabel 6.Variasi pH

pH V. V.Mo Mo V. V. Fasa Abs Abs


HCl 1000 Awal Fasa MEK Mo Mo
(mL) ppm (ppm) Air Air MEK
(mL)
10 0,014 1,000 986,193 1 0,660 0,796 0,232
7 0,024 1,000 976,563 1 0,690 0,793 0,290
4 0,038 1,000 963,391 1 0,630 0,567 0,411

pH Mo air Mo Mo air Mo [Mo] [Mo] KD


(ppm) MEK (ng) MEK air MEK
(ppm) (ng)
10 343,051 1,223 0,343 0,807 343,051 1,223 0,003565
7 241,486 1,979 0,342 1,366 341,486 1,979 0,005796
4 223,625 3,557 0,224 2,241 223,625 3,557 0,015905

Mo awal : 1000ppm = 1000 mg/L


Di pipet sebesar = 1 mL
Y = 0.0767
X = 0.1382

a) Menghitung Mo awal (Dengan Konsentrasi NaOH 5M)

𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡


Mo awal = 𝑉.𝑁𝑎𝑂𝐻+𝑉.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡
( )
1000

1𝑚𝐿
Mo awal(pH 10) = 0,014𝑚𝐿+1𝑚𝐿
( )
1000
= 986,193 ppm
1𝑚𝐿
Mo awal(pH 7) = 0,024𝑚𝐿+1𝑚𝐿
( )
1000
= 976,563 ppm

42
1𝑚𝐿
Mo awal(pH 4) = 0,038𝑚𝐿+1𝑚𝐿
( )
1000
= 963,391 ppm

b) Menghitung Mo Air (ppm)


𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑜 𝐴𝑖𝑟−𝑋 10000
Mo Air = 𝑥
𝑌 250

0,796−0,1382 10000
Mo Air(pH 10) = 𝑥
0,0767 250
= 343,051 ppm
0,793−0,1382 10000
Mo Air(pH 7) = 𝑥
0,0767 250
= 241,486 ppm

0,567−0,1382 10000
Mo Air(pH 4) = 𝑥
0,0767 250
= 223,625 ppm

c) Menghitung Mo Organik / Metil Etil Keton (ppm)


𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑀𝑜 𝑀𝐸𝐾−𝑋
Mo MEK =
𝑌

0,232−0,1382
Mo MEK(pH 10) =
0,0767
= 1,223 ppm
0,290−0,1382
Mo MEK(pH 7) =
0,0767
= 1,979 ppm
0,411−0,1382
Mo MEK(pH 4) =
0,0767
= 3,557 ppm

43
d) Menghitung Mo Air (ng)

𝑀𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑝𝑝𝑚)𝑥 𝑉.𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟(𝑚𝐿)


Mo Air =
1000

343,051𝑝𝑝𝑚𝑥 1𝑚𝐿
Mo Air(pH 10) =
1000
= 0,343(ng)
341,486𝑝𝑝𝑚𝑥 1𝑚𝐿
Mo Air(pH 7) =
1000
= 0,342(ng)
223,625𝑝𝑝𝑚𝑥 1𝑚𝐿
Mo Air(pH 4) =
1000
= 0,224(ng)

e) Menghitung Mo Organik/ Metil Etil Keton (ng)

Mo MEK = Mo MEK (ppm) x V.MEK (mL)

Mo MEK(pH 10) = 1,223ppm x 0,660mL


= 0,807 (ng)

Mo MEK(pH ) = 1,979ppm x 0,690mL


= 1,366 (ng)

Mo MEK(pH 4) = 3,557ppm x 0,630mL


= 2,241 (ng)

f) Menghitung Konsentrasi Mo Air

𝑀𝑜 𝐴𝑖𝑟 (𝑛𝑔)
[Mo] air = 𝑉.𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟 (𝑚𝐿)
( )
1000

0,343(𝑛𝑔)
[Mo] air(pH 10) = 1𝑚𝐿
( )
1000
= 343,051 M

0,342(𝑛𝑔)
[Mo] air(pH 7) = 1𝑚𝐿
( )
1000

44
= 341,486 M

0,224(𝑛𝑔)
[Mo] air(pH 4) = 1𝑚𝐿
( )
1000
= 223,625 M

g) Menghitung Konsentrasi Mo Organik /


Metil Etil Keton

𝑀𝑜 𝑀𝐸𝐾 (𝑛𝑔)
[Mo] MEK =
𝑉.𝑀𝐸𝐾

0,807(𝑛𝑔)
[Mo] MEK(pH 10) =
0,660𝑚𝐿
= 1,223 M

1,366(𝑛𝑔)
[Mo] MEK (pH 7) =
0,690𝑚𝐿
= 1,979 M

2,241 (𝑛𝑔)
[Mo] MEK (pH 4) =
0.630𝑚𝐿
= 3,557 M

2. Pengaruh pH terhadap Koefisien Distribusi (KD)

Menghitung Koefisien Distribusi (KD)

[𝑀𝑜]𝑀𝐸𝐾
KD = [𝑀𝑜]𝑎𝑖𝑟

1,223𝑀
KD(pH 10) =
343,051𝑀
= 0,003565
1,979𝑀
KD(pH 7) =
341,486𝑀
= 0,005796
3,557𝑀
KD(pH 4) =
223,625𝑀
= 0,015905

45
C. Form Keterangan Daftar Hadir

Nama Mahasiswa : Alhaq Prima Amini


NIM Mahasiswa : 3211151036
Nama Perusahaan : PSTNT-BATAN

No Masuk Pulang
Hari Tanggal Ket
. Pukul Paraf Pukul Paraf
1. Kamis 15/06/2017 07.30 15.30
2. Jum’at 16/06/2017 07.30 15.30
3. Senin 19/06/2017 07.30 15.30
4. Selasa 20/06/2017 07.30 15.30
5. Rabu 21/06/ 2017 07.30 15.30
6. Senin 03 /07/ 2017 08.00 16.00
7. Selasa 04/07/ 2017 08.00 16.00
8. Rabu 05/07/ 2017 08.00 16.00
9. Kamis 06/07/ 2017 08.00 16.00
10. Jum’at 07/07/ 2017 08.00 16.30
11. Senin 10/07/ 2017 08.00 16.00 Izin
12. Selasa 11/07/2017 08.00 16.00 Izin
13. Rabu 12/07/2017 08.00 16.00
14. Kamis 13/07/ 2017 08.00 16.00
15. Jum’at 14/07/ 2017 08.00 16.30
16. Senin 17/07/ 2017 08.00 16.00
17. Selasa 18/07/2017 08.00 16.00
18. Rabu 19/07/ 2017 08.00 16.00
19. Kamis 20/07/ 2017 08.00 16.00
20. Jumat 21/07/ 2017 08.00 16.30
21. Senin 24 /07/ 2017 08.00 16.00
22. Selasa 25 /07/ 2017 08.00 16.00
23. Rabu 26 /07/ 2017 08.00 16.00
24. Kamis 27 /07/ 2017 08.00 16.00
25. Jum’at 28/07/2017 08.00 16.30

46
26. Senin 31/07/2017 08.00 16.00
27. Selasa 01/08/2017 08.00 16.00
28. Rabu 02/08/2017 08.00 16.00
29. Kamis 03/08/2017 08.00 16.00
30. Jum’at 04/08/2017 08.00 16.30
31. Senin 07/08/2017 08.00 16.00
32. Selasa 08/08/2017 08.00 16.00
33. Rabu 09/08/2017 08.00 16.00
34. Kamis 10/08/2017 08.00 16.00
35. Jum’at 11/08/2017 08.00 16.30
36. Senin 14/08/2017 08.00 16.00
37. Selasa 15/08/2017 08.00 16.00
38. Rabu 16/08/2017 08.00 16.00
39. Kamis 17/08/2017 08.00 16.00
40. Jum’at 18/08/2017 08.00 16.30
41. Senin 21/08/2017 08.00 16.00
42. Selasa 22/08/2017 08.00 16.00
43. Rabu 23/08/2017 08.00 16.00
44. Kamis 24/08/2017 08.00 16.00
45. Jum’at 25/08/2017 08.00 16.30

Bandung, 25 Agustus 2017

Pembimbing

M Basit Febrian M.Si.


NIP. 198602242009011001

47

Anda mungkin juga menyukai