NIM. 1112C1001
NIM. 1112C1005
Menyetujui,
Kepala Program studi Strata I
Dosen Pembimbing
NIP. 196108251992022001
NIK. 01.09.051
Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih
LEMBAR PENGESAHAN
BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK
2
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Rita Citrayati
NIP. 090009981
NIP. 0900222863
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Kimia B4T
Jajuli, S.T
NIP. 0900015302
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kerja praktek di laboratorium
pelumas Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T).
Tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan laporan
kerja praktik ini, namun berkat doa dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan materinya.
2. Drs. Suryatmana Tanuwidjaja, M.Si. selaku ketua Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih.
3. Dra. Euis Yuliani, M.Si. selaku kepala Program Studi Strata I.
4. Novi Fitria S.Si., M.T selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
5. Jajuli, S.T selaku kepala laboratorium Kimia Balai Besar Bahan dan Barang Teknik.
6. Ibu Rita Citrayati dan Ibu Eny Susilowati selaku dosen pembimbing lapangan.
7. Bu Tami selaku Staf Administrasi B4T.
8. Para Staf Tata Usaha Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih.
9. Para Mahasiswa Program Studi Analis Kimia 2011 serta beberapa pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis mohon maaf jika laporan ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan
penulis dalam pendalaman materi dan permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka mencapai kesempurnaan.
Penulis berharap laporan ini dapat menambah pengetahuan dan memberikan manfaat bagi
penulis khususnya maupun bagi pembaca pada umumnya.
Bandung,
Maret 2015
Penulis
IDENTITAS MAHASISWA
Nama Mahasiswa
: dedenjuhana@yahoo.com
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Golongan Darah
:A
: 1112C1001
4
Nama Kampus
Alamat Kampus
Nama Mahasiswa
: official.fanfan@gmail.com
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Golongan Darah
:B
Alamat Kampus
IDENTITAS PERUSAHAAN
Nama Instansi
Alamat Instansi
Telp
Fax
: 022-2502027
Website
: www.b4t.go.ig, info@b4t.go.id
Kepala B4T
: Jajuli, ST.
: 1. Rita Citrayati
2. Eny Susilowati, S.Si
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih...................................................................................i
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
IDENTITAS MAHASISWA.........................................................................................iv
IDENTITAS PERUSAHAAN......................................................................................v
DAFTAR ISI .................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
6
1.1
1.2
Tujuan PKL...................................................................................................2
1.3
Batasan Masalah...........................................................................................2
1.4
2.2
2.3
2.4
Struktur Organisasi.......................................................................................6
2.5
Laboratorium di B4T....................................................................................8
2.6
2.7
Cairan rem.....................................................................................................17
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Teknik Sampling...........................................................................................22
3.8
4.1.1
4.1.2
Wet ERBP................................................................................................25
4.1.3
Kekentalan Kinematis.............................................................................25
4.1.4
pH
4.1.5
4.1.6
Korosi......................................................................................................28
4.1.7
Endapan...................................................................................................30
4.1.8
Penguapan...............................................................................................31
........................................................................................................27
4.1.9
Titik tuang...............................................................................................32
5.2
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
6.2
Kesimpulan...................................................................................................49
7.2
Saran
........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................50
LAMPIRAN
........................................................................................................51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4. Skema Organisasi B4T.............................................................................7
Gambar 4.1.3.Temperature Probe Immersion in Constant Temperature Bath..............27
Gambar 4.1.9 Apparatus for Pour Point Test................................................................32
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)......................4
Tabel 2.7.8 Lingkup produk yang dapat disertifikasi oleh B4T-LS Pro.........................14
Tabel 2.7.9 Ruang Lingkup Sertifikasi...........................................................................15
Tabel 3.8 Alur Pemeriksaan sampel...............................................................................23
Tabel 5.1 Data pengamatan pengujian cairan rem DOT-3.............................................39
Tabel 5.2 Data pengamatan verifikasi metoda penetapan kadar air...............................41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A SNI-06-2769-1992....................................................................................51
Lampiran B Verifikasi Metoda Penetapan Kadar Air...................................................54
Lampiran C Gambar .....................................................................................................57
BAB I
10
PENDAHULUAN
1.1
1.2
Tujuan PKL
Tujuan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yaitu:
11
Meningkatkan
kemampuan,
memperluas
dan
memantapkan
keterampilan
Memperoleh informasi mengenai mutu atau kualitas suatu cairan rem dan untuk
keperluan kendaraan bermotor berdasarkan hasil pengujian.
1.3
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada kerja praktek ini adalah sebagai berikut
a. Analisis yang dilakukan adalah analisis cairan rem berdasarkan SNI 06-2769-1992.
b. Verifikasi Metoda analisis penentuan kadar air.
1.4
BAB II
PROFIL BALAI BESAR BARANG DAN BAHAN TEKNIK
2.1
laboratorium sampai tahun 1942 adalah Prof. W. J. Thamons dan Prof. Ir. C. A. A. Van
Der Woude.
Adanya perubahan pendudukan pemerintah oleh Jepang, maka laboratorium ini
berubah nama menjadi Laboratorium Zeiro Sikendyo dibawah pimpinan Prof. Sakai.
Kemudian setelah Prof. Karo bertugas menggantikan Prof. Sakai laboratorium ini
berganti nama lagi menjadi Laboratorium Kogio Sikendyo. Setelah kekuasaan disegala
bidang diserahkan kepada pemerintah Indonesia sekitar tahun 1949, laboratorium ini
berganti nama lagi menjadi Balai Penyelidikan Bahan-Bahan dan laboratoriumlaboratorium cabang bersatu kembali di ITB.
Pada tahun 1980 berganti nama kembali menjadi Balai Besar Litbang Industri
Bahan dan Barang Teknik berdasarkan surat keputusan Menteri Perindustrian No.
221/M/SK/6/1980. Akhirnya tahun 2002 berubah nama menjadi Balai Besar Bahan dan
Barang Teknik (B4T) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No. 781/NPP/Kep/11/2002. Secara ringkas sejarah B4T dapat dilihat pada
tabel:
Tahun
1909
Keterangan
Didirikan di Batavia (Jakarta sekarang) oleh pemerintah Hindia
Belanda dengan nama Laboratorium Voor Metaal Onderzoek di
bawah Burgelizke Openbake Warken (Departemen PU sekarang).
1912
Diperluas
menjadi
OnderzoekMaterials
Laboratorium
Voor
Metaal
1921
Dipindahkan ke Bandung di kompleks Technische Hoge School
(ITB sekarang )
1934
Kedudukan balai berada di bawah Van Ekonomische (Departemen
Perekonomian / Perdagangan)
13
1942
Berada di bawah kekuasaan pemerintah Jepang berubah nama
menjadi Laboratorium Zeiro Sikendya dan kemudian menjadi
Laboratorium Kogio Sikendya
1949
Berubah nama menjadi Balai Penyelidikan Bahan-bahan yang
berkedudukan di bawah Kementerian Kemakmuran
1980
Kedudukan balai di bawah Badan Litbang Industri Departemen
Perindustrian dan berubah nama menjadi Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik
2002
Menjadi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik yang disingkat
B4T
Tabel 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T)
Sumber : http://www.B4T.go.id
2.2
2.3
4. Pelaksanaan bantuan teknik untuk peningkatan dan pengawasan mutu bahan organik
dan anorganik, bahan bangunan, produk logam, barang teknik, barang listrik dan
elektronik rumah tangga, motor bakar, kendaraan bermotor, komponen otomotif dan
instrumentasi industri;
5. Pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan B4T.
Kegiatan yang dilakukan Balai Besar Peneitian dan Pengembangan Industri Bahan
dan Barang Teknik diantaranya :
1. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi bahan, barang
teknik, barang non-teknik, proses peralatan dan barang-barang elektronik, serta
penanggulangan pencemaran industri.
2. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan desain dan prototip produk
serta peralatan industri dan bahan teknik.
3. Melaksanakan kegiatan bantuan teknik untuk peningkatan dan pengawasan mutu
bahan, proses, peralatan, barang teknik, barang non-teknik dan barang elektronik.
4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan mutu atas bahan, proses, peralatan,
barang teknik, barang non-teknik dan barang elektronik.
5. Memasyarakatkan hasil penelitian dan pengembangan.
Melaksanakan kegiatan penyuluhan termasuk pembinaan teknis dan ekonomis,
konsultasi dan informasi.
2.4
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) terdiri dari 7 bagian,
diantaranya yaitu:
1. Bagian Tata Usaha
Seksi Percobaan
Skema Organisasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan
Barang Teknik serta Struktur Organisasi Laboratorium B4T dapat dilihat pada gambar
2.4.
BIDANG SERTIFIKASI
SEKSI
INFORMASI
16
Gambar 2.4. Skema Organisasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan
dan Barang Teknik
2.5
Laboratorium di B4T
Di B4T terdapat beberapa laboratorium diantaranya :
1. Laboratorium Pengujian Bahan :
Laboratorim Kimia
Laboratorium Semen
Laboratorium lingkungan
2. Laboratorium uji :
2.6
Laboratorium Logam
Laboratorium Metalografi
2.7
British Standard, JIS atau standar lainnya. Kegiatan pengujian barang teknik
didukung oleh :
Laboratorium Logam
Laboratorium Metalografi
pemeriksaan (inspeksi) pada pemanufaktur ketel uap (boiler), bejana tekan, alat
penukar kalor, tangki penimbun dan konstruksi baja.
Inspeksi In service :
Lembaga inspeksi Teknik Barang Logam atau B4T - LIT telah diakreditasi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN) sebagai Lembaga Inspeksi Teknik type A,
dengan register No.LI - 006 - IDN sesuai dengan persyaratan standar ISO/IEC
17020.
4. Inspeksi Teknik Barang Non Logam
Kegiatan inspkesi teknik barang non logam difokuskan pada:
Pemeriksaan mutu dan kualitas struktur beton yang telah lama terpasang
(existing) ataupun yang baru.
Pemeriksaan kerusakan struktur beton (retakan, spalling, korosi dan lain lain
pada pada elemen struktur beton).
20
Pengujian kuat tekan beton, agregat kasar dan halus (tingkat gradasi, kadar
lumpur dan lain-lain) material bahan bangunan, tingkat permeabilitas
(resapan air), dan lentur material bahan bangunan.
5. Analisis Kegagalan
Kegiatan Failure Analysis ditujukan untuk mengetahui penyebab terjadinya
kerusakan yang spesifik dari peralatan, pelengkap, dan instalasi pabrik serta untuk
menentukan tindakan pencegahan agar kerusakan tidak terulang. Manfaat dari
analisis kegagalan ini dalam jangka pendek diharapkan dapat memperbaiki desain,
proses dan metode pabrik. Dalam jangka panjang dapat dipakai untuk
pengembangan material dan sebagai metode mutakhir untuk evaluasi dan
memprediksi perfomance material serta untuk memperbaiki sistem pemeliharaan.
Layanan jasa failure analysis meliputi analisis kerusakan bahan dan barang teknik
layanan in-situ pada industri perminyakan, petrokimia, pembangkit listrik,
pemanufaktur, dan industri lainnya. Kegiatan failure analysis didukung oleh
Laboratorium Uji Logam, Laboratorium Uji Metalografi, Laboratorium Uji Kimia,
dan Uji Tidak Merusak atau NDT, serta pemeriksaan Scanning
Electron
Teknologi Proses
21
Jenis Industri yang menjadi sasaran konsultansi teknik adalah industri atau
UKM logam, mesin, kimia, elektronika, listrik, industri perminyakan, petrokimia,
pembangkit listrik atau energi, pemanufaktur, konstruksi, dan industri lainnya.
Manfaat konsultansi teknik bagi dunia industri antara lain :
22
Standar lain yang berlaku. Lingkup produk yang dapat disertifikasi oleh B4T-LS Pro
diantaranya dapat dilihat pada tabel 2.7.8.
Sertifikasi kesesuaian
Bejana Tekanan
Ketel Uap
Semen Protland
Tingkat penimbun
Perpipaan
Baterai Kerin
Ban Mobil Penumpang
Ban Truk dan Bus
Ban Sepeda Motor
aktivitasnya
didukung
oleh
sumber
daya
manusia
yang
berpengalaman dan berkualifikasi dengan berpedoman pada pedoman mutu B4T PC, yang dibuat memenuhi persyaratan sesuai aturan standar pedoman KAN50012003. Lembaga sertifikasi Personil atau B4T-PC telah diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN)pada tahun2005 dengan registrasi No. LSP-005-IDN,
sesuai aturan persyaratan standar pedoman KAN -5001-2003 atau ISO / IEC170242003. Ruang lingkup yang dapat disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Personil B4T
atau B4T-PC untuk saat ini terdapat pada tabel 2.7.9.
Petugas Pengambil Contoh Kelompok produk
(PPC)
Bidang padatan
Bahan Kontruksi
Bidang cairan
Bidang gas
bidang
pengujian
serta
membantu
industri
dalam
menyiapkan
Peningkatan mutu Bahan dan Barang Teknik seperti penemuan batu apung
sebagai deposit untuk pembuatan bahan bangunan yang ringan dan bermutu
tinggi.
Perpanjangan umur peralatan serta kajian lainnya dalam rangka preventif dan
predictive maintenance
Perekayasaan atau otomatisasi peralatan produksi UKM seperti ketel uap mini,
peralatan mesin pemotong batu aji, mesin press-tangan hidrolik paving block,
24
Laboratorium Semen
Laboratorium Kimia
Laboratorium Lingkungan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Cairan Rem
Sistem rem pada kendaraan memiliki fungsi yang amat vital. Sitem rem dirancang
untuk mengurangi kecepatan atau memperlambat dan menghentikan kendaraan. Prinsip
dasar dari sistem rem kendaraan adalah memanfaatkan tenaga hydraulic untuk
menggerakkan master cylinder kemudian akan mengaktifkan rem pada roda.[7]
Fluida yang digunakan untuk sistem rem adalah oli yang khusus dan bukan
sekedar berfungsi sebagai pelumas saja. Tugas oli rem yang utama adalah menjadi
25
media perantara yang mentransmisikan tenaga hydraulic ke seluruh sistem rem. Kita
mengenalnya dengan brake fluid.[6]
3.2
3.3
3.4
transfer proton. Senyawa ini bersifat beracun terhadap tulang dan otot. Biasanya cairan
rem yang terbuat dari Glykol Ether ditambahi senyawa aditif seperti asam borat yang
berfungsi mengikat air agar cairan rem tetap dalam keadaan kering. Cairan rem
berbahan dasar glykol, yang digunakan bersama zat aditif tertentu, memberikan
keuntungan berupa titik beku yang rendah dan titik didih yang tinggi, dan mempunyai
viskositas tetap (kekentalan) terhadap temperatur yang berubah drastis. Cairan rem
harus cocok dengan peralatan dari logam dan seal karet yang digunakan oleh sistem ini.
[7]
3.5
DOT 3
DOT 4
DOT 5.1
DOT 5
rem DOT-3 merupakan cairan rem konvensional yang digunakan secara luas.
Kelebihan dan kekurangan dari tipe ini adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
-
Cairan rem tipe ini tidak mahal dan lebih mudah didapatkan.
Kekurangan:
-
DOT-3 dapat merusak karet alami, sehingga tidak dapat digunakan pada
kendaraan yang menggunakan karet alami.
2. DOT-4
DOT-4 merupakan tipe cairan rem yang banyak digunakan pada mobil model
lama. Kelebihan dan kekurangan pada cairan rem tipe ini adalah sebagai berikut.
Kelebihan:
-
Titik didih DOT-4 lebih tinggi dibandingkan DOT-3, sehingga lebih sesuai untuk
pemakaian pada kendaraan yang sistem remnya bersuhu tinggi.
Kekurangan:
-
Oleh karena DOT-4 masih dapat menyerap air, masih terdapat kemungkinan
menimbulkan korosi.
3. DOT-5
DOT-5 juga dikenal sebagai cairan rem silikon. Hal ini dikarenakan DOT-5
berbahan dasar silikon. Silikon adalah cairan yang tidak menyerap air (nonhydroscopic), dan mengurangi kemungkinan penyebab korosi sehingga sifat dan
kemampuan silikon stabil pada suhu tinggi. Cairan rem ini umumnya digunakan
pada kendaraan militer seperti kendaraan tempur. Alasannya adalah silikon tidak
merusak cat permukaan luar dari kendaraan yang merupakan hal yang penting
28
DOT-5 tidak menyerap air, sehingga dapat digunakan pada lingkungan yang
lembab.
Kekurangan:
-
Oleh karena DOT-5 tidak menyerap air, kelembaban didalam sistem hidrolik
akan mengumpul pada satu bagian. Hal ini dapat mengakibatkan korosi
terlokalisasi pada rem tersebut.
Pengisian cairan rem tipe ini sebaiknya dilakukan secara hati-hati. Gelembung
udara kecil dapat membentuk gelembung udara yang lebih besar.
Harga cairan rem tipe DOT-5 dua kali lebih mahal dibandingkan DOT-4. Selain
itu, cairan rem ini juga lebih sulit ditemukan di toko biasa.
4. DOT-5.1
Cairan rem tipe DOT-5.1 merupakan cairan rem tipe baru. Sebelumnya, cairan
rem tipe ini memiliki bahan dasar glycol, bukan silicon seperti tipe DOT-5. Selain
itu, berdasarkan uji performanya, cairan rem tipe ini lebih menyerupai DOT-4
dengan kualitas lebih tinggi, dibandingkan menyerupai DOT-5. Oleh karena itu
DOT-5.1 lebih cocok disebut DOT-4.1 atau DOT-6.
Kelebihan:
-
Tipe DOT-5.1 memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan tipe yang lain.
Titik didihnya lebih tinggi, meskipun dalam keadaan basah maupun kering, jika
dibandingkan DOT-3 maupun 4. Pada keadaan kering, titik didihnya adalah kirakira 275C, sedangkan dalam keadaan basah titik didihnya berkisar antara 175
hingga 200C.
29
Kekurangan:
3.6
Bahan utama cairan rem ini bukan silicon, sehingga akan menyerap air.
Seperti halnya DOT-3 dan DOT-4, cairan rem ini akan merusak cat.
3.7
Teknik Sampling
Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan
dengan pengambilan sampel dari populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi
yang ingin diteliti, sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya
mewakili keseluruhan objek yang diamati.[2]
Pengambilan sampel cairan rem dilakukan secara acak berdasarkan area (Cluster
sampling), Cluster sampling merupakan sistem pengambilan sampel yang dibagi
berdasarkan areanya. Setiap area memiliki jatah terambil yang sama.[2]
Untuk periode sampling cairan rem dilakukan satu kali dalam satu tahun, dan
untuk Quality Control suatu cairan rem dari pabrik/industri sampling dilakukan satu
kali dalam satu bulan.
3.8
30
Pengujian :
ERBP
Kestabilan Cairan pada Temperatur Tinggi
Wet ERBP
Pengujian Penguapan
Pengujian Titik Tuang
BAB IV
31
PROSEDUR PENGUJIAN
4.1
4.1.2
Wet ERBP
32
A. Peralatan
1. labu refluks 100 mL yang mempunyai dua leher pendek
2. Pendingin (Condensor)
3. Termometer ASTM 3C/3F (-50C 4000C)
4. Alat pemanas
5. Batu didih
B. Cara Kerja
1. Campurkan 100 mL contoh uji dengan 3,0 mL air dan diamkan 24 jam.
2. Pasang termometer ke dalam labu dari leher samping hingga ujungnya
berada 6,5 mm dari dasar labu.
3. Masukkan 60 mL contoh uji yang telah dijenuhkan dengan air kedalam
labu, pasang pendingin pada labu dan pasang alat pemanas serta alirkan
air pada pendingin.
4. Panaskan labu sehingga dalam waktu 10 2 menit terjadi perefluksan.
5. Segera pemanas diatur sehingga kecepatan equilibrium refluks 1 2 tets
tiap detik sepanjang waktu 5 2 menit.
6. Catat temperature ERBP dan lakukan 4 kali pembacaan setiap selang
waktu 30 detik serta hasilnya dirata ratakan.
7. Koreksi titik didih seperti pada penetapan ERBP.
4.1.3
Kekentalan Kinematis
A. Peralatan
1. Gelas kapiler viscometer Cannon Fenske ukuran 50 atau 100.
2. Penjepit viscometer dan rangkanya.
3. Viscometer bath + thermostat
4. Termometer
5. Stop watch
6. Karet penghisap
7. Gelas piala 50 mL
B. Cara kerja
1. Panaskan viscometer bath sampai didapat temperature yang diperlukan.
2. Masukkan contoh uji yang telah diaduk kedalam gelas piala 50 mL.
33
In Glass Thermometer
A. Peralatan
1. labu refluks 100 mL yang mempunyai dua leher pendek
2. Pendingin (Condensor)
3. Termometer ASTM 3C/3F (-50C 4000C)
4. Alat pemanas
5. Batu didih
B. Cara Kerja
1. Pasang termometer ke dalam labu dari leher samping hingga ujungnya
berada 6,5 mm dari dasar labu.
2. Masukkan contoh uji 60 1 mL dan beberapa butir batu didih ke dalam
labu.
3. Pasang pendingin pada labu dan pasang alat pemanas serta alirkan air
pada pendingin.
4. Panaskan labu pada suhu 185 2 0C selama 2 jam. Segera pemanasan
diatur kecepatan equilibrium refluk 1-2 tets tiap detik selama 5 2
menit.
5. Catat temperature ERBP dan lakukan 4 kali pembacaan setiap selang
waktu 30 detik serta hasilnya dirata-ratakan.
6. Koreksi titik didih sesuai dengan penetapan ERBP.
4.1.6
Korosi
A. Pereaksi
Isopropanol p.a. / etanol p.a.
B. Peralatan
1. 1 set logam besi bertimah (tinned iron)(ASTM A 624) baja (SAE 1018),
aluminium (SAE AA 2024), besi tuang (SAE G 3000), kuningan (SAE
CA 260) dan tembaga (SAE CA 114) yang masing-masing logam
mempunyai luas 25 5 cm2 (panjang 8 cm, lebar 1,3 cm, dan tebal maks.
0,8 cm) serta dilubangi dengan diameter 4-5 mm dan kira-kira 6 mm dari
ujung masing-masing logam.
2. Neraca analitis
3. Karet rem (SBR)
4. Durrometer tipe A
35
halus
dan
kemudian
semua
logam
dicuci
dengan
Endapan
A. Peralatan
1. Tabung sentrifuge
2. Alat sentrifuge
B. Cara Kerja
1. Isi tabung sentrifuge dengan contoh yang diperoleh setelah pengujian
korosi (4.1.6).
2. Tabung sentrifuge yang berisis contoh dibuat seimbang dengan tabung
sentrifuge lain.
3. Kedua tabung sentrifuge tersebut ditempatkan pada alat sentrifuge secara
berhadapan.
4. Putar alat sentrifuge dengan kecepatan 1000-1200 rpm, selama 10 menit.
5. Amati volume endapan dalam tabung sentrifuge.
Perhitungan :
Volume endapan =
4.1.8
Volume endapan
x 100
Volume contoh
Penguapan
A. Peralatan
37
C A
x 100
B A
P = Sisa penguapan
C = Berat cawan petri dengan contoh uji setelah pemanasan
B = Berat cawan petri dengan contoh uji sebelum pemanasan
A = Berat cawan petri tanpa contoh uji.
Bahan yang menguap = (100 P)%
4.1.9
Titik tuang
A. Peralatan
1. Tabung titik tuang
2. Termometer
3. Alat pendingin
B. Cara Kerja
1. Contoh diambil dari hasil sisa uji penguapan, kemudian dimasukkan
dalam tabung sampai tanda batas, tutup dengan gabus yang dilengkapi
termometer.
38
CORK
JACKET
TEST JAR
FILL LEVEL
GASKET
COOLING BATH
DISK
40
5. Keringkan dengan kain, amati karet dan ukur diameter serta kekerasan
karet dalam waktu 15 menit setelah karet dikeluarkan dari contoh uji.
6. Catat penurunan kekerasan/pertambahan diameter dari karet.
7. Lakukan percoban yang sama pada suhu 120 20C selama 70 jam.
4.1.12 Fluiditas dan penampakan pada suhu rendah
A. Pereaksi
Isopropanol p.a./etanol p.a.
B. Peralatan
1. Botol 125 mL (diameter luas 37 0,5 mm. tinggi 165 3 mm)
2. Alat pendingin
C. Cara kerja
kejernihan
dan
penampakan
cairan
dengan
cara
kejernihan
dan
penampakan
cairan
dengan
cara
dibersihkan
dengan
kain
yang
dibasahi
dengan
6. Ukur volume air yang diperoleh dan hitung kadar airnya (blanko contoh).
7. Dibuat deret larutan standar dengan kadar air 0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7%, dan
1%. Dengan cara 49,95 mL sampel pelumas ditambahkan 0,05 mL aquadest
(0,1%), 49,85 mL sampel pelumas ditambahkan 0,15 mL aquadest (0,3%),
49,75 mL sampel pelumas ditambahkan 0,25 mL aquadest (0,5%), 49,65 mL
sampel pelumas ditambahkan 0,35 mL aquadest (0,7%), 49,50 mL sampel
pelumas ditambahkan 0,5 mL aquadest (1%).
8. Masing-masing deret standar dimasukkan kedalam labu destilasi kemudian
ditambahkan 100 mL xylene dan beberapa butir batu didih.
9. Ukur volume air yang diperoleh, kemudian hitung kadar airnya.
10. Dilakukan pengulangan sebanyak 7 kali pada konsentrasi 0,5%.
BAB V
DATA PENGAMATAN
5.1
Pengujian Cairan Rem untuk kendaraan bermotor didasarkan pada SNI 06-2769-1992.
N
o
1
2
3
4
5
7
8
N
o
Hasil Uji
Cairan Rem
DOT-3
263
Persyaratan
SNI-06-27691992
min 205
157
min 140
mm2/s
-
1.8629
10.4
8.96
min 1.5
7.0 11.5
7.0 11.5
maks 5
maks 5
0.030
0.026
0.034
0.022
0.057
0.045
maks 0.2
maks 0.2
maks 0.1
maks 0.2
maks 0.4
maks 0.4
Tidak ada
Tidak ada
IRDH
mm
% v/v
Tidak ada
4.1
0.015
dibawah 0.05
% b/b
49
maks 80
Hasil Uji
Cairan Rem
DOT-3
Tidak ada
Persyaratan
SNI-06-27691992
Tidak boleh ada
Uraian
Equilibrum Reflux Boiling Point
(ERBP)
Wet ERBP
Kekentalan Kinematik,
100C
pH sebelum uji korosi
pH setelah uji korosi
Kestabilan Cairan
-Pada temperatur tinggi, perub
ERBP
-Kestablian Kimia, perubahan
ERBP
Korosi
Perubahan berat
-besi bertimah
-Baja
-alumunium
-besi bertuang
-kuningan
-tembaga
Logam uji
-korosi sumur atau goresan
Cairan
-Pembentukan gel/kristal pada
dinding gelas/permukaan logam
Karet
- pelepuhan/pelapukan
- Penurunan kekerasan
- Pertambahan diameter
Endapan (sesudah uji korosi)
Penguapan
-Bahan yg menguap
Satuan
mg/cm2
Uraian
- endapan kasar/butiran sisa
Penguapan
Satuan
45
9
10
11
12
13
5.2
maks -5
tidak boleh ada
maks 0.15
maks 0.05
maks 0.3
No Parameter
Hasil
1
Akurasi
Data akurat
2
Presisi
Data presisi
3
Linieritas
Data Linier
Tabel 5.2 Data pengamatan Verifikasi metoda penetapan kadar air
BAB VI
PEMBAHASAN
47
Parameter untuk uji mutu cairan rem yang dilakukan diantaranya yaitu ERBP, wet
ERBP, kestabilan pada suhu tinggi, viskositas kinematik, penguapan, titik tuang, korosi,
endapan, toleransi air, oksidasi, uji karet, fluiditas dan pH. Sedangkan untuk validasi metoda
dilakukan terhadap penentuan kadar air dalam pelumas.
6.1
Metoda yang digunakan dalam penentuan kestabilan pada suhu tinggi hampir
sama dengan penentuan ERBP dan wet ERBP, yaitu menggunakan metoda refluks.
Perbedaannya terletak pada perlakuan sebelum proses reflux terjadi, di mana sampel
cairan rem ditahan pada suhu 185C selama 2 jam. Kemudian suhu dinaikkan
sampai mencapai titik didih maksimumnya, yaitu saat proses reflux mencapai
kecepatan equilibrium sebanyak 1-2 tetes tiap detik selama 5 menit. Nilai kestabilan
suhu tinggi pada sampel cairan rem yang diuji adalah 244,8C. Syarat SNI 06-27691992 untuk kestabilan pada suhu tinggi adalah maksimal memiliki perbedaan suhu
5C dengan ERBP. Pada sampel ini, selisih nilai kestabilan pada suhu tinggi dengan
nilai ERBP adalah 3C, sehingga dapat diketahui bahwa nilai kestabilan suhu tinggi
memenuhi syarat SNI 06-2769-1992.
4. Kekentalan kinematis
Nilai viskositas merupakan salah satu parameter penting dalam pengujian pelumas,
dimana nilai viskositas ini akan menunjukkan kekentalan dari suatu pelumas,
semakin tinggi kekentalan suatu pelumas maka akan semakin baik daya lumasnya
terhadap benda yang dilumasi. Pengujian viskositas cairan rem ditentukan dengan
menggunakan Viskometer Ostwald suhu 100 0C, nilai viskositas untuk cairan rem
yang dianalisis adalah 1,86 mm2/s dan memenuhi syarat SNI 06-2769-1992 untuk
cairan rem.
5. Kekuatan asam (pH)
Penentuan nilai pH pada sampel cairan rem dilakukan sebelum dan setelah uji
korosi.
dianalisis, perolehan kadar endapan yang terbentuk yaitu dibawah 0,05 hasil yang
diperoleh memenuhi persyaratan SNI 06-2769-1992 mengenai cairan rem.
8. Penguapan
Uji penguapan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penguapan dari
cairan rem pada suhu 100C selama 7 hari. Penguapan ini merupakan indikator
cairan rem jika diaplikasikan pada mesin dengan kondisi operasi pada suhu 100C.
Pada sampel cairan rem yang diuji, nilai penguapan memenuhi syarat yang
tercantum dalam SNI06-2769-1992. Di mana kadar bahan yang menguap mencapai
49 %. Sedangkan untuk syarat mutu SNI 06-2769-1992, maksimal nilai penguapan
yaitu 80 %. Nilai penguapan diperlukan untuk menunjukkan ketahanan cairan rem
pada suhu kerja selama pemakaian. Cairan rem yang baik tidak mudah menguap,
karena jika cairan rem mudah menguap maka sistem pelumasan pada mesin akan
menurun.
9. Pour Point (Titik Tuang)
Pengujian titik tuang dilakukan pada sampel cairan rem dari hasil uji
penguapan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui batas suhu terendah
dari penggunaan cairan rem, di mana cairan rem tetap dapat mengalir. Jika cairan
rem cepat membeku maka sistem pelumasan akan terganggu. Menurut SNI 062769-1992 cairan rem memiliki titik tuang yang baik pada kondisi suhu maksimal
5C, hasil yang didapat dari percobaan pada sampel cairan rem DOT 3 didapat
hasil dibawah 400C. Maka cairan rem DOT 3 memenuhi syarat dalam SNI 062769-1992.
10. Toleransi Air
Perlakuan awal
perlakuan pada penentuan wet ERBP, dimana sampel cairan rem dijenuhkan terlebih
dahulu dengan air, kemudian hasil penjenuhan dimasukkan kedalam oven suhu 60 0C
untuk mengetahui pemisahan yang terjadi serta kadar endapan yang terbentuk.
Untuk cairan rem yang baik adalah tidak terdapat pemisahan dan endapan yang
terbentuk maksimal sebesar 0,15 % v/v. Pada sampel cairan rem yang diuji tidak
terdapat pemisahan, dan volume endapan yang diperoleh dibawah 0,05. Sehingga
sesuai dengan persyaratan SNI06-2769-1992.
11. Oksidasi
51
Penentuan uji oksidasi dilakukan menggunakan dua jenis logam, secara berurutan
jenis logam yang digunakan adalah aluminium, dan besi tuang. Sebelum dilakukan
uji oksidasi, logam diampelas terlebih dahulu agar logam tidak memiliki lapisan
yang dapat menghambat pengukuran dan terjadinya proses oksidasi, misalnya
produk korosi dari logam atau lemak yang menempel. Sebelum logam direaksikan
dengan sampel, pertama sampel dereaksikan terlebih dahulu dengan benzoil
peroksida yang bertujuan untuk meningkatkan serta mempercepat proses oksidasi.
Logam direndam dalam media cairan rem yang telah direaksikan dengan benzoil
peroksida dan air. Pemanasan yang dilakukan pada suhu 235 oC selama 222 jam
dan 7020C selama 7 minggu. Kondisi tersebut dapat memudahkan terjadinya
oksidasi pada logam. Selama proses oksidasi, logam dalam keadaan teroksidasi
sehingga beratnya bertambah karena produk korosi mengendap pada permukaan
logam. Produk korosi inilah yang terdegradasi dari logam, sehingga logam
mengalami kehilangan berat. Kehilangan berat ditentukan dari selisih antara berat
logam sebelum dan sesudah korosi.
Pada pengujian ini, diperoleh hasil uji oksidasi perubahan berat pada
aluminium 0,022 mg/cm2, dan besi tuang 0,086 mg/cm2,. Serta tidak terdapat korosi
sumur, maka cairan rem DOT 3 memenuhi syarat SNI 06-2769-1992.
12. Fluiditas
Pengujian fluiditas dilakukan untuk mengetahui sifat alir suatu cairan rem,
pengujian fluiditas dilakukan pada suhu -4020C selama 1444 jam dan dilakukan
pengujian pada suhu -5020C selama 62 jam. Pada pengujian ini diperoleh hasil
pengujian pada suhu -4020C waktu alir gelembung 4,4 detik dan pada suhu
-5020C waktu alir gelembung 10,5 detik. Pada pengujian kedua suhu tidak
ditemukan adanya pemisahan, pengendapan dan kejernihan cairan rem tetap tiodak
berubah. Berdasarkan SNI 06-2769-1992 mengenai cairan rem maka cairan rem
DOT 3 memenuhi persyaratan mutu.
13. Uji Karet
Pengujian karet dilakukan untuk mengetahui daya tahan karet rem terhadap cairan
rem, dari hasil pengujian pada suhu 700C selama 70 jam tidak mengalami pelepuhan
dan pertambahan kekerasan melainkan mengalami penurunan kekerasan sebesar 3,6
IRDH dan mengalami pertambahan diameter sebesar 0,16 mm, pada suhu 120 0C
52
BAB VII
PENUTUP
7.1
Kesimpulan
53
Saran
Uji yang dilakukan terhadap cairan rem dapat diterapkan dan diaplikasikan
sebagai modul dalam pelaksanaan praktikum perkuliahan, seperti penentuan ERBP, wet
ERBP, Kestabilan cairan, dan penguapan karena alat-alat yg digunakan untuk pengujian
tersebut sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. (2015). Validasi Metode Analisis. [Online]. Tersedia : http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia_analisis/validasi-metode-analisis/ (27 Maret 2015)
2. Anonim.
(2010).
Sampel
(statistika).
id.wikipedia.org/wiki/sampel_(statistika) (27 April 2015)
54
[Online].
Tersedia
3. ASTM. (2010). D 95 05 1:Standard Test Method For Water in Petroleum Products and
Bituminous Materials by Distiliation, An American National Standard.
4. ASTM. (2012). D445 12:Standard Test Method for Kinematic Viscosity of Transparent
and Opaque Liquids. BSN.
5. Fitria, N. (2014). Panduan Praktikum Statistika Analitik. STABA: Bandung.
6. Hanna.
(2011).
Minyak
Rem
(Brake
Fluid).
[Online].
Tersedia
:
https://hannanahan.wordpress.com/2011/10/20/minyak-rem-brake-fluid/ (27 Maret 2015)
7. Rizqiani, A. F dan Nadia, R. N. (2013). Pengujian Mutu Cairan Rem, Oli dan Arang Aktif
Di Laboratorium Pelumas Balai Besar Bahan Dan Barang Teknik. POLBAN: Bandung.
8. SAE International J1703. (2013). Surface Vechicle Standard:Motor Vehicle Brake Fluid.
USA and Canada.
9. Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2769-1992. (1992). Cairan Rem (Brake Fluid)
untuk Kendaraan Bermotor. BSN
LAMPIRAN A
SNI-06-2769-1992
CAIRAN REM (BRAKE FLUID) UNTUK KENDARAAN BERMOTOR
N
o
1
2
3
Persyaratan
SNI-06-27691992
min 205
C
mm2/s
mm2/s
min 140
min 1800
min 1.5
Uraian
Equilibrum Reflux Boiling Point
(ERBP)
Wet ERBP
Kekentalan Kinematik, -40C *)
100C
Satuan
55
4
5
7
8
N
o
9
10
11
7.0 11.5
7.0 11.5
maks 5
maks 5
mg/cm2
maks 0.2
maks 0.2
maks 0.1
maks 0.2
maks 0.4
maks 0.4
-
IRDH
mm
% v/v
% b/b
maks 80
Uraian
- endapan kasar/butiran sisa
Penguapan
Titik tuang (setelah uji Penguapan)
Toleransi air, 600C
- pemisahan
- pengendapan
Uji terhadap Karet (SBR)
Suhu 700C, 120 jam
Satuan
-
Persyaratan
SNI-06-27691992
Tidak boleh ada
maks -5
% v/v
56
12
13
14
N
o
15
- pelepuhan/pelapukan
- pertambahan kekerasan
- pengurangan kekerasan
- perambahan diameter
Suhu 1200C, 70 jam
- pelepuhan/pelapukan
- pertambahan kekerasan
- pengurangan kekerasan
- pertambahan diameter
Fluiditas dan penampakan pada
suhu rendah
- pada -400C, selama 1444 jam
- pemisahan, pengendapan,
pembentukan kristal
- waktu alir gelembung udara
- kejernihan dan penampakan
cairan (setelah 2350C)
- pada -5020C, selama 62 jam
- pemisahan, pengendapan,
pembentukan kristal
- waktu alir gelembung udara
- kejernihan dan penampakan
cairan (setelah 2350C)
Kompabilitas terhadap cairan
standar
- pada -400C, selama 22 2 jam
- Pemisahan atau pengendapan
- pada 60 20C, selama 22 2 jam
- pemisahan
- endapan
Ketahanan terhadap oksidasi korosi
sumur/kekerasan pada lempeng
logam
- endapan gum, lubang halus
Korosi/etching
Uraian
- perubahan massa logam
- aluminium
- besi tuang
Uji simulasi (Stroking)
IRDH
mm
IRDH
mm
Seconds
-
maks 10
Tidak boleh ada
Seconds
-
maks 35
Tidak boleh ada
*)
% v/v
Satuan
mg/cm2
mg/cm2
57
Persyaratan
SNI-06-27691992
maks 0.05
maks 0.3
**)
- Korosi
Tidak boleh ada
- Perubahan diameter silinde dan
mm
Tidak boleh ada
Piston
- Kondisi karet :
- penambahan diameter dasar
mm
maks 0.9
Karet rem
- rata rata pengurangan
IRDH
maks 15
Kekerasan karet rem
- kelengketan, pelepuhan,
Tidak boleh ada
pelapukan, keretakan, goresan
dan perubahan bentuk
- rata rata perubahan diameter
%
maks 65
luar cup bagian atas
- kehilangan volume cairan sampai mL
maks 36
24000 langkah
- kemacetan maupun gerakan
Tidak boleh ada
Piston yang tidak lancar
- kehilangan volume cairan selama mL
maks 36
100 langkah terakhir pengujian
- kondisi cairan pada akhir
Pengujian :
- lumpur, pembentukan gel atau
Tidak boleh ada
Butiran kasar
- endapan
% v/v
maks 1.5
- endapan gum yang menempel
Tidak boleh ada
pada dinding silinder/bagian
logam lain
- butiran butiran kasar/endapan
Tidak boleh ada
yang tidak dapat dilepaskan
dengan kain yang dibasahi etanol
pada silinder
Catatan untuk SNI 1992 :
- Tipe 1 memenuhi syarat seluruhnya dan atau *) dan atau **)
- Tipe 1 memenuhi syarat seluruhnya
- *) untuk syarat SNI belum diperlukan
- **) tidak diperlukan di Indonesia kecuali untuk ekspor
- IRDH : International rubber hardness degrec
LAMPIRAN B
VERIFIKASI METODA PENETAPAN KADAR AIR
58
Akurasi
Fuel Dilluent =
Recovery =
Konsentrasi
standar
Blanko
Contoh
Kadar air
0.1%
Kadar Air
0.3%
Kadar Air
0.5%
Kadar Air
0.7%
Kadar Air
1.0%
Fuel Dilluent
x 100
Konsentrasi standar
Volume
sampel
mL Air dalam
Penampung
Fuel Dilluent
%V
%Recover
y
50.0
0.00
0.00
0.000
50.0
0.05
0.10
100
50.0
0.15
0.30
100
50.0
0.26
0.52
104
50.0
0.34
0.68
97.1
50.0
0.50
1.00
100
Kesimpulan:
Berdasarkan pada tabel acuan recovery. Persen recovery standar pada konsentrasi 0,1%,
03%, 0,5% dan 0,7% jika dibandingkan dengan analit >0,1% pada tabel acuan recovery
maka data akurat, sedangkan pada konsentrasi standar 1,0% jika %recovery dibandingkan
dengan tabel acuan recovery pada % analit >1 maka data dapat dikatakan akurat.
Presisi
S ( standar deviasi )=
( XiXrata )
( n1 )
)
59
RSD=
Standar deviasi
x 100
Ratarata
C
0,5 log
1
CV Horwitz=2
Ke - Pengulangan KA 0.5%
mL Air dlm Penampung
1
0.5
0.25
2
0.5
0.26
3
0.5
0.25
4
0.5
0.25
5
0.5
0.26
6
0.5
0.26
7
0.5
0.25
Rata - rata
0.254
S
0.005
RSD
2.102
CVH
4.44
2/3CVH
2.96
Kesimpulan :
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil RSD<2/3CVH maka data
pengujian dapat dikatakan Presisi
Linieritas
Ke 1
2
3
4
5
6
7
Pengulangan KA 0.5%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Rata - rata
S
RSD
CVH
2/3CVH
60
hasil
+0
mL Air 0.0 f(x) = 0.5x Linear
R = 1
(hasil)
1.0
0.0 2.0
% Air
Kesimpulan :
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil koefisien korelasi (r) 0,998
sedangkan untuk kepekaan (a) +0,001, maka dapat disimpulkan data yang dihasilkan Linier.
LAMPIRAN C
GAMBAR
61
Alat Sentrifuge
Alat pH-meter
Viskometer ostwald
62
Oven
Stopwatch
Viskometer bath
63
Barometer
Durometer
Jangka sorong
Neraca Analitik
64