Anda di halaman 1dari 11

Pekerja di Indonesia Paling Tidak Puas, Mengapa?

31 Maret 2012 06:50 Diperbarui: 25 Juni 2015 07:13 2473 1 0

Pekerja di Indonesia Paling Tidak Puas, Mengapa?

Ilustrasi (Business Insider/Jhaneel Lockhart)

[caption id="" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi (Business

Insider/Jhaneel Lockhart)"][/caption] Pekerja atau karyawan yang bekerja di

Indonesia disebut-sebut paling tidak bahagia di dunia. Indonesia berada di urutan

pertama negara tempat orang-orang memiliki tingkat kepuasan dan kebahagiaan

terendah di dunia. Di bawahnya, Singapura dan Malaysia. Masalah insentif dan

keseimbangan karir dan kehidupan personal dianggap menjadi penyebab utama

indeks ini. Tapi mengapa? Accenture, sebuah lembaga konsultasi bisnis dan

manajemen asal Amerika Serikat mengeluarkan hasil studi terbaru mereka pada 8

Maret lalu. Studi yang mempelajari tingkat kepuasan kerja pada karyawan itu

menunjukkan, hanya 18 persen dari kelompok responden karyawan di Indonesia yang

mengatakan puas dengan kualitas kehidupan serta kebahagiaannya di tempat kerja.

Ini menempatkan Indonesia di posisi paling bawah tingkat kepuasan para pekerja.

Sementara di Singapura, sebesar 76 persen responden mengaku tidak bahagia di

tempat kerja. Tiga masalah yang paling dikeluhkan adalah keseimbangan antara

pekerjaan dan kehidupan pribadi, besaran gaji dan tunjangan, serta ketersediaan

jenjang karir. Dalam garis gender, para pekerja laki-laki lebih banyak mengeluhkan

keseimbangan kehidupan pribadi dengan pekerjaan. Orang-orang yang bekerja di

kantor ingin pihak perusahaan menyadari bahwa tiap karyawan memiliki keluarga di

rumah, memerlukan jam berkualitas bersama pasangan dan anak, serta kesempatan
untuk mengaktualisasi diri lewat komunitas. Sementara itu, para pekerja perempuan

lebih meminta penyesuaian preferensi mereka dalam hal gaji, tunjangan, serta bonus.

Meski demikian, hampir separuh dari total responden mengeluhkan hal yang sama,

yaitu keseimbangan waktu antara bekerja dan menikmati waktu bersama keluarga.

Temuan Accenture ini tentunya bukanlah hal baru. Paling tidak, fakta ini diamini oleh

banyak pekerja di Indonesia. Berbagai faktor eksternal pekerjaan ikut andil dalam

menentukan puas atau tidaknya seseorang dalam bekerja. Buruknya kualitas

transportasi, pelayanan kesehatan, ketakutan-ketakutan terhadap keadaan rumah, serta

beberapa masalah terkait rutinitas lainnya sering menjadi penghalang aktualitas dalam

bekerja. Apalagi, di Indonesia isu berkembang dengan cepat. Ketika terdengar

rencana pemerintah menyesuaikan harga bahan bakar, industri akan menggeliat

menyesuaikan kenaikan harga-harga. Di internal perusahaan, terjadi kekhawatiran

yang terdengar sampai ke telinga karyawan. "Apakah kita akan di-PHK?" Masalah

manajemen pribadi di tempat kerja ini yang akhir-akhir ini banyak diperhatikan

peneliti. Survey yang sama telah menemukan bahwa para pekerja di Asia cenderung

lebih sulit mengatur diri di tempat kerja, dibandingkan dengan para pekerja di

Amerika dan Eropa. Temuan bahwa tekanan pekerjaan yang lebih tinggi bisa memicu

produktivitas lebih tinggi pula belum banyak dipahami oleh orang-orang di negara

berkembang. Akibatnya, kurangnya passion, kemalasan, rendahnya etika, serta

kurangnya inisiatif membuat orang-orang di Asia tertinggal dengan para pekerja di

Eropa. Faktor Internal Meski sebelumnya Ipsos Global mengeluarkan hasil poling

yang menyebutkan 8 dari 10 orang di Indonesia bahagia dengan kehidupan mereka,

tidak ada jaminan kebahagiaan yang dimaksud juga dominan di tempat kerja. Bisa
jadi,variabel "bahagia" dan "sangat bahagia" yang dipatok IG tidak menghitung

banyak indikator kepuasan di lingkungan kerja. Jika memang benar, bisa terjadi

kesenjangan fakta mengingat masih seringnya ditemukan demonstrasi buruh yang

menuntut gaji minimum di beberapa daerah di Indonesia. Dalam daftar Accenture

negara Swiss ditempatkan sebagai tempat di mana orang-orang bekerja dengan lebih

puas dan bahagia. Sebanyak lebih dari 80% orang di Eropa mengaku tidak merasa

mengorbankan keluarganya ketika harus mengejar produktivitas yang tinggai di

tempat kerja. Orang Indonesia? Tentunya preferensinya jauh berbeda. Sisi internal

setiap karyawan yang paling berpengaruh dalam perbaikan kepuasan di tempat kerja

ini. Memang faktor eksternal tak boleh dilewatkan. Akan tetapi jika mampu

melakukan manajemen diri secara lebih baik, besar kemungkinan terjadi perbaikan

dalam hal kepuasan bekerja, yang tentunya berbanding lurus dengan kinerja di tempat

kerja. Para pekerja di Indonesia tentunya bisa mengejar lebih. Jika mengikuti standar

yang lebih baik dalam hal menghadapi tantangan kerja, memiliki etos dan etika kerja

yang lebih baik, serta menyadari hak-hak atas jenjang karir yang lebih baik, tentu

akan ada perbaikan di masa depan. Dan ini pula yang akan memicu para pencari kerja

untuk menyiapkan diri mereka secara lebih baik. Jadi, Anda termasuk orang yang

puas dan bahagia atas pekerjaan? ================ Sumber:

businessinsider.com, business.asiaone.com.

https://www.kompasiana.com/afsee/pekerja-di-indonesia-paling-tidak-puas-

mengapa_550ee0a6a33311b72dba82bf
Kantor Kondusif, Kepuasan Kerja Tercapai

Kompas.com - 15/04/2013, 11:05 WIB

KOMPAS.com - Bekerja sebenarnya bukan sekadar aktivitas mencari penghasilan

saja. Lebih dari itu, bagi perempuan, bekerja bisa menjadi sarana untuk

mengaktualisasikan diri dan mendapat kepuasan pribadi. Menurut survei yang

dilakukan Accenture "Defining Success Your Way" tahun 2013, 53 persen

perempuan yang bekerja sudah merasa puas dengan pekerjaan dan pencapaian

mereka.

"Dibandingkan survei tahun lalu (2012), di tahun 2013 ini kepuasan kerja perempuan

ternyata meningkat sampai 10 persen. Karenanya, mereka tidak berniat untuk mencari

pekerjaan yang lain," ungkap Neneng Goenadi, Executive Director dan Country Lead

Accenture Indonesia, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Survei ini juga mengungkapkan bahwa peningkatan kepuasan akan pekerjaan juga

disebabkan oleh lingkungan kerja yang lebih menyenangkan dan kondusif untuk

peningkatan kinerja mereka. Melalui survei ini, Accenture juga mengungkapkan

lingkungan yang ideal dan paling diinginkan para pekerja untuk meningkatkan

kepuasan mereka dalam bekerja.

Survei ini melaporkan bahwa 59 persen responden mengaku bahwa lingkungan kerja

yang baik dan bisa memberikan kepuasan kerja adalah yang tahu bagaimana cara

menghargai karyawannya dalam segala hal. "Adanya pengertian dan penghargaan

dari bos atau perusahaan bisa meningkatkan semangat pekerja untuk bisa lebih

berprestasi, dan meningkatkan kinerja mereka dengan lebih baik," jelasnya.


Perusahaan yang bisa mengerti dan menghargai karyawannya akan memiliki

hubungan yang lebih erat dengan karyawan. Dengan demikian, pada akhirnya semua

pihak mendapatkan keuntungan saat mereka berhasil merekrut dan mempertahankan

karyawan yang berkinerja baik.

Selain itu, responden juga mengungkapkan kondisi lingkungan kerja yang bisa

membuat mereka merasa puas bekerja adalah: lingkungan yang fleksibel (50 persen),

menyenangkan dan penuh tantangan (49 persen), dan menyenangkan (43 persen).

Kepuasan kerja juga dipengaruhi oleh kehadiran partner kerja yang jujur (54 persen),

bisa diandalkan dan dipercaya (44 persen), dan pandai (33 persen).

Survei online dari Accenture ini dilakukan terhadap 4.100 eksekutif dari organisasi

menengah sampai besar dari 33 negara di dunia. Masing-masing negara yang

berpartisipasi dalam survei ini memberikan 100 responden, yang kemudian

dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jabatan.


Karakter atasan buruk, karyawan tidak puas kerja

Kamis, 30 Oktober 2014 17:47

Reporter : Novita Intan Sari

Ilustrasi bos dan karyawan. ©Shutterstock.com/ Yuri Arcurs

Merdeka.com - JobStreet.com melakukan survei kepada 17.623 koresponden di Pulau

Jawa pada awal bulan Oktober tentang kepuasan karyawan terhadap pekerjaan

mereka. Dari hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 73 persen karyawan merasa

tidak puas dengan pekerjaannya.

Dalam survei tersebut disebutkan, buruknya karakter atasan, mempengaruhi tingginya

turn over karyawan. Hal ini, berdampak pada citra perusahaan. Selain itu, 54 persen

karyawan terpaksa bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan sehingga

berdampak serius pada penurunan produktivitas kerja hingga kecilnya jenjang karier.

Survei menunjukkan, 60 persen koresponden mengaku tidak memiliki jenjang karier

di kantor mereka. Selain dari ketidaksesuaian latar belakang pendidikan, sebesar 85

persen koresponden mengaku tidak memiliki work life balance atau keseimbangan

antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Survei JobStreet.com pada bulan September lalu, menyebutkan bahwa 62 persen

karyawan mengaku sulit tidur karena masih memikirkan pekerjaannya. Padahal, hasil

penelitian yang dilakukan Morgan Redwood di Inggris, perusahaan yang mendorong

karyawan untuk memiliki keseimbangan akan memperoleh pendapatan 20 persen

lebih besar daripada perusahaan yang tidak mendorong work life balance.

Selain itu, 53 persen karyawan mengaku memiliki atasan dengan gaya kepemimpinan

bangga pangkat dan jabatan, paternalis dan tidak mau tahu atau laisez faire. Dalam
rilisnya, JobStreet.com Indonesia mengungkapkan, riset yang dilakukan oleh

American Psychological Association menunjukkan, karyawan yang puas dengan

pekerjaan mereka akan bekerja lebih produktif. Hal tersebut berdampak pada

kesehatan pikiran dan tubuh karyawan. [arr]

https://www.merdeka.com/uang/karakter-atasan-buruk-karyawan-tidak-puas-

kerja.html
Seberapa Puas Orang Indonesia dengan Pekerjaan Mereka?

Rahmi Anjani - wolipop

Seberapa Puas Orang Indonesia dengan Pekerjaan Mereka?Foto: Thinkstock

Jakarta - Wanita dan pria di zaman sekarang sama-sama senang mengejar masa

depan. Mereka pun giat bekerja dengan harapan bisa mendapatkan penghasilan lebih

besar dan peningkatan jabatan. Namun apakah hal tersebut berarti jika keduanya puas

dengan pekerjaan mereka?

Sebuah survei pun dilakukan oleh Jobplanet untuk mengetahui kepuasan karyawan

Indonesia terhadap profesi yang dijalankan dan siapa yang lebih puas. Berlawanan

dengan anggapan bahwa pria lebih ambisius dalam mengejar karier kariernya,

ternyata wanitalah yang lebih puas dengan pekerjaan secara keseluruhan. Wanita pun

diketahui juga nyaman dengan keseimbangan kehidupan kerja dan personal, gaji,

hingga tunjangan yang selama ini diterima.

Riset tersebut dilakukan pada 46.650 orang dengan perbandingan pria sebanyak

46,25% dan wanita sebanyak 53,75% yang tersebar di 35 provinsi di Indonesia.

Mereka pun dibagi menjadi dua tingkatan, yakni manajer dan staff. Para responden

itu ditanya mengenai kepuasan mereka terhadap aspek-aspek kerja, seperti jenjang

karier, work-life balance, serta gaji dan tunjangan.

Hasil penelitian pun mengungkapkan jika wanita memang lebih puas secara

keseluruhan. Namun bukan berarti banyak pria yang tidak menyukai profesi mereka.
Karyawan lelaki bahkan unggul dalam tingkat kepuasan secara umum dengan nilai

3,43 sedangkan wanita 3,42. Namun dari segi jenjang karier, keseimbangan

kehidupan, dan penghasilan wanitalah yang lebih tinggi meski nilainya tidak terlalu

jauh sehingga menjadikan keduanya setara.

Temuan menarik lain dari riset ini bahwa ternyata jabatan mempengaruhi tingkat

kepuasan seseorang terhadap kehidupan kariernya. "Berdasarkan riset, Jobplanet

menemukan bahwa level pekerjaan turut menentukan tingkat kepuasan karyawan.

Semakin tinggi posisi seorang karyawan di perusahaan, semakin tinggi pula tingkat

kepuasannya terhadap pekerjaan serta berbagai faktor lainnya, dalam hal ini jenjang

karier, work-life balance, serta gaji dan tunjangan," ungkap Kemas Antonius, Chief

Product Officer Jobplanet di Indonesia

Kebanyakan dari responden menilai berbagai aspek dalam karier dengan angka tiga

dari skala satu sampai lima. Artinya penelitan ini membuktikan jika baik wanita dan

pria di Indonesia sudah puas dengan pekerjaan mereka (ami/ami)


73% Karyawan Tidak Puas dengan Pekerjaan Mereka

Posted on Nov 13, 2014

Share109

JobStreet.com melakukan survei kepada 17,623 koresponden pada awal bulan

Oktober tentang kepuasan karyawan terhadap pekerjaan mereka. Dari hasil survei

tersebut menunjukan bahwa 73% karyawan merasa tidak puas dengan pekerjaannya

dikarenakan beberapa faktor.

Hingga Mei 2014 Badan Pusat Statistik Nasional menunjukan tingginya angka

pengangguran di Indonesia yaitu sebesar 7,2 juta. Ketidaksesuaian pekerjaan yang

ada dengan latar belakang yang dimiliki pada akhirnya membuat 54% karyawan

terpaksa bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. Tanpa

disadari, hal ini berdampak serius pada penurunan produktivitas kerja hingga kecilnya

jenjang karier. Faktanya 60% koresponden mangaku tidak memiliki jenjang karier

dikantor mereka sekarang.

73 Karyawan Tidak Puas dengan Pekerjaan Mereka-JobStreetcom-Indonesia-

30102014

Selain dari ketidaksesuaian latar belakang pendidikan, sebesar 85% koresponden juga

mengaku bahwa mereka tidak memiliki work-life balance (keseimbangan antara

pekerjaan dan kehidupan pribadi). Survei JobStreet.com pada bulan September lalu

bahkan menyebutkan bahwa 62% karyawan mengaku sulit tidur karena masih

memikirkan pekerjaannya. Padahal hasil penelitian yang dilakukan Morgan Redwood


di Inggris menyebutkan bahwa perusahaan yang mendorong karyawan untuk

memiliki kesimbangan baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi akan

memperoleh pendapatan/tahun 20% lebih besar daripada perusahaan yang tidak

mendorong work-life balance.

Ditambah lagi dengan 53% karyawan yang mengaku memiliki atasan dengan gaya

kepemimpinan militer (bangga pada pangkat dan jabatan untuk menggerakan

bawahan), paternalis (tidak pernah memberikan kesempatan pada bawahan untuk

mengembangkan daya kreatifitasnya) dan laisez faire (membiarkan bawahannya

bekerja semaunya, jabatan hanya sebagai simbol dan tidak pernah mau tahu).

Buruknya karakter atasan juga dapat mempengaruhi tingginya turn over karyawan

disebuah perusahaan. Lebih jauh lagi hal itu juga akan berdampak pada citra

perusahaan.

Riset yang dilakukan oleh American Psychological Association menunjukan bahwa

karyawan yang puas dengan pekerjaan mereka akan bekerja lebih produktif. Hal

tersebut juga mempengaruhi kesehatan pikiran dan tubuh mereka. Masih mau bekerja

ditempat yang salah?

https://www.jobstreet.co.id/career-resources/73-karyawan-tidak-puas-dengan-

pekerjaan-mereka/#.WozZulpubIU

Anda mungkin juga menyukai