Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSHIP

PUSKESMAS LARANGAN

NAMA : dr.Nadia Oline Tumiur


SIP INTERNSHIP :
TANGGAL ANALISIS : Oktober 2017-Januari 2018
JENIS PROGRAM : Program Penyakit Menular (Konjungtivitis )

HASIL ANALISIS:
1. Pendahuluan
Pengertian Konjungtivitis Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva atau
radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut
maupun kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, klamidia, alergi, viral toksik,
berkaitan dengan penyakit sistemik. Peradangan konjungtiva atau konjungtivitis dapat terjadi
pula karena asap, angin dan sinar.
Penyebab dari konjungtivitis bermacam-macam yaitu bisa disebabkan karena bakteri, virus,
infeksi klamidia, konjungtivitis alergi. Konjungtivitis bakteri biasanya disebabkan oleh
Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus. Sedangkan, konjungtivitis
virus paling sering disebabkan oleh adenovirus dan penyebab yang lain yaitu organisme
Coxsackie dan Pikornavirus namun sangat jarang. Penyebab konjungtivis lainnya yaitu infeksi
klamidia, yang disebabkan oleh organisme Chlamydia trachomatis (James dkk, 2005).
Konjungtivitis yang disebabkan oleh alergi diperantai oleh IgE terhadap allergen yang
umumnya disebabkan oleh bahan kimia (Ilyas, 2008).

-1-
Penularan Konjungtivitis Sumber penularan konjungtivitis secara umum adalah cairan yang
keluar dari mata yang sakit yang mengandung bakteri atau virus. Salah satu media penularannya
yaitu tangan yang terkontaminasi cairan infeksi, misalnya melalui jabatan tangan. Bisa pula
melalui cara tidak langsung, misalnya tangan yang terkontaminasi memegang benda yang
kemudian terpegang oleh orang lain, penggunaan handuk secara bersama-sama, penggunaan
sapu tangan atau tisu secara bergantian, dan penggunaan bantal atau sarung bantal secara
bersama-sama

Konjungtivitis Infektif
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan sendiri untuk mengatasi konjungtivitis infektif karena
sebagian besar kasusnya tidak memerlukan perawatan medis dan akan menghilang dalam waktu
1-2 pekan. Di bawah ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala yang
dialami.

 Gunakan obat tetes air mata yang berguna sebagai pelumas untuk meredakan rasa sakit dan
lengket pada mata. Obat ini bisa dibeli secara bebas di apotek.
 Cucilah tangan secara rutin setelah menyentuh mata yang terinfeksi agar tidak menular.

-2-
 Jangan menggunakan lensa kontak sebelum gejala infeksi hilang atau setidaknya satu hari
setelah menyelesaikan perawatan. Ganti lensa kontak yang telah dipakai saat terinfeksi
karena kemungkinan bisa menjadi sumber infeksi.
 Gunakan kain kapas yang dibasahi untuk membersihkan kelopak dan bulu mata dengan
lembut agar tidak lengket.
Jika gejala yang dialami tidak kunjung mereda setelah dua pekan atau infeksi yang terjadi
cukup parah, dokter akan meresepkan obat antibiotik, salah satunya adalah chloramphenicol.
Biasanya dokter akan meresepkan obat tetes mata chloramphenicol sebagai penanganan
utama. Namun chloramphenicol dalam bentuk salep akan diresepkan jika pasien tidak cocok
dengan bentuk tetes. Penglihatan mungkin akan menjadi buram selama 20 menit setelah
pemakaian salep mata. Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter tentang penggunaan obat.
Selain obat tetes mata chloramphenicol, ada juga obat tetes mata fusidic acid. Anak-anak,
wanita hamil, dan orang yang berusia lanjut lebih cocok untuk menggunakan obat tetes
mata fusidic acid karena penggunaannya tidak perlu sesering obat tetes mata lain.
Konjungtivitis Alergi
Sebelum menemui dokter, cobalah lakukan pengobatan sendiri di rumah terlebih dahulu
untuk meredakan gejala konjungtivitis alergi. Kompres mata dengan kain yang dibasahi air
dingin dan hindari terpapar zat alergen. Jangan memakai lensa kontak hingga gejala
konjungtivitis hilang. Agar gejala tidak memburuk, jangan menggosok mata walau terasa gatal.

Jika konjungtivitis alergi tidak kunjung mereda, temui dokter. Dokter kemungkinan akan
meresepkan antihistamin (baik dalam bentuk tetes mata atau oral) guna meredakan gejala alergi.
Contoh obat antihistamin adalah azelastine,cetirizine, loratadine,fexofenadine, atau emedastine.
Selain antihistamin, obat kortikosteroid jangka pendek dalam bentuk gel, salep, atau krim
kemungkinanakan diresepkan jika gejala konjungtivitis alergi yang dialami cukup parah.

Selain itu, ada juga obat yang bernama mast cell stabilisers yang berguna untuk
mengendalikan gejala alergi dalam jangka waktu panjang. Dokter mungkin akan
mengombinasikan antihistamin dengan obat ini, karena efek mast cell stabilisers baru bisa
terasa setelah beberapa pekan pemakaian. Contoh obat tetes mata mast cell stabilisersyang biasa
diresepkan adalah nedocromil sodium, sodium cromoglicate, dan lodoxamide.

Puskesmas Larangan sebagaifasilitaskesehatantingkatpertama di Kota Cirebon berperan


penting dalam menurunkan angka kejadian konjungtivitisbaik kasus lama maupun kasus baru
di tingkat kota, provinsi maupun nasional.

-3-
2. Laporan kegiatan
Dilaksanakan
No. Kegiatan
YA TIDAK
Pedoman khusus mengenai penyakit konjungtivitis dari Dinas
1. √
Kesehatan
2. Diagnosa penderita Konjungtivitis
a. Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan mata merah, rasa
mengganjal, gatal dan berair, kadang disertai sekret.
Keluhan tidak disertai penurunan tajam penglihatan.
Faktor Risiko:
1. Daya tahan tubuh yang menurun
2. Adanya riwayat atopi
3. Penggunaan kontak lens dengan perawatan yang
tidak baik
4. Higiene personal yang buruk √
b. Pemeriksaan Fisik
1. Visus normal
2. Injeksi konjungtival
3. Dapat disertai edema kelopak, kemosis
4. Eksudasi; eksudat dapat serous, mukopurulen, atau
purulen tergantung penyebab
- Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel, papil atau
papil raksasa, flikten, membrane, atau pseudomembran
3. Sistem rujukan penderita konjungtivitis √
4. Penyuluhan kepada masyarakat tmengenai penyakit

Konjungtivitis
5. Manajemen dan tatalaksana Konjuntivitis √

3. Analisa kegiatan
Bentuk pelayanan dalam deteksi penyakit Konjungtivitis yang dilakukan di
Puskesmas Larangan adalah mencatat dan melaporkan kasus lama dan kasus baru ke Dinas
Kesehatan Kota Cirebon. Puskesmas Larangan pun melakukan rujukan penderita
Konjungtivitis terutama bila mengenai kornea ke fasilitas kesehatan tingkat dua.

-4-
3.1 Pedoman khusus mengenai penyakit Konjungtivitis dari Dinas Kesehatan
Pedoman khusus bertujuan agar system penanganan penderita konjuntivitis dilakukan
secara terpadu dan memiliki dasar advokasi yang kuat karena dikeluarkan secara resmi oleh
pemerintah.
Kendala: belum adanya pedoman yang dibuat oleh pemerintah seperti penyakit lain yang
dibuat oleh pemerintah.
Saran : pembuatan pedoman yang komprehensif oleh pemerintah.

3.2 Diagnosa penderita konjungtivitis


Bentuk pemeriksaan untuk diagnosis penderita konjungtivitis di Puskesmas Larangan
adalah melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan oftalmologi, dan pengecekan ada
tidaknya keluhan lain yang merupakan komplikasi konjuntivitis
Kendala: Proses pemeriksaan kurangnya obat konjuntivitis selain yang disebablan oleh
bekateri
Saran ; ketersedian obat konjungtivitis selain yang disebabkan oleh bakteri

3.3 Sistem rujukan penderita konjungtivitis


Penderita konjungtivitis yang sudah terdeteksi dan terdapat penuruna visus (terkena di
kornea mata) dapat segera dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat dua.

3.4 Penyuluhan masyarakat mengenai konjungtivitis


Penyuluhan kesehatan mengenai konjungtivitis bertujuan untuk menambah pengetahuan
masyarakat mengenai migren bagaimana, tanda dan gejalanya dan secara umum dapat
menurunkan angka kejadian konjungtivitis. Masih kurangnya pengetahuan tentang
penyebab konjungtivitis.
Kendala: Program penyuluhan belum berjalan dengan baik di Puskesmas Larangan karena
keterbatasan waktu dan tenaga.
Saran : Kegiatan penyuluhan mengenai konjungtivitis dapat dibarengi dengan kegiatan
lintas bidang seperti Posbindu atau penyuluhan terjadwal.

-5-
3.5 Manajemendan Tata Laksana Konjungtivitis

Konjuntivitis dapat dicegah dan dikendalikan dengan pola gaya hidup yang baik dan terapi
obat-obatan. Pemberian terapi untuk penderita migrain selalu sesuai indikasi..
Kendala: terjadi backlog (penumpukan penderita) di fasilitas kesehatan tingkat satu maupun
dua karena ditanggung BPJS.
Saran :Memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat secara umum mengenai pola
hidup dan penggunaan obat.

4. Kesimpulan
Program Penyakit Menular khusunya Konjungtivitis di Puskesmas Larangan sudah berjalan
baik namun kekurangan yang ditemukan dalam analisa saya yaitu belum adanya pedoman
khusus untuk Migrain oleh pemerintah dan kurangnya ketersedian obat migren di Puskesmas
Larangan dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang mirgren.

5. Saran
a. UntukKepalaDinasKesehatan:
-Mengajukan pedoman khusus untuk penyakit konjungtivitis ke pemerintah pusat
b. Untuk Kepala Puskesma Larangan:
- Memantau jalannya program penyakit menular khususnya konjungtivitis
c. Untuk Pemegang Program:
- Mengajukan pedoman khusus mengenai penyakit konjumgtivitis
- Menjadwalkan serta melaksanakan penyuluhan secara rutin di tiap pos kesehatan

Kota Cirebon, Januari 2018


Mengetahui, Yang membuatlaporan
Dokterpendamping Internship Dokter Internship

dr. SuhandriNurhidayat dr. Nadia Oline T


-6-

Anda mungkin juga menyukai