Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan Rahmat-nya kita dapat
menjalankan sebuah kehidupan dengan penuh realita yang berkepanjangan. Dimana kita dapat
mebuat sebuah makalah penuh dengan kesadaran dan tidak kesadaran.
Dalam membuat sebuah penyusunan kata untuk merangkai sebuah kata hanya ini yang aku
bisa. Tidak lebih dan tidak kurang dari sebuah apa yang kita pikirkan dan hanya ini yang aku
bisa. Dimana kita dapat membuat sebuah makalah yang bertema hukum dan HAM dalam islam.
Semua isi-nya hanya bisa di pahami dan bisa di mengerti.
Demikian atas partisapasi kami dalam membuat makalah ini dengan penuh kesederhanaan.
Karena hanya ini yang aku bisa. Kalau ada kritik dan saran tolong di sempurnakan.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi.
Siklus ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang dimulai dari
pra kejadian, kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang mengiringinya. Kejadian tersebut
akan tercipta apabila kondisi dan beberapa syarat pencetusnya terpenuhi, utamanya pada saat
pra kejadian.
Ada poin-poin yang menjadi persyaratan dasar yang apabila gagal dilakukan pe–
ngendalian akan memicu peristiwanya, kemudian akan memasuki tahapan tidak terkendali dan
sukar dipadamkan. Syarat kondisi tersebut di antaranya adalah terdapat bahan yang dapat
terbakar, misalnya minyak, gas bumi, kertas, kayu bahkan rumput kering dan sebagainya.
Bilamana bahan yang dapat terbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan bertemu
pencetusnya maka seketika akan segera menimbulkan api. Sedangkan pencetus itu sendiri
penyebabnya cukup banyak di antaranya energi petir, api terbuka, listrik bahkan hanya sekedar
percikan bunga api. Penelitian yang terbaru dan mengejutkankan pemantik kebakaran tersebut
juga bisa timbul akibat frekuensi telpon genggam.
Peristiwa munculnya api awal berlanjut menjadi kebakaran besar hanya butuh waktu
dibawah 4 menit atau 10 menit. Ukuran waktu 4 -10 menit tersebut hasil dari suatu pengkajian
dan studi pengalaman dimana tahapan api belum berkembang dan meluas. Setelah lebih dari
waktu yang dimaksud, api akan berkembang menjadi api bertumbuh (growth) dan menjadi penuh
(full steady fire) dengan suhu mencapai 600 derjat Celsius sampai 1000 derajat Celcius lebih,
dimana ini su–dah berada pada tahapan sulit dipadamkan. Hanya perangkat hidran dan
sejenisnya yang dapat mengurangi dan memadamkan.
Siklus api awal menuju kondisi tidak terkendali ini disebabkan pada waktu menit menit
awal peristiwa kebakaran tersebut, terdapat serentetan umpan balik yang mempercepat
berkembangnya api itu sendiri. Rentetan umpan balik tersebut adalah bertambahnya suhu atau
temperatur yang akan mempercepat penguapan benda cair atau sublimasi benda yang terbakar
dan terhisapnya udara (oksidasi) dan mem–percepat terjadinya fire point (siklus bersambung).
Waktu yang singkat dan peristiwa umpan balik itulah menjadi faktor penentu percepatan tingkat
kobaran api. Bila tidak dilakukan penanganan secara sistematis akan berakhir tragis dan
menimbulkan kerugian yang luas. Terkadang membawa korban jiwa manusia.
Kenapa hal tersebut terjadi? Ada beberapa pertanyaan yang terkadang sulit untuk dijawab
secara umum dalam menghadapi waktu dibawah 4 menit dan hal tersebut menjadi jawaban
klasik mengapa dan kenapa peristiwa kebakaran selalu terjadi tanpa dapat dicegah atau
diminimalisasi kejadiannya. Takdir Tuhanlah, musibahlah atau yang lebih ekstrem
menyalahkan petugas PMK-nya yang bolot dan lelet.
Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan kecelakaan
yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik
kerugian materil maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan
terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak ditangani dengan segera,
maka akan berdampak bagi penghuninya. Jika terjadi kebakaran orang-orang akan sibuk sendiri,
mereka lebih mengutamakan menyelamatkan barang-barang pribadi daripada menghentikan
sumber bahaya terjadinya kebakaran, hal ini sangat disayangkan karena dengan keadaan yang
seperti ini maka terjadinya kebakaran akan bertambah besar. Dengan adanya perkembangan dan
kemajuan pembangunan yang semakin pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat.
Penduduk semakin padat, pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan,
industry yang semakin berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi
kebakaran membutuhkan penanganan secara khusus.

B. Rumusan masalah

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian api dan kebakaran


2. Menyebutakan dan menjelaskan tentang unsur-unsur api serta pemadamannya dan proses
terjadinya api
3. Menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi kelas kebakaran
4. Menyebutkan tahapan-tahapan pengembangan api/kebakaran
5. Menyebutkan dan menjelaskan penyebab kebakaran

BAB II
PEMABAHSAN

A. PENGERTIAN

Bekerja di sebuah laboratorium ataupun di perusahaan – perusahaan industri jelas tak bisa
lepas dari kemungkinan kecelakaan kerja atau bahaya yang salah satunya adalah kebakaran.
Aspek bahaya ini menjadikan pekerja laboratorium ataupun diperusahaan membuat dan
menciptakan suatu system keselamatan kerja. Selain itu perlu difahami pula bagaimana proses
terjadinya kebakaran, bahan-bahan kimia apa saja yang mudah terbakar serta bagaimana cara
penanggulangannya secara benar.
Bahasan ini akan saya uraikan secara lengkap mulai dari definisi api dan kebakaran.
Definisi api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan panas serta
adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api
terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu
dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh
api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.
Definisi umumnya kebakaran adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak
dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur
penyebab kebakaran.
Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api jinak
artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai.
Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api yang
meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak
akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang
diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :

1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti :
masak, las, dll.
2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti
: setrika, atau karena adanya korsleting.
3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif
seperti : peti.
4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti : gerinda,
memaku, dll.
5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air.

B. Pengetahuan Dasar Api


Seperti telah dikemukakan diatas reaksi terjadinya api dari tiga jenis unsur yaitu :
1. Fuel ( Bahan Bakar )
a. Pengertian bahan bakar
Yang dimaksud bahan bakar ialah semua jenis benda yang dapat terbakar
b. Jenis bahan bakar
Bahan bakar umumnya dubagi atas 3 jenis antara lain jenis bahan bakar padat,bahan bakar gas ,
dan cair
1. Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang setelah selesai
terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.
2. Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive
oil, dan lainnya.
3. Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan lain-
lainnya
c. Sifat Umum bahan bakar
Setiap jenis bahan bakar mempunyai sifat - sifat khusus,tetapi pada prinsipnya semua jenis bahan
bakar mempunyai sifat-sifat umum antara lain mudah terbakar dan dapat terbakar.
2. Oksigen / O2 ( Zat Asam)
a. Pengertian Oksigen
Suatu jenis gas yang sangat diperlukan dalam proses kehidupan bagi semua mahluk'
b. Prosentase Oksigen diudara
Udara terdiri dari atas bermacacm - macam gas dengan komposisi sebagai berikut :
- Gas Nitrogen / N2 : kurang lebih 78 %
- Gas Oksigen / O2 : kurang lebih 21%
- Gas Karbondioksida: kurang lebih 1%
Jumlah gas oksigen yang prosentasinya 21% inilah yang selalu dibutuhkan untuk prroses
kehidupan.
c. Fungsi Oksigen yang terjadinya Api ( Pembakaran )
Gas oksigen merupakan salah satu unsur yang harus ada ,sehngga tanpa oksigen api tidak dapat
terjadi pada keadaan normal ,dimana jumlah prosentase oksigen diudara adalah 21% merupakan
jumlah yang memadai untuk proses terjadinya api . Dan jumlah minimal prosentase oksigen di
udara yang masih dapat mbantu dalam proses terjadinya api adalah 15%.
3. Source Of Igition ( sumber nyala )
a. Pengertian Sumber Nyala dan Sumber Panas
- Sumber panas ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan panas
- Sumber Nyala ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan Panas pada suatu tingkat
temperatur tertentu dan telah dianggap berbahaya bagi timbulnya api / kebakaran.
b. Terjadinya sumber nyala
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya sumber nyala, antaa lain :
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Alam
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Kimia
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Listrik
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Mekanik
- Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Nuklir

C. Klasifikasi Kebakaran/Pengelompokkan Kebakaran

Klasifikasi/pengelompokkan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan


Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 adalah sebagai berikut :

1. Kebakaran Klas A

Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran
kayu, kertas, kain, plastik, dsb.

Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .

2. Kebakaran Klas B

Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.

Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.

Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry
powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.

3. Kebakaran Klas C

Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya
yang menggunakan listrik .Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2),
tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
4. Kebakaran Klas D

Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium,
dsb.

Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.

Tabel Klasifikasi Kebakaran


RESIKO MATERIAL ALAT PEMADAM
Dari
Dry Chemichal Multiporse dan ABC
Class A Kayu, kertas, kain keempat jenis
soda acid
kebakaran
Dry Chemichal foam ( serbuk bubuk
Bensin, Minyak tanah, tersebut yang
Class B ), BCF (Bromoclorodiflour
varnish jarang ditemui
Methane), CO2, dan gas Hallon
adalah kelas D,
Bahan – bahan seperti
Dry Chemichal, CO2, gas Hallon dan biasanya untuk
Class C asetelin, methane,
BCF kelas A, B dan
propane dan gas alam
C alat
Uranium, magnesium Metal x, metal guard, dry sand dan
Class D pemadamnya
dan titanium bubuk pryme
dapat
digunakan dalam satu tabunng / alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.
D. Factor penyebab terjadinya kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor
teknis.
 Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang
pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:
1. Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda “Dilarang Merokok”.
2. Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar, mengganti
sekering dengan kawat.
3. Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan pengamanan
yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar
4. Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan
keselamatan, misalnya memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain.
 Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal
yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
1. Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas yang
berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
2. Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor,
pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain
3. Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak tanah atau
gas elpiji didekat kompor
4. Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara. Bila
kondisi panas, kondisi seperti ini bisa memicu timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam tabel
berikut :
1. Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan
instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan
atau kebocoran.
2. Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus
memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
3. Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang
disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik.
4. Kebakaran disengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.
Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah
ini :
a. Faktor Non Fisik
Lemahnya peraturan perundang – undangan yang ada, serta kurangnya pengawasan terhadap
pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).
 Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha – usaha
pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.
 Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang – undangan yang berlaku
sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.
 Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan dengan
faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara melanggar
peraturan yang berlaku.
 Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama
bangunan tinggi.
b. Faktor Fisik
 Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
 Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
 Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.

E. Proses Terjadinya Kebakaran

Terjadinya kebakaran adalah merupakan suatu proses yang berkelanjutan ,dimana proses tersebut
juga merupakan peristiwa reaksi kimia , dengan unsur - unsur yang terlibat didalamnya antara
lain ;
1. Adanya bahan bakar atau benda - benda yg dapat terbakar
2. Adanya gas oksigen /O2 yang jumlah prosentasinya cukup memadai untuk proses pembakaran
3. Adanya sumber nyala yang dapat menimbulkan kebakaran
Rantai Reaksi Kimia
Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara
kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa
pembakaran.

CH4 + O2 + (x)panas ----> H2O + CO2 + (Y)panas

Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi
antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus
dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang
berkelanjutan.
Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing – masing tahapan
terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian meningkat hingga
mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur – angsur menurun sampai saat bahan yang
terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua
tahapan, yaitu :
a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )
Tahap tersebut dapat dilihat pada kurva suhu api di bawah ini.

Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh lidah api dan
materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai batas
tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar kearah horizontal.
Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung bertingkat tinggi, api menjalar ketingkat
yang lebih tinggi dari asal api tersebut.
Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan. Bila
sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.
Waktu Pertumbuhan /
Klasifikasi Pertumbuhan Growth Time
( detik ) Ta
Tumbuh Lambat ( Slow Growth ) > 300 bel Laju
Tumbuh Sedang ( Moderete Growth ) 150 – 300 Pertumbuhan

Tumbuh Cepat ( Fast Growth ) 80 – 150 Kebakaran

Tumbuh Sangat Cepat (Very Fast


< 80
Growth ) F. Pola
Meluasnya
Kebakaran
Dari segi cara api meluas dan menyala, yang menentukan ialah meluasnya kebakaran.
Bedanya antara kebakaran besar dan kebakaran kecil sebetulnya hanya terletak pada cara
meluasnya api tersebut.
Perhitungan secara kuantitatif tentang cara meluasnya kebakaran sukar untuk ditentukan.
Tetapi berdasarkan penyelidikan – penyelidikan, kiranya dapat diperkirakan pola cara meluasnya
kebakaran itu sebagai berikut :

a. Konveksi ( Convection ) atau perpindahan panas karena pengaruh aliran, disebabkan


karena molekul tinggi mengalir ke tempat yang bertemperatur lebih rendah dan menyerahkan
panasnya pada molekul yang bertemperatur lebih rendah.
» Panas dan gas akan bergerak dengan cepat ke atas ( langit – langit atau bagian dinding sebelah
atas yang menambah terjadinya sumber nyala yang baru ).
» Panas dan gas akan bergerak dengan cepat melalui dan mencari lubang – lubang vertikal seperti
cerobong, pipa – pipa, ruang tangga lubang lift, dsb.
» Bila jalan arah vertikal terkekang, api akan menjalar kearah horizontal melalui ruang bebas,
ruang langit – langit, saluran pipa atau lubang – lubang lain di dinding.
» Udara panas yang mengembang, dapat mengakibatkan tekanan kepada pintu, jendela atau bahan
– bahan yang kurang kuat dan mencari lubang lainnya untuk ditembus.

b. Konduksi ( Conduction ) atau perpindahan panas karena pengaruh sentuhan langsung dari
bagian temperatur tinggi ke temperatur rendah di dalam suatu medium.
» Panas akan disalurkan melalui pipa – pipa besi, saluran atau melalui unsur kontruksi lainnya
diseluruh bangunan.
» Karena sifatnya meluas, maka perluasan tersebut dapat mengakibatkan keretakan di dalam
kontruksi yang akan memberikan peluang baru untuk penjalaran kebakaran.

C . Radiasi ( Radiation ) atau perpindahan panas yang bertemperatur tinggi kebenda yang
bertemperatur rendah bila benda dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar dan gelombang
elektromagnetik. Permukaan suatu bangunan tidak mustahil terbuat dari bahan – bahan bangunan
yang bila terkena panas akan menimbulkan api.
» Karena udara itu mengembang ke atas, maka langit – langit dan dinding bagian atas akan terkena
panas terlebih dahulu dan paling kritis. Bahan bangunan yang digunakan untuk itu sebaiknya
ialah yang angka penigkatan perluasan apinya ( fleme-spread ratings ) rendah.
» Nyala mendadak ( flash-over ) yang disebabkan oleh permukaan dan sifat bahan bangunan yang
sangat mudah termakan api, adalah gejala yang umum di dalam suatu kebakaran. Kalau suhu
meningkat sampai ± 4250 C atau gas – gas yang sudah kehausan zat asam tiba – tiba dapat
tambahan zat asam, maka akan menjadi nyala api yang mendadak, dan membesarnya bukan saja
secara setempat tetapi meliputi beberapa tempat.
» Sama halnya dengan cerobong sebagai penyalur ke luar dari gas – gas panas yang
mengakibatkan adanya bagian kosong udara di dalam ruangan ( yang berarti pula menarik zat
asam ), semua bagian – bagian yang sempit atau lorong – lorong vertikal di dalam bangunan
bersifat sebagai cerobong, dan dapat memperbesar nyala api, terutama kalau ada kesempatan zat
asam membantu pula perluasan api tersebu

G. Penanggulangan Kebakaran

Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam -
macam akibat , antara lain korban jiwa dan harta benda .Tentunya kejadian tersebut tidak kita
inginkan, oleh karena itu dipikirkan tindakan dalam penanggulanganya . Pada umumnya
penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :

1. Mencegah Terjadinya Kebakaran


Ialah merupakan tindakan - tindakan dilakukan guna mencegah terjadinya kebakaran .tindakan
tindakan - tindakan tersebut harus dilakukan oleh setiap orang untuk itu diharapkan pengertian
dan kesadaran agar dapat melaksanakan apa yang menjadi tujuan, maka perlu adanya pengarahan
dan bimbingan mengenai pencegahan bahaya kebakaran kepada semua orang ,khususnya yang
berada dilingkungan kerja .
2. Perlindungan Bahaya Kebakaran
Ialah merupakan tindakan yang dilakukan guna melindungi dari bahaya kebakaran sehingga
tidak turut terbakar dalam batas waktu tertentu atau mencegah meluasnaya kebakaran ketempat
lain sebelum pnanggulangan lebih lanjut
3. Pemadam Kebakaran
Ialah merupakan salah satu tindakan dalam penanggulangan kebakaran bersifat represif.

H. Cara Untuk Memadamkan Kebakaran

Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu difahami segitiga api seperti yang telah
diuraikan diatas yaitu menghilangkan salah satu unsur dari segitiga api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya tradisional
masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi kentongan dll.
Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil
pemadam kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara lain
karbon dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk kering. Dari beberapa macam alat
pemadam api tersebut masing‐masing mempunyai kegunaan dan aturan tersendiri.

Inilah contoh gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

I. Media Pemadaman Api


Media pemadam api menurut fasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
 Jenis padat : misalnya pasir,tanah,selimut api, tepung kimia (dry chemical)
 Jenis cair : misalnya air, busa
 Jenis gas : misalnya gas asam arang (CO2), Halon 1102
Beberapa jenis media pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut :
Metode Pemadaman Api
a. Pasir
Pasir efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau
ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan psir ini berfungsi untuk membatasi menjalarnya
kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi permukaan bahan
yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi, sehingga nyala padam.
b. Tepung Kimia
Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai berikut :
 Tepung kimia reguler (untuk kebakaran kelas B dan C).
Misalnya : Purple K, Plus 50 C, Monnex, Super K.
 Tepung kimia serbaguna (multipurpose), untuk kebakaran kelas ABC. Misalnya :Monoamonium
Phosphate (MAP).
 Tepung khusus untuk kebakaran logam (kelas D), misalnya : Met-L-X, TEC, Lith X Powder dll.
 Ciri-ciri tepung kimia (dry powder) adalah :
 Butiran relatif seragam dengan diameter 15-60 mikron,
 Tidak beracun
 Untuk mencegah sifat higrokopis (mengisap air) dan penggumpalan, serta untuk memberikan
daya pengaliran yang lebih baik, maka ditambah “logam stearate” serta bahan-bahan tambahan
(additives tambahan).
 Walaupun cocok untuk kebakaran kelas C (listrik), tetapi dapat merusak instalasi atau peralatan
elektronik karena meninggalkan kotoran/kerak.
 Bagi manusia, segi bahayanya adalah dapat merusak pandangan dan mengganggu pernafasan.
 Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api :
 Secara fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan udara.
 Secara kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel-pertikel tepung kimia
tersebut akan mengikat radikal hidroksil dari api.
c. Air
Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran air yang
paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan sebagai berikut :
 Mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
 Murah
 Mudah disimpan, diangkut dan dialirkan
 Dapat dipancarkan dalam berbagai bentuk
 Mempunyai daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi ciri utama dari media pemadam
air.
 Mempunyai daya mengembang uap yang tinggi.
Kelemahan air sebagai media pemadam, antara lain :
 Menghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kelas C.
 Berbahaya bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm
(menghasilkan panas).
 Dapat terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung
Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis :
 Pendinginan, air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15 °C sampai 100
°C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs).
 Penyelimutan, karena air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap air
tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).

d. Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas
permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut
maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada permukaan
yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau tipe
kebakaran tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan
terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas
A.
1. Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat dengan
larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3 + 6NaHCO3→ 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2
2. Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan
pembentuk busa yang terdiri dari cairan busa, air bertekanan, dan udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa.
Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga
membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa
dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa
mekanis. Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70), Fluorocarbon surfactant
(AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan perspektif Kalimantan Selatan, atas persoalan kebakaran hutan dan lahan gambut
meliputi tiga hal pokok sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil sigi Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat yang dipublikasikan pada tahun
2002 luas lahan gambut di Kalimantan Selatan tersisa sekitar 139.000 ha, yang jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan tiga propinsi lainnya di Kalimantan. Oleh karenanya tindakan pencegahan
atas kebakaran lahan gambut harus lebih diperioritaskan agar keberadaan lahan gambut di
Kalimantan Selatan tetap terjaga.
2. Ironisnya keberadaan lahan gambut di Kalimantan Selatan cenderung terganggu oleh adanya
kegiatan lainnya seperti pembangunan infrastruktur jalan dan bangunan lainnya yang marak
terjadi akhir-akhir ini. Oleh karenanya diperlukan pemberdayaan penatagunaan lahan dan
kepemilikan lahan agar keberadaan dan fungsi hidrologis lahan gambut di Kalimantan Selatan
tetap terjaga. Jika tidak dilakukan, bahaya banjir pada musim hujan bukan tidak mungkin akan
terjadi.
3. Meskipun intensitas dan kapasitas kebakaran hutan dan lahan gambut di Kalimantan Selatan
tidak sebanyak yang terjadi di tiga propinsi lainnya di Kalimantan, kabut asap yang melintasi
batas propinsi sering menyelimuti udara Kalimantan Selatan. Oleh karenanya tindakan mitigasi
perlu dilakukan untuk mengurangi dampak kebakaran terhadap kesehatan dan sektor
transportasi.

Anda mungkin juga menyukai