Makalah Kebakaran
Makalah Kebakaran
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan Rahmat-nya kita dapat
menjalankan sebuah kehidupan dengan penuh realita yang berkepanjangan. Dimana kita dapat
mebuat sebuah makalah penuh dengan kesadaran dan tidak kesadaran.
Dalam membuat sebuah penyusunan kata untuk merangkai sebuah kata hanya ini yang aku
bisa. Tidak lebih dan tidak kurang dari sebuah apa yang kita pikirkan dan hanya ini yang aku
bisa. Dimana kita dapat membuat sebuah makalah yang bertema hukum dan HAM dalam islam.
Semua isi-nya hanya bisa di pahami dan bisa di mengerti.
Demikian atas partisapasi kami dalam membuat makalah ini dengan penuh kesederhanaan.
Karena hanya ini yang aku bisa. Kalau ada kritik dan saran tolong di sempurnakan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi.
Siklus ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang dimulai dari
pra kejadian, kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang mengiringinya. Kejadian tersebut
akan tercipta apabila kondisi dan beberapa syarat pencetusnya terpenuhi, utamanya pada saat
pra kejadian.
Ada poin-poin yang menjadi persyaratan dasar yang apabila gagal dilakukan pe–
ngendalian akan memicu peristiwanya, kemudian akan memasuki tahapan tidak terkendali dan
sukar dipadamkan. Syarat kondisi tersebut di antaranya adalah terdapat bahan yang dapat
terbakar, misalnya minyak, gas bumi, kertas, kayu bahkan rumput kering dan sebagainya.
Bilamana bahan yang dapat terbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan bertemu
pencetusnya maka seketika akan segera menimbulkan api. Sedangkan pencetus itu sendiri
penyebabnya cukup banyak di antaranya energi petir, api terbuka, listrik bahkan hanya sekedar
percikan bunga api. Penelitian yang terbaru dan mengejutkankan pemantik kebakaran tersebut
juga bisa timbul akibat frekuensi telpon genggam.
Peristiwa munculnya api awal berlanjut menjadi kebakaran besar hanya butuh waktu
dibawah 4 menit atau 10 menit. Ukuran waktu 4 -10 menit tersebut hasil dari suatu pengkajian
dan studi pengalaman dimana tahapan api belum berkembang dan meluas. Setelah lebih dari
waktu yang dimaksud, api akan berkembang menjadi api bertumbuh (growth) dan menjadi penuh
(full steady fire) dengan suhu mencapai 600 derjat Celsius sampai 1000 derajat Celcius lebih,
dimana ini su–dah berada pada tahapan sulit dipadamkan. Hanya perangkat hidran dan
sejenisnya yang dapat mengurangi dan memadamkan.
Siklus api awal menuju kondisi tidak terkendali ini disebabkan pada waktu menit menit
awal peristiwa kebakaran tersebut, terdapat serentetan umpan balik yang mempercepat
berkembangnya api itu sendiri. Rentetan umpan balik tersebut adalah bertambahnya suhu atau
temperatur yang akan mempercepat penguapan benda cair atau sublimasi benda yang terbakar
dan terhisapnya udara (oksidasi) dan mem–percepat terjadinya fire point (siklus bersambung).
Waktu yang singkat dan peristiwa umpan balik itulah menjadi faktor penentu percepatan tingkat
kobaran api. Bila tidak dilakukan penanganan secara sistematis akan berakhir tragis dan
menimbulkan kerugian yang luas. Terkadang membawa korban jiwa manusia.
Kenapa hal tersebut terjadi? Ada beberapa pertanyaan yang terkadang sulit untuk dijawab
secara umum dalam menghadapi waktu dibawah 4 menit dan hal tersebut menjadi jawaban
klasik mengapa dan kenapa peristiwa kebakaran selalu terjadi tanpa dapat dicegah atau
diminimalisasi kejadiannya. Takdir Tuhanlah, musibahlah atau yang lebih ekstrem
menyalahkan petugas PMK-nya yang bolot dan lelet.
Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan kecelakaan
yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik
kerugian materil maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan
terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak ditangani dengan segera,
maka akan berdampak bagi penghuninya. Jika terjadi kebakaran orang-orang akan sibuk sendiri,
mereka lebih mengutamakan menyelamatkan barang-barang pribadi daripada menghentikan
sumber bahaya terjadinya kebakaran, hal ini sangat disayangkan karena dengan keadaan yang
seperti ini maka terjadinya kebakaran akan bertambah besar. Dengan adanya perkembangan dan
kemajuan pembangunan yang semakin pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat.
Penduduk semakin padat, pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan,
industry yang semakin berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi
kebakaran membutuhkan penanganan secara khusus.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMABAHSAN
A. PENGERTIAN
Bekerja di sebuah laboratorium ataupun di perusahaan – perusahaan industri jelas tak bisa
lepas dari kemungkinan kecelakaan kerja atau bahaya yang salah satunya adalah kebakaran.
Aspek bahaya ini menjadikan pekerja laboratorium ataupun diperusahaan membuat dan
menciptakan suatu system keselamatan kerja. Selain itu perlu difahami pula bagaimana proses
terjadinya kebakaran, bahan-bahan kimia apa saja yang mudah terbakar serta bagaimana cara
penanggulangannya secara benar.
Bahasan ini akan saya uraikan secara lengkap mulai dari definisi api dan kebakaran.
Definisi api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan panas serta
adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api
terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu
dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh
api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.
Definisi umumnya kebakaran adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak
dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur
penyebab kebakaran.
Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan liar. Jenis api jinak
artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai.
Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api yang
meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak
akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang
diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :
1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti :
masak, las, dll.
2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti
: setrika, atau karena adanya korsleting.
3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif
seperti : peti.
4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti : gerinda,
memaku, dll.
5. Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit dengan air.
1. Kebakaran Klas A
Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran
kayu, kertas, kain, plastik, dsb.
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .
2. Kebakaran Klas B
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry
powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
3. Kebakaran Klas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya
yang menggunakan listrik .Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2),
tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
4. Kebakaran Klas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium,
dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.
Terjadinya kebakaran adalah merupakan suatu proses yang berkelanjutan ,dimana proses tersebut
juga merupakan peristiwa reaksi kimia , dengan unsur - unsur yang terlibat didalamnya antara
lain ;
1. Adanya bahan bakar atau benda - benda yg dapat terbakar
2. Adanya gas oksigen /O2 yang jumlah prosentasinya cukup memadai untuk proses pembakaran
3. Adanya sumber nyala yang dapat menimbulkan kebakaran
Rantai Reaksi Kimia
Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara
kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa
pembakaran.
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi
antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus
dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang
berkelanjutan.
Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing – masing tahapan
terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian meningkat hingga
mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur – angsur menurun sampai saat bahan yang
terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua
tahapan, yaitu :
a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )
b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )
Tahap tersebut dapat dilihat pada kurva suhu api di bawah ini.
Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi oleh lidah api dan
materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah vertikal sampai batas
tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan menjalar kearah horizontal.
Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung bertingkat tinggi, api menjalar ketingkat
yang lebih tinggi dari asal api tersebut.
Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap pertumbuhan. Bila
sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau dikendalikan.
Waktu Pertumbuhan /
Klasifikasi Pertumbuhan Growth Time
( detik ) Ta
Tumbuh Lambat ( Slow Growth ) > 300 bel Laju
Tumbuh Sedang ( Moderete Growth ) 150 – 300 Pertumbuhan
b. Konduksi ( Conduction ) atau perpindahan panas karena pengaruh sentuhan langsung dari
bagian temperatur tinggi ke temperatur rendah di dalam suatu medium.
» Panas akan disalurkan melalui pipa – pipa besi, saluran atau melalui unsur kontruksi lainnya
diseluruh bangunan.
» Karena sifatnya meluas, maka perluasan tersebut dapat mengakibatkan keretakan di dalam
kontruksi yang akan memberikan peluang baru untuk penjalaran kebakaran.
C . Radiasi ( Radiation ) atau perpindahan panas yang bertemperatur tinggi kebenda yang
bertemperatur rendah bila benda dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar dan gelombang
elektromagnetik. Permukaan suatu bangunan tidak mustahil terbuat dari bahan – bahan bangunan
yang bila terkena panas akan menimbulkan api.
» Karena udara itu mengembang ke atas, maka langit – langit dan dinding bagian atas akan terkena
panas terlebih dahulu dan paling kritis. Bahan bangunan yang digunakan untuk itu sebaiknya
ialah yang angka penigkatan perluasan apinya ( fleme-spread ratings ) rendah.
» Nyala mendadak ( flash-over ) yang disebabkan oleh permukaan dan sifat bahan bangunan yang
sangat mudah termakan api, adalah gejala yang umum di dalam suatu kebakaran. Kalau suhu
meningkat sampai ± 4250 C atau gas – gas yang sudah kehausan zat asam tiba – tiba dapat
tambahan zat asam, maka akan menjadi nyala api yang mendadak, dan membesarnya bukan saja
secara setempat tetapi meliputi beberapa tempat.
» Sama halnya dengan cerobong sebagai penyalur ke luar dari gas – gas panas yang
mengakibatkan adanya bagian kosong udara di dalam ruangan ( yang berarti pula menarik zat
asam ), semua bagian – bagian yang sempit atau lorong – lorong vertikal di dalam bangunan
bersifat sebagai cerobong, dan dapat memperbesar nyala api, terutama kalau ada kesempatan zat
asam membantu pula perluasan api tersebu
G. Penanggulangan Kebakaran
Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam -
macam akibat , antara lain korban jiwa dan harta benda .Tentunya kejadian tersebut tidak kita
inginkan, oleh karena itu dipikirkan tindakan dalam penanggulanganya . Pada umumnya
penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :
Agar bisa memadamkan secara cepat, perlu difahami segitiga api seperti yang telah
diuraikan diatas yaitu menghilangkan salah satu unsur dari segitiga api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya tradisional
masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi kentongan dll.
Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil
pemadam kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara lain
karbon dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk kering. Dari beberapa macam alat
pemadam api tersebut masing‐masing mempunyai kegunaan dan aturan tersendiri.
d. Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas
permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut
maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada permukaan
yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau tipe
kebakaran tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan
terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas
A.
1. Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat dengan
larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3 + 6NaHCO3→ 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2
2. Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan
pembentuk busa yang terdiri dari cairan busa, air bertekanan, dan udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa.
Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga
membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa
dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa
mekanis. Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70), Fluorocarbon surfactant
(AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan perspektif Kalimantan Selatan, atas persoalan kebakaran hutan dan lahan gambut
meliputi tiga hal pokok sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil sigi Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat yang dipublikasikan pada tahun
2002 luas lahan gambut di Kalimantan Selatan tersisa sekitar 139.000 ha, yang jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan tiga propinsi lainnya di Kalimantan. Oleh karenanya tindakan pencegahan
atas kebakaran lahan gambut harus lebih diperioritaskan agar keberadaan lahan gambut di
Kalimantan Selatan tetap terjaga.
2. Ironisnya keberadaan lahan gambut di Kalimantan Selatan cenderung terganggu oleh adanya
kegiatan lainnya seperti pembangunan infrastruktur jalan dan bangunan lainnya yang marak
terjadi akhir-akhir ini. Oleh karenanya diperlukan pemberdayaan penatagunaan lahan dan
kepemilikan lahan agar keberadaan dan fungsi hidrologis lahan gambut di Kalimantan Selatan
tetap terjaga. Jika tidak dilakukan, bahaya banjir pada musim hujan bukan tidak mungkin akan
terjadi.
3. Meskipun intensitas dan kapasitas kebakaran hutan dan lahan gambut di Kalimantan Selatan
tidak sebanyak yang terjadi di tiga propinsi lainnya di Kalimantan, kabut asap yang melintasi
batas propinsi sering menyelimuti udara Kalimantan Selatan. Oleh karenanya tindakan mitigasi
perlu dilakukan untuk mengurangi dampak kebakaran terhadap kesehatan dan sektor
transportasi.