Anda di halaman 1dari 7

39

Penentuan Parameter dan Arus Asut


Motor Induksi Tiga Fasa
Yandri

Laboratorium Konversi Energi


Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
e-mail : yandri_hasan@hotmail.com

Abstrak– Tulisan ini membahas tentang penentuan cukup lama. Jika motor menarik arus yang besar selama
paramater motor induksi tiga fasa berdasarkan data pengasutan, maka akan mengakibatkan kerusakan pada
percobaan/pengujian yang mencakup percobaan tanpa motor akibat pemanasan lebih. Arus asut yang tinggi
beban, percobaan rotor ditahan, dan percobaan DC. juga dapat mengakibatkan terjadinya drop tegangan
Selain itu juga dilakukan perhitungan arus asut. Sampel yang besar pada jaringan. Dengan demikian metode
data yang diambil berupa 2 (dua) buah motor dengan pengasutan secara tepat perlu diterapkan untuk motor
spesifikasi yang berbeda, yakni motor 7,5 hp dan motor berkapasitas besar guna mengurangi arus asut dan drop
25 hp. Proses perhitungannya dilakukan dengan tegangan.
menggunakan program MATLAB. Untuk motor 7,5 hp Untuk motor induksi rotor belitan, pengasutan dapat
memiliki parameter = 0,2429 Ω , = 0,6706 Ω , dilakukan pada arus yang rendah dengan cara
= 0,1511 Ω , = 0,6706 Ω , = 14,0281 Ω , menyisipkan tahanan luar pada rangkaian rotor selama
dan = 87,9063 . Sedangkan untuk motor 25 hp pengasutan. Tahanan luar ini tidak hanya memperbesar
memiliki parameter = 0,1055 Ω , = 0,2112 Ω , torka asut tetapi juga dapat mengurangi arus asut.
= 0,0708 Ω , = 0,3167 Ω , = 5,2474 Ω , dan Untuk motor induksi rotor sangkar, arus asut dapat
= 223,3343 . Untuk motor 7,5 hp dapat diasut bervariasi dengan rentang yang lebar, tergantung pada
secara langsung, namun lebih baik jika digunakan daya nominal motor dan tahanan rotor pada kondisi
pengasut bintang-segitiga. Sedangkan untuk motor pengasutan. Sedangkan metode pengasutan yang dapat
25 hp dapat menggunakan pengasut ototransformator. dilakukan dapat berupa pengasut bintang-segitiga /
Y − Δ (star-delta starter), pengasut ototransformator
Kata kunci– parameter motor, arus asut, motor induksi (autotransformer starter), pengasut tahanan primer
(primary resistor starter), pengasut reaktor (reactor
1. Pendahuluan starter), pengasut lilitan terpisah (part winding starter),
atau pengasut solid state (solid state starter).
Pada hakekatnya tiap motor induksi memiliki
karakteristik torka-kecepatan yang berbeda-beda. 2. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
Dengan diketahuinya karakteristik suatu motor maka
pemilihan motor untuk penggerak beban dapat Gbr.1(a) memperlihatkan rangkaian ekivalen per
dilakukan secara tepat. Namun, karakteristik tersebut fasa dari motor induksi, sedangkan gbr.1(b) merupakan
hanya dapat diketahui jika parameter motor yang rangkaian ekivalen alternatif.
bersangkutan juga diketahui. Parameter tersebut
mencakup tahanan stator, reaktansi bocor stator, tahanan
rotor, reaktansi bocor rotor, reaktansi magnetisasi, dan
tahanan inti besi. Nilai parameter tersebut tidak akan
ditemukan pada pelat nama (name plate) sebuah motor.
Untuk mengetahuinya perlu dilakukan pengujian pada
motor tersebut yang mencakup percobaan tanpa beban,
percobaan rotor ditahan, dan percobaan DC.
Biasanya sebuah motor dapat menarik arus sekitar (a)
5 hingga 7 kali dari arus nominal selama pengasutan.
Apabila torka beban selama pengasutan dan inersia
beban motor tidak besar, proses pengasutan hanya
membutuhkan waktu yang singkat, dengan demikian
temperatur motor tidak melebihi batas yang diijinkan.
Dalam aplikasi tersebut motor dapat diasut langsung ke
jala-jala dan ini biasanya diperuntukkan untuk motor-
motor berukuran kecil dan tidak demikian halnya untuk
motor-motor besar. Apabila torka beban selama
(b)
pengasutan tinggi atau inersia bebannya yang tinggi,
maka proses pengasutan akan membutuhkan waktu yang Gambar 1. Rangkaian ekivalen motor induksi

Jurnal ELKHA Vol.3, No.2, Juli 2011


40

Keterangan gbr : ekivalen motor ini diperlihatkan pada gbr 2(b). Dengan
nilai slip yang sangat kecil, nilai (1 − )/ jauh lebih
R1  tahanan stator besar dibandingkan serta jauh lebih besar
X 1  reaktansi bocor stator dibandingkan . Pada kasus ini, rangkaian ekivalen
R2  tahanan rotor mengacu ke stator secara pendekatan dapat diubah menjadi rangkaian akhir
X 2  reaktansi bocor rotor mengacu ke stator seperti terlihat pada gbr 2(b). Pada gambar, terlihat
bahwa tahanan output terhubung paralel dengan
Rc  tahanan inti besi
reaktansi magnetisasi dan rugi-rugi inti .
X M  reaktansi magnetisasi Pada kondisi tanpa beban ini, daya masuk diukur
I1  arus stator dengan alat-alat ukur yang nilainya harusnya sama
I 2  arus rotor mengacu ke stator dengan rugi-rugi pada motor. Rugi-rugi tembaga rotor
dapat diabaikan karena arus bernilai sangat kecil
V  tegangan sumber sekali [hal ini dikarenakan tahanan beban (1 − )/
E1  tegangan induksi stator yang sangat besar]. Rugi-rugi tembaga stator dalam hal
ini adalah :
3. Penentuan Parameter Motor Induksi = (1)
sehingga daya masuk adalah :
Percobaan Tanpa Beban
= + + & +
Percobaan/pengujian tanpa beban (no-load test) (2)
= 3 +
ditujukan untuk mengukur besarnya rugi-rugi putaran
motor serta memberikan informasi tentang arus dimana merupakan rugi-rugi putaran dari motor :
magnetisasi. Rangkaian untuk percobaan ini = + & + (3)
diperlihatkan pada gbr. 2(a). Jadi, dengan memberikan daya masuk ke motor maka
rugi-rugi putaran mesin dapat ditentukan.
Rangkaian ekivalen yang melukiskan operasi motor
pada kondisi ini mengandung tahanan dan
(1 − )/ yang terhubung paralel dengan reaktansi
magnetisasi . Arus yang dibutuhkan untuk
menghasilkan medan magnet bernilai sangat besar pada
motor induksi, hal ini dikarenakan tingginya nilai
reluktansi dari celah udara, sehingga reaktansi akan
bernilai jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai
tahanan yang paralel dengannya. Dengan arus lagging
yang besar, sebagian besar jatuh tegangan (voltage drop)
akan terjadi pada komponen-komponen induktif
rangkaian. Dengan demikian impedansi input ekivalen
secara pendekatan adalah :
= ≈ + (4)
,
dan jika dengan cara lain dapat ditentukan, maka
reaktansi magnetisasi juga akan dapat diketahui.

Percobaan DC Untuk Penentuan Tahanan Stator


Tahanan rotor memainkan peranan yang sangat
kritis pada operasi motor induksi. Diantaranya adalah,
menentukan bentuk kurva torka-kecepatan,
menentukan juga kecepatan dimana terjadinya torka
Gambar 2. Percobaan tanpa beban motor induksi :
maksimum. Percobaan motor standar yang dinamakan
(a) Rangkaian percobaan
(b) Rangkaian ekivalen yang diperoleh dengan percobaan rotor ditahan dapat digunakan untuk
menentukan tahanan total motor (percobaan ini akan
Pada percobaan ini, dua wattmeter, satu voltmeter, dan dijelaskan pada sub bab berikutnya). Walaupun
tiga amperemeter terhubung ke motor induksi. Selama demikian, percobaan ini hanya ditujukan untuk
catu daya dihubungkan maka motor akan berputar. Pada menentukan besarnya tahanan total. Untuk menentukan
kondisi ini yang hanya merupakan beban motor adalah secara akurat, perlu kiranya untuk mengetahui
rugi-rugi gesek dan angin ( & ), sehingga seluruh daya besarnya sehingga dapat diperoleh dengan cara
listrik yang dikonversikan ( ) diserap sebagai rugi- mengurangkan tahanan total dengan tahanan .
rugi mekanik, dan slip motor bernilai sangat kecil Ada suatu percobaan untuk menentukan yang
(kemungkinan sekitar 0,001 atau kurang). Rangkaian nilainya tidak tergantung dari , , dan . Percobaan

Jurnal ELKHA Vol.3, No.2, Juli 2011


41

ini dinamakan dengan Pengujian / Percobaan DC diperlihatkan pada gbr. 4(b). Perhatikan bahwa,
(DC Test). Ini dilakukan dengan menghubungkan belitan dikarenakan rotor tidak bergerak, slip = 1, dan
stator motor induksi dengan tegangan DC. Karena dengan demikian / justru sama dengan (nilainya
arusnya adalah arus DC, maka tidak ada tegangan yang sangat kecil). Karena kecilnya nilai dan maka
diinduksikan pada rangkaian rotor, dengan demikian hampir seluruh arus input akan mengalir melaluinya,
tidak ada arus yang mengalir pada rotor. Disamping itu, dibandingkan dengan arus yang mengalir melalui
pada arus DC, reaktansi motor bernilai nol. Dengan yang nilainya jauh lebih besar. Oleh karena itu,
demikian, satu-satunya arus yang membatasi motor rangkaian pada kondisi ini terlihat seperti kombinasi seri
adalah tahanan stator dan karena itu besarnya tahanan dari , , , dan .
dapat ditentukan. Bagaimanapun juga terdapat suatu masalah dengan
Rangkaian dasar untuk percobaan DC ini percobaan ini. Pada operasi normalnya, frekuensi stator
diperlihatkan pada gbr. 3. merupakan frekuensi jala-jala dari sistem tenaga
(50 atau 60 Hz). Pada kondisi asut, frekuensi rotor juga
sama dengan frekuensi jala-jala. Akan tetapi, pada
kondisi operasi normalnya, slip sebagian besar motor
hanya bernilai 2 - 4 %, dan frekuensi rotor yang
dihasilkan berada pada rentang 1 - 3 Hz. Ini akan
menimbulkan suatu masalah karena frekuensi jala-jala
tidak merepresentasikan kondisi operasi normal dari
Gambar 3. Rangkaian percobaan untuk pengujian tahanan DC rotor. Untuk mengatasi hal ini biasanya diambil nilai
kompromi, yakni dengan menggunakan frekuensi
Gambar ini memperlihatkan catu daya DC yang sebesar 25 % atau kurang dari frekuensi nominalnya.
dihubungkan pada dua dari tiga terminal motor induksi
yang terhubung Y. Untuk melakukan pengujian ini,
arus pada belitan stator diatur pada nilai nominal, dan
tegangan antar terminal diukur. Arus pada belitan stator
diatur ke nilai nominal sebagai upaya untuk
memanaskan belitan pada suhu yang sama dimana
belitan beroperasi selama kondisi normalnya (ingat,
tahanan belitan merupakan fungsi dari suhu).
Arus pada gbr. 3 mengalir melalui dua belitan,
sehingga tahanan total pada lintasan arus adalah 2 .
Oleh karena itu,
2 =
atau,
= (5)
2
Dengan nilai ini maka rugi-rugi tembaga stator
pada kondisi tanpa beban dapat ditentukan, dan rugi-rugi Gambar 4. Percobaan rotor ditahan untuk motor induksi :
putaran dapat diperoleh dengan cara mengurangkan (a) Rangkaian percobaan, (b) Rangkaian ekivalen motor
daya masuk ( ) pada kondisi tanpa beban dengan
rugi-rugi tembaga stator ( ). Setelah catu daya dihubungkan ke motor, secepatnya
atur besarnya arus yang mengalir ke motor kira-kira
Percobaan Rotor Ditahan pada nilai nominalnya, kemudian ukur daya masuk,
tegangan, dan arus sebelum rotor mengalami banyak
Percobaan ketiga yang dapat dilakukan pada motor pemanasan. Daya masuk ke motor diberikan melalui
induksi guna menentukan parameter rangkaiannya persamaan berikut :
dinamakan dengan percobaan rotor ditahan (blocked-
rotor test / locked-rotor test). Pada percobaan ini, rotor = √3 cos
ditahan sehingga tidak dapat berputar, tegangan sumber jadi faktor daya rotor ditahan dapat diperoleh melalui
dihubungkan ke motor, selanjutnya ukur tegangan, arus, persamaan berikut :
dan daya yang dihasilkan.
Gambar 4 menunjukkan pengawatan untuk PF = cos = (6)
percobaan rotor ditahan. Untuk melakukan percobaan √3
rotor ditahan ini, tegangan AC dihubungkan ke stator, Besarnya impedansi total pada rangkaian motor pada
dan arus yang mengalir diatur mendekati nilai beban kondisi ini adalah :
penuh. Apabila arus pada kondisi nilai beban penuh, (7)
selanjutnya ukur tegangan, arus, dan daya yang mengalir | |= =
√3
ke motor. Rangkaian ekivalen untuk percobaan ini

Jurnal ELKHA Vol.3, No.2, Juli 2011


42

dan sudut impedansi totalnya adalah . Dengan 5. Metode Penelitian


demikian,
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa
= + pengumpulan data dua spesifikasi motor induksi dan
(8)
= | | cos + | | sin disertai dengan data hasil percobaan tanpa beban,
Tahanan rotor ditahan sama dengan : percobaan rotor ditahan, dan percobaan DC. Selanjutnya
dengan menggunakan program MATLAB dihitung
= + (9) besarnya parameter dan arus asut motor induksi. Adapun
sedangkan reaktansi rotor ditahan sama dengan : data motornya adalah sebagai berikut :
= + (10) a) Motor induksi 3 fasa, 7,5 hp, 208 V, 60 Hz, 4 kutub,
dimana dan berturut-turut adalah reaktansi desain A, hubungan Y dengan data hasil percobaan :
stator dan rotor pada frekuensi pengujian / percobaan.
Tanpa beban = 208 V ; 8,17 A ; 420 W ; 60 Hz
Tahanan rotor sekarang dapat diperoleh melalui
Rotor ditahan = 25 V ; 27,9 A ; 920 W ; 15 Hz
persamaan berikut :
Percobaan DC = 13,6 V ; 28 A
= − (11)
dimana 1 ditentukan melalui percobaan DC. Reaktansi b) Motor induksi 3 fasa, 25 hp, 208 V, 60 Hz, 6 kutub,
total rotor yang mengacu ke stator juga dapat diperoleh. desain B, hubungan Y dengan data hasil percobaan :
Karena reaktansi berbanding lurus dengan frekuensi
Tanpa beban = 208 V ; 22 A ; 1200 W ; 60 Hz
maka reaktansi total ekivalen pada frekuensi operasi
Rotor ditahan = 24,6 V ; 64,5 A ; 2200 W ; 15 Hz
normalnya dapat diperoleh sebagai berikut :
Percobaan DC = 13,5 V ; 64 A
= = + (12)
6. Hasil dan Pembahasan
Sayangnya, tidak ada cara yang sederhana untuk
Berikut adalah M-file untuk simulasi motor induksi tiga
memisahkan kontribusi reaktansi stator dan rotor satu
fasa.
dengan lainnya. Selama bertahun-tahun, pengalaman
telah menunjukkan bahwa motor-motor dengan tipe % =============================================
% SIMULASI MOTOR INDUKSI TIGA FASA
desain tertentu memiliki perbandingan tertentu antara % =============================================
reaktansi stator dan rotornya. Hasil pengalaman tersebut % Penentuan Parameter Motor berdasarkan
dirangkum pada tabel 1. % Data Percobaan (Percobaan Tanpa Beban,
% Rotor Ditahan, dan Percobaan DC) serta
% Perhitungan Arus Asut utk 2 Buah Motor
Tabel 1. Cara/metode berdasarkan pengalaman dan praktek % =============================================
(rule of thumb) untuk menentukan besarnya
reaktansi stator dan rotor V_nl=[208 208] % tegangan tanpa beban (volt)
I_nl=[8.17 22] % arus tanpa beban (ampere)
dan P_nl=[420 1200]% daya tanpa beban (watt)
Desain Rotor f_nl=[60 60] % frekuensi tanpa beban (hertz)
sebagai fungsi dari V_lr=[25 24.6] % tegangan rotor ditahan (volt)
I_lr=[27.9 64.5] % arus rotor ditahan (ampere)
Rotor belitan 0,5 0,5 P_lr=[920 2200] % daya rotor ditahan (watt)
f_lr=[15 15] % frekuensi rotor ditahan (hertz)
Desain A 0,5 0,5 Vdc=[13.6 13.5] % tegangan percobaan DC (volt)
Desain B 0,4 0,6 Idc=[28 64] % arus percobaan DC (ampere)
Desain C 0,3 0,7
R1=Vdc./(2*Idc) % tahanan stator (ohm)
Desain D 0,5 0,5 Vph_nl=V_nl/sqrt(3)
Z_nl=Vph_nl./I_nl
Vph_lr=V_lr/sqrt(3)
Z_lr=Vph_lr./I_lr
4. Persamaan Arus Asut Motor Induksi
cos_lr=P_lr./(sqrt(3).*V_lr.*I_lr)
Slip ( ) pada kondisi pengasutan adalah satu. theta_lr=acos(cos_lr)
Dengan demikian berdasarkan gbr. 1(b) besarnya arus degree_theta_lr=theta_lr*180/pi
asut dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut : R_lr=Z_lr.*cos(theta_lr)
R2=R_lr-R1 % tahanan rotor mengacu ke stator
(ohm)
= = (13) X_lr_aks=Z_lr.*sin(theta_lr) % reaktansi rotor
√3 ditahan pada frekuensi 15 Hz (ohm)
dimana, X_lr=X_lr_aks.*(f_nl/f_lr) % reaktansi rotor
+ (
) ditahan pada frekuensi 60 Hz (ohm)
= + + (14)
+ ( + ) X1=[0.5*X_lr(1) 0.4*X_lr(2)] % reaktansi bocor
stator (ohm)
menyatakan tegangan antar fasa, sedangkan X2=[0.5*X_lr(1) 0.6*X_lr(2)] % reaktansi bocor
adalah tegangan fasa-netral. rotor mengacu ke stator (ohm)
Xm=Z_nl-X1 % reaktansi magnetisasi (ohm)

Jurnal ELKHA Vol.3, No.2, Juli 2011


43

Vll=V_nl
Vph=Vll/sqrt(3)
Zf=j*Xm.*(R2+j.*X2)./(R2+j.*(X2+Xm))
Zin_start=R1+j*X1+Zf

I_start=Vph./Zin_start
mag_I_start=abs(I_start) % arus asut (ampere)

disp('-----------------------------------------
-----------------------------------')
disp(' Besaran Motor A
Motor B') Gambar 6. Rangkaian ekivalen motor B (25 hp)
disp('-----------------------------------------
-----------------------------------')
disp(['Tahanan stator (ohm)
Dengan adanya rangkaian ekivalen tersebut di atas
'num2str(R1(1,1)) ' maka karakteristik/kurva torka-kecepatan dan arus asut
'num2str(R1(1,2))]) untuk tiap-tiap motor dapat diketahui.
disp(['Reaktansi bocor stator (ohm) Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa arus asut
'num2str(X1(1,1)) '
'num2str(X1(1,2))]) motor B lebih besar dibandingkan motor A. Jika dikaji
disp(['Tahanan rotor mengacu ke stator (ohm) dari pers. 13, besarnya arus asut tergantung pada
'num2str(R2(1,1))' 'num2str(R2(1,2))]) tegangan sumber dan impedansi input (impedansi total).
disp(['Reaktansi bocor rotor mengacu ke stator
(ohm) 'num2str(X2(1,1)) ' Arus asut berbanding lurus dengan tegangan sumber dan
'num2str(X2(1,2))]) berbanding terbalik dengan impedansi. Untuk tegangan
disp(['Reaktansi magnetisasi (ohm) sumber yang besarnya sama, maka besar kecilnya arus
'num2str(Xm(1,1)) '
'num2str(Xm(1,2))])
asut semata-mata hanya dipengaruhi oleh besarnya
disp(['Arus asut (A) impedansi. Dikarenakan impedansi total motor B lebih
'num2str(mag_I_start(1,1)) ' kecil daripada motor A, dengan demikian arus asut
'num2str(mag_I_start(1,2))]) motor B akan lebih besar daripada motor A.
disp('-----------------------------------------
-----------------------------------')
7. Kesimpulan
Eksekusi dari M-file tersebut di atas akan menghasilkan Penentuan parameter motor perlu dilakukan agar
besaran-besaran motor dalam bentuk parameter motor dapat diketahui karakteristik torka-kecepatan dan
induksi dan arus asut yang ditunjukkan pada Tabel 2. besarnya arus asut.
Tabel 2. Parameter dan arus asut motor induksi tiga fasa Untuk motor induksi 7,5 hp memiliki parameter
untuk 2 (dua) buah motor = 0,2429 Ω , = 0,6706 Ω , = 0,1511 Ω ,
------------------------------------------------------------------------------------- = 0,6706 Ω , = 14,0281 Ω , dan
Besaran Motor A Motor B
------------------------------------------------------------------------------------- = 87,9063 . Sedangkan untuk motor 25 hp
Tahanan stator (ohm) 0.2429 0.1055 memiliki parameter = 0,1055 Ω , = 0,2112 Ω ,
Reaktansi bocor stator (ohm) 0.6706 0.2112 = 0,0708 Ω , = 0,3167 Ω , = 5,2474 Ω , dan
Tahanan rotor mengacu ke stator (ohm) 0.1511 0.0708 = 223,3343 .
Reaktansi bocor rotor – 0.6706 0.3167
mengacu ke stator (ohm) Motor berkapasitas besar akan memiliki arus asut
Reaktansi magnetisasi (ohm) 14.0281 5.2474 yang lebih besar dibandingkan motor berkapasitas kecil.
Arus asut (A) 87.9063 223.3343 Sistem pengasutan untuk motor 7,5 hp dapat berupa
------------------------------------------------------------------------------------- pengasutan langsung, namun lebih baik jika digunakan
Dari parameter yang diperoleh berdasarkan hasil pengasut bintang-segitiga. Sedangkan untuk motor 25 hp
percobaan (percobaan tanpa beban, percobaan rotor dapat menggunakan pengasut ototransformator.
ditahan, dan percobaan DC), dengan demikian dapat Nilai tahanan stator ( ) yang diperoleh dari hasil
digambarkan rangkaian ekivalen untuk masing-masing percobaan DC tidaklah begitu akurat karena
motor seperti tampak pada gbr. 5 dan gbr. 6. mengabaikan efek kulit yang terjadi apabila tegangan
AC dihubungkan ke belitan. Namun pendekatan dengan
metode ini sudah dianggap cukup memadai. Metode
dengan hasil akurat yang mengikutsertakan koreksi
terhadap temperatur dan efek kulit dapat merujuk pada
IEEE Standard 112.

Gambar 5. Rangkaian ekivalen motor A (7,5 hp)

Jurnal ELKHA Vol.3, No.2, Juli 2011


44

Referensi Biografi
[1] Biran, A., M. Breiner. MATLAB 6 for Engineers. Prentice Yandri lahir di Singkawang pada tanggal
Hall, Great Britain, 2002. 29 Maret 1969. Gelar S1 diperoleh dari Universitas
[2] Chomat, M. Electric Machines and Drives. InTech Tanjungpura (UNTAN), Pontianak, pada tahun 1994.
Publisher, Croatia, 2011. Sedangkan Gelar S2 diperoleh dari Institut Teknologi
Bandung (ITB) pada tahun 2005. Sejak tahun 1999
[3] Hanselman, D., B. Littlefield, Alih Bahasa: Jozep Edyanto.
hingga sekarang menjadi staf pengajar pada Jurusan
MATLAB-Bahasa Komputasi Teknis. Penerbit ANDI,
Yogyakarta, 2000. Teknik Elektro, Fakultas Teknik, UNTAN, Pontianak.
Bidang riset yang diminati mencakup Mesin-Mesin
[4] Nagrath, I.J., D.P. Kothari. Electric Machines. McGraw- Listrik dan Pembangkit Listrik Non Konvensional.
Hill, New Delhi, 1999.
[5] Petruzella, F.D, Alih Bahasa : Sumanto. Elektronik
Industri. Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2001.
[6] Seung-Ki Sul. Control of Electric Machine Drive Systems.
John Wiley and Sons, Inc., New Jersey, 2011.
[7] Wildi, T. Electrical Machines, Drives, and Power Systems,
Sixth Edition, Prentice Hall, New Jersey, 2006.

Jurnal ELKHA Vol.3, No.2, Juli 2011


45

Jurnal ELKHA Vol.3, No.2, Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai