Anda di halaman 1dari 31

BAB I

BESARAN DAN SATUAN


I.I BESARAN
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka
dan mempunyai satuan. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan
sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu :
 Dapat diukur atau dihitung
 Dapat dinyatakan dengan angka – angka atau mempunyai nilai
 Mempunyai satuan
Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat
dikatakan sebagai besaran. Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka
sesuatu itu tidak dapat dikatakan sebagai besaran. Besaran berdasarkan cara memperolehnya
dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari
pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa
merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca.
2. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini
tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran
non fisika adalah jumlah.
Besaran Fisika dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu
(kesepakatan para fisikawan dahulu). Terdapat tujuh besaran pokok dalam fisika.
Berikut adalah tabel nama-nama besaran pokok tersebut beserta satuan dan
definisinya.

No. Besaran Satuan Definisi


Pokok
1 Panjang (l) meter (m) 1 meter ialah panjang lintasan yang ditempuh oleh
cahaya pada ruang vakum dalam selang waktu
1/299792458 second
2 Massa (m) kilogram 1 kilogram ialah massa sebuah silinder platinum-iridium
(kg) yang memiliki tinggi dan diameter 3.9 cm
3 Waktu (t) second (s) 1 second ialah selang waktu yang dibutuhkan atom
cesium-133 untuk bergetar sebanyak 9192631770 kali
4 Temperatur kelvin (K) 0 kelvin ialah 0 absolut (kondisi dalam termodinamika
(T) dimana partikel-partikel penyusun materi berhenti
bergerak)
1 kelvin ialah pecahan 1/273.16 dari temperatur
termodinamika triple point air
5 Kuat Arus ampere (A) 1 ampere ialah arus yang mengalir pada dua penghantar
(I) lurus paralel pada ruang vakum dengan jarak pisah 1
meter dengan panjang masing-masing penghantar tak
hingga dan luas penampang diabaikan yang akan
menghasilkan gaya tarik-menarik sebesar 2 x 10-7 N/m
6 Intensitas candela (cd) 1 candela ialah intensitas cahaya pada arah tertentu dari
(In) suatu sumber yang memancarkan radiasi monokromatik
dengan frekuensi 540 x 1012 Hz dan mempunyai
intensitas radian pada arah 1/683 watt per steradian.
7 Jumlah Zat Mol 1 mol ialah jumlah zat penyusun suatu unsur sebanyak
(n) jumlah atom pada 0.012 kg atom Carbon-12.

2. Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran-besaran


pokok penyusunnya. Besaran turunan jumlahnya sangat banyak, berikut beberapa
contohnya.
No. Besaran Turunan Penjabaran dari Besaran Pokok Satuan dalam MKS
1 Luas Panjang × Lebar m2
2 Volume Panjang × Lebar × Tinggi m3
3 Massa Jenis Massa : Volume kg/m3
4 Kecepatan Perpindahan : Waktu m/s
5 Percepatan Kecepatan : Waktu m/s2
6 Gaya Massa × Percepatan newton (N) = kg.m/s2
7 Usaha Gaya × Perpindahan joule (J) = kg.m2/s2
8 Daya Usaha : Waktu watt = kg.m2/s3
9 Tekanan Gaya : Luas pascal (Pa) = N/m2
10 Momentum Massa × Kecepatan kg.m/s
I.II SISTEM SATUAN
Suatu benda, dalam dipelajari secara kualitatif dan kuantitatif. Dalam fisika sendiri, sutau
benda dipelajari secara kuantitatif yang nantinya akan dinyatakan dalam bilangan atau satuan.
Untuk mempermudahkan dalam penganalisaan terhadap suatu benda, maka diperlukan suatu
besaran standar atau besaran umum yang nantinya akan digunakan secara umum oleh setiap
orang. Dan dalam menyatakan suatu besaran dalam suatu dimensi atau kondisi, maka perlu
aturan-aturan yang harus ditentukan. Sistem pengaturan ini disebut sistem satuan.
Dalam dunia fisika ada 4 jenis sistem satuan, yaitu :
 Sistem statis (besar dan kecil)
 Sistem dinamis (MKS dan CGS)
 Sistem inggris (absolute dan teknik)
 Sistem international (SI)
Sistem statis biasanya dipakai dalam penyimpulan terhadap suatu benda, namun sebelum
tau nilai besarnya secara angka.
No. Besaran Satuan Statis Besar Satuan Statis Kecil
1. Panjang meter cm
2. Massa smsb smsk
3. Gaya kg.gaya gr.gaya
Sistem dinamis biasanya dipakai dalam suatu pernyataan yang membutuhkan penyamaan
persepsi terlebih dahulu dalam suatu soal atau permasalahan. Contoh, ketika da suatu soal,
atau suatu permasalahan yang sejak awal satuan massa adalah kilogram, maka untuk
selanjutnya gunakan yang sebanding dengan kilogram, yakni untuk panjang adalah meter,
untuk gaya adalah newton, untuk waktu adalah sekon/detik, yang kemudian dikenal dengan
sistem MKS. Begitu juga untuk massa digunakan satuan gram, maka untuk selanjutnya,
satuan yang digunakan adalah yang sebanding yakni untuk panjang adalah sentimeter, untuk
gaya adalah dyne, untuk waktu adalah sekon/detik, yang kemudian disebut sistem CGS.
Adapun jika ada yang berbeda atau tidak sebanding, maka harus diperlukan konversi antara
kedua satuan tersebut.
No. Besaran Satuan Dinamis Besar Satuan Dinamis Kecil
1. Panjang meter cm
2. Massa kg gr
3. Waktu sec sec
4. Gaya newton Dyne
5. Usaha N/m = joule Dyne.cm = erg
6. Daya Joule/sec erg.sec
Sistem inggris sering digunakan dalam menyatakan suatu yang besar (kuantitas besar)
dan sering dipakai oleh orang teknik.
No. Besaran Satuan British
1. Panjang ft (kaki)
2. Massa slug
3. Waktu s
4. Gaya pound (lb)
5. Usaha ft.lb
6. Daya ft.lb/s
Sistem international adalah satuan yang telah disapakati dengan para ilmuwan untuk
digunakan dalam setiap menyatakan besaran. Oleh karena itu, dalam pelajaran2 yang ada di
tempat kita digunakan SI.
Besaran Satuan Lambang Satuan
Panjang Meter m
Massa Kilogram kg
Waktu Sekon s
Suhu Kelvin K
Kuat Arus Ampere A
Intensitas Cahaya Candela cd
Jumlah Zat mol Mol
I.III. DIMENSI BESARAN
Dalam topik ini kita juga mengenal istilah dimensi, yang merupakan penggambaran suatu
besaran turunan dalam besaran-besaran pokok penyusunnya. Dengan begitu besaran pokok
memiliki dimensi yang paling dasar.
No. Besaran Pokok Dimensi
1 Panjang (l) L
2 Massa (m) M
3 Waktu (t) T
4 Temperatur (T) Ө
5 Kuat Arus (I) I
6 Intensitas (In) J
7 Jumlah Zat (n) N
Sebagai contoh kecepatan (v) yang merupakan hasil bagi antara perpindahan (s) terhadap
selang waktu (t). Maka dimensi kecepatan dapat dicari dengan cara sebagai berikut:

Contoh berikutnya percepatan (a) yang merupakan hasil bagi beda kecepatan (v) terhadap
selang waktu (t):

Dimensi juga dapat digunakan untuk mengecek kebenaran suatu persamaan. Berikut
adalah contohnya.
Buktikan secara dimensional bahwa hasil perkalian Gaya dan selang waktu ialah
perubahan momentum!

Penyelesaian:

Terbukti, selain itu dimensi juga dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu
besaran dari besaran-besaran yang mempengaruhinya.
I.IV. VEKTOR
I. IV.1. Penjumlahan Vektor
Dua buah vektor atau lebih dapat dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut disebut
vektor resultan. Penjumlahan Vektor dengan Metode Grafis (Poligon) :
Sebagai contoh suatu vektor A ditambah dengan suatu vektor B maka vektor resultannya VR.
Langkah-langkah penjumlahan vektor secara grafis (metode poligon) adalah sebagai berikut:
1. Gambar vektor A sesuai dengan skala dan arahnya
2. Gambar vektor B sesuai dengan skala dan arahnya dengan menempelkan pangkal
vektor B pada ujung vektor A .

Gambar 4.1. Penjumlahan dua buah vektor A dan B dengan metode grafis (poligon)

Gambar 4.2. Penjumlahan empat buah vektor A, B, C dan D secara grafis (metode
poligon) VR = A + B + C + D
Penjumlahan dengan metode poligon maka vektor resultan VR adalah segmen garis
berarah dari pangkal vektor A ke ujung vektor B yang menyatakan hasil penjumlahan
vektor A dan B . Penjumlahan vektor dengan metode jajaran genjang :
Penjumlahan dua buah vektor A dan B dengan metode jajar genjang yaitu dengan cara
menyatukan pangkal kedua vektor A dan B , kemudian dari titik ujung vektor A ditarik garis
sejajar dengan vektor B dan juga dari titik ujung vektor A ditarik garis sejajar dengan
vektor B . Vektor resultan VR diperoleh dengan menghubungkan titik pangkal ke titik
perpotongan kedua garis sejajar tersebut di atas.
Gambar 4.3. Penjumlahan dua buah vektor A dan B dengan metode jajar genjang.
Besar vektor resultan VR yang ditunjukkan pada Gambar 1.6. di atas dapat dicari dengan
persamaan cosinus berikut ini:

Dengan :
VR = Besar vektor resultan,
A dan B = Besar vektor A dan B,
α = Sudut antara vektor A dan B.
Arah vektor resultan terhadap salah satu vektor secara matematis dapat ditentukan dengan
menggunakan aturan sinus. Contoh suatu vektor A ditambah vektor B dan hasil penjumlahan
ini adalah vektor C.

Dengan α, β, γ merupakan sudut-sudut yang terbentuk antara dua vector.

Gambar 4.4. Penjumlahan dua vektor A dan B menjadi vektor C.


Jika vektor A dan vektor B saling tegak lurus maka besar vector penjumlahannya C = A + B
dapat ditentukan dengan dalil Phytagoras yaitu :
Gambar 4.5. Penjumlahan dua vektor yang saling tegak lurus.
Dengan :
A = Besar Vektor A,
B = Besar Vektor B,
C = Besar Vektor C.
Contoh Soal :
1. Diberikan dua buah vektor gaya yang sama besar masing-masing vektor besarnya adalah
10 Newton seperti gambar berikut.

Jika sudut yang terbentuk antara kedua vektor adalah 60°, tentukan besar (nilai) resultan
kedua vektor!
Pembahasan
Resultan untuk dua buah vektor yang telah diketahui sudutnya.

Dengan F1 = 10 N, F2 = 10 N, α adalah sudut antara kedua vektor (α = 60°). dan R adalah


besar resultan kedua vektor.
Sehingga:
2. Dua buah vektor masing-masing F1 = 15 satuan dan F2 = 10 satuan mengapit sudut 60°.

Tentukan arah resultan kedua vektor!


Pembahasan
Langkah pertama tentukan dulu besar resultan vektornya:

Yang dimaksud arah resultan adalah sudut β pada gambar di bawah:

Dengan rumus sinus:

diperoleh arah resultan:


I.IV.2. Pengurangan Vektor
Pengurangan vektor pada prinsipnya sama dengan penjumlahan, tetapi dalam hal
ini salah satu vektor mempunyai arah yang berlawanan. Misalnya, vektor A dan B, jika
dikurangkan maka: A – B = A + (-B)

Contoh Soal :
Ada dua buah 10ector yaitu Vektor A dan Vektor B yang masing-masing besarnya 20 dan 10
satuan. Jika sudut antara kedua 10ector tersebut adalah 60º tentukan besar resultan 10ector A-
B dan sudut dari Resultan tersebut.

Jawab.
Besarnya sudut apit antara 10ector A dan –B = 180º – 60º = 120º
Cos 120º = -1/2
I. IV.3. Perkalian Vektor
I.IV.3.1 Perkalian vector dengan scalar
Perkalian titik antara dua vektor A.B didefinisikan sebagai suatu skalar yang sama
dengan hasil kali dari besar kedua vektor dengan cosinus sudut apitnya. Jika sobat masih
bingung sederhananya secara geometris perkalian titik dari 2 buah vektor adalah hasil kali
vektor 1 dengan proyeksi vektor 2 dengan dengan vektor 1. Contoh :

Perhatikan gambar vektor A dan B di atas. Pangkal keduanya membentuk sudut sebesar θ
maka :
Simbol dari perkalian titik adalah (.) yang sering disebut perkalian titik (dot product).
Karenan perkalian titik ini menghasilkan skalar maka sering disebut juga dengan scalar
product.

Perkalian Titik mempunyai sifat distributif sehingga

A.(B+C) = A.B + A.C

Pada perkalian titik juga berlaku sifat komutatif

A.B = B.A

Berikut beberapa hal yang penting dalam perkalian titik

a. Pada perkalian titik dua vektor berlaku sifat distributif sebagaimana dijelaskan di atas.
b. Jika kedua vektor A dan B saling tegak lurus (sudut apit teta = 90º) maka
A.B = 0
c. Jika kedua vektor searah A dan B (sudut apit teta = 0º) maka
A.B = AB
d. Jika kedua vektor A dan B berlawan arah (sudut apit teta = 180º) maka
A.B = -AB

Contoh Soal 1:

Diketahui di dimensi 3 ( ), terdapat vektor dan .

= .
Didapat bahwa, ternyata: ( ) = .
Tentukan besar sudut yang dibentuk antara dan !
Jawab:
( ) = =1

. . . = =
. =1 Jadi, =

Contoh Soal 2:
Jika = 4, berapakah ?
Jawab:
= . (kita tahu bahwa vektor dan itu sudutnya 00)
=
= 16
I.IV.3.2. Perkalian scalar dari 2 vektor

Jika a dan b vektor-vektor tak nol dan α sudut di antara vektor a dan b, maka rumus perkalian
skalar vektor a dan b adalah :
a . b = |a||b| cos α.
Jika dinyatakan dalam bentuk pasangan terurut, maka rumus perkalian skalar dua vektor
adalah sebagai berikut :
Jika a = (a1, a2, .... , an) dan b = (b1, b2, ... , bn) adalah sebarang vektor pada Rn, maka rumus
hasil kali atau perkalian skalarnya adalah :
a . b = a1b1 + a2b2 + ... + anbn

Contoh Soal :
Diketahui a = (1, -1, 0) dan b = (-1, 2, 2), tentukanlah hasil perkalian dari vektor a dikali
dengan vektor b !!!
Jawab :
a . b = a1b1 + a2b2 + ... + anbn
a . b = 1 . -1 + (-1) . 2 + 0 . 2
a . b = -1 + -2 + 0
a . b = -3
Jadi hasil perkalian vektor a dengan vektor b adalah -3.
I.IV.3.3. Perkalian vector dari 2 vektor
Perkalian silang dua buah vektor A × B disebut juga sebagai cross product. Berbeda dengan
perkalian titik dua buah vektor yang akan menghasilkan skalar, jika dua buah vektor A × B
yang dioperasikan dengan cross product akan menghasilkan sebuah vektor. Perkalian silang
A × B akan menghasilkan vektor yang arahnya tegak lurus dengan bidang yang dibentuk oleh
dua buah vektor tersebut, dan besarnya sama dengan hasil kali kedua vektor dengan sinus
sudut apitnya. Sekarang coba perhatikan Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 4.3.1. Perkalian silang vector A dan B


Pada gambar di atas merupakan perkalian silang antara vektor A dengan vektor B yang
menghasilkan vektor C. Di mana vektor C tegak lurus dengan bidang yang dibentuk oleh
vektor A dan B dengan sudut apit α. Maka,
C=A×B
|C| = AB sin α
Untuk menentukan arah vektor C dapat kita gunakan aturan tangan kanan dan aturan sekerup.
Untuk aturan tangan kanan, di mana ujung vektor A menuju ujung vektor B yang searah
dengan lipatan keempat jari dan jempul jari menunjukan arah dari vektor C (perhatikan
Gambar b). Sedangkan, untuk aturan sekerup, di mana jika vektor A di putar menuju vektor B
maka uliran sekerup akan naik dan dapat diasumsikan sebagai arah dari vektor C (perhatikan
Gambar a).

Gambar 4.3.2. Aturan Sekrup dan tangan kanan pada perkalian silang dua vector
Kita ketahui bahwa pada sifat operasi perkalian bilangan bulat akan berlaku sifat komutatif
yakni:
A×B=B×A
Sedangkan pada perkalian silang dua buah vektor tidak berlaku sifat komutaif (A × B = B ×
A). Akan tetapi berlaku sifat antikomutatif yakni:
A×B=–B×A
Sekarang kembali lagi ke vektor satuan, untuk menentukan resultan vektor satuan dan
persamaan perkalian vektor satuan, kita dapat menggunakan sifat-sifat dari perkalian silang
sesama satuan.
Jika perkalian silang antara dua vektor satuan yang sama besar dan searah akan bernilai nol,
karena sudut yang dibentuk oleh vektor tersebut besarnya 0°. Oleh karena itu,
i × i = (i)(i) sin 0°
i × i = 0 (sin 0° = 0)
begitu juga dengan:
j×j=0
k×k=0
Jika perkalian silang dua buah vektor satuan yang berbeda, akan bernilai positif jika searah
putaran jarum jam, dan akan bernilai negatif jika arahnya berlawanan dengan arah puratan
jarum jam, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 4.3.3. Aturan perkalian silang dengan menggunakan konsep arah putaran jam
Maka:
i×j=k j × i = –k
j×k=i k × j = –i
k×i=j i × k = –j
Selain dengan cara di atas, ada cara lain yang lebih sederhana untuk mengingat rumus
perkalian silang dua buah vektor A dan B, yitu dengan menggunakan metode determinan.
Silahkan perhatikan gambar di bawah ini.
Cara cepat perkalian silang vektor A dan B
Sumber: BSE

Berdasarkan gambar di atas maka diperoleh rumus perkalian silang dua buah vektor A dan B
yakni:
A × B = iAyBz + jAzBx + kAxBy – kAyBx – iAzBy – jAxBz
A × B = iAyBz – iAzBy + jAzBx – jAxBz + kAxBy – kAyBx
A × B = (AyBz – AzBy)i + (AzBx – AxBz)j + (AxBy – AyBx)k
Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang perkalian silang (cross product) dua buah
vektor, silahkan simak contoh soal di bawah ini.
Contoh Soal :
Vektor A = 10 N dan vektor B = 20 cm, satu titik tangkap dan saling mengapit sudut 30° satu
dengan lain. Tentukan hasil perkalian silang vektor A dan B.
Penyelesaian:
A × B = AB sin α
A × B = 10 N. 20 cm . sin 30°
A × B = 10 N. 20 cm . ½
A × B = 100 Nm
I.IV.3.4. Komponen vector dan vector satuan
Komponen sebuah vektor adalah proyeksi vektor itu pada garis dalam ruang yang diperoleh
dengan menarik garis tegak lurus dari kepala vektor tersebut ke garis tadi. Gambar dibawah
menunjukkan vektor A yang berada pada bidanh xy. Vektor ini mempunyai komponen Ax dan
Ay. Secara umum komponen-komponen ini dapat bernilai positif atau negatif. Jika θ adalah
sudut antara vektor A dengan sumbu x, maka :

Dimana A adalah besar dari vektor A, sehingga komponen-komponen vektor A dapat


diperoleh :
Ax = A cos θ Ay = A sin θ
Tetapi jika kita telah mengetahui komponen Ax dan Ay, serta sudut θ, maka besar vektor A
dapat diperoleh dengan menggunakan teorema Pythagoras :

A=
Dari pemabahasan diatas jelas bahwa vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah.
Contoh Soal :
Vektor gaya F = 20 Newton membentuk sudut 30o terhadap sumbu x positif. Tentukan
komponen vektor F pada sumbu x (Fx) dan sumbu y (Fy).

Pembahasan :
Fx = F cos 30o = (20)(cos 30o) = (20)(0,5√3) = 10√3 Newton
Fy = F sin 30o = (20)(sin 30o) = (20)(0,5) = 10 Newton
Vektor satuan (unit vektor) merupakan suatu vektor yang besarnya sama dengan 1 (satu)
dan tidak mempunyai satuan serta berfungsi untuk menunjukan suatu arah dalam ruang.
Sebuah vektor yang terletak di dalam ruang tiga memiliki komponen-komponen terhadap
sumbu x, sumbu y dan sumbu z, seperti gambar di bawah ini.

Pada gambar di atas, tampak bahwa vektor satuan i menunjukkan arah sumbu x positif, vektor
satuan j menunjukkan arah sumbu y positif, dan vektor satuan y menunjukan arah sumbu z
positif. Kita dapat menyatakan hubungan antara vektor komponen dan komponennya masing-
masing, sebagai berikut:
Fx = Fxi
Fy = Fyj
Fz = Fzk
Kita dapat menulis vektor F dalam komponen-komponennya sebagai berikut:
F = Fxi + Fyj + Fzk
Sedangkan besar vektor F dapat dihitung dengan menentukan komponen-komponen vektor
yang saling tegak lurus satu sama lain dengan persamaan:
F = √(Fx2 + Fy2 + Fz2)
Misalnya terdapat dua vektor pada ruang tiga dimensi yakni A dan B, maka jika dinyatakan
dalam komponen-komponennya, sebagaimana tampak di bawah :
A = Axi + Ayj + Azk
B = Bxi + Byj + Bzk
Besar resultan penjumlahan dua buah vektor dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
R=A+B
R = (Axi + Ayj + Azk) + (Bxi + Byj + Bzk)
R = (Ax + Bx)i + (Ay + By)j + (Az + Bz)k
Besar resultan pengurangan dua buah vektor dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
R=A–B
R = (Axi + Ayj + Azk) – (Bxi + Byj + Bzk)
R = (Ax – Bx)i + (Ay – By)j + (Az – Bz)k

Contoh Soal :
Diketahui dua buah vektor sebagai berikut.
A = 4i – 5j + 3k
B = 2i + 2j – 4k
Tentukan A – B dan tentukan juga besar vektor A + B.
Penyelesaian:
Untuk mencari resultan pengurangan dari vektor A dan B maka
R=A–B
R = (4i – 5j + 3k) – (2i + 2j – 4k)
R = (4 – 2)i + (–5 – 2)j + (3 + 4)k
R = 2i – 7j + 7k
Sedangkan untuk mencari besar vektor A + B, terlebih dahulu mencari resultan vektor A dan
B maka:
R=A+B
R = (4i – 5j + 3k) + (2i + 2j – 4k)
R = (4 + 2)i + (–5 + 2)j + (3 – 4)k
R = 6i – 3j – k
Besar resultan dari vektor A + B yakni:
R = √(Rx2 + Ry2 + Rz2)
R = √(62 + (– 3)2 + (– 1)2)
R = √(36 + 9 + 1)
R = √46
Jadi A – B adalah 2i – 7j + 7k dan besar vektor A + B adalah √46.
BAB II
KINERMATIKA PARTIKEL
II.I Kecepatan
Kecepatan adalah besaran dalam fisika yang mempunyai satuan meter/sekon,
kecepatan dapat diperoleh dari perkalian antara jarak yang ditempuh dengan waktu tempuh,
kecepatan dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐒
V= 𝐓

Dimana :
 V = KECEPATAN (m/s)
 S = JARAK TEMPUH (m)
 T = WAKTU TEMPUH (s)
Jika lebih dikhususkan, maka kecepatan terdiri atas dua jenis yaitukecepatan rata-rata
dan kecepatan tetap:
a. Kecepatan rata-rata
Aspek yang paling nyata dari gerak benda adalah seberapa cepat bendatersebut
bergerak, laju atau kecepatannya.Istilah laju menyatakan seberapa jauhsebuah benda berjalan
dalam suatu selang waktu tertentu.Istilah kecepatan dankelajuan sering dipertukarkan dalam
bahasa sehari-hari.Tetapi dalam fisika kitamembuat perbedaan diantara keduanya. Laju adalah
sebuah bilangan positif,dengan satuan. Kecepatan, di pihak lain digunakan untuk menyatakan
baik besar (nilai numerik) mengenai seberapa cepat sebuah benda bergerak maupun arahgeraknya.
Dengan demikian kecepatan adalah sebuah vektor. Kecepatan rata-rata dapat dirumuskan dengan :

Dengan demikian, kecepatan rata-rata yang didefinisikan sebagai perpindahan yang


dibagi waktu yang diperlukan dapat dituliskan

Keterangan:
 V = Kecepatan rata-rat(m/s)
 ∆𝑥 = Perpindahan/perubahan dari posisi awal ke posisi akhir (meter)
 ∆𝑦 = Perubahan waktu yang diperlukan (sekon)
Contoh soal:
Sebuah benda bergerak dengan persamaan posisi dengan fungsi waktu sebagai
berikut:
s = 2t + 2
Pennyelesaian:
Dari soal kita dapat ketahui bahwa benda bergerak selama 4 detik, artinya waktu
awal adalah 0 dan waktu akhir adalah 4 s. Maka,
saat t = 0  s= 2.0 +2 = 2
saat t = 4  s= 2.4 +2 = 10

b. Kecepatan sesaat
Besarnya kecepatan sesaat ditentukan dari harga limit vektor perpindahanya dibagi
selang waktu yang merupakan titik potong singing pada titik tersebut jika ∆𝑟 perpindahan
dalam waktu ∆𝑡 setelah t sekon, maka kecepatan pada saat t adalah sebagai b

𝑑𝑟
Harga limit di tulis yang disebut turun r terhadap t degan demikian dapat dikatakan
𝑑𝑡

kecepatan sesaat adalah turunan dari fungsi posisinya terhadap waktu secara matematis ditulis
sebagai berikut:

Bentuk komponen dari kecepatan sesaat V adalah :


Persamaan diatas menunjukan bahwa jika posisi ( kordinat horizontal x dan vartikal y
diberikan dalam fungsi waktu t, maka anda dapat menentukan komponen kecepatan sesaat vx
dan vy dengan mengunakan turunan

Contoh soal:
Persamaan posisi benda S(t) = (4t3 - 5t)i + (t2 - 2t)j + 10 k, maka tentukanlah
a. Persamaan kecepatan sesaat benda
b. Besar kecepatan sesaat benda pada t = 1 detik
Penyelesian :
S(t) = (4t3 - 5t)i + (t2 - 2t)j + 10 k
a) v(t) = (12t 2 – 5)i + (2t – 2)j
b) Saat t= 1 s
v (1) = (12.1 2 – 5)i + (2.1 – 2)j
v (1) = (7) i + (0)j
v (1) = (7) i
v (1) = 7 m/s
II.II Percepatan
percepatan adalah besaran dalam fisika yang yang mempunyai satuan m/s2,
percepatan juga merupakan besaran vektor, artinya besaran yang mempunyai arah. percepatan
dapat dirumuskan :
𝑉
A=𝑇

Dimana :
 A = Percepatan (m/s2)
 v = kecepatan ( m/s)
 t = Waktu (sekon)
percepatan terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Percepatan rata-rata
Percepatan rata-rata adalah perubahan kecepatan dibagi dengan waktu yang diperlukan
untuk perubahan tersebut. Perhatikan Gambar berikut!

Pada saat t1 , sebuah partikel berada di A dengan kecepatan sesaat v1 dan pada saat t2
partikel berada di B dengan kecepatan sesaat v2 , percepatan rata-rata selama bergerak dari A
ke B adalah:

Dengan:
a = percepatan rata-rata (m/s2 )
Δv = perubahan kecepatan (m/s)
Δt = selang waktu (s)
Persamaan (1) jika diciptakan dalam vektor satuan, maka:

a = axi + ayj

dengan:

Contoh soal:
1. Sebuah partikel bergerak dengan persamaan kecepatan v = (3+4t)i + (3t2)j, v
dalam m/s dan t dalam s, tentukan:
a. besar percepatan rata-rata dari = 0 sampai t = 2 s,
b. besar percepatan saat t = 1 s dan t = 2 s!
Penyelesaian:
a. Percepatan rata-rata
t = 0s → v0 = (3 + (4)(0))i + 3(0)2 j = 3i
t = 2s → v = v2 = (3 + (4)(2))i + 3(2)2 j = 11 i + 12

Besarnya percepatan rata-rata:

b. Percepatan sesaat
a = 4i + (6t)j
Besarnya percepatan:

b. Percepataan sesaat
Percepatan sesaat didefinisikan sebagai limit kecepatan rata-rata untuk interval
waktu mendekati nol

jika v = vx i + vy j ,maka :

a = axi + ayj
dengan :
a = vektor percepatan

Dari persamaan (4) dapat dikatakan bahwa percepatan merupakan turunan dari
fungsi kecepatan terhadap waktu.Percepatan juga merupakan turunan kedua fungsi posisi
terhadap waktu.
Kerena:

maka persamaan (4) dapat dituliskan:

Sehingga percepatan sesaat menjadi:

II.III Gerak Lurus


Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis lurus.Jenis gerak
ini disebut juga sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi
perpindahan yang besarnya sama.

a. Gerak lurus beratura (GLB)


Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana dalam gerak ini
kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus
beraturan adalah kelajuan kali waktu
Dimana arti dan satuan dalam SI:
 S = Jarak Tempuh (m)
 v = Kecepatan (m/s)
 t = Waktu (s)
II.IV Gerak peluru (gerak parabola)
Gerak parabola merupakan gerak dua dimensi suatu benda yang bergerak membentuk
sudut tertentu (sudut elevasi) dengan sumbu x atau y. Bukan gerak yang lurus vertikal atau
lurus horizontal. Sebagai ilustrasi kita melempar buah apel kepada teman yang berada di
depan kita. Jika dicermati, lintasan yang dilalui oleh apel adalah parabola

Gerak parabola merupakan gabungan antara gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak
lurus berubah beraturan
Komponen sumbu x
Pada gerak parabola, komponen sumbu x merupakan komponen dari GLB, di mana
kecepatan pada arah horizontal di posisi manapun adalah tetap (konstan).catatan penting :
Komponen kecepatan awal (Vo) di sumbu x adalah Vox = Vo cos θ. Persamaan pada sumbu x
diperoleh dari persamaan umum GLB. Tabel berikut menunjukkan persamaan gerak parabola
pada sumbu x yang diambil dari persamaan umum GLB.
Komponen sumbe Y
Pada komponen sumbu y, gerak parabola merupakan GLBB diperlambat karena
berlawanan dengan gravitasi. Masih ingat 3 persamaan GLBB ?perlu diketahui perubahan
simbol pada gerak parabola dari GLBB : posisi atau perpindahan benda disimbolkan dengan y
( pada GLBB disimbolkan s), percepatan menggunakan percepatan gravitasi -g karena ke arah
atas (pada GLBB percepatan benda a). CATATAN PENTING : Komponen kecepatan awal
(Vo) di sumbu y adalah Voy = Vo sin θ. Tabel berikut menunjukkan persamaan gerak
parabola pada sumbu y yang diambil dari persamaan umum GLBB.

Menentukan waktu untuk ketinggian maksimum (puncuk)


Ketinggian maksimum dicapai pada sumbu y, maka kita harus menggunakan tinjauan
komponen sumbu y di atas. Pada ketinggian maksimum, kecepatan benda pada sumbu y
adalah nol (Vy =0). sehingga diperoleh persamaan :

Menentukan waktu kembali ke posisi/ketinggian semula


waktu yang ditempuh benda selama bergerak di udara dari posisi awak ke posisi akhir
pada ketinggian yang sama adalah sama dengan 2 kali waktu yang diperlukan untuk mencapai
ketinggian maksimum. Sehingga diperoleh persamaan :

Menetukan ketinggian maksimum


sama seperti tinjauan menentukan waktu untuk ketinggian maksimum di atas, namun
kita gunakan persamaan kecepatan yang ke dua. Yaitu :
Menentukan jangkauan maksimum
Jangkauan maksimum merupakan jarak maksimum yang ditempuh dalam sumbu x
(arah horizontal). Untuk memperoleh persamaannya digunakan tinjauan pada sumbu x. Ingat
untuk menentukan jarak pada arah horizontal digunakan persamaan x = Vo sin θ x tx dimana
besarnya tx = 2 tp.

Gerak setengah parabola

Gerak setengah parabola merupakan gerak suatu benda yang pada awalnya bergerak
horizontal pada ketinggian tertentu, sehingga ketika jatuh ke bawah akan membentuk lintasan
setengah parabola. Hal yang perlu diperhatikan pada gerak ini adalah :
1. Pada arah vartikel ke bawah berlaku persamaan gerak jatuh bebas h = ½ gt2
2. Pada arah horizontal berlaku persamaan gerak jatuh bebas GLBx = V x t
Contoh soal gerak peluru

II.V Gerak melingkar beraturan


Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak melingkar dengan besar kecepatan
sudut tetap. Besar Kecepatan sudut diperolah dengan membagi kecepatan tangensial
dengan jari-jari lintasan

Arah kecepatan linier dalam GMB selalu menyinggung lintasan, yang berarti
arahnya sama dengan arah kecepatan tangensial . Tetapnya nilai kecepatan akibat
konsekuensi dar tetapnya nilai . Selain itu terdapat pula percepatan radial yang
besarnya tetap dengan arah yang berubah.Percepatan ini disebut sebagai percepatan
sentripetal, di mana arahnya selalu menunjuk ke pusat lingkaran.

Bila adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu putaran penuh dalam
lintasan lingkaran , maka dapat pula dituliskan
Kinematika gerak melingkar beraturan adalah

dengan adalah sudut yang dilalui pada suatu saat , adalah sudut mula-mula dan
adalah kecepatan sudut (yang tetap nilainya).

II.VI Gerak Relatif


Gerak bersifat relatif artinya gerak suatu benda sangat bergantung pada titik
acuannya. Benda yang bergerak dapat dikatakan tidak bergerak, sebgai contoh meja yang ada
dibumi pasti dikatakan tidak bergerak oleh manusia yang ada dibumi.Tetapi bila matahari
yang melihat maka meja tersebut bergerak bersama bumi mengelilingi matahari. Contoh lain
gerak relatif adalah B menggedong A dan C diam melihat B berjalan menjauhi C. Menurut C
maka A dan B bergerak karena ada perubahan posisi keduanya terhadap C. Sedangkan
menurut B adalah A tidak bergerak karena tidak ada perubahan posisi A terhadap B. Disinilah
letak kerelatifan gerak. Benda A yang dikatakan bergerak oleh C ternyata dikatakan tidak
bergerak oleh B. Lain lagi menurut A dan B maka C telah melakukan gerak semu.

Anda mungkin juga menyukai