Anda di halaman 1dari 20

FINANCIAL INSTRUMENT, TRANSAKSI DALAM MATA

UANG ASING

MAKALAH
Pelaporan dan Akuntansi Keuangan

Oleh:
AHMAD RENANDY GHOZALIE
FADILLA CAHYANINGTYAS
NAWANGSARI PUTRI
RIYATIK EMALIA

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
INSTRUMEN KEUANGAN
A. Definisi

Definisi Instrumen keuangan menurut IAS 32 dan 39 adalah setiap kontrak


yang menambah nilai aset keuangan entitas dan liabilitas keuangan atau
instrument ekuitas entitas lain.
Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk:
1. Kas
2. Instrumen ekuitas entitas lain
3. Hak kontraktual, yaitu hak untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya
dari entitas lain dan hak untuk menukarkan aset keuangan atau kewajiban
keuangan dengan entitas lain yang kondisinya mungkin menguntungkan bagi
entitas sendiri.
4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas
sendiri dan merupakan:
a. Instrumen non derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan
entitas itu untuk menerima instrumen ekuitas entitas sendiri dalam
jumlah variabel dan
b. Instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui
pertukaran kas atau aset keuangan lainnya dalam jumlah tetap.

Sedangkan Liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa:


1. Kewajiban kontraktual yaitu kewajiban untuk menyerahkan kas atau aset
keuangan lainnya kepada entitas lain atau kewajiban untuk menukarkan aset
keuangan atau kewajiban keuangan yang kondisinya mungkin menguntungkan
bagi perusahaan.
2. Kontrak yang akan atau bisa diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas
sendiri
Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual
atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya.
Contoh umum aset keuangan yang mencerminkan hak kontraktual untuk
menerima sejumlah kas di masa depan serta liabilitas keuangan terkait yang
mencerminkan kewajiban kontraktual untuk menyerahkan sejumlah kas dimasa
depan adalah sebgai berikut:
1. Piutang dagang dan utang dagang
2. Wesel tagih dan wesel bayar
3. Pinjaman diberikan dan pinjaman diterima
4. Piutang dan utang obligasi.
Beberapa contoh dari aset keuangan yang berkaitan dengan investasi
antara lain investasi dalam saham atau instrumen ekuitas lainnya, pinjaman ke
entitas lainnya, investasi dalam obligasi atau instrumen utang lainnya, dan lain-
lain. Sesuai dengan IAS 39 maka aset keuangan dibagi menjadi 4 kategori sebagai
berikut:
1. Aset keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi (Financial assets at fair
value through profit or loss/FVTPL).
2. Investasi yang ditahan sampai jatuh tempo (Held-to-maturity
investments/HTM).
3. Pinjaman dan Piutang (Loans and receivables/L&R).
4. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual (Available-for-sale financial
assets /AFS).
Untuk liabilitas diklasifikasikan menjadi 2 kategori berikut ini.
1. Liabilitas keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
2. Liabilitas Keuangan lainnya.
Berikut tabel yang mengikhtisarkan klasifikasi instrumen keuangan dan contoh
instrumen keuangan sesuai dengan kategorinya.
Kategori Karakteristik Contoh
Aset Keuangan
1. Aset keuangan baik yang dimiliki untuk Aset derivatif dan investasi
1. Aset keuangan
diperdagangkan (misalnya untuk dijual dalam instrumen utang dan
yang diukur pada
dalam waktu dekat pada masa mendatang) ekuitas yang dimiliki dalam
nilai wajar melalui
atau pada saat pengakuan awal telah portofolio diperdagangkan.
laporan laba rugi
ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada
nilai wajar melalui laba rugi.
Investasi dalam instrumen utang
2. Investasi yang
yang mempunyai kuotasi harga
2. Aset keuangan dengan pembayaran tetap
dimiliki hingga
di mana entitas memiliki niat
atau telah ditentukan dan jatuh temponya
jatuh tempo
dan mampu memiliki hingga
telah ditetapkan serta entitas mempunyai
jatuh tempo.
intensi positif dan kemampuan untuk
memiliki aset keuangan tersebut hingga
3. Pinjaman yang
diberikan dan jatuh tempo. 3. Piutang usaha, pinjaman yang
piutang diberikan, dan piutang wesel.
3. Aset keuangan dengan pembayaran tetap
Aset keuangan
atau telah ditentukan dan tidak 4. Investasi dalam instrumen utang
tersedia untuk
mempunyai kuotasi harga di pasar aktif. dan ekuitas yang tidak termasuk
dijual
dalam kategori lain.
4. Aset keuangan yang dirancang sebagai
tersedia untuk dijual atau yang tidak
diklasifikasikan dalam ketiga kategori di
atas.

Liabilitas
1. 1.
Keuangan
Liabilitas keuangan baik yang dimiliki Liabilitas derivatif dan liabilitas
1. Liabilitas keuangan
untuk diperdagangkan (misalnya dibeli diperdagangkan lainnya.
yang diukur pada
kembali dalam waktu dekat pada masa
nilai wajar melalui
mendatang) atau ditetapkan pada saat
laporan laba rugi
pengakuan awal telah ditetapkan oleh
entitas untuk diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi.
Utang usaha, utang wesel, dan
2. Liabilitas keuangan efek utang yang diterbitkan.
Semua liabilitas lainnya selain daripada
yang diukur
liabilitas yang dinillai pada nilai wajar
dengan biaya
melalui laba rugi.
perolehan
diamortisasi

Instrumen Derivatif
Instrumen derivatif adalah instrumen keuangan yang berasal dari nilai-
nilai dan karakteristik dari satu atau lebih underlying asset, seperti opsi, futures
dan forwards, swap, suku bunga, dan swap mata uang. Instrumen keuangan
derivative menimbulkan hak dan kewajiban yang mengakibatkan pemindahan
antar pihak-pihak yang terkait dengan instrument keuangan derivative tersebut
atas satu atau lebih resiko keuangan yang melekat pada instrument keuangan
utama. Pada saat penerbitan, instrument keuangan derivatif memberi hak
kontraktual pada satu pihak untuk menukarkan aset atau liabilitas keuangan
kepada pihak lain dalam kondisi yang berpotensi menguntungkan, atau
menimbulkan kewajiban kontraktual untuk menukarkan aset atau liabilitas
keuangan kepada pihak lain dalam kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan.

B. Konsep Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan


Instrumen Keuangan

 Pengakuan

Entitas harus mengakui aset keuangan atau Liabilitas keuangan pada neraca jika,
dan hanya jika, entitas menjadi pihak dalam ketentuan-ketentuan kontrak dari
instrumen. Penghentian pengakuan kewajiban keuangan: Entitas harus menghapus
kewajiban keuangan (atau bagian dari kewajiban keuangan) dari neraca jika, dan
hanya jika, itu dipadamkan-yaitu ketika kewajiban yang ditentukan dalam kontrak
habis atau dibatalkan atau berakhir.

 Pengukuran Awal Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan

Ketika aset keuangan atau liabilitas keuangan diakui pada awalnya, suatu entitas
harus mengukurnya pada nilai wajarnya ditambah, dalam hal aset keuangan atau
liabilitas keuangan tidak pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, biaya
transaksi yang secara langsung dengan akuisisi atau isu dari aset keuangan atau
liabilitas keuangan.
Biaya transaksi (transaction costs) adalah biaya-biaya tambahan, seperti biaya
pendaftaran dan komisi lain yang ditetapkan, biaya yang dibayarkan kepada
penasehat hukum, akuntan, dan penasehat profesional lain, biaya percetakan dan
meterai. Biaya transaksi meliputi fee dan komisi yang dibayarkan pada para agen
(termasuk karyawan yang berperan sebagai agen penjual/selling agent), konsultan,
perantara efek dan pedagang efek; pungutan wajib yang dilakukan oleh pihak
regulator dan bursa efek, serta pajak dan bea yang dikenakan atas transfer yang
dilakukan. Biaya-biaya transaksi tidak termasuk premium atau diskonto utang,
biaya pendanaan (financing costs), biaya administrasi internal, atau biaya
penyimpanan (holding costs).

 Pengukuran Berikutnya.
Setelah pengakuan awal, aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur pada nilai
wajar, biaya perolehan diamortisasi atau biaya perolehan tergantung klasifikasi
apakah nilai wajar dapat ditentukan dengan andal. Pengukuran awal (initial
measurement) dan pengukuran berikutnya (subsequent measurement) atas
instrumen keuangan dan perlakuan akuntansi atas perubahan nilai wajar
(keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum direalisasi – unrealized
holding gain or loss) diikhtisarkan dalam tabel berikut:

Klasifikasi Kategori Pengukuran Pengukuran Perlakuan atas


awal selanjutnya perubahan nilai wajar
(keuntungan dan
kerugian)
Aset Nilai wajar Nilai wajar Nilai wajar Diakui dalam laba rugi
Keuangan melalui laba
rugi
Pinjaman yang Nilai wajar * Biaya perolehan Tidak dapat diterapkan
diberikan dan diamortisasi dengan
piutang menggunakan metode
suku bunga efektif
Dimiliki Nilai wajar * Biaya perolehan Tidak dapat diterapkan
hingga jatuh diamortisasi dengan
tempo menggunakan metode
suku bunga efektif
Tersedia untuk Nilai wajar * Nilai wajar Perubahan nilai wajar
dijual pada awalnya dicatat
sebagai pendapaan
komprehensif lain dan
kemudian akan
direklasifikasi ke laba rugi
atas penurunan nilai atau
penghentian pengakuan
Lainnya Biaya Biaya perolehan Tidak dapat diterapkan
(instrumen perolehan
ekuitas) tidak
memiliki
kuotasi harga
di pasar aktif
dan nilai
wajarnya tidak
dapat diukur
secara andal
Liabilitas Nilai wajar Nilai wajar Nilai wajar Diakui dalam laba rugi
Keuangan melalui laba
rugi
Liabilitas Nilai wajar * Biaya perolehan Tidak dapat diterapkan
keuangan lain diamortisasi dengan
menggunakan metode
suku bunga efektif
· * Nilai pada awal juga disesuaikan dengan biaya transaksi, kecuali aset atau liabilitas pada nilai
wajar melalui laba rugi
· Investasi dalam instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan nilai
wajarnya tidak dapat diukur secara andal, serta derivatif yang terkait dengan dan diselesaikan
melalui penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif tersebut,
diukur pada biaya perolehan.

Dari tabel di atas, setelah pengakuan awal, aset keuangan dan liabilitas keuangan
diukur dengan menggunakan salah satu dari tiga atribut pengukuran berikut.
1. Biaya perolehan;
Biaya perolehan adalah jumlah aset yang diperoleh atau liabilitas yang
diselesaikan, termasuk biaya transaksi (misalnya komisi atau fee yang dibayar
2. Biaya perolehan diamortisasi; dan
Merupakan biaya perolehan dari aset atau liabilitas setelah disesuaikan, jika
layak, untuk mencapai suatu suku bunga efektif yang konstan selama umur
aset atau liabilitas (misalnya, pendapatan bunga yang konstan atau beban
bunga yang konstan sebagai suatu persentase jumlah tercatat dari aset
keuangan atau liabilitas keuangan). Dengan kata lain, biaya perolehan
diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah pada
pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas keuangan dikurangi pembayaran
pokok, ditambah atau dikurangi dengan akumulasi amortisasi berdasarkan
metode suku bunga efektif dan dikurangi penurunan nilai atau nilai yang tidak
dapat ditagih
3. Nilai wajar.
Adalah nilai di mana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar.

 Penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan

Tujuan pernyataan ini mensyaratkan entitas untuk menyediakan pengungkapan


dalam laporan keuangan yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi:
 Signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan
suatu entitas.
 Sifat dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan dimana
entitas terpengaruh selama periode dan pada saat tanggal pelaporan, serta
bagaimana entitas mengelola risiko tersebut

TRANSAKSI MATA UANG ASING


A. Pengertian
Pasar uang dan pasar modal di Indonesia kini telah didenominasi oleh
mata uang lokal (Rupiah) dan mata uang asing (valuta asing). Valuta Asing (valas)
merupakan pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya. Dengan
adanya perbandingan nilai antara mata uang suatu negara terhadap mata uang
negara lain yang menimbulkan suatu nilai, dapat disebut foreign exchange rate
(kurs valuta asing).
Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta
asing (foreign activities) dalam dua cara yakni melakukan transaksi dalam mata
uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Untuk
memasukkan transaksi dalam valuta asing pada laporan keuangan suatu
perusahaan, transaksi tersebut harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan
perusahaan.
Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing
yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan
dari perubahan kurs vauta asing dalam laporan keuangan.
Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suatu anak
perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha patungan (joint
venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu
negara di luar negara perusahaan pelapor. Kegiatan usaha tersebut dapat
merupakan suatu bagian integral dari suatu perusahaan pelapor atau suatu entitas
asing. Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha luar negeri
(foreign operation), yang aktivitasnya bukan merupakan suatu bagian integral dari
perusahaan pelapor.
Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam
mata uang fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia, akuntansi untuk transaksi
dalam mata uang asing diatur dalam PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata
uang asing
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang
digunakan :
1. Kurs Spot (spot rate) ; Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
2. Kurs Sekarang (current rate) ; Kurs dimana 1 unit mata uang dapat
dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal
transaksi.
3. Kurs Historis (historical rate) ; Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu
terjadinya transaksi.
4. Forward Rate ; Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi
kontrak berjangka.

B. PSAK No. 10 (Revisi 2012) Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing

Penyataan ini menggantikan:


1. PSAK no 10 tentang transaksi dalam mata uang asing
2. PSAK no 11 tentang Penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing
3. PSAK no 52 Akuntansi mata uang pelaporan
4. ISAK no 4 Interprestasi atas paragraph 32 PSAK 10 tentang alternative
perlakuan yang diizinkan atas selisih kurs
Sebuah entitas dapat melakukan aktivitas luar negeri dalam dua cara yaitu
mungkin memiliki transaksi dalam valuta asing atau memiliki kegiatan usaha luar
negeri. Disamping itu, sebuah entitas dapat menyajikan laporan keuangannya
dalam valuta asing. Sehingga, tujuan dari PSAK no. 10 (revisi 2012) adalah
menjelaskan bagaimana memasukkan transaksi dalam valuta asing dan kegiatan
usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan entitas dan bagaimana menjabarkan
laporan keuangan ke dalam mata uang penyajian.
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik permasalahan utama terkait transaksi
dalam mata uang asing adalah kurs mana yang digunakan dan bagaimana
melaporkan pengaruh dari perubahan kurs dalam laporan keuangan. Berdasakan
maslah tersebut, maka Ruang lingkup pernyataan PSAK no. 10 (revisi 2012)
adalah sebagai berikut:
1. Akuntansi transaksi dan saldo dalam valuta asing, kecuali transaksi dan saldo
derivatif yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK no. 55: Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;
2. Menjabarkan hasil dan posisi keuangan dari kegiatan usaha luar negeri yang
termasuk dalam laporan keuangan entitas dengan cara konsolidasi, konsolidasi
proposional atau metode ekuitas;
3. Menjabarkan hasil dan posisi keuangan suatu entitas ke dalam mata uang
penyajian.

Sebaliknya, yang tidak termasuk dalam pernyataan ini, antara lain:


1. Akuntansi lindung nilai atas valuta asing, termasuk lindung nilai investasi neto
dalam kegiatan usaha luar negeri, yang sudah diatur dalam PSAK 55.
2. Penyajian laporan arus kas untuk arus kas yang timbul dari transaksi dalam
valuta asing, atau penjabaran arus kas dari kegiatan usaha luar negeri.
Sebelum mengulas mengenai apa saja yang terdapat dalam PSAK no. 10
ini, ada baiknya bila kita memahami beberapa istilah yang terdapat dalam
pernyataan ini. Penjelasan beberapa istilah yang terkait dengan transaksi dalam
mata uang asing, antara lain:
1. Pos Moneter adalah unit mata uang yang dimiliki serta aset dan liabilitas yang
akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang tetap atau
dapat ditentukan. Misalnya termasuk pensiun dan imbalan kerja lain yang
dibayar dalam kas, provisi yang diselesaikan secara kas, dan dividen kas yang
diakui sebagai liabilitas. Selain itu juga, kontrak untuk menerima (ataupun
menyerahkan) jumlah bervriasi dari instrument ekuitas yang dimiliki oleh
entitas atau jumlah bervariasi dari aset yang nilai wajarnya diterima (atau
diserahkan) setara dengan sejumlah unit mata uang yang dapat ditentukan.
Sedangkan, yang merupakan pos nonmoneter adalah goodwill, aset
takberwujud, persediaan, aset tetap, dan provisi yang diselesaikan dengan
penyerahan aset nonmoneter.
2. Investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri adalah Jumlah kepentingan
entitas pelapor dalam aset neto dari kegiatan usaha luar negeri tersebut.
Sebuah entitas mungkin memiliki pos moneter yang merupakan tagihan dari
atau utang kepada kegiatan usaha luar negeri. Pos yang penyelesaiannya tidak
direncanakan atau mungkin tidak akan terjadi dimasa depan adalah bagian dari
investasi neto entitas dalam kegiatan usaha luar negeri. Pos moneter ini dapat
berupa piutang atau utang jangka panajng, sedangkan untuk piutang dan utang
dagang bukan merupakan pos moneter.
3. Kegiatan usaha luar negeri adalah entitas yang merupakan entitas anak, entitas
asosiasi, ventura bersama atau cabang dari entitas pelapor, yang aktivitasnya
dilaksanakan disuatu Negara atau mata uang selain Negara atau mata uang
entitas pelapor.
4. Kelompok usaha adalah suatu entitas induk dan seluruh entitas anaknya.
5. Kurs adalah rasio pertukaran untuk dua mata uang.
6. Kurs spot adalah kurs untuk realisasi segera.
7. Kurs penutup adalah kurs spot pada akhir periode pelaporan.
8. Nilai wajar adalah jumlah suatu aset dipertukarkan, atau liabilitas
disesuaikan, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan
memadai dalam suatu transaksi yang wajar.
9. Mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan dalam penyajian
laporan keuangan.
10. Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkunagan ekonomi utama
dimana netitas beroperasi.
11. Valuta asing adalah mata uang selain mata uang fungsional entitas
12. Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu
satu mata uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.

Mata Uang Fungsional


Lingkungan ekonomi utama yang dimaksud dalam definisi mata uang
fungsional diatas merupakan lingkungan dimana entitas beroperasi, yang
utamanya menghasilkan dan mengeluarkan kas. Faktor-faktor utama yang
dipertimbangakan sebuah entitas dalam menentukan mata uang fungsionalnya
adalah sebagai berikut:
a. Mata uang:
1. Yang paling mempengaruhi harga jual (Seringkali menjadi mata uang
yang harga jual barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan
2. Dari Negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar
menentukan harga jual barang dan jasa entitas
b. Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan
biaya lain dari pengadaan barang ataupun jasa (seringkali menjadi mata
uang yang mana biaya tersebut dedenominasikan dan diselesaikan).

Faktor-faktor lainnya yang dijadikan pertimbangan entitas dalam menentukan


mata uang fungsional, adalah sebgai berikut:
a. Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan (seperti
penerbitan instrumen uang dan instrumen ekuitas).
b. Mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya
ditahan
c. Apakah aktivitas kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan sebgai perpanjangan
dari entitas pelapor atau otonomi yang signifikan.
d. Apakah transaksi dengan entitas pelapor memiliki proporsi yang tinggi atau
rendah dari kegiatan usaha luar negeri
e. Apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung
mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan siap tersedia untuk dikirimkan ke
entitas pelapor.
f. Apakah arus kas dari aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup untuk
membayar kewajiban utang yang ada ataupun yang diperkirakan dapat terjadi
tanpa adanya dana yang disediakan oleh entitas pelapor.
Ketika indikator mata uang fungsional tidak jelas, maka manajaemen
menggunakan pertimbangannya untuk menentukan mata uang fungsional yang
paling tepat. Manajemen meberikan prioritas pada faktor-faktor atau indikato
utama sebelum mempertimbangkan fakto-faktor lainnya. Mata uang fungsional
entitas mencerminkan transaksi, peristiwa, dan kondisi mendasari yang relevan.
Sekali ditentukan, mata uang fungsional tidak berubah kecuali jika ada perubahan
pada transaksi, peristiwa, dan kondisi yang mendasari tersebut.
Pelaporan Transaksi Valuta Asing ke dalam Mata Uang Fungsional
 Pengakuan Awal
Transaksi valuta asing merupakan transaksi yang didenominasika atau
memerlukan penyelesaian dalam mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul
ketika entitas:
a. Membeli atau menjual barang ataupun jasa yang harganya didonominasikan
dalam valuta asing;
b. Meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang atau
tagihan dideonominasikan dalam valuta asing; atau
c. Memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan liabilitas,
yang dideonominasikan dalam valuta asing.
Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing harus di catat dalam mata
uang fungsional, jumlah valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional
dengan kurs spot antara mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal
transaksi, yang dimaksud tanggal transaksi

 Pelaporan pada akhir periode pelaporan berikutnya


Pada akhir setiap periode pelaporan, maka:
a. Pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup;
b. Pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta asing
dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
c. Pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.
Aset tetap, dapat diukur dengan nilai wajar ataupun biaya historis sesuai
dengan PSAK 16: Aset tetap, jika jumlahnya ditentukan dalam valuta asing, maka
jumlah tercata tersebut dijabarkan ke dalam mata uang fungsional.
Ketika tersedia beberapa kurs, kurs yang digunakan adalah kurs yang
mana arus kas masa depan digambarkan transaksi atau saldo dapat diselesaikan
jika arus kas tersebut telah terjadi pada tanggal pengukuran.

 Pengakuan selisih kurs


Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses
penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter
tersebut dijabarkan, pada pengakuan awal selama periode atau pada periode
laporan keuangan sebelumnya, diakui dalam laba rugi pada periode saat
terjadinya, kecuali pada selisih kurs investasi neto dalam kegiatan usaha luar
negeri.
Selisih Kurs-Komprehensif
Jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam pendapatan
komprehensif lain, maka setiap komponen kurs dari keuntungan atau kerugian
tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Sebaliknya, jika keuntungan
atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam laba rugi, maka setiap komponen kurs
dari keuntungan atau kerugian tersebut diakui dalam laba rugi.
Selisih Kurs-Investasi Neto
Selisih kurs yang timbul pada pos moneter yang membentuk bagian dari
investasi neto entitas pelapor dalam kegiatan usaha luar negeri diakui dalam laba
rugi pada laporan keuangan tersendiri entitas pelapor (PSAK no 4) atau laporan
keuangan individual kegiatan usaha luar negeri, mana yang tepat. Dalam laporan
keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor
(misalnya laporan keuangan konsoidasian ketika kegiatan usaha luar negeri adalah
entitas anak), selisih kurs diakui awalnya dalam pendapatan komprehensif lain
dan direklasifikasi dari euitas ke laba rugi pada saat pelepasan investasi neto.

 Perubahan dalam mata uang fungsional


Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional, entitas
menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara
prospektif sejak tanggal perubahan itu. Pengaruh perubahan mata uang fungsional
diperlakukan secara prospektif, maksudnya adalah entitas menjabarkan semua pos
ke dalam mata uang fungsional yang baru menggunakan kurs pada tanggal
perubahan itu. Hasil dari jumlah yang dijabarkan untuk pos nonmoneter dianggap
sebgai biaya historisnya. Selisih kurs yang timbul dari penjabaran kegiatan usaha
luar negeri yang diakui sebelumnya dalam pendapatan komprehensif lain tidak
direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi sampai pelepasan kegiatan usaha tersevut.

Penggunaan Mata Uang Penyajian Selain Mata Uang Fungsional


 Penjabaran dalam Mata uang Penyajian
Pada umunya mata uang penyajian di Indonesia adalah rupiah. Sebuah
entitas dapat menyajikan laporan keuangan dalam mata uang atau beberapa mata
uang selain mata uang fungsionalnya. Jika mata uang penyajian berbeda dari mata
uang fungsional entitas, maka entitas harus menjabarkan hasil dan posisi
keuangannya ke dalam mata uang penyajian.
Hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya bukan
mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi dijabarkan ke dalam mata uang
penyajian yang berbeda, dengan prosedur sebagai berikut:
1. Aset dan liabilitas untuk setiap laporan posisi keuangan yang disajikan
(termasuk komparatif) dijabarkan menggunakan kurs penutup pada tanggal
laporan posisi keuangan tersebut;
2. Penghasilan dan beban untuk setiap laporan laba rugi komprehensif atau
laporan laba rugi terpisah yang disajikan (termasuk komparatif) dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
3. Semua selisih kurs yang dihasilkan diakui dalam pendapatan komprehensif
lain.
Sedangkan, apabila hasil dan posisi keuangan entitas yang mata uang
fungsionalnya adalah mata uang ekonomi hiperinflasi, prosedur yang digunaka
adalah sebagai berikut:
1. Semua jumlah (aset, liabilitas, pos ekuitas, pendapatan, dan beban termasuk
komparatifny) dijabarkan dengan kurs penutup pada tanggal laporan posisi
keuang terkini, kecuali bahwa
2. Ketika jumlah tersebut dijabarkan ke dalam mata uang ekonomi
nonhiperinflasi, maka jumlah komparatif adalah jumlah yang disajikan
sebgai jumlah tahun berjalan dalam laporan keuangan tahun sebelumnya
yang releva yaitu tidak disesuaikan dengan perubahan tingkat harga
berikutnya atau perubahan kurs berikutnya.

 Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri


Penggabungan hasil dan posisi keuangan kegiatan usaha luar negeri
dengan entitas pelapor mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti eliminasi
saldo dan transaksi intra kelompok usaha dari entitas anak. Namun, aset atau
liabilitas moneter intra kelompok usaha, baik jangka pendek atau jangka panjang,
tidak dapat dieliminasi denga aset atau liabilitas intra kelompok usaha tanpa
menunjukkan hasil fluktuasi mata uang dalam laporan keuangan konsolidasian.
Jika laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri memiliki tanggal yang
berbeda dengan entitas pelapor, maka kegiatan usaha luar negeri sering menyusun
laporan keuangan tambahan dengan tanggal yang sama dengan laporan keuangan
entitas pelapor. Namun, jika hal ini tidak dilakukan, PSAK no 4
memperkeknankan untuk menggunakan tanggal yang berbeda yang mana
perbedaan tersebut tidak lebih dari tiga bulan dan penyesuaian dialkukan atas
dampak setiap transaksi atau peristiwa signifikan lain yangv terjadi anatara
tanggal yang berbeda tersebut.
Goodwill yang timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan setiap
penyesuaian nilai wajar jumlah tercata aset dan liabilitas yang timbul dari akuisis
kegiatan usaha luar negeri diperlakukan sebgai aset dan liabilitas kegiatan usaha
luar negeri tersebut. Aset dan liabilitas tersebut dinyatakan dalam mata uang
fungsional kegiatan usaha luar negeri dan dijabarkan dengan menggunkan kurs
penutup.

 Pelepasan atau Pelepasan Sebagian Kegiatan Usaha Luar Negeri


Pelepasan pada suatu kegiatan usaha luar negeri, jumlah kumulatif selisih
kurs yangvterkait dengan kegiatan usaha luar negeri tersebut, yang diakui dalam
pendapatan komprehensif lain dan diakumulasi dalam komponen ekuitas yang
terpisah, direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi (sebgai penyesuaian reklasifikasi)
ketika keuntungan atau kerugian dari pelepasan kegiatan usaha luar negeri diakui.
Selain hal diatas, hal berikut juga dicatat sebgai pelepasan walupun entitas
masih memiliki kepentingan pada entitas anak, entitas asosiasi, atau pengendalian
bersema entitas terdahulu, antara lain:
a. Hilangnya pengendalian pada netitas anak yang mencakup kegiatan usaha
luar negeri;
b. Hilangnya pengaruh signifikan pada netitas asosiasi yang mencakup
kegiatan usaha luar negeri; dan
c. Hilangnya pengendalian bersama pada pengendalian bersama entitas yang
mencakup kegiatan usaha luar negeri.
Pelepasan sebagian dari entitas anak yang mencakup kegiatan usaha luar
negeri, entitas mereatribusi bagian yang sebanding dari jumlah kumulatif selisih
kurs yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain ke kepentingan
nonpengendali pada kegiatan usaha luar negeri tersebut. Dalam setiap pelepasan
yang lain atas sebagian kegiatan usaha luar negeri, entitas mereklasifikasi hanya
bagian proposional dari jumlah kumulatif selisih kurs yang diakui dlaam
pendapatan komprehensif lain ke laba rugi.

 Pengaruh Pajak dari Semua Selisih Kurs


Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing dan selisih kurs yang
timbul dalam penjabaran hasil dan posisi keuangan tentitas (termasuk kegiatan
usaha luar negeri) ke dalam mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh
pajak. PSAK 46 tentang Akuntansi Paja Penghasilan diterapkan atas pengaruh
pajak tersebut.
Entitas mengungkapkan:
a. Jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih kurs
yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi sesuai dengan PSAK no 55
b. Selisih kurs neto yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan
diakumulasikan dalam komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi
selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.
Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta
tersebut dinyatakan bersama dengan pengungkapan tentang mata uang fungisonal
dan alasan untuk menggunakan mata uang penyajian yang berbeda. Ketika
terdapat perubahan dalam mata uang fungsional entitas pelapor maupun kegiatan
usaha luar negeri yang signifikan, maka fakta dan alasan perubahan dalam mata
uang fungsional perlu diungkapkan.
Jika entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang yang berbeda
dari mata uang fungsionalnya, maka entitas menjelaskan bahwa laporan keuangan
tunduk pada SAK hanya jika entitas mematuhi semua persyaratan SAK yang
berlaku.
Jika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lain
dalam mata uang yang berbeda, baik mata uang fungsional maupun mata uang
penyajian, dan persyaratan pada paragraf sebelumnya tidak terpenuhi, maka
entitas:
a. Mengidentifikasi secara jelas informasi tersebut sebgai informasi tambahan
untuk membedakannya dengan informasi yang tunduk pada SAK;
b. Mengungkapkan mata uang yang digunakan dalam informasi tambahan
tersebut; dan
c. Mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang
digunakan untuk menntukan informasi tambahan tersebut.
Kasus Translasi Mata Uang Asing
Sebuah perusahaan telah memulai usaha pada tanggal 1 Januari 20X6
dengan modal saham awal sebesar $2 juta. Kondisi laporan laba rugi dan neraca
pada tanggal 31 Desember 20X6 adalah sebagai berikut:

Laporan Laba Rugi


Untuk setahun, berakhir 31 Desember 20X6
Jutaan Dollar
Pendapatan 32
Harga Pokok Penjualan (10)
Laba kotor 22
Biaya operasi (8)
Biaya administrasi (2)
Laba sebelum pajak 12
Pajak (4)
Laba 8

Neraca
Per 31 Desember 20X6
(Jutaan Dollar)
Piutang dagang 2
Persediaan 4
Tanah (diperoleh 31 Desember 20X6) 8
Total asset 14

Hutang dagang 4
Modal saham 2
Laba ditahan 8
Total kewajiban dan ekuitas 14

Catatan:
Mata uang fungsional adalah dollar, tetapi perusahaan ingin menyajikan
laporan keuangan menggunaka euro sebagai mata uang pelaporan. Perusahaan
mentranslasikan laporan laba rugi dengan kurs rata-rata, neraca dengan kurs
penutupan. Dimana, kurs nilai tukar periode ini adalah sebagai berikut:
$1=
1 Januari 20X6 €1
31 Desember 20X6 €2
Kurs rata-rata €1.5
Translasi laporan keuangan dari Functional Currency ke Presentational Currency
Laporan Laba Rugi pada Kurs rata-rata
Untuk setahun, berakhir 31 Desember 20X6
Jutaan Dollar
Pendapatan 48
Harga Pokok Penjualan (15)
Laba kotor 33
Biaya operasi (12)
Biaya administrasi (3)
Laba sebelum pajak 18
Pajak (6)
Laba 12
Neraca
Per 31 Desember 20X6
Jutaan Dollar
Piutang dagang 4
Persediaan 8
Tanah 16
Total asset 28

Hutang dagang 8
Modal saham 4
Laba ditahan 12
Selisih kurs*) 4
Total kewajiban dan ekuitas 28

*)Besarnya laba ditahan seharusnya adalah €16 juta. Namun, pada laporan laba
rugi ditranslasikan dengan kurs rata-rata, laba sebesar €12 juta, terdapat selisih
kurs sebesar €4 juta ditunjukkan sebagai komponen ekuitas.

Referensi
IAI. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
Epstein, Barry J, Eva K Jermakowik. 2010. Interpretation and Aplication of
International Financial Reporting Standars
http://rezwan-rizki.blogspot.com/2013/05/akuntansi-untuk-instrumen-
keuangan.html

Anda mungkin juga menyukai