oleh:
1 Henrico ST, MT
2 Yolanda Indah Permatasari, SE, MM
S
ejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pembangunan di kawasan Timur Indonesia
menjadi prioritas. dengan tujuan agar pembangunan nasional dapat merata serta dapat
memaksimalkan potensi daerah yang sampai saat ini belum tergali dengan maksimal.
Nusa Tenggara Timur, sebagai salah satu provinsi di wilayah timur Indonesia, mempunyai
potensi yang luar biasa besar antara lain, komoditas unggulan seperti peternakan, perkebunan,
perikanan dan industri, keindahan alam dan kekayaan diantaranya Pulau Komodo, Danau Kelimutu,
Larantuka dan Lamalera, serta Pulau Alor dan Pulau Rote. Dalam rangka memaksimalkan potensi
besar yang dimiliki Provinsi NTT tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
dibutuhkan investasi yang cukup besar. Hal tersebut karena investasi di Provinsi NTT mengandung
unsur pionir (perintis atau pemula) yang memerlukan fasilitasi dalam bentuk insentif fiskal,
kepastian iklim usaha yang baik serta dukungan ketersediaan infrastruktur yang memadai.
Menyadari hal tersebut, Gubernur NTT terus melakukan upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan
akan ketersediaan infrastruktur yang memadai dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Salah satu infrastruktur yang diupayakan untuk dapat dibangun adalah Jembatan Pancasila yang
menghubungkan antara pulau Flores dengan pulau Adonara.
Pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi NTT, telah menyusun pra studi kelayakan Jembatan
Pancasila. Adapun hasil dari pra studi kelayakan tersebut adalah pembangunan jembatan tersebut
layak secara ekonomis dan secara teknis. Selain itu, dalam studi tersebut, teridentifikasi bahwa arus
laut cukup kuat mencapai 0.3–3.8 m/s dan berpotensi apabila jembatan tersebut dilengkapi dengan
turbin untuk menghasilkan energi listrik sebesar 300mW. Jika terealisasi, suplai energi listrik dari
turbin arus laut Jembatan Pancasila bahkan bisa mencukupi kebutuhan listrik di seluruh wilayah
Pulau Flores hingga ke Manggarai Barat dan Pulau Adonara. Beberapa investor pun telah
menyatakan minat nya untuk melaksanakan pembangunan jembatan yang dilengkapi turbin
tersebut diantaranya Tidal Bridge BV asal Belanda.
Ada tiga isu kelayakan dalam pembangunan jembatan ini, yakni kelayakan ekonomi, kelayakan
finansial maupun kelayakan teknis. Berdasarkan hasil pra studi kelayakan yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2015, untuk umur rencana jembatan 50 tahun maupun 100
tahun didapat nilai economic IRR sebesar 8.14% dan 7.18% yang artinya masih diatas rata-rata BI
rate. Selain itu, nilai economic NPV yang menunjukkan nilai positif, benefit cost ratio yang
menunjukkan nilai diatas 1 pada tahun ke-50, yang didasarkan pada manfaat adanya konektivitas
antara pulau Flores dan Adonara, terhadap akumulasi penambahan nilai ekonomi penduduk flores
timur. Dengan demikian, berdasarkan pra-studi kelayakan yang disusun Pemerintah Provinsi NTT
menyatakan bahwa proyek pembangunan Jembatan Pancasila adalah layak secara ekonomi. Selain
itu,
Untuk skema pembiayaan dari pembangunan Jembatan Pancasila, terdapat beberapa opsi skema
pembiayaan. Antara lain melalui Public Private Partnership (PPP), atau melalui dana pinjaman
lunak dari Pemerintah Belanda. Dengan skema PPP, pemerintah dan swasta akan berbagi risiko
dalam pembangunan jembatan yang dilengkapi dengan turbin. Selain itu, pihak swasta akan
melakukan pembiayaan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan dimana pendapatan dari
hasil penjualan listrik akan menjadi sumber cost recovery dari investasi yang telah dilakukan.
Berdasarkan diskusi dengan beberapa pihak, apabila proyek pembangunan jembatan pancasila yang
dilengkapi dengan turbin dilakukan melalui skema PPP dengan revenue dari penjualan listrik saja,
maka proyek ini merupakan proyek yang tidak layak secara finansial, atau dengan kata lain,
dukungan kelayakan yang dibutuhkan lebih besar 50% dari nilai capital expenditure, yang artinya
akan sangat sulit apabila proyek ini dilakukan murni melalui PPP. Opsi skema lain adalah soft loan
Pemerintah Belanda untuk pembiayaan pembangunan jembatan yang akan didesain dengan slot-slot
turbin listrik. Setelah Jembatan terbangun, pemerintah akan menginisiasi skema pemanfaatan BMN
melalui Kerjasama Penyediaan Infrastruktur (KSPI), Kerjasama Pemanfaatan (KSP) atau skema
sewa dengan pihak swasta yang akan memanfaatkan slot-slot turbin tersebut untuk pembangkit
listrik tenaga arus laut (PLTAL). Dengan skema tersebut, diharapkan swasta akan lebih tertarik
untuk berinvestasi dalam pengadaan dan pemasangan turbin PLTAL, karena biaya dan risiko
pembangunan jembatan sepenuhnya ditanggung pemerintah.
Rencana pembangunan Jembatan Pancasila ini disambut baik oleh Ditjen Bina Konstruksi, selaku
simpul KPBU di Kementerian PUPR dengan memfasilitasi upaya debottlenecking dari berbagai
kendala dalam investasi infrastruktur pembangunan jembatan ini. Berdasarkan hasil rapat
pembahasan dengan stakeholder terkait, menurut BAPPENAS nilai proyek pembangunan
Pembangunan Jembatan Pancasila terintegrasi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
(PLTAL) di Provinsi NTT ini sebesar 170 Juta USD (atau sekitar Rp. 2,3 Trilyun dengan kurs
Rp.13.500,-).
Sebagai langkah konkrit komitmen mendukung terealisasinya proyek Jembatan Pancasila, Ditjen
Bina Konstruksi melalui Direktorat Bina Investasi Infrastruktur yang memiliki fungsi fasilitasi
penyelesaian permasalahan investasi infrastruktur, menginisiasi adanya evaluasi terhadap
pelaksanaan progress pembangunan Jembatan Pancasila tersebut yang dilakukan sebagai upaya
penyelesaian permasalahan investasi pembangunan jembatan dengan turbin di Selat Larantuka
tersebut. Kegiatan evaluasi progress fasilitasi pembangunan Jembatan Pancasila telah dilaksanakan
dengan bertempat di Kantor Gubernur NTT, Kota Kupang, pada tanggal 21 April 2016. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan konsep diskusi terbatas yang dihadiri oleh perwakilan Kemenko Bidang
Maritim, Kementerian ESDM, Kementerian PUPR cq Ditjen Bina Marga, PT. PLN serta dinas terkait
di provinsi Nusa Tenggara Timur. Dimana, masing-masing institusi memberikan dukungan penuh
agar pembangunan Jembatan Pancasila cepat terealisasi.
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Bina Konstruksi, Bapak Ir. Yusid Toyib, M. Eng. SC dan
Gubernur NTT, Bapak Drs.Frans Lebu Raya, menyatakan optimisme bahwa Jembatan Pancasila
yang dilengkapi pembangkit listrik tenaga arus laut akan segera terealisasi.
Pada kesempatan tersebut, lima stakeholder yang terdiri dari Kementerian PUPR, Kementerian
ESDM, Kemenko Maritim, Pemda NTT, dan Bappenas juga sepakat untuk terus berkoordinasi secara
intensif dalam rangka menjadikan Jembatan Pancasila sebagai pilot project pembangkit listrik
energi baru dan terbarukan. Gubernur NTT juga meminta kesediaan Ditjen Bina Konstruksi untuk
melakukan kegiatan fasilitasi dalam rangka koordinasi seluruh stakeholder terkait setelah
didapatkan laporan kajian pra-studi kelayakan.