Lakon: Diketik Ulang Oleh: Sanggar Seni Teater Awal IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Lakon: Diketik Ulang Oleh: Sanggar Seni Teater Awal IAIN Syekh Nurjati Cirebon
KEMUDIAN TERDENGAR SUARA GAMELAN. HIU SATU PER SATU LENYAP. PARA
PENARI MEMAKAI PAKAIAN PUTIH PUTIH MUNCUL DARI KIRI DAN KANAN KE
ARAH ORANG ORANG ITU. PARA PENABUH MENGIKUTINYA DENGAN SUARA
GAMELAN DAN TEMBANG. LAMPU HIDUP PERLAHAN LAHAN. ORANG ORANG
YANG BERKUMPUL ITU MENGEMBANGKAN KAIN PUTIH DAN KEMUDIAN
BERDIRI. PARA PENARI SEMAKIN DEKAT. MEREKA MENARI MENGELILINGI
SAMBIL MENEBARKAN BUNGA. KI DALANG MENGETUKKAN PALUNYA.
KEPALA
Tuhan Seru Sekalian Alam, atas rakhmat dan kehendakMu kami berkumpul lagi hari ini untuk
memulyakan namaMu dan melaksanakan tugas-tugas kami yang belum selesai.
KEPALA
Saudara saudara sekalian, terlebih dulu saya ucapkan maaf yang sebesarnya, atas segala
kesalahan yang sudah maupun yang belum saya lakukan. Semua ini saya lakukan bukan karena
kehendak pribadi, tetapi tugas. Hari ini rupanya kita terpaksa akan
DALANG
Yang keras ! Mengapa ?
KEPALA
Menurut komputer, . satu orang sekarang baik.
DALANG
Bunuh satu orang ? Siapa ?
KEPALA
Nanti, harus ditanya dulu, baru ketahuan. Tapi ingat ingat, siapa pun yang akan jadi korban kali
ini itu semua adalah bagian dari proses. Bukan orangnya, tetapi perbuatannya. Mana
komputernya ?
KEPALA
Ini dia
( menunjuk layar monitor )
Kelihatannya sudah ada
(komputer memberikan sinyal sinyal)
Lihat, cepat sekali kan, ini hebatnya kalau memanfaatkan teknologi. Mesin, mesin ini semua ada
lah ciptaan manusia, dia adalah kawan kita, bukan musuh. Salah sekali kalau kita menolaknya.
DALANG
( mengetukkan palu )
Jadi siapa yang harus dibunuh ?
PENGIKUT
Komputer yang kita beli itu mungkin agak bodoh. Masak setiap kali ditanya dia mau bunuh
orang.
KEPALA
Ssstt! Ini resiko kalau kita mau maju. Seluruh sistim harus dipenuhi. Barang itu kita beli
mahal. ongkos operasionalnya lebih mahal lagi, kalau tidak dimanfaatkan cepat, mubazir.
PENGIKUT
Masih berapa lagi yang harus dibunuh supaya bisa klar ?
KEPALA
Siapa bilang dibunuh, ini syarat. Sabar. Setiap perjuangan memerlukan pengorbanan.
Ingat kemerdekaan kita bukan diberikan sebagai hadiah, tetapi
( berbisik lagi )
PENGIKUT
Itu dia sudah selesai berpikir !
KEPALA
Baik. Kita akan segera tahu siapa yang harus disingkirkan demi kemajuan bersama. Ingat, tidak
seorang pun di antara kita yang sudah mengarahkan keputusan ini, kita hanya memberikan data
data. Apa pun, siapa pun yang dipilih, itu keputusan yang sudah diperhitungkan masak-masak.
DALANG
( membunyikan ketukan )
Ayo siapa, jangan mengulur ulur waktu.
KEPALA
Baik.
(kepada komputer )
KOMPUTER
( bicara )
Kamu.
PENGIKUT
Siapa?
KEPALA
( bingung )
Lho kok kamu ?
PENGIKUT
Siapa ?!
KEPALA
Kadang-kadang dia suka guyon. Ini Jumat kliwon ?
PENGIKUT
Coba mungkin konsleting.
KOMPUTER
Dia !
PENGIKUT
Dia siapa ?
KEPALA
Dia ? Dia siapa ? Banyak dia. Dia siapa ?
KOMPUTER
Kamu !
KOMPUTER
Kamu sendiri !
KEPALA
Lho |
DALANG
Lha iya, kamu kok !
KEPALA
Lho, lho, lho, jangan guyon saja, kerja !
KEPALA MAU MERAIH KOMPUTER ITU, TAPI KOMPUTER CEPAT CEPAT NAIK
KE ATAS SAMBIL MENGELUARKAN SUARA ANEH.
KEPALA
Hee ! Tunggu ! Tunggu !
KOMPUTER
Kamu jangan suka mungkir !
KEPALA
Tapi kok aku ?
KOMPUTER
Ya memang begitu hasilnya, menurut data yang ada.
KEPALA
KOMPUTER
Kalau sudah melibat kepentingan sendiri, semua orang memang bilang mustahil.
KEPALA
Sudah jangan main-main ini !
KOMPUTER
Lho, lho, ini teknologi tinggi, aku tidak bisa main-main, untuk apa !
DALANG
( mengetukkan palu )
O ladalah, sudahlah ngher, jangan ngeyel terus.
KOMPUTER
Apa minta pengganti, begitu ?
KEPALA BINGUNG.
DALANG
Tidak usah bingung bingung. Apa salahnya berterus terang , kalau memang ?
KOMPUTER
Atau minta dispensasi ?
DALANG
Ya terus terang saja ngher. Hidup ini gampang kalau dienteng entengin.
KEPALA
Saya kira
( berpikir )
DALANG
Lho, lho ini siapa yang ngundang wartawan ?
KOMPUTER
Jadi bagaimana ?
DALANG
Lho, lho !?
WARTAWAN
Jadi bagaimana ? Minta pengganti atau dispensasi atau apa ?
WARTAWAN
Ini kesempatan baik lho !
KEPALA BINGUNG.
DALANG
Saudara-saudara ini yang ngundang siapa ?
WARTAWAN
Atau perlu sponsor ?
WARTAWAN
Kita perlu sejarah yang memberi contoh menegakkan keluhuran jiwa. Siapa lagi coba, yang akan
memasang tonggak itu.
DALANG
Apa ada yang sudah manggil wartawan di sini ? Tidak keliru ini, bapak-bapak wartawan ?
WARTAWAN
Terus-terang lho, nanti juga ketahuan, percuma saja.
WARTAWAN
Sudah waktunya membuktikan kaliber sekarang, Mas. Kita memerlukan bukti bahwa, ente tidak
seperti mereka-mereka yang lalu, ente lain. Ente memiliki kebesaran jiwa yang berani
mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan bersama. Ini era baru, generasi baru.
KEPALA
O Ya ?
WARTAWAN
Ya dong ! Masak kita tidak maju-maju ! Sudah banyak pengorbanan, sudah cukup ! Malu kalau
tidak ! Ya tidak ?!
KEPALA
Bagaimana ya ?
WARTAWAN
KEPALA
Ya sudah kalau begitu !
WARTAWAN
Ya sudah bagaimana ?
KEPALA
Ya biar dilaksanakan semua keputusan.
WARTAWAN
Tapi mesti dong diucapkan supaya mereka mau !
WARTAWAN
Kalau tidak diperintah, ya namanya anak buah, biar sudah tahu juga kagak bakal berani, bapak.
Pengalaman kita selama ini kan begitu !
KEPALA
Ah masak ?
WARTAWAN
Ah ente ini berlagak lupa saja.
WARTAWAN
Harus diberi aba-aba ! Ya kan ?
( kepada Dalang )
Ya, katanya.
DALANG
Apa-apaan ini ? Ah apa-apaan ?
WARTAWAN
Saya bilang, kalau tidak diperintah mana mau mereka melaksanakan perintah.
DALANG
Perintah apa ?
WARTAWAN
Menjalankan keputusan. Ayo tancap saja !
KEPALA
WARTAWAN
Tidak apa sebab semua itu kan
KEPALA
Baik. Laksanakan !
WARTAWAN
Habis waktunya kalau begini. Ayo dibantu dikit biar cepetan. Kalau diikutin nggak jalan-jalan
ini.
WARTAWAN
Jangan.
WARTAWAN
Habis masak mesti ditunggu, habis waktu kita dong !
( kepada kepala )
Ya kan ?
KEPALA
Bagaimana ya ?
WARTAWAN
Iya dong !
( melempar lagi )
WARTAWAN
( mengikuti )
Benar ! Ayo ! Ayo !
DALANG
Kenapa sih ? Pakai lempar-lempar ?
WARTAWAN
Habis lamban bener !
DALANG
Ya memang, tapi alon asal klakon kan ?!
WARTAWAN
Kata bapak laksanakan, laksanakan !
DALANG
Laksanakan apa ?
WARTAWAN
Hee dengerin ! Kata bapak, bunuh dia ! Bunuh ! Itu perintah komputer ! Goblok !
WARTAWAN
Minta dikasih contoh kali !
DALANG
Astaga !
DALANG
Waduh, waduh salah ! Salah itu ! Jangan mau ! Ini menyimpang dari pakem. Mestinya menolak
dengan gagah perkasa. Itu namanya mematahkan lakon !
WARTAWAN
Terus saja !
DALANG
Lho, lho, lho. Ini apa apaan ?
DALANG
( di luar )
Kembalikan, kembalikan !
( mengejar ).
WARTAWAN
Ayo ini kesempatan. Terus ! Penari mana ?
WARTAWAN
Penari !Penariiii!!
WARTAWAN
Mainkan-mainkan !
WARTAWAN
WARTAWAN
Mati jadi persoalan kecil.
WARTAWAN
Darah di mana mana. Manusia cepat buas seperti dalam cerita-cerita dongeng. Setiap jengkal
tanah jadi kuburan.
WARTAWAN
Kalau sudah begini, kita tinggal menunggu giliran. Dan paling banter teiak-teriak tolong,
tolongggg
WARTAWAN
Tapi telat. Siapa yang akan menolong, tidak ada yang selamat, kok !
WARTAWAN
Jadi sebaiknya sekarang
DALANG
Stop ! Stop ! Hansip, Hansip, cepat, ini ada kerusuhan !
( meniup sempritan )
WARTAWAN
Tenang, tenang !
DALANG
Yang ngaco dipermak saja !
PARA PENGIKUT PANIK LALU BERHAMBURAN LARI, JATUH BANGUN. ADA YANG
KEBINGUNGAN TAK TAHU MAU KE MANA. AKHIRNYA DUDUK DI ANTARA
PENONTON. WARTAWAN MEGABADIKAN. DALANG MARAH-MARAH.
DALANG
Apa-apaan ini. Pasti ente-ente ini lagi !
WARTAWAN
( pada kawannya )
Terus saja !
DALANG
Waduh, waduh. Kalau perkara berkoar koar sampeyan memang paling pinter. Tapi bagaimana
kalau benar benar tidak ada berita yang bisa dijual, kalian juga yang mampus, tidak bisa cari
makan.
WARTAWAN
Keadaan gawat, Pak.
DALANG
( tertawa )
Waduh, waduh gayanya rek, mana tahan !
WARTAWAN
Manusia manusia sudah gila lagi. Di belahan bumi ini banyak peristiwa aneh terjadi yang sulit di
mengerti. Coba lihat baik baik di depan mata kita ini terjadi lagi pembantaian manusia
( ketukan palu Ki Dalang kembali sehingga suara wartawan itu tak kedengaran )
WARTAWAN
Dengan menolong rakyatnya menerapkan keputusan atas dirinya sendiri, bapak yang satu itu kan
mendidik rakyatnya untuk mengorbankan kepenti ngan sendiri demi kebutuhan kel
DALANG
Eeeeeee, ngomong jangan seperti kentut, pikir dulu matang matang, bener nggak ?( melambai-
lambaikan amplop untuk nyogok )
WARTAWAN
Dengan memberikan sebuah contoh yang menunjukkan perasaan yang dingin dan keras,
pemimpin yang mengorbankan dirinya sendiri ini, hanya mendidik rakyatnya jadi haus darah.
Mereka tidak siap untuk belajar. Mengapa
Sejak semula ini memang tindakan yang salah. Mestinya ia menolak keputusan yang tak masuk
akal itu dan menjalankan sesuatu yang lebih beradab
DALANG
Bagus !
( mengetukkan palunya )
WARTAWAN
Seorang pemimpin besar sudah lahir lagi. Untuk melukat kembali negerinya, ia tak segan-segan
memimpin rakyat membunuh pemimpinnya sendiri yang sudah salah
tapi itu tindakan yang keliru, karena keputusan tersebut pasti salah. Seorang kepala yang baik
harus memimpin rakyatnya untuk melawan keputusan yang dianggapnya salah demi keselamatan
orang banyak itu sendiri.
WARTAWAN
Itu kata wartawan amplop !
DALANG
O, o, eling Mas, eling !
WARTAWAN
Namun, wartawan amplop atau bukan, yang jelas berita jujur, tuntas dan betul.
DALANG
Bagus. Terus !
WARTAWAN
Kalau dipuji, terus bilang bagus.
DALANG
Terbalik. Kalau bagus itu pantas dipuji. Wajar.
WARTAWAN
( mengembalikan persenan kepada dalang )
Maaf saya wartawan, bukan pedagang, meskipun jualan berita.
DALANG
WARTAWAN
Kami bukan
DALANG
Adalah tugas yang mulai untuk memberikan gambaran yang jujur , terhadap setiap orang, apa
yang telah terjadi. Semua orang sudah dewasa, dengan melihat dengan mata kepala sendiri
kesimpulan akan muncul dengan sendirinya. Lihat !
(mengetukkan palunya ).
Inilah sebetulnya yang terjadi, bukan sebagaimana yang sudah terlanjur diberitakan dengan
gaya ugal-ugalan itu. Nah, lihat baik baik.
DALANG
Saudara saudara, sabar, ini adalah bahasa komputer. Kalau saya boleh menerjemahkan, ini
maksudnya ada lah, lebih kurang, apa yang sedang terjadi itu adalah, apa ya. Semacam usaha
mencari jalan untuk me nyelesaikan masaalah masaalah
DALANG
Apa yang kita perlukan adalah kesabaran dan pengertian. Lihat !
Ya. Ini sekali lagi bahasa komputer. Gambar ini menjelaskan bahwa persoalan yang sedang kita
hadapi itu atau ini, sebetulnya dapat disederhanakan dengan konfigurasi seperti gambar ini. Jadi
persoalannya adalah
(memperhatikan )
(berbisik )
kue apem.
Saudara saudara pirsawan, teknologi tinggi kadang kadang kadang memang moralnya agak
kurang.
(mengetukkan palunya )
Ayo ke mari, ke mari jaangan nakal nakal, kita mulai lagi menurut pakem. Kemari cepat!
DALANG
Kembali-kembali dulu semua ! Ulangi !
WARTAWAN
Coba ke mari dulu semua ! Ya itu, itu, sini !
DALANG
( pura pura )
Lho dari mana ini tadi ?
KEPALA
Maaf, kami terlambat, tadi mampir minum kopi, sebab
DALANG
( cepat memotong meneruskan tembangnya sehingga se
mua kembali ambil posisi )
DALANG
Bapak bapak wartawan saya persilakan minggir dulu biar lakonnya berjalan menurut kodratnya,
jangan banyak menafsirkan sendiri, biarkan jangan didorong dorong, supaya wajar wajar saja.
Semua ini akan jelas dengan sendirinya kalau sudah berakhir. Pergi dulu ngopi ke warung.
WARTAWAN
Kalau kami pergi nanti tidak ada yang menjadi saksi.
DALANG
Ah, masak begitu.
DALANG
Lho, lho jangan menyepelekan orang lain. Setiap mahluk yang lolos dari gua garba itu sempurna,
masing masing sudah punya alat pelindungnya sendiri. Lihat saja penyu, atau apa ya yang baik
untuk contoh. Coba lihat dengan teliti, apa saja, pasti punya kekuatan untuk melindungi dirinya,
asal diberi kesempatan untuk berkembang.
DALANG
Tadi banyak kesalahan, sekarang kita ulangi. Mulai
( sambil menembang ) !
KEPALA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkatperjuangan kita yang ulet dan kesabaran kita
untuk menerima ujian demi ujian dengan kesabaran
yang luar biasa, serta kepercayaan, persaudaraan dan kepasrahan dalam kekeluargaan, kita boleh
di
kata sudah hampir berhasil. Belum seratus prosen, tetapi mana ada perjuangan yang bisa
langsung jadi, sebab. . .
HANSIP
( berteriak dari luar )
Pak Dalanggggg !!
DALANG
( berhenti menembang )
Bagus. Teruskan saja.
( kepada wartawan )
panjenengan semua boleh saksikan tapi jangan ganggu. Saya ke situ dulu, meluruskan
yang di situ kok rasanya ada yang petilingsut.
(keluar )
KEPALA
( meneruskan )
Sebab. . . .
WARTAWAN
Stop ! Sebentar !
KEPALA
( terus )
Perjuangan kita telah berhasil
WARTAWAN
Stop !
KEPALA
Ini membuktikan bahwa selama ini kita sudah berhasil. . . . . .
WARTAWAN
Kasih dikit !
KEPALA
Tinggal melanjutkan saja seka. . . .
WARTAWAN
( menggebuk )
Sialan !
Cepat !
WARTAWA
( menembang seperti Dalang )
WARTAWAN
Ayo sini ! Ikat lagi ! Biar agak serem.
DALANG
Lho, lho, apa apaan ini ?
DALANG
Wah, wah, kok ikut campur. Sana, sana pergi, kalian ini mesti mengganggu tetangga saja !
WARTAWAN
Ini tugas kami !
DALANG
Tugas kok mengganggu orang !
WARTAWAN
Habis kalau tidak diganggu selalu tidak bener
DALANG
Kalian kan tidak diundang. Mana undangan ?
WARTAWAN
Ini !
( memperlihatkan isyarat tangan cabul dengan jari jempo masuk ke antara telunjuk dan jari
tengah . )
DALANG
Jangan cabul begitu.
WARTAWAN
Habis masak kami tidak boleh di sini ?
WARTAWAN
Kami kan sebetulnya mau bantu bagaimana sih !
DALANG
Jangan dagang di sini !
WARTAWAN
Ayo cepetan !
DALANG
Tak panggilkan Hansip ntar baru kapok, ya !
( keluar mencari )
WARTAWAN
Ayo cepetan ente !
WARTAWAN
Kagak bisa diajak berjuang ini.
(sama kawannya )
Ayo bantuin!
DALANG
Eeeeee apa apaan ini ! Hus, hus !
DALANG
Lho, lho ini apa apaan rek ?
( menunjuk Kela ).
DALANG
Oladalah sudah kena aid nih semua, mendem !
PENGIKUT
Oladalah dalang ngibul, matek lhu .
DALANG
Astaganaga, mati aku !
WARTAWAN
Setidak tidaknya kalau kami ada, mereka tidak akan berani bertindak terlalu sewenang wenang,
seperti ini !
Ya kan ?!
WARTAWAN
Ayo bicara, biar percaya !
WARTAWAN
Ini bukan tindakan sewenang wenang. Ini adalah luapan emosi yang mapet bertahun tahun.
Bukan lagi hanya kebutuhan untuk diperlakukan wajar, tetapi sudah tuntutan mutlak, karena
kami semua sudah hamper mati. Kami bukan berontak, kami bukan protes, kami bukan
berdemonstrasi, kami menyelamatkan nyawa kami. . . . . kata mereka !
WARTAWAN
Tuh dengar nggak ? Catat !
WARTAWAN
Dan catat juga ! Mereka tidak dihasut siapa siapa bukan memperjuangkan sesuatu yang lain.
Mereka bukan ingin menggantikan miliknya dengan kepunyaan orang lain. Kami tidak ingin
bertengkar, kami tidak ingin bunuh orang, kami cuma mau hidup, hidup, hidup, bernafas, tidur,
mimpi, menguap, berak, pacaran, bersantai santai, lari pagi dan membuka mulut tanpa tekan an
darah tingi dan sakit jantung. Kami cuma ingin hidup sebagai manusia, bukan mayat, bukan
binatang, bukan robot. . . . . . . kata mereka !
WARTAWAN
Maksud Anda wayang ?
WARTAWAN
Tapi manusia.
WARTAWAN
Yang bisa bernafas, tidur, batuk, tertawa, sakit dan mati sungguhan dengan wajar.
WARTAWAN
Bukan mati di dalam peti es.
PENGIKUT
Bukan mumi seperti ini !
WARTAWAN
Tuh, dengar nggak ?
( pada Dalang )
DALANG
Hansippppp ! Ck, ck, ck ini sudah menyimpang dari pakem. Terlalu !
WARTAWAN
Coba mau apa lagi ?
WARTAWAN
Katakan saja terus terang semuanya isi hati nurani mu ! Ayo !
PENGIKUT
Jangan mancing mancing, kami tidak mau apa apa lagi.
PENGIKUT
Tapi kalau memang bisa, kami juga ingin punya cita cita, mendapat kesempatan yang sama untuk
berjuang berprestasi dan mendapat kedudukan.
WARTAWAN
Sukses. Mantap. Mapan. Berbahagia.
WARTAWAN
Umur panjang dan sehat walafiat.
PENGIKUT
Turun temurun makmur.
WARTAWAN ( berbisik )
Ssttt, yang terakhir itu tak usah.
WARTAWAN
Tak apa, itu fakta. Ya kan Pak ?
DALANG
Saya ? Ditanya ?
WARTAWAN
Ada lagi yang ingin dikatakan ?
PENGIKUT
Ya.
WARTAWAN
Silakan, silakan, jangan segan segan.
DALANG
Ke mana sih Hansipnya ini. Hansippppp!!
WARTAWAN
Tunggu, tunggu, Bapak perlu dengar ini, fakta.
(memegang Ki Dalang )
Silakan silakan. Catat . Dengar baik baik, Pak, ini perlunya kami di sini !
DALANG
Ini kok maksa, maksa. Tak jotos ya !
DALANG
Jangan motret !
WARTAWAN
Makanya dengar mereka mau bicara, dari tadi kan dibungkam terus !
DALANG
WARTAWAN
Awas, berani, mau dipotret lagi ?
WARTAWAN
Tapi ngomong yang bener ! Ayo !
DALANG
Ya sudah kalau dipaksa apa boleh buat. Ngomongsaja Cah !
PENGIKUT
Terimakasih atas rekan rekan wartawan yang telah menyiarkan segala isi hati kami dengan
berani, jujur, jelas dan tuntas. Mereka adalah prajurit praju rit swasta yang telah memberikan
andil untuk melahirkan kami semua kembali sebagai manusia yang komplit. Untuk itu kami
mengucapkan matur nuwun, terima kasih banyak.
WARTAWAN
Tapi bagi kami itu sudah merupakan tugas rutin.
( tertawa )
DALANG
Ini yang namanya skandal, ini. Hansippppp!
( dipegang )
WARTAWAN
Dengerin itu belum selesai. Yak, terus !
PENGIKUT
Ada pujian, tetapi ada juga kritikan. Tetapi jangan marah atau tersinggung.
PENGIKUT
Karena masih di dalam penjajagan sementara tolong kalau bisa jangan beritakan semuanya, pilih
yang kira kira menguntungkan kami, saja.
PENGIKUT
Kita kan cs. Merokok ?
( mengulurkan amplop )
DALANG ( ketawa )
Rasain kena batunya sekarang ! Makanya ! Aku tidak ikut campur kok.
PENGIKUT
Oke ?
WARTAWAN
Oke apa lhu ?!
PENGIKUT
Ya kan ? ya nggak ?!
DALANG
Ambil saja, jangan ragu ragu, saya nggak lihat kok. Saya kan ada, di situ lagi mancing.
WARTAWAN
Mau coba coba nyuap, ya, sialan !
Jangan kamu coba coba membeli kami. Kami bukan wartawan amplopan ! Sialan, kunokamu !
DALANG
( ngekeh )
Nggak, nggak lihat kok. Kami nggak pernah lihat apa apa, kalian saja yang tajam melihat.
PENGIKUT
Wartawan amplop
WARTAWAN
( mengeluarkan kembali amplop dari kantungnya )
Baru sebegini sudah berkoar, kampungan lhu !
WARTAWAN
Kalau bukan kami yang membantu dari dulu, mana bisa ngetop lhu ! Melayu juga !
DALANG
Wah itu namanya menghina. Masak enak saja menghina?
PENGIKUT
Menghina, hajar dia !
PENGIKUT
Wartawan gadungan !
DALANG
Hansippp, Hansippppp !
DALANG
DALANG
Bumi sudah tua, moral manusia semakin rombeng, tidak ada lagi yang berani menegakkan
keluhuran budi pekerti karena takut dianggap tolol di masa kebut kebutan dengan kenikamatan
ini. O ladalah, hatiku sengsara menjadi saksi kemerosotan zaman ini. Aku menangis pilu.
PENGIKUT ( mencolek )
Sebentar. Coba ulangi sekali lagi lebih dramatis sedikit.
DALANG
O ladalah, hatiku sengsara menjadi saksi zaman ini. Aku menangis pilu
( menembang )
PENGIKUT
Terimakasih. ( mengulurkan tangannya ).
DALANG
Ajow anger ajow !
( jatuh ).
PENGIKUT
Ini semua jadi pelajaran kalian, lain kali kira kira sedikit!
PENGIKUT
Sekali ini kami kasih ksempatan sekali lagi, tapi lain waktu jangan harap !
PENGIKUT
Kami tidak pandang bulu !
PENGIKUT
Kami berdarah dingin.
KEPALA
Jadi inilah, di sinilah kita sekarang berada dengan segala yang tidak kita sukai ini. Kita tidak lagi
mengerti apa artinya memilih. Apa pun yang kita lakukan pada hakekatnya hanya untuk
memperpanjang hidup kita. Tapi ternyata, baru bernafas saja sudah menusuk dada orang lain.
Mengedipkan mata dan menggerakkan bibir sedikit saja sudah membunuh orang la
in. Manusia serba salah ditimbunan sejarah.
KEPALA |
Tolongggggggg! ( semakin lirih, semakin lirih ).
DALANG
Ck, ck, ck, ck, ck. Ini sih sudah berlebih lebihan, Rek Yok opo iki ?!
PARA WARTAWAN DENGAN SUSAH PAYAH MENCOBA BERDIRI. ADA YANG JATUH
KEMBALI KARENA TAK KUAT MENAHAN RASA SAKIT. ADA YANG MENCOBA
MENGGAPAI GAPAI PERALATANNYA TAPI TAK TERJANGKAU.
DALANG ( mencemoh )
Alah ! Begitu aja ! Mbok ambil begitu. Mbok yang biasa aja, jangan dilebih lebihkan !
(para Wartawan masih mencoba menjangkau jangkau dengan sia sia, dalang jadi geregetan )
Mmmm ! Ntar tak keplak sisan, baru kapok !
DALANG
Waduh, waduh ini mulai lagi !
KEPALA
Tolongggggggggggg !
DALANG (membentak)
He diem ! Berisik !
WARTAWAN
Saudara saudara sekalian. Kewajiban kita yang paling penting saat ini adalah belajar mengaca,
belajar menerima bayangan kita sendiri menurut apa adanya tanpa melebihkan atau mengurangi,
belajar melihat kenyataan tanpa mencampurkannya dengan harapan dan keingiann. Menerima.
DALANG
Lha iya !
WARTAWAN
Lihat sendiri, apa yang ada di depan mata saudara saudara, sekarang ! Apa nggak lucu ! Lihat,
ada orang yang berani jujur dan mencoba menegakkan aturan yang benar, tapi dia bukannya
dibela, malah dibuntal macam pepes begitu ! Ada hamba hamba berita yang mencoba dengan
susah payah, siang malam, tanpa pamrih, tak mengenal lelah, melaporkan semuanya deng
an benar, nasibnya hanya seperti cacing tanah seperti itu ! Absurd !
DALANG
Stop, stop ! Apa apaan itu, ngawur !
WARTAWAN
Baru sepatah kata langsung distop dianggap ngawur
DALANG
Lho, lho, itu fitnah !
WARTAWAN
Dianggap fitnah !
DALANG
Jangan putar balik perkara !
WARTAWAN
Dituduh memutar balik perkara ! Di, di, di. . . . . aduh aduh, aduh. Tolonggggggggg.
DALANG
Lho, lho, lho, itu namanya mengada ada. Orang belum selesai peristiwanya, kalau diintip, ya
tampak semuanya serba salah. Jangan begitu dong, itu kan seperti dagang jadinya. Tugas Anda
kan tugas suci, menyampaikan berita, bukan menjual berita, lha, ya kan!Coba pikir tenang
tenang dulu, benar nggak kata saya ? Ini ada begini, kita belum tahu apa sebetulnya yang akan
terjadi, mungkin akan ada perang, atau mungkin, apa begitu. Kan lebih baik tunggu dulu, sampai
semuanya jelas. Nah baru nanti kita ceritakan kepada siapa saja yang tidak sempat melihat, atau
mengamat amati dari dekat. Sebab kalau tidak begitu nanti jadinya hanya semacam hasutan, atau
adu domba belaka. Kasihan dong. Ya, kecuali kalau dari sejak semula memang niatnya mau
dagang. Kalau begitu, yamemang, apa saja yang aneh, yang baru, yang hangat, yang agak panas
begitu, yang sesuai dengan empat Wlangsung saja dijepret. Tidak peduli bikin onar atawa
mengadu domba. Yang penting laku, bisa dijual. Op lag naik, lho, ya kan. Begitu ?
DALANG
Kalau begini caranya, pantesan nggak ada lagi yang mau jadi dalang. Semuanya ingin jadi
wartawan. Bener nggak bener pokoknya menangan aja !
(memperhatikan)
(mengambil salah satu satu tustel dan mengalungkannya. Mencoba. Lalu mencari
jaket. memakai. Mencari topi yang berserakan, kepunya nyaan salah seorang Wartawan.
Memakai. Menemukan badge. Memasang )
(lalu menjepret para Wartawan yang sedang berusha untuk berdiri dengan gemerlapan lampu
pijar ).
DALANG
( ketawa ) Meskipun berat ( memeriksa pelengkapan
yang disandangnya tape, sejumlah tustel ) tapi ha
ti enteng, tidak ada tanggungan, kecuali hati nurani
kita orang. ( menghampiri Kepala yang masih terga
KEPALA
( tertawa )
Pak Dalang ini bisa bisa saja.
DALANG
Lho, fakta. Ya kan. Pada akhirnya kan dagang. Mereka dari tadi saya perhatikan, berlomba lomba
ke mari dengan perlengkapan yang begitu lengkap, seperti tentara, menyerbu, menangkap berita
dengan rakus. Masing masing dengan kacamata sendiri sendiri. Pantat di potret. Ada yang
ngincer kaki. Masing masing ingin bikin kejutan. Lha nanti orang orang di situ yang beli koran
bisa jantungan semua ditakut takuti. Lho ini pahitnya saya bilang. Ya nggak. Merasa nggak.
KEPALA
Sudahlah, kan tujuannya baik. Berdiri dong nggak enak dilihat orang begitu.
DALANG
Biar.
DALANG
Oit, jangan main main !
KEPALA
Habis daripada terkapar begitu kan enakan di atas, tinggi ?!
( melemparkan tali )
DALANG
Nggak !
KEPALA
Ambil !
DALANG
Lho kok berani membentak.
KEPALA
( menggulung tali lebih panjang, lalu mencoba melaso )
Ambilllllll !
KEPALA
( kalap )
Ambillllll bangsat ! Wartawan apa ini. Ambillll ! Dari atas situ kamu bisa lihat semuanya
lebih lengkap. Seluruh dunia bulat bulat, bukan Cuma sebesar lubang kamera kamu ! Jangan
lari !
DALANG
( lari sambil berteriak dengan bahasa daerahnya ).
KEPALA
Jangan lariii, kemari kamu, kalau mau lihat yang betul, jangan cuma pintar ngintip orang berak !
KEPALA
Ke mari, dengar baik baik, aku buka peta zaman untuk kamu semua. Aku tunjukan di mana
matahari terbit sesetelah hari ini. Ke mana sekuruh perbuatanku mengarah, ke mana peluru
peluru kita aku tujukan selama ini. Jangan lagi menelan suara suara hingar binger yang
menyesatkan kamu dengan macam macam guna guna. Lihat ke mari dan tancapkan ke batin
kamu semua
kejantanan yang aku perlihatkan ini, kerelaanku memikul beban kamu semua, bukan penebusan
dosa, untuk menjamin masa depan kamu yang gemah ripah loh jinawi.
Aku korbankan nyawaku, mengikuti perintah perintah komputer, dewa kita yang baru, aku gugur
dengan rasa marah yang berapi api, untuk membuat monumen yang abadi kekebalan, kebebalan
dan kemacatan jiwamu. Aku melihat semua orang sudah mati. Tidak ada lagi yang mampu,
berani menembus zaman, semua menyerah mengikuti alunan ombak, menjadi pelacur pelacur
besar selama lamanya. Aku berang, aku tegakkan kubu perlawanan untuk memyiksa dan
mengganggu ketenter aman kalian. Aku racun kamu supaya sakit dan hidup kembali jadi
KEPALA
Bunuh aku sekarang. Bunuh cepat ! Tari, tarik talinya sekarang !
TERDENGAR KETUKAN PALU DALANG. DARI ATAS UJUNG TALI YANG MEGIKAT
KEPALA JATUH.
KEPALA
Cepat bunuh, cepat !
WARTAWAN
Jangan terlalu cepat. Tunggu filmnya habis ini.
WARTAWAN
Pegangi talinya kuat kuat.
WARTAWAN
Jangan kumpul di situ, menyebar sedikit. Itu duduk saja, kupingnya nggak kelihatan.
WARTAWAN
Senyum sedikit, biar sadis. Ciiiis !
WARTAWAN
Coba pindah ke situ, di sini menentang matahari !
WARTAWAN
Fokus, fokus !
WARTAWAN
Jangan bergerombol !
WARTAWAN
Lebih baik bergerombol supaya kelihatan seluruhnya ayo !
WARTAWAN
Robek sedikit bajunya supaya meyakinkan !
WARTAWAN
Jangan bergerak dulu. Satu dua tiga, yak !
WARTAWAN
Lebih serius, lebih serius, lebih, lebih, lebih, lebih, yak, yak begitu, terus, terus, terus. . . .
maaf
( tak menoleh )
WARTAWAN
( kepada semua )
Stop, stop dulu sebentar, Ada yang dapat kecelakaan ini. Istirahat saja dulu, simpan tenaga buat
nanti !
WARTAWAN
Stop, stop !
DALANG
( terpaksa bertanya kepada penonton )
Ada apa tadi ini, Mas ?
Payah ini, nggak ada yang mau ngomong ! Saya ini ikut main lho.
DALANG
Baru ditinggal sebentar sudah nggak karuan, bagaimana nanti, ya ? Lho kok ya jadi enak enakan
begini, kayak bukan tontonan saja. Yok opo, Rek. Penontonnya ya kok juga mau mau saja. Nurut
begitu. Anteng anteng lagi. Lho, lho, lho, yok opo, Rek ! Nggak ngerti aaku kalau begini.
KARENA TERUS TAK ADA YANG MENGHIRAUKAN, DALANG DIAM DIAM KELUAR.
IA BERGANTI PAKAIAN, MEMAKAI KEMBALI BUSANANYA YANG LAMA DAN
MENYELIP KAN TANDA PANITIA DI BAJUNYA. KETIKA MASUK IA MEMAINKAN
PALUNYA KEMBALI.
DALANG
Bumi gonjang ganjing. . . . . .
Heeeeeeeee, ini aku ini, ini aku. Minta perhatian sampeyan semua. Aku minta perhjatian se
dikit !
DALANG
Nggak ada gunanya ini, Rek. Yang perlu, ya wibawa juga rupanya.
( menggetak )
DALANG
Lho, ini kan
( mendekat )
ini kan,
Namanya siapa ya ?
WARTAWAN
( menyebutian sebuah nama tapi tak terdengar )
DALANG
Siapa ?
WARTAWAN
( menyebutkan lagi, tapi tak ada suara dari mulutnya ).
DALANG
Siapa ?
WARTAWAN
( menyebutkan lagi tapi tak kedengaran suaranya)
DALANG
( pura pura mendengar, menjawab, menanggapi tapi tak kedengaran juga suaranya )
DALANG
Nah, gitu kek ngomong pakai suara dari tadi, jadi saya ngerti, gitu.
Lho, lho ini kan Bung, Bung yang tadi motret motret terus itu ya !?
WARTAWAN
Ya, saya, memang.
DALANG
Maaf !
WARTAWAN
Kenapa memang.
DALANG
Ya salaman saja.
DALANG
Kalau sudah salaman kan rasanya lega. Kita bisa bertengkar lagi. Nanti salaman lagi. Anda ini
kan yang dari tadi itu terus jeprat jepret ya ? !
WARTAWAN
O ya ?
DALANG
Iya dong, kan saya lihat sendiri ! Anda semua kan ? Jeprat jepret, jumpalitan, ya kan sudah saya
coba sendiri tadi, sampai pantat juga dijepretin, apa ya perlu, begitu ?
WARTAWAN
Itu sudah tugas, namanya saja warta wan.
WARTAWAN
Buat mata seorang wartawan yang jeli, semuanya bias jadi informasi, bahasa Jawanya news.
Dalam pewayangan disebut fact !
( ketawa jahil )
(menjawil gemes ).
WARTAWAN
Lihat, orang batuk pun tidak sempat luput dari inceran kami.
WARTAWAN
Dan orang orang yang tidur juga, selalu kami awasi.
WARTAWAN
Bahkan nyamuk lewat juga kalau perlu dijepret
( menjepret ).
WARTAWAN
Ya. Karena semuanya berarti nanti untuk member warna, kebasahan, demensi dan perspektif.
Sehingga laporan tidak kering, tetapi memiliki daya gugah dan seksi. Berbobot, tetapi juga
populer, seperti orang pintar yang pura pura bicara dengan bodoh supaya dapat berkomunikasi
dengan setiap orang dalam masyarakat yang hetergen ini. .
WARTAWAN
Dan itu !
jadi tidak usah, karena kita punya kreteria, yang layak dan apa yang tidak untuk dijepret.
WARTAWAN
Ini, memang kelihatannya tidak ada apa apa. Wajar begitu, sehari hari. Tetapi naluri kami yang
sudah biasa mengatakan, go, go, find the thing inside, getthe undercover, bukan undercover
Rolling Stones, just behind the thing, the other side of the coin, find with ngeyel sedikit, nakal
and use your brain and also play your smilling face if it is nececerally, and last but not least,
bahasa Jawanya, at the end you will find it, you gonna loose. No way. Look, look, bener nggak,
benar nggak kata saya apa tadi !
TIBA TIBA SAJA PARA PENARI LARI MENARIK UJUNG TALI BERAMAI RAMAI PARA
PENGIKUT CEPAT MEMELUK DAN MENGANGKAT KEPALA SERTA
MEMPERTAHANKANNYA MATI MATIAN DIIKUTI OLEH SUARA GAMELAN DAN
LAYAR BELAKANG KEMBALI MENYEMPROTKAN ADEGAN WAYANG.
PENARI
Ini ngibul !
PENARI
Kami dipaksa meninggalkan kampung halaman untuk ikut merantau tanpa tujuan. Kami capek,
kami tidak mau lagi main percobaan. Kami ingin menetap dan kembali ke rumah asal kita. Kami
mau pulang !
PENARI
Kami mau pulang. Kami tidak mau meninggalkan Tanah Tumpah Darah.
PENARI
Ini akal kalian, orang orang yang haus bertualang !
PENARI
Kami ingin membangun rumahtangga yang sederhana tapi tenteram. Kami orang kampung, kami
petani, kami tidak mau dipaksa jadi buruh pabrik di kota kota yang tak mengenal lagi tetangga.
PENARI
Kami mau pulang ! Mana rumah kami, tanah kami, tetangga, tatakrama dan rasa malu yang
membedakan kami dengan para pelacur di klab malam dan istri istri yang mendidik suaminya
menjadi maling harta orang banyak. Kami mau kembali.
PENARI
Jangan paksa kami mengetahui rahasia bahagia yang lain. Kami puas, kami ingin kebahagiaan
yang biasa, bukan kebahagiaan bangsawan atau dewa dewa. Kami tidak sanggup berbahagia
dalam keadaan onar. Kami mau pulang.
PENARI
Ya Tuhan, biarkan kami pulang.
PENARI
Jangan seret terus, biar kami pulang !
PENARI
Kita berpisah di sini saja, daripada saling menyakiti.
PENARI
Walaupun kita saling mencintai, karena kita saling mencintai, jangan sampai bunuh bunuhan.
PENARI
Kita berpisah dengan baik baik.
WARTAWAN
Jadi di balik segala yang biasa biasa, bila ada soal soal besar, sudah kami cium. Karena itu jepret!
Harus dijepret dengan sendirinya, karena itu sudah jadi insting. Sambil merem juga tangan
biasanya langsung jepret, jepret
WARTAWAN
Sorry filmnya habis.
WARTAWAN
Oh, o.
Istirahat dulu !
istirahat.
( kepada Dalang )
Tentara pun bisa kehabisan peluru, kami juga tetapi masalahnya adalah,
( kepada kawannya )
Lain kali jangan terulang, kita tidak boleh tidak siap, masalahnya adalah bagaimana
memanfaatkan yang ada, mengolahnya menjadi hidangan yang layak pada pembaca, di antara
hidangan hidangan lainnya dalam pasar informasi yang semakin luas, semakin luas dan sema
kin komplikated.
(kepada kawannya )
WARTAWAN
Coba
itu, kembali dulu ke mari ke tempat semula, tadi kan cuma demonstrasi. Ayo, ayo !
( kepada Kepala )
( membantu membereskan ).
WARTAWAN
Jadi begitu gambaran singkatnya. Jelas Pak ?
DALANG
O. jadi begitu. Berat juga tugas Anda anda ini. Tapi tidak ada yang wartawan amplop kan ?! Atau
ada ?
WARTAWAN
Tidak ada.
WARTAWAN
Kalau mau jujur, ya ada juga. Di mana mana yang jelek jelek itu pasti nyelip, seperti kodrat. Beli
jeruk Pontianak saja, pasti ada yang masam, kan ! Di sini juga ada wartawan amplop, tapi bukan
kami.
WARTAWAN
Kadang kadang kami terima amplop juga karena sulit untuk dikembalikan, tapi kemudian kami
serahkan pada sekretaris, untuk dikembalikan kepada pemilik nya tanpa menyinggung
perasaannya. Ya kadang-kadang ada juga yang lupa. Namanya manusia.
DALANG
O begitu rupanya, waduh rapih juga ya.
WARTAWAN
O ya dong. Zaman koboi koboian sudah lewat, sekarang
kita menatar organisasi dan menejemen modern. Itu dalam pewayangan belum ada kan ? Atau
sudah ?
WARTAWAN
Sebaiknya dimulai, kalau tidak, lihat saja perkumpulan wayang orang banyak yang bubar. Dan
mana ada orang mau jadi dalang lagi, padahal harus dilestarikan.
WARTAWAN
Jepret !
WARTAWAN
Jadi begitu kira kira, Pakde. paham, kan ?! Atau belum ?
DALANG
Hmmmmm.
WARTAWAN
Hmmm nya, berarti apa itu ?
SALAH SATU
Aduh aduh kapan habisnya ini.
( menggebrak )
DALANG
Jepret !
DALANG
O jadi begitu. Pokoknya, asal ada apa begitu, jepret. Apa begitu, jepret. Apa begitu, jepret.
Jepret, jepret. Dan. . .
WARTAWAN
Jepret !
DALANG
Je, je. .
( tampak sulit ).
WARTAWAN
Jepret !
DALANG
Tidak bisa. Habis filmnya.
( ketawa )
WARTAWAN
Oh pintar juga, dasar dalang.
DALANG
Betul.
WARTAWAN
Selama ini kita banyak salah paham.
WARTAWAN
Padahal sebetulnya tujuan kita sama.
WARTAWAN
Kita sama sama ingin memberikan sesuatu pada
masyarakat.
DALANG
Betul.
WARTAWAN
Lho itu, kalau bicara baik baik begini sebetulnya no problem begitu. Kenapa kita selalu
bertengkar selama ini ?
DALANG
Ya pertengkaran itu kan garam kehidupan.
WARTAWAN
Asal jangan terlalu banyak nanti jadi ikan asin.
DALANG
Betul. Lho adik adik ini kok ya juga bisa diajak rembukan begitu, seperti orang biasa. Bagus ini
ka
lau begini. Perlu diteruskan.
DALANG
Kita harus rayakan dengan jaipongan ini. Tapi jepret dulu !
WARTAWAN
Jadi sudah ada agreement kita sekarang ini ?
DALANG
WARTAWAN
Ada kemajuan ini kalau begitu. Bagus Pakde !
DALANG
Ya masak berantem, melulu, wayang juga ada goro goronya, kan. Coba jepret sekali lagi, masih
ada filmnya kan ?
( langsung dijepret )
Matur nuwun.
DALANG ( terkejut )
Apa ini ?
WARTAWAN
Alamat saya. Bapak punya kartu nama ya ?
DALANG
Wah bagus sekali. Saya belum bikin. ini di mana bikinnya ? Berapa.
WARTAWAN
Gampang, nanti saya pesankan sekalian, mau yang istimewa atau bagaimana ?
DALANG
Kalau bisa yang gratisan, Pakde mana kuat bayar beginian.
WARTAWAN
Ah bapak ini bisa saja, kalau Pakde nggak kuat macam mana pula kita ? Pakde perlu kwitansi ?
PENARI
Jadi bagaimana, kami mau pulang ! Jangan diulur ulur terus !
KEPALA
Pejajaran ! Pulang sana ! Kalau mau ikut sini konsekuen, kalau mau pulang sudah minggat sana,
jangan ngomong aja mau ngajak ngajak ya. Kita berpisah. Kamu mantap mantapan jadi orang
malas di situ, kami mau maju, kami siap menderita !
PENARI
Ongkosnya mana !
KEPALA
Lho wong kamu mau minggat sendiri kok minta ongkos !
PENARI
Habis selama ini kamu sudah kasih apa ? Mobil saja tidak pernah dibelikan !
KEPALA
Kamu mau meres ya !
PENARI
Dulu waktu keluarga kamu sakit siapa, siapa yang mengongkosi ! Siapa !
WARTAWAN
Sudah ! Sudah ! Ini apa apaan, urusan rumahtangga jangan dibawa ke sini !
DALANG TIDAK MAU MENERIMA PALU DENGAN CARA PURA PURA TAK MELIHAT.
IA MENGGELENG GELENGKAN KEPALANYA DAN MENDEKATI KEPALA.
DALANG
Urusan rumahtangga memang banyak sekali nempil di mana mana. Sulit memberantasnya,
seperti korupsi.
WARTAWAN
Memang, kalau urusan satu itu, kami juga nyerah.
WARTAWAN
Saya pernah ke Vietnam dan Timur Tengah. Tapi kalau urusan rumahtangga, saya tetap grogi.
WARTAWAN
Kalau soal soal politik, ekonomi, sosial budaya dan olahraga kami bisa telan dan kupas sampai
pantat pantatnya, tapi soal rumahtangga, kami angkat tangan.
PENARI
Kamu sudah jadi robot, kamu bukan manusia lagi, kamu cuma memperhatikan target kamu,
kamu sudah jadi mesin, budak, kamu sudah bukan yang dulu lagi.
WARTAWAN
Tapi Anda juga bukan yang dulu lagi bukan ?!
PENARI
Siapa bilang ? Kami tiak pernah berubah.
WARTAWAN
Tubuh Anda memang sama, tetapi pikiran dan perasaan sudah lain.
WARTAWAN
Memang, karena kami berusaha mengerti dia. Taoi sekarang sudah kelewatan !
WARTAWAN
Ah itu hanya dalih !
WARTAWAN
Tapi kan ada alasannya, soalnya ia didahului dikhia
nati ?
WARTAWAN
Itu bukan penkhianatan !
WARTAWAN
Ya, penyelewengan !
WARTAWAN
Bukan peyelewengan, itu kepiawaian .
WARTAWAN
Hussss jangan berisik !
( kepada Dalang )
WARTAWAN
WARTAWAN
Salah, dia itu !
WARTAWAN
Hussss
( kepada Dalang )
Dan untuk mendapatkan kebenaran, kami tak segan segan bertengkar sendiri, untuk mencari
yang kebenaran sejati.
PENARI
Demi Tuhan, kami bersumpah, kami tetap orang yang dulu, hanya dia yang sudah nyeleweng.
WARTAWAN
Kata kata tidak bisa dipercaya !
PENARI
Boleh buktikan sendiri ! Kami tidak ternoda !
WARTAWAN
Satu satunya jalan untuk membuktikan harus memberkan fakta. Coba buka semua, jangan ada
yang ditutup tutupi lagi.
PENARI
Boleh, dengan senang hati. Ayo !
WARTAWAN
Terlalu kamu, aku tidak setuju cara ini !
WARTAWAN
Ah, terus dong, dikit lagi, biar tuntas !
WARTAWAN
Cukup !
( langsung menghampiri dan menutupi tubuh penari yang nyaris telanjang itu ) Cukup ! Sudah
jelas ok, kalian mulus. Kesalahan ada pada mereka !
KEPALA
Lho, kenapa berbalik ?
WARTAWAN
( kepada Dalang )
Dan kami tidak segan segan berbalik menyerang yang lain, karena memberitakanberarti
mengusut, menggali dan menggali. Teruskan !
WARTAWAN
Anda sekarang ! Apa yang mendorong Anda melakukantindakan tindakan semua ini, sehingga
orang lain jadi terpancing untuk telanjang, maaf terpancing untuk bereaksi keras. Seakan akan
mereka jadi reaktif dan reaksioner, defensif dan oposisif, padahal sebenarnya hanya minta
diperhitungkan. Kenapa ?
WARTAWAN
Bertanya itu ada seninya. Kadang kadang untuk mendapat jawaban yang baik, kita harus
menyerang dan merangsang orang supaya bernafsu menjawab, dengan cara sedemikian rupa,
sehingga ia marah. Seperti jang krik saja, harus dikili kili supaya berdering.
WARTAWAN
Karena pertanyaan kita sebenarnya bukan pertanyaan
tapi proses untuk menyuruh orang bicara memberikan data dan fakta.
WARTAWAN
Karena dia sudah tambah pinter
WARTAWAN
Kadang jauh lebih pinter dari beberapa orang di antara kita
WARTAWAN
Jalan yang harus ditempuh adalah apa ya ?
( kepada Dalang )
WARTAWAN
( setelah selesai dibaca )
O ya, menurut buku pinter
( melihat )
dan ternyata sedang dilaksanakan, sumber berita harus dikorek korek terus dan di
cecer masa lalunya, diingatkan pada hal hal yang buat dia paling sensitif, dicari kelemahannya,
lalu
kalau sudah ketemu, tinggal ditiup sedikit, dia sudah akan ngoceh !
WARTAWAN
Dari sekian banyak sumber, harus dipilih sumber mana yang menjadi sumber utama. Dan
tampahnya saudara saudara yang di tengah itulah. Dan lalu
WARTAWAN
WARTAWAN
Betul. Lalu ditancap.
DALANG
O ladalah ini sudah saru !
WARTAWAN
Memang akan selalu datang komentar, ini saru, ini tidak fair, tidak usah didengarkan, karena
untuk melawan sesuatu yang tidak fair ya mesti pakai jalan yang, yang tidak fair juga, kalau
perlu, kalau perlu kalau perlu, lho. Ingat Waltergate. Lihat apa lagi ini. Oho
( tertawa )
WARTAWAN
Ini kalau tidak paham memang terlihat seperti sadisme. Tapi sebenarnya tujuannya luhur. Biar
seluruh keterangan keluar patatnya yang tersumbat, maka lubang wc nya itu harus dikorek korek.
I
ni kan teori sederhana saja tapi praktis.
DALANG
Ini curang !
WARTAWAN ( mencegah )
Ssttt ! Sabar. Kalau tidak kuat, tutup mata saja, nanti kalau lihat hasilnya baru tahu i
ni penting. Lihat !
WARTAWAN
Dalam bertugas kita harus berani melakukan inves tigasi sedalam dalamnya jangan setengah
setengah.
KEPALA
Tolongggggggggg !
DALANG
Ini melanggar kode etik !
WARTAWAN
Ya, tetapi kenapa tidak. Lihat !
KEPALA
Tolongggggggg !
WARTAWAN
( sambil motret kepada Pengikut ) Tolong, tolong pe
gangi dong !
PENARI
( sambil menari mengelilingi, menyanyi )
Hulupis kuntul baris, hulupis kuntulbaris.
WARTAWAN
( kepada Dalang )
Maaf, tugas memanggil
DALANG
Ajow anger, ajow, Kakang Narada, rayi, rayi Bhatara Guru, ada apa orang orang di Marcapada
ini kutul baris, kutul baris, menyiksa dan memangsa sesamanya. Kiamat kobra sudah datang,
dunia manusia runtuh. Maaf dosa dosa mereka, mereka tak tahu apa yang mereka lakukan.
sejarah sudah terlalu panjang, semua jadi urakan, campur baur tak jelas lagi ujung pangkal nya.
Kita tatar lagi nanti dari awal, kita mulai dari bawah lagi, bangunan ini dasarnya sudah tidak kuat
Kakang, sudah terlalu ternoda Rayi, sudah kro
pos. Aduh Kakang. . ( mengetuk ngetukkan palunya sam
bil emnyaksikan apa yang sedang terjadi ).
WARTAWAN
( kepada Dalang )
Walhasil, jadi ternyata di balik semua itu, di balik segala peristiwa kepahlawanan,
perbedaan pendapat, di balik semua soal, ternyata ini.
Ck, ck ck !
WARTAWAN
Itulah manusia. Semua kita. Termasuk saya.
WARTAWAN
( memunggut uang ) Ini uang beneran, kalau dikasih
juga saya mau. ( memasukkan ke kantungnya )
WARTAWAN
Heeee !
WARTAWAN
( tertawa lalu melemparkan uang itu ) Aku tahu reaksi kamu pasti
heeeeee ! Heeeeeee !
WARTAWAN
( tertawa ) Heee ! Tapi bukan melarang. Heeeee, am
WARTAWAN
( memasukkan dan uang keluar )
Lho !
WARTAWAN
( memasukkan dan uang keluar )
Lho !
WARTAWAN
( memotret kawannya yang tak berhasil memasukkan uang, lalu mencoba sendiri dan tak berhasi
juga ) Ini berarti bahwa uang panas itu sulit disimpan.
( kepada Dalang )
Fakta, Pakde !
DALANG
Fakta cabul !
WARTAWAN
Lho, lho cabul bagaimana ?
DALANG
Masak begitu caranya. Itu kan berarti menghalal
kan segala cara.
WARTAWAN
Lho ini fakta. Kalau tidak begitu, ya kan ?
WARTAWAN
Pantatnya keras sekali, kalau tidak diholopis kutul baris tidak akan keluar. Gotong royong kan
salah satu bagian dari penggalian tradisi.
DALANG
WARTAWAN
Lho, kita menghadapi batu ampuh begini
( menendang Kepala )
maaf
( terlalu keras )
KEPALA
( marah )
Hee jangan beneran lhu !
WARTAWAN
Kalau tidak dikerasi faktanya tidak akan keluar.
WARTAWAN
Kalau tidak main kayu sedikit, zaman sekarang namanya, mana bisa. Semua orang sudah pinter,
nggak ada orang bodoh lagi. Coba mainkan lagi !
WARTAWAN
( mendekati Kepala )
Coba terus terang saja, tadi ngumpetin duit kan ?
KEPALA
Ah siapa bilang.
WARTAWAN
Itu buktinya !
( menunjuk uang ).
KEPALA
Ah itu bukan uang kok !
WARTAWAN
Bukan moyangmu, ini apa ?
Ini apa ?!
WARTAWAN
Aiu aiu, lihat, kalau ditanya baik baik, masih aiu aiu begini, padahal buktinya lengkap.
( menggebrak an kaki )
KEPALA
Ampunnnn, ampunnnn. Itu duit, duit, duit orang, duit orang. Duit kalian, duit kalian. Tapi kalian
sendiri yang naruh sendiri di situ, kalau tidak semua orang menaruh di situ bagaimana bisa di
situ duit sebanyak itu. Kalian juga yang bikin semua itu, sekarang kok nyalahin orang. Kalian
curang, kalian selalu melihat orang lain salah, tapi kalian sendiri yang memancing orang supaya
salah. Curang ! Sial ! Curang ! Putar balik fakta !
( ditampar langsung diam dan kemudian bicara lain dengan suara berbeda )
Habis, masak berjuang terus. Kita juga perlu hidup, untuk bisa berjuang tanpa pamrih orang
harus
memenuhi dulu kebutuhannya, sehingga perjuangan dan pengorbanan jadi murni. Ini fakta.
WARTAWAN
Pakde tertawa pada saat yang tidak tepat. Kenapa ?
WARTAWAN
Heeee, jangan ngabisin film, tertawanya monotun begitu, untuk apa !
WARTAWAN
Kalau dia berhenti tertawa baru dijepret.
DALANG
( memaksa maksa dirinya supaya terus bisa tertawa dan akhirnya untuk penghabisan kalinya
tertawa, se sudah itu berhenti )
( tertawa kecil )
WARTAWAN
Apa yang edan ?
DALANG
Saya jadi ingin tetawa lagi. Ha ! ( tak bisa ) Tapi
tak bisa. Kalau tertawa sudah tak bisa, itu bahaya. I
tu berarti sakit di sini. ( menunjuk dadanya )
WARTAWAN
( memberi komando ) Jepret. ( dilaksanakan )
DALANG
Dan kalau ini sakit, berarti ini juga ( menunjuk ke
palanya lalu menunggu ). . . . . . . . . .
WARTAWAN
Jepret ! ( teman temannya melaksanakan )
DALANG
( melanjutkn setelah dijepret ) ini juga sudah af
kir. Dan kalau ini kurang afdol, berarti semua kali
an ini ( menunjuk para Wartawan lalu menunggu ). . .
DALANG
Tak apa, semua kalian berarti main sabun.
DALANG
Kalau sudah sabun sabunan wah payah, memang bisa sembarangan.
WARTAWAN
Lho ini bagaimana ?
( tertawa )
Kok konklusinya jadi tidak logis. Terlalu banyak begadang Pakde ? Makanya jangan
kebanyakan, bisa idiot, cupet, mendem, begitu, tiap ngomong salah, jadi ketawaan orang saja !
DALANG
Jangan tertawa dulu. Lihat !
DALANG
Manusia kok dibuat mainan seperti ini ?
WARTAWAN
Lho ini fakta. Kalau orang sudah ditelanjangi, segalanya sudah terbeber, ya aslinya muncul.
WARTAWAN
Itu berarti mereka sebenarnya memang bukan manusia tetapi ulat yang menggerogoti tubuh kita.
DALANG
Semua orang kalau diperlakukan begini jadi ulat !
WARTAWAN
Mustahil !
DALANG
Semua orang dicecer begitu bisa mencret mencret lalu kelihatan belang.
WARTAWAN
Tak !
WARTAWAN
Boleh coba ! Mari buktikan !
WARTAWAN
Coba siapa yang mau dicoba di sini ? Pakde sendiriri ? Ayo balik !
DALANG
Lho, lho, jangan Pakde kan sudah tua jangan dibuat cobaan.
WARTAWAN
Habis siapa ? Atau penari penari itu saja. Mana penari penarinya ?
( hendak mencari, langsung terdengar suara jeritan para penari, terpaksa mengurung
kan niatnya )
WARTAWAN
Kalau sudah berani mengingkari fakta, Pakde, itu alamat akan ada bencana.
DALANG
Lho, lho siapa mengingkari fakta.
WARTAWAN
Atau kita ulangi saja kalau tidak percaya !?
WARTAWAN
Kembali ke dalam sejarah, untuk meyakinkan fakta, karena Pakde tidak percaya. Masuk kembali
ke masa silam, menjilat kotoran sendiri, menghirup bayangan untuk membuktikan bahwa bau
kecurangan yang tercium selama ini bukan fitnah busuk, bukan kentut, bukan khayalan kuli kuli
tinta, tetapi fakta. Karena Pakde tidak mau percaya. Karena Pakde curiga pada ketulusan kita.
Karena Pakde tertawa cekakan karena merasa ini semua cipoa !
DALANG ( tertawa )
WARTAWAN
Tapi apa ?
PEMBAWA ACARA
Maaf
( baca )
diminta dengan hormat kepada semua rekan rekan wartawan, para fotographer yang bertugas
mengcover pertunjukan malam ini, bahkan juga yang sedang berada di sini hanya sebagai
penonton, untuk bergabung dengan rekan rekanya di atas pentas. Silakan berpartisipasi di dalam
peristiwa peristiwa selanjutnya untuk mengalami lebih langsung dan dekat apa yang sedang
terjadi. Silakan, jangan ragu ragu, untuk menjadi saksi dari segalanya ini. Silakan. Terimakasih
banyak sebelumnya. Sekali lagi, silakan. Terimakasih.
( kepada Wartawan )
Silakan.
WARTAWAN
Hmmmm ! Tapi apa ?
DALANG TERTAWA.
DALANG
Tapi apa ya perlu, sampai pantatnya didongkel, kan cukup
tak usah dipotret, malah jadi contoh buruk buat pemuda pemuda nanti. Begini saja, saya ki
tuhhhhh, sudah ketahuan. Masak pantat. Pantat kan tadi yang tadi dicecer itu ?
( mendekatkan hidungnya )
Huh
( meludah )
WARTAWAN
Memang tadi saya jepret pantatnya, tapi itu kan penting sekali, untuk mendapatkan perspektip
yang betul.
DALANG
Perspektip pantat ? Aduh bisa saja bapak bapak ini. Cari makan sekarang memang macam
macam caranya Lha tadi yang motret anunya itu bagaimana ?
WARTAWAN
Ah itu sih untuk menghabiskan film saja, hitung hitung untuk koleksi pribadi.
DALANG
Oh, o, saya jadi terkejut sekarang. O ladalah, jadi masalah masalah pribadi dicampur baur di sini.
Katanya untuk mengabdi kepentingan masyarakat ?
WARTAWAN
Begini, Pak. Meskipun kami ini profesional, tapi kami bukan robot, kami tetap manusia. Unsur
unsur human kami yang masih utuh, justru mewarnai perjuangan ka
mi sebagai orang profesional. Mengerti ?
( kepada kawannya )
Memang susah bicara sama dalang, referensi nya cuma pakem, dikasih istilah bahasa Inggris sedi
kit, sudah mabok. Maunya Mahabharata dan Ramayana melulu. Bullshit !
DALANG
WARTAWAN
Ini bukan dagang !
DALANG
Ya, kerennya, bisnis, begitu !
WARTAWAN
O, perlu diberi juga rupanya, kalau begini !
WARTAWAN ITU MULAI MARAH DAN HENDAK MEMUKUL. CEPAT DICEGAH OLEH
KAWANNYA. DALANG MENYEMBUNYIKAN MUKANYA KETAKUTAN BERLEBIH
LEBIHAN.
DALANG
Jepret dong, jepret ! Kalau begini malah tidak dijepret. Pantat nganggur dijepret, gimana. Dasar
da
gang, maunya yang untung melulu !
WARTAWAN
Sialan !
WARTAWAN
Sabar Mek, sabar !
DALANG
Itu, itu lagi, jepret dong, jepret ! Waduh terlambat lagi. Memang perlu wartawan luar negeri, baru
adil. Habis dagang melulu maunya ! Telek !
( meludah )
DALANG
Lho, lho, orang meludah kok dijepret, tadi yang penting penting waktu kita mau dipukul, malah
dibiar saja.
(mengacungkan telunjuknya)
Curang !
DIJEPRET LAGI.
( mengacungkjan tinjunya ).
DALANG
Lho, lho. Bagaimana ini. Dasar dagang. Laku ya jual kalau motret orang begini ?
Payah, payah ini. Kalau mau cari makan, mbok bilang saja terus terang. Ini tak kasih yang porno,
pasti laku dijual.
DALANG
Ayo jepret, jepret saja sampai puas.
DALANG ;
Sialan, kok betulan dijepret. Sampeyan sudah kebangetan mau dagang. Masak pantat saya di
potret
untuk apa ?
WARTAWAN
Tadi kan nyuruh.
DALANG
O, begitu, ya. Asal disuruh mau. Yes man. Payah ini ! Perlu dihajar hajar juga sedikit biar kapok !
DALANG
Ayo potret, potret lagi sampai puas !
WARTAWAN
Stop, sudah, sudah !
DALANG
Yak, terus, terus saja sampai puas !
WARTAWAN
Sudah, sudah, jangan mau dipancing !
DALANG
Terus saja sampai kenyang !
WARTAWAN
Indonesiana. Seorang dalang telah nungging dan mengangkat kainnya tinggi tinggi di hadapan
para wartawan, dengan harapan untuk mendapat popularitas lebih banyak mengingat akhir akhir
ini wayang sudah tidak komersial lagi, sehingga berbagai usaha ditempuh untuk melestarikan
profesinya. . . . . . . . . . .
DALANG TERKEJUT.
DALANG
Astaga naga ! Apa apaan ini. Stop !Stop !
WARTAWAN
Lho, kalau ada dalang nungging dan buka kain, itu be rita besar.
DALANG
Siapa yang nunging, tadi kan main main. Stop dulu ini, nanti kalau ketahuan bini, cilaka. Edan !
DALANG
Syukur. Ada yang lihat nggak tadi, ya ?
DALANG
Neng, tadi pada lihat nggak, ya ?
WARTAWAN ( cekikikan )
Lihat apa ?
DALANG
Itu, buah terung !
WARTAWAN
Buah terung atau lonceng ?
WARTAWAN
Atau cacing pita ?
WARTAWAN
Bukan ! Lumpia !
DALANG
O ladalah lihat semua !
( jatuh kepeleset, kainnya tersingkap lagi dan kelamin kayu itu terpental lepas dari ikatannya ,
tertangkap oleh salah seorang wartawan. )
DALANG
Astaganaga, kembalikan barang saya !
DALANG
Ayo dong Neng, Neng, kembalikan barang Pakde, nanti beret beret.
WARTAWAN
Nggak !
DALANG
Jangan begitu. Masak sama orang tua main main. Ntar dilihat orang kan saru !
WARTAWAN
Biarin, ini kan dapat munggut. Tadi kenapa dibuang buang ?
DALANG
Siapa yang buang, kan lepas ?
WARTAWAN
Kok bisa.
DALANG
Kali bautnya sudah dol, kan Pakde sudah berumur begini.
WARTAWAN
Sudah berumur kok masih ngototan.
WARTAWAN
Sudah kasih saja.
WARTAWAN
Nggak, habis makin tua kok makin goblok.
DALANG
Ayo dong Neng, ntar ditanya sama orang rumah Pakde bilang apa.
WARTAWAN
Bilang saja dimakan kucing.
DALANG
Waduh, waduh, geli ini kalau tidak pakai gandulan apa apa. Nanti tidak stabil.
WARTAWAN
Potong saja !
DALANG
Jangan ! Barang satu satunya itu.
WARTAWAN
Makanya hati hati.
DALANG
WARTAWAN
Kalau sudah menyangkut kepentingannya sendiri baru minta pengertian. Kalau orang lain malah
didorong dorong supaya rusak. Cubit baru tahu
Rasain !
DALANG
Ajow anger, ajow, biung !
( kesakitan )
WARTAWAN
Nih, ngapain nyimpan barang antik begini !
DALANG
Aduh biung sadisnya orang orang ini, kebanyakan nonton film kungfu.
Kasihan, sakit Cah, sakit ? Puteri puteri zaman sekarang memang agresif semua. Duh, duh, lecet
nggak, ya
( terkejut )
WARTAWAN
Makanya jangan sembarangan sama kita. .
DALANG
Sampeyan semua kasar ! Barang wasiat begini dikerjain, o ladalah !
WARTAWAN
DALANG
Payah ini sama wartawan.
WARTAWAN
Tinggal sekarang ente mau apa ?
WARTAWAN
Mau kerjasama atau kucing kucingan ?
WARTAWAN
Atau mau konfrontasi, kami layani.
WARTAWAN
Hidup ini sederhana sekali Pak. Hanya ada dua, fak
ta dan data. Tinggal ente, mau nggak. Kalau mau oke kita jalan sama sama, kalau tidak, kita
salaman dulu sebelum perang perangan.
( mengulurkan tangannya )
DALANG
Payah, dasar pedagang !
WARTAWAN
He, ini bukan dagang, kami memberikan data dan fakta itu pekerjaan mulia.
DALANG
Memang, tapi kan sambil dagang.
WARTAWAN
Goblok !
WARTAWAN
Ssssssstt!
DALANG
Sudah ngaku saja. Apa sih salahnya dagang. Dagangkan juga pekerjaaan yang mulia, itu
membantu memberikan manusia lain, informasi, data, fakta dan kecerdasan. Luhur. Asal, jangan
menipu dan ingat bayar pajak. Ya kan ?!
WARTAWAN
DALANG
Tidak ada yang sewot. Asal, wajar, tidak menyimpang dari rel, dan tidak semata mata demi
menaikkan oplag. Untuk apa sih terlalu kaya, makan nasi juga paling banter tiga piring. Nanti
kalau terlalu kaya malah lupa tugas tugas mulia, dagangnya yang nomor
satu.
WARTAWAN
Protes ini ?
DALANG
Bukan. Informasi saja. Fakta.
( ketawa masam )
WARTAWAN
Kalau di antara kami ada yang jadi kaya, itu karena kami kerja keras. Seniman, politikus dan
alim ulama juga banyak yang kaya raya, mengapa kalau kami kaya kalian sewot ? Tidak adil
dong !
DALANG
Stop, jangan salah paham. Wartawan jangan ngomong sendiri dong, kan tugasnya
mendengarkan.
WARTAWAN
Orang ini
( menunjuk Ki Dalang )
diam diam mau mencekoki kita. Apa salahnya menjual menjual berita ? Bagaimana bisa hidup
kalau tidak pakai jual beli sedikit ? Bagaimana bisa bikin berita kalau perut keroncongan ?
DALANG
Lho, lho silakan jual, jual saja, terserah. Tapi yang bener sedikit. Masak pantat, orang nungging ,
orang buka kain sedikit sudah dijepret langsung diberitakan. Ntar orang berak jadi berita.
WARTAWAN
Kenapa tidak ? Kalau ada yang berak di tempat ibadah, misalnya, itu mutlak harus diberitakan.
DALANG
Kalau ada orang berhalangan juga ?
DALANG
Barang ini copot, kayak saya tadi ?
WARTAWAN
O itu tergantung barangnya dan orangnya siapa !
WARTAWAN
Kalau orangnya kayak ente yang mau memutar balik lakon, ya, semua akan kami beritakan.
WARTAWAN
Meskipun sering diam diam. Semua kami laporkan tuntas.
DALANG
O ya ? Semua ? Juga kalau saya kentut ?
WARTAWAN
Semua, tuntas !
DALANG KENTUT.
DALANG
Ayo beritakan. Jepret.
( kentut lagi )
WARTAWAN
Kalau kentut biasa, ya tidak. Harus kentut emas.
DALANG
Mana ada orang kentut emas. Prabu Yudhistira yang berdarah putih saja, kentutnya juga biasa.
( kentut lagi )
Bau. Kalau semua yang bau, asal bau sudah ditulis, dijepret, tak ayal lagi kepala manusia seben
tar lagi akan busuk semua. Kalian menyebarkan bau busuk, bukan berita. Kalian membuat
manusia takut dan putus asa. Bertanggungjawab sedikit, dong ! Ikut membangun, ikut jaga dunia
ini, jangan didorong dorong supaya orang berkelahi terus !Begini ini missalnya. Lihat.
DALANG
Itu lihat. Ini mendidik. Ini baru berita.
WARTAWAN
Bangsat !
WARTAWAN
Lihat, bagaimana orang tahu dia
( menunjuk Kepala)
(menunjuk ke layar tv )
WARTAWAN
Gila. Ayo, tolong, bebaskan dia Bung !
( semua tertegun )
DALANG
Ini curang. Hansip ! Hansipppp ! Apa boleh buat !
WARTAWAN
Kita harus jelaskan keadaannya yang sebenarnya. Tolong Bung, cepat, sebelum persoalannya
jadi terbalik !
WARTAWAN
Dunia dalam bahaya, hak hak azasi manusia terancam!
Ayo lebih dramatis lagi, lagi ! Kurang ! Yang sadis ! Harus jelas ! Darahnya kurang
banyak ! Carikan wantek lagi. Suruh mereka nginjak nginjak. Ini ibu ibu
( kepada penari-penari )
PENARI MENJERIT.
WARTAWAN
Pura pura saja ! Ayo, untuk menghangatkan berita !
ORANG ORANG YANG BERTOPENG DIATUR SUPAYA MENGINJAK KEPALA.
LANGSU NG DIABADIKAN. PARA WARTAWAN SIBUK MENGATUR AGAR TERCAPAI
ADEGAN DRAMATIS. PENARI DIPAKSA MENARI MENDEKAT LALU BERGANTI
WARTAWAN
Bagus ! Makan terus !
WARTAWAN
Kebenaran, keadilan, kepatutan, perdamaian, persamaan hak, demokrasi, kesejahteraan,
kemakmuran, keadilan sosial dan lain sebagainya, tak ada. Tak ada di sini dan tak ada di mana
mana.
WARTAWAN
Isi otak manusia cuma tai. Dunia gelap.
( mulai menggelap )
WARTAWAN
Kurang ajar ! Tabok, tabok saja !
SUAMI
Astaga ! Apa ini ?
ISTRI
Lho, sekarang berhenti.
SUAMI
Mana yang lain lain, panggil, suruh lihat ini.
ISTRI
Oiiiii, ke mari ke mari, di sini !
SESEORANG
Apa ini ?
SESEORANG
Putih sekali.
ISTRI
Itu dia !
SESEORANG
Dari bawah kain itu.
SESEORANG
Ini bukan kain !
SUAMI
Sstttt !
SESEORANG
Ada orang di bawah kain itu !
ISTRI
Ini suara tangisan bumi, bumi yang menangis. Ini tanda tanda zaman !
SUAMI
SESEORANG
Awas ! Dia bergerak, mundur !
SESEORANG
Hati hati, lebih baik berjaga jaga sebelum ada apaapa.
SUAMI
Ini binatang atau jadi jadian ?
ISTRI
Jangan diganggu, jangan ada yang menyentuh.
SUAMI
Duduk semua, duduk, jangan berisik. Anak anak lebih baik pulang.
SESEORANG
Apa kita sudah membuat dosa, sampai dapat peringat an begini ?
SESEORANG
Lihat bergerak !
SESEORANG
Apa itu !
SESEORANG
Kepala orang !
SESEORANG
Awas !
SEMUA MUNDUR.
ISTRI
SESEORANG
Kepala siapa itu ?
SUAMI
Ssssssttt ! Berdoa semua.
ISTRI
Kami tidak tahu apa apa. Kami tidak pernah ikut. Ca ri makan saja susah, jangan ganggu kami,
kami tak berani, kami menyerah.
SUAMI
Silakan lewat baik baik Yang mulia, jangan berhenti di sini, lanjutkan perjalanan. Berdoa terus,
berdoa jangan lihat, tundukkan kepala. Silakan jalan, itu ketempat orang orang kaya, kami tidak
punya apa apa di sini.
SESEORANG
Ini seperti kepala siapa, ya ?
SESEORANG
Bung Karno ?
SESEORANG
Masak ?
SESEORANG
Gajah Mada !
SESEORANG
Ah, masak ?
SESEORANG
Habis siapa ?
SUAMI
Ssttttt, berdoa saja !
SESEORANG
Aku tahu !
SESEORANG
Seperti Kepala Semar .
SESEORANG
SUAMI
Ssstttt !
SESEORANG
Dia bicara !
SUAMI
Diam ! Jangan bicara nanti dia marah
ISTRI
Ampun, jangan kami, kami orang miskin. Ke kota saja, cari orang orang kaya. Kami tidak punya
apa apa kok !
SESEORANG
Siapa orang ini, ya ? Rasanya pernah lihat, sering. Ya Tuhan, siapa ya. Rasanya kita kenal !
SESEORANG
Seperti kepala Bung Hatta ?
SUAMI
Berdoa semua cepat !
SESEORANG
Saya nggak ikut, lho !
SUAMI
Tenang, tenang, tak apa apa, berdoa saja.
SESEORANG
Dia marah !
SESEORANG
Marah kenapa memang ?
KEPALA ITU MAKIN KERAS BICARA DAN BERTERIAK, TAPI TAK KEDENGARAN.
ISTRI
Ya Tuhan, dia minta tolong, dia kesakitan ! Tolong cepat !
SUAMI
Awas ! Jangan injak kainnya nanti kelelap seperti dia !
SESEORANG
Masak ?
SUAMI
Buktinya dia sendiri kelelap. Cari akal lain.
ISTRI
Tolong cepat nanti terlambat.
SUAMI
Cari tali !
SESEORANG
Tali tali !
ISTRI
Cepat !
SUAMI.
Kami tahu kamu kesakitan, tapi kami tidak mau menambah korban.
ISTRI
Sabar, tahan, jangan mati dulu ! Ya Tuhan, aku tahu siapa ini, aku ingat sekarang. Orang ini
wartawan yang selalu membela kita itu. Cepat, nanti dia mati.
SUAMI
Cepatttt !
SUAMI
Tarik !!
KEPALA
( suaranya sekarang kedengangaran )
Tolonggggg!
SUAMI
Tahan, tahan !~ Demi keselamatan, tahan, tahan terus ! Tarik, tarik terus !
KEPALA
Tolonggggggggggg !
SUAMI
Tahan sebentar lagi ! Ayo tarik sama sama. Hulupis kuntul baris. . . . .
SEMUA
Hulupis kuntul baris, hulupis kuntul baris. . . . .
DALANG
( sambil mengetukkan palunya )
Bumi, bumi yang pengasih menangis tersedu sedu, ia bangkit dari dalam gelap dan berkata kata,
menanyakan mengapa terlalu banyak darah tumpah, mengapa terlalu banyak lubang berisi tulang
tulang manusia. Bumi menjerit tetapi tak ada yang mendengar suaranya, tak ada me
Hasipppppppppp !
HANSIP
( dari luar )
Sabarrrr. Sebentar lagi !
SEBAGIAN DARI ORANG ORANG YANG MENARIK TALI ITU MELEPASKAN SELI
MUTNYA, TERNYATA MEREKA PARA PENARI YANG MENGENAKAN PAKAIAN
PUTIH PUTIH. MEREKA MENARI KE ATAS KAIN PUTIH. PARA WARTAWAN
BEREBUTAN MEMOTRET. BENAR BENAR BEREBUTAN SALING DORONG
MENDORONG UNTUK MENDAPATKAN ANGLE YANG LEBIH BAGUS. DI MONITOR
MUNCUL RANGKAIAN PERISTIWA KERUSUHAN ATAU PEPERANGAN DI SELURUH
DUNIA.
DALANG
( menyayi )
Ibu Pertiwi sudah lelah menjadi saksi kebejatan manusia. Makin tinggi peradaban, makin
lihai, o, kelakuan, makin besar semangat mengoyak sesama. Makin pintar otak o ladalah angher,
makin sempurna penyelewengan. O Gusti minta ampun, mana tahan sampeyan ! Ini gara-gara
Hansipnya terlambat terus. Komputernya ya sekarang kok diam- diam saja. Sudah lupa ya ?
KOMPUTER
Habis nggak ditanya, bagaimana ?
PARA PENARI TERUS MENARI DI ATAS KAIN PUTIH, LALU TERDENGAR SUARA
TURUN DARI UDARA DAHSYAT DAN MEMPESONA. TABIR YANG TRANSPARAN
(KELAMBU ) YANG BESAR TURUN PERLAHAN LAHAN DARI UDARA MEMAGARI
SELURUH KEJADIAN YANG BERLANGSUNG DI ATAS KAIN PUTIH ITU. ( CATATAN
KALAU INI DIMAINKAN DI PANGGUNG CUKUP SATU SISI. KALAU DI ARENA, DA
RI SEGALA SISI DENGAN SENDIRINYA. KALAU DI LAPANGAN TERBUKA, KELAM
BU TERSEBUT DAPAT DIPASANG DI KEEMPAT TIANG SUDUT YANG DIREBAHKAN
SEBELUMNYA, KETIKA DIPERLUKAN LALU DIDIRIKAN OLEH PARA WARTAWAN )
DALANG
Berita, berita, masih hangat, komplit, dapat dipercaya , menarik, tuntas, mencerdaskan,
bersandarlah pada berita dua kali sehari, demi keawasan dan tuntutan zaman. Mulailah dengan
berita, karena berita adalah sumber sumber kehidupan. Berita, berita, nyata, berguna dan sehat.
MEREKA. TAMPAK MEREKA TAK LAIN DARI PARA PENGIKUT YANG BERTOPENG
DAN MEMBUNTAL DIRINYA ITU.
SUAMI
Tarik, tarik terus, kalau perlu korbankan nyawamu !
ISTRI
Jangan sampai mati, nanti kita, disalahkan dikutuk zaman !
SUAMI
( di luar berteriak memanggil manngil )
Tolong, tolong, tarik ada orang kelelap. Tolonggggggg !
ISTRI
Pak Hansip, mana Pak Hansip, tolong Pak. Tuti, tolong Tut !
SUAMI
Pak Hansippppp, tolonggg !
DALANG
Jangan ditarik kenceng kenceng nanti dia mati !
KOMPUTER
Para dirin sekalian, betapa inginnya kita untuk tetap bersama sama berkumpul, menonton dan
berbicara, tetapi waktu rupanya sudah tak megijinkan lagi. Tiba waktunya untuk berpisah. Kami
mengucapkan selamat malam, selamat tidur, semoga besok kita berjumpa lagi dalam kesempatan
dan jam yang sama dalam keadaan sehat sejahtera bersama sama.
(meniup sempritan)
HANSIP
Tenang, tenang, buka pintu nyalakan lampu semua. Ayo bubar, bubar, jangan kumpul kumpul
sini.
(nyemprit)
HANSIP
Ada apa sih ini ?
(kepada penonton )
Ada apa Bu ? Ah ?