Anda di halaman 1dari 14

DRAFT 2

9 OKTOBER 2021

NASKAH KARYA
SAMUEL LEONARDI NAIBAHO
IRMA MAULANI
SITTI NURFAUZIAH
PANGGUNG MENCITRAKAN JALANAN KOTA. KIRI-DEPAN ADA
CORONG PEMBATAS JALAN, BAN TRUK BEKAS, DAN BESI-BESI
PANJANG. TALI DADUNG MEMBENTANG MENYERONG DARI KANAN-
DEPAN KE KIRI-BELAKANG. TUMPUKAN SAMPAH DAN KERANJANG-
KERANJANG BUAH BEKAS DI KANAN-BELAKANG PANGGUNG.
SEJUMLAH PROPERTI LAIN DISUSUN SEDEMIKIAN RUPA DENGAN
BERANTAKAN YANG DIATUR.

SESEORANG BERPAKAIAN SERBA PUTIH MASUK MELANTUNKAN


AZAN. KEMUDIAN SEORANG PEREMPUAN MASUK SAMBIL
MEMBERSIHKAN BERAS DALAM TAMPI.

PEREMPUAN
Inilah nasibku. Lahir, hidup, dan kelak mati pun di kampung. Rumah dibangun
seadanya. Jangankan jendela, atap bocor berminggu-minggu saja masih belum bisa
ditambal. Baju, ya, itu-itu lagi. Sing penting bisa makan lah. Kepingin mah bisa
merantau, sekolah di kota. Biar ga goblok-goblok amat jadi orang. Bisa dapet kerja,
beli perhiasan, rumah mewah, mobil bagus. Ah, lagi-lagi itu cuma khayalanku saja.
Bagaimana mungkin, kodrat seorang perempuan kan cuma di kasur, dapur, ama
sumur.

SEORANG LAKI-LAKI MASUK MENGGENGGAM GAGANG KAIN PEL


SEOLAH SEDANG MENUNGGANGI KUDA.

LAKI-LAKI
Bikin peradaban baru, neng. Bagi mereka yang percaya mimpi-mimpi di luar nalar
manusia kebanyakan bisa terlaksana. Bagi mereka yang sepenuhnya mencintai dan
yakin pada diri sendiri. Bagi mereka yang berani merebut kebebasan. Bagi mereka
yang menolak kematian yang siasia. Bagi mereka yang dengan keras menghentikan
perenggutan hak orang lain. Bagi mereka yang bertekad mematahkan mitosmitos
keniscayaan. Bagi mereka yang terbuka pada tiap kemungkinan sekalipun
kemungkinan paling tidak mungkin. Bagi mereka yang kukuh terhadap pilihan
hidupnya. Bagi mereka yang ikhlas mengangkat kawan yang terjatuh. Bagi mereka
yang tidak membenci musuh. Bagi mereka, siapa saja, yang mau menentukan
nasibnya sendiri.

PEREMPUAN
Kita garap lahan puluhan hingga ratusan hektar yang dimulai dari tanah sepetak
LAKI-LAKI
Menanam apa saja

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI


Pohon, buah-buahan, sayuran, umbi-umbian, segala rupa

PEREMPUAN
Juga ternak sapi, kambing, ayam, terserah

LAKI-LAKI
Sebuah peradaban yang tidak mengenal banjir, macet, polusi, dan korupsi

PEREMPUAN
Sebuah peradaban yang memperlambat perburukan iklim

LAKI-LAKI
Sebuah peradaban yang tidak takut bila kelak rupiah ambruk

PEREMPUAN
Sebuah peradaban di mana negara tidak campur tangan secara dominan. Kecuali
sekadar formalitas registrasi kependudukan

LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN


Anti aparat!

LAKI-LAKI
Sebuah peradaban yang memblokir investor-investor asing dan cukong-cukong
oligarki

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI


Sebuah peradaban yang memilih untuk tidak memperburuk kiamat. Bagi mereka
yang tunduk pada Takdir

PEREMPUAN BERLARI KE UJUNG KIRI PANGGUNG. LAKI-LAKI


BERLARI KE UJUNG KANAN PANGGUNG. SESEKALI MEREKA
BERTUKAR TEMPAT.

PEREMPUAN
Akang...

LAKI-LAKI
Eneng...
PEREMPUAN
Akang...

LAKI-LAKI
Ya, neng?

PEREMPUAN
Kapan kita menikah, kang?

LAKI-LAKI
Akhir tahun ini ya, neng

PEREMPUAN
Akhir tahun masih lama, kang

LAKI-LAKI
Kita kumpulin duitnya dulu ya, sayang

PEREMPUAN
Sampai kapan? Abang ngomong begini sudah sejak sembilan tahun lalu

LAKI-LAKI
Hidup ini keras, neng. Tapi cinta akang lebih baja dari segala. Eneng yang sabar
ya

PEREMPUAN
Subar-sabar, subar-sabar!

LAKI-LAKI
Sebentar lagi kita pasti punya banyak uang untuk menikah

PEREMPUAN
Muak aku dengar kata itu, bang. Sudahlah, kalau akang ga mau nikahin aku
karena alasan duit, kita pindah ke kota. Akang cari kerja di sana. Gaji kota lebih
besar!

LAKI-LAKI
Kota?

PEREMPUAN
Akang. Di desa, kita sangat sulit mendapatkan apa-apa. Sedang di kota segalanya
sudah tersedia

LAKI-LAKI
Kau keliru, sayang. Di kota tidak ada sawah, tidak ada ladang, tidak ada sungai
penuh ikan. Padi, jagung, cabai, semuanya didatangkan dari desa, sayang
PEREMPUAN
Tapi, kang. Di desa kita tidak ada gedung mewah. Tidak ada tukang parkir, tidak
ada satpam, dan minim masyarakat yang mencurigai satu sama lain. Tidak seru,
bang!

LAKI-LAKI
Pola pikir macam apa itu, neng? Sudahlah, orang-orang kota saja ingin tinggal di
desa karena di desa tentram. Kenapa kau justru ingin pindah ke kota?

PEREMPUAN
Aku bosan hidup tentram. Aku bosan pagi-pagi pergi ke ladang, pulang sore, lalu
bersiap untuk tidur. Begitu terus setiap hari. Aku bosan, kang, aku bosan!

LAKI-LAKI
Terus maumu apa?

PEREMPUAN
Aku mau merantau!

LAKI-LAKI
Merantau ke mana, sayang?

PEREMPUAN
Merantau ke kota, kang

LAKI-LAKI
Kota mana?

PEREMPUAN
Aku ingin ke Bandung!

LAKI-LAKI
Bandung?

PEREMPUAN
Ya, kang. Bandung! Temanku bilang di sana segalanya ada. Gedung-gedung,
hotel-hotel berjajar sepanjang jalan, pusat perbelanjaan, oleh-oleh berlimpah,
pariwisata. Masyarakat yang bermartabat! Di sana lengkap, kang
LAKI-LAKI
Ya, segalanya! Termasuk macet, polusi, panas, banjir, penggusuran paksa.
Bandung kota rama HAM? Hotel Apartemen, Mal. Sementara di sekelilingnya
pemukiman tak terpelihara pemerintah. Kau yakin ingin ke Bandung?

PEREMPUAN
Ya sudah. Kalau akang nggak mau ke Bandung, eneng berangkat sendiri

LAKI-LAKI
Eneng...

PEREMPUAN
Tapi sebelum itu, aku sudahi hubungan kita. Aku akan menikah sama orang kota

LAKI-LAKI
Eneng,... Aduh, eneng. Eneng jangan gitu dong, neng. Bagaimana dengan mimpi
kita? Cita-cita? Harapan akan masa depan? Neng, aku mencintaimu

PEREMPUAN
Ya, tentu saja kau mencintaiku. Maka dari itu, ayo pindah ke kota! Kita wujudkan
mimpi-mimpi kita di kota

LAKI-LAKI
Tapi, neng...

PEREMPUAN
Tapi apa lagi, kang? Kau seperti tidak serius ingin menikahiku

LAKI-LAKI
Ya, ya, ya, sayang. Kita berangkat sekarang ya

PEREMPUAN
Yey! Ayo, kang. Kita berangkat!

KEDUANYA MENINGGALKAN DESA. EKSPLORASI TUBUH DI TEMPAT.


PADA MOMEN-MOMEN TERTENTU, KEDUA AKTOR MENUNJUK KE
BEBERAPA TITIK MENYAKSIKAN FENOMENA KOTA. MUSIK
MENGIRINGI SEPANJANG ADEGAN INI.
LAKI-LAKI
Wah, neng! Itu apa, neng?

PEREMPUAN
Itu gedung pencakar langit, kang! Lihat! Ternyata gedungnya bukan hanya hanya
mencakar, tapi merobek langit!

LAKI-LAKI
Menyibak langit! Menembus ozon! Puncaknya menyentuh pintu surga!

PEREMPUAN
Akang, lihat di sana! Jalannya memanjang bercabang-cabang

LAKI-LAKI
Neng! Motor, mobil, truk, bis kota saling silang menyilang balapan tak karuan!

PEREMPUAN
Kang! Dengar bunyi klakson itu seperti nyanyian siur padi di sawah!

SEMUA
Wah, merdunya!

LAKI-LAKI
Anak-anak sibuk mengetuk kaca mobil!

PEREMPUAN
Seorang ibu menyusui anaknya di gerobak sampah!

SEMUA
Wah, mesranya!

LAKI-LAKI
Neng! Kau cium itu?

PEREMPUAN
Bau apa ini, kang?

LAKI-LAKI
Ini bau kehidupan modern, neng!
SEMUA
Wah, harumnya!

PEREMPUAN
Kang! Rumah-rumahnya saling tumpang-tindih!

LAKI-LAKI
Silang sengketa rebutan tanah dengan pemerintah!

PEREMPUAN
Di mana tanah yang lapang, kang?

LAKI-LAKI
Di mana anak-anak main bola, layang-layang, kejar-kejaran?

PEREMPUAN
Ah, itu, kang! Mereka main di gang-gang sempit!

LAKI-LAKI
Seorang anak asyik berenang di pemukiman yang tenggelam!

SEMUA
Wah, indahnya!

LAKI-LAKI
Sungai mampet oleh tumpukan sampah!

PEREMPUAN
Pohon-pohonnya ditebang diganti rambu lalu lintas dan papan iklan!

LAKI-LAKI
Mana kota Bandung yang katanya Bermartabat?

PEREMPUAN
Bersih?

LAKI-LAKI
Bersih?
PEREMPUAN
Makmur?

LAKI-LAKI
Makmur?

PEREMPUAN
Taat?

LAKI-LAKI
Taat?

PEREMPUAN
Bersahabat?

LAKI-LAKI
Bersahabat?

SEMUA
Wah, ternyata beginilah Kota Bandung ya?

PEREMPUAN
Wah...

LAKI-LAKI
Wah...

PEREMPUAN
Akang...

LAKI-LAKI
Eneng...

PEREMPUAN
Akang, aku ingin balik lagi ke desa

LAKI-LAKI
Neng. Ini kan keinginanmu dulu
PEREMPUAN BERJALAN MENGELILINGI PANGGUNG. LAKI-LAKI
MENGIKUTI.

PEREMPUAN
Ya, tapi, kang. Aku menyesal. Aku ingin balik lagi saja ke desa!

LAKI-LAKI
Apa yang kau sesalkan?

PEREMPUAN
Aku tidak yakin bisa hidup di kota

LAKI-LAKI
Kenapa kau jadi pesimis seperti ini?

PEREMPUAN
Bagaimana mungkin aku bisa berpikir optimis dalam keadaan seperti ini, kang?

LAKI-LAKI
Kapan kau dewasa, bisa menerima keadaan dari tiap pilihanmu sendiri?

PEREMPUAN
Kenapa kau malah mempermasalahkan soal kedewasaanku?

LAKI-LAKI
Kenapa kita malah jadi bertengkar?

PEREMPUAN
Kau yang memulainya!

LAKI-LAKI
Kenapa jadi aku?

PEREMPUAN
Ya, tentu saja kau! Kau berkata seolah-olah aku tidak bisa bertanggung jawab atas
pilihanku. Padahal sejak dulu kau...
LAKI-LAKI
Kau yang minta ke kota!

PEREMPUAN
Ya, itu kan dulu. Sekarang aku ingin balik lagi ke desa!

LAKI-LAKI
Kita nggak punya duit buat balik

PEREMPUAN
Kita bisa jual yang kita punya di desa

LAKI-LAKI
Sawah sudah dijual

PEREMPUAN
Kita masih punya ladang!

LAKI-LAKI
Sudah dijual!

PEREMPUAN
Hewan ternak?

LAKI-LAKI
Sudah dijual!

PEREMPUAN
Rumah?
LAKI-LAKI
Sudah dijual. Semua sudah dijual. Semua!

PEREMPUAN
Semuanya?

LAKI-LAKI
Kita udah nggak punya apa-apa lagi di desa

PEREMPUAN
Apakah itu berarti kita harus bertaruh hidup di kota?

LAKI-LAKI
Desa udah nggak ada harapan

PEREMPUAN
Lalu bagaimana kita bertahan hidup?

LAKI-LAKI
Kau jual dirimu!

PEREMPUAN
Bajingan!

LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MEMAINKAN BESI-BESI PANJANG. BISA


BERPUTAR-PUTAR, MELOMPAT, MEMUKUL-MUKUL KE LANTAI.

LAKI-LAKI
Kehormatanmu bisa kaish kita hidup
PEREMPUAN
Bisa-bisanya kau berkata seperti itu!

LAKI-LAKI
Jual diri lewat online pasti laku keras!

PEREMPUAN
Otakmu tumpul!

LAKI-LAKI
Kau cantik, neng. Tinggal foto, masukin ke facebook, instagram, twitter

PEREMPUAN
Anjing!

LAKI-LAKI
Tokopedia, BukaLapak, Shopee, Lazada, Zalora

PEREMPUAN
Cukup! Kita berakhir di sini!

LAKI-LAKI
Maksudmu?

PEREMPUAN MENJAUHI LAKI-LAKI. SEMENTARA LAKI-LAKI TERUS


MENCOBA MENDEKATI PEREMPUAN.

PEREMPUAN
Lebih baik aku hidup sendiri. Kau tak ada gunanya!
LAKI-LAKI
Kita sudah bersumpah atas segalanya hidup bersama

PEREMPUAN
Persetan!

LAKI-LAKI
Neng! Hidup di kota memang keras

PEREMPUAN
Aku tahu!

LAKI-LAKI
Aku mencintaimu

PEREMPUAN
Tai kucing!

LAKI-LAKI
Kau ingat janji sehidup-semati. Mimpi tentang anak-anak dan kebun kecil di
belakang rumah. Kesibukan pagi dan malam yang mesra. Sampai obrolan-obrolan
di beranda ketika kita sudah tua

PEREMPUAN
Aku mencintaimu...

MUSIK MENGALUN MESRA. JEDA. TIBA-TIBA SUASANA BERUBAH.


INSTRUMEN KEGEMBIRAAN. AKTOR MENARI BEBAS. BILA
MEMUNGKINKAN, KRU JUGA MASUK PANGGUNG. SEMUA TERTAWA
SAMBIL MENGULANG: "KATA, KOTA, KITA"

Anda mungkin juga menyukai