Hellp Syndrome 55fb1d412f206
Hellp Syndrome 55fb1d412f206
HELLP SYNDROME
Pembimbing:
Dr.Marwan Sp.OG
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, makalah
ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, segala kritik dan saran yang membangun atas makalah ini dengan
senang hati penyusun terima. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan
yang diperbuat dan semoga penyusun dapat membuat makalah lain yang lebih
baik di kemudian hari.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
i
Daftar Isi..............................................................................................................................
ii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................................
1
1.1. Latar belakang ...............................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................
2
1.3. Tujuan Penulisan ...........................................................................................
2
1.4. Manfaat Penulisan .........................................................................................
2
Bab II Tinjauan Pustaka....................................................................................................
3
2.1. Definisi...........................................................................................................
3
2.2. Epidemiologi .................................................................................................
3
2.3. Klasifikasi ……………………………………………………………..........
3
2.4. Etiologi ………………………………………..............................................
4
2.5. Patofisiologi ...................................................................................................
5
2.6. Gejala Klinis...................................................................................................
5
2.7. Diagnosis........................................................................................................
7
ii
2.8. Penatalaksanaan..............................................................................................
8
2.9. Prognosa.........................................................................................................
12
Bab III Laporan Kasus.......................................................................................................
13
Bab IV Diskusi ................................................................................................................
24
Bab V Kesimpulan ..........................................................................................................
26
Daftar Pustaka ....................................................................................................................
27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
HELLP berkisar 2-12% dari pasien dengan preeklampsia berat, dan berkisar 0,2
sampai 0,6% dari seluruh kehamilan.
Sampai saat ini penanganan sindroma HELLP masih kontroversi.
Beberapa peneliti menganjurkan terminasi kehamilan dengan segera tanpa
memperhitungkan usia kehamilan, mengingat besarnya resiko maternal serta
jeleknya luaran perinatal apabila kehamilan diteruskan. Beberapa peneliti lain
menganjurkan pendekatan yang konservatif untuk mematangkan paru-paru janin
dan memperbaiki gejala klinis ibu. Namun semua peneliti sepakat bahwa
terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi definitif.1
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Sindroma HELLP yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver
Enzymes dan Low Platelet counts pertama sekali dilaporkan oleh Louis Weinstein
tahun 1982 pada penderita preeklamsia berat. Sindroma ini merupakan kumpulan
gejala multisistem pada penderita preeklamsia berat dan eklamsia yang terutama
ditandai dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar enzim hepar dan penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia).1
2.2. Epidemiologi
Insiden sindroma HELLP sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Hal ini
disebabkan karena onset sindroma inisulit diduga serta gambaran klinismya
sangat bervariasi dan perbedaan dalam kriteria diagnosis. Insiden sindroma
HELLP berkisar 2-12% dari pasien dengan preeklampsia berat, dan berkisar 0,2
sampai 0,6% dari seluruh kehamilan.1
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, ada dua klasifikasi pada sindoma
HELLP. Menurut Audibert dkk, dikatakan sindroma HELLP partial apabila hanya
dijumpai satu atau lebih perubahan parameter sindroma HELLP seperti hemolysis
(H), elevated liver enzymes (EL) dan low platelet (LP). Dan sindroma HELLP
murni apabila dijumpai perubahan pada ketiga parameter tersebut. Selanjutnya
sindroma HELLP partial dapat dibagi atas beberapa sub grup, yaitu Hemolysis
(H), Low Platelet counts (LP), Hemolysis + low platelet counts (H+LP), dan
hemolysis + elevated liver enzymes (H+EL).
Klasifikasi yang kedua hanya berdasarkan jumlah platelet. Menurut
klasifikasi ini, Martin mengelompokkan penderita sindroma HELLP dalam 3
kategori, yaitu: kelas I jumlah platelet ≤ 50.000/mm3, kelas II jumlah platelet >
50.000 - ≤ 100.000/mm3 dan kelas III jumlah platelet > 100.000 - ≤ 150.000/
mm3.1
3
Tabel 1 Klasifikasi Sindroma HELLP
2.4. Etiologi
Etiologi dan patogenesis dari sindroma HELLP ini selalu dihubungkan dengan
preeklampsia, walaupun etiologi dan patogenesis dari preeklampsia sampai saat
ini juga belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak teori yang dikembangkan
dari dulu hingga kini untuk mengungkapkan patogenesis dari preeklampsia,
namun dalam dekade terakhir ini perhatian terfokus pada aktivasi atau disfungsi
dari sel endotel. Tetapi apa penyebab dari perubahan endotel ini belum juga
diketahui dengan pasti. Saat ini ada empat buah hipotesis yang sedang diteliti
untuk mengungkapkan etiologi dari preeklampsia, yaitu : iskemia plasenta, Very
Low Density Lipoprotein versus aktivitas pertahanan toksisitas, maladaptasi imun
dan penyakit genetik. Sindroma HELLP ini merupakan manifestasi akhir dari
hasil kerusakan endotel mikrovaskular dan aktivasi dari trombosit intravaskular.2,3
2.5. Patofisiologi
Terjadinya sindroma HELLP merupakan manifestasi akhir kerusakan endotel
mikrovaskular dan aktivasi platelet intravaskular. Pada sindroma HELLP terjadi
4
anemia mikroangiopati akibat fragmentasi, sel darah merah akan lebih mudah
keluar dari pembuluh darah yang telah mengalami kebocoran akibat kerusakan
endotel dan adanya deposit fibrin. Pada gambran darah tepi akan terlihat
gambaran spherocytes, schistoscytes, triangular cell dan burr cell.
Pada sindroma HELLP terjadi perubahan pada hepar. Pada gambaran
histopatologisnya terlihat nekrosis parenkim periportal atau fokal yang disertai
dengan deposit hialin dari bahan seperti fibrin yang terdapat pada sinusoid.
Adanya mikrotrombi dan deposit fibrin pada sinusoid tersebut menyebabkan
obstruksi aliran darah di hepar yang akan merupakan dasar terjadinya peningkatan
enzim hepar dan terdapatnya nyeri perut kwadran kanan atas. Gambaran nekrosis
seluler dan pendarahan dapat terlihat dengan MRI. Pada kasus yang berat dapat
dijumpai adanya pendarahan intrahepatik dan hematom subkapsular atau ruptur
hepar.
Penurunan jumlah platelet pada sindroma HELLP disebabkan oleh
meningkatnya komsumsi atau destruksi platelet. Meningkatnya komsumsi platelet
terjadi karena agregasi platelet yang diakibatkan karena kerusakan sel endotel,
penurunan produksi prostasiklin, proses imunologis maupun peningkatan jumlah
radikal bebas.
Beberapa penelitian berangapan bahwa DIC merupakan proses primer
yang terjadi pada sindroma HELLP. Walaupun gambran histopatologis
mikrotrombi yang mirip antara sindroma HELLP dan DIC tetapi pada sindroma
HELLP tidak terjadi koagulopati intravaskular. Pada sindroma HELLP terjadi
mikroangiopati dan kadar fibrinogen yang normal.1
5
3. Low platelets
Jumlah trombosit < 100.000/mm3 merupakan tanda koagulasi intravaskuler.
2.7. Diagnosis
6
Diagnosis sindroma HELLP yang paling pasti dengan adanya tanda-tanda dan
gejala preeklampsia-eklampsia pada pasien hamil bersama dengan tiga serangkai
kelainan laboratorium menunjukkan hemolisis mikroangiopati, disfungsi hepar
dan trombositopenia. Meskipun dianggap sebagai standar emas, biopsi hati jarang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Temuan histologis umum di biopsi
tersebut meliputi perdarahan periportal dan deposit fibrin di sinusoid hati.3
7
anamnesis atau pemeriksaan fisik. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
harus ditata dengan indikasi klinis minimal,
dan untuk menyingkirkan ada atau tidaknya diagnosis preeklampsia. Pemeriksaan
laboratorium yang khas meliputi darah lengkap, studi koagulasi, serum kreatinin,
urin protein, glukosa darah, apusan darah tepi dan tes fungsi hati.
Meskipun beberapa derajat hemolisis sering dicatat dan merupakan ciri
khas dari tiga serangkai untuk diagnosis, anemia yang dihasilkan jarang atau
ringan. Banyak sekali dokter menggunakan LDH tinggi sebagai indikator
hemolisis yang lebih baik dari hemoglobin. Ada lima perbedaan pada isomer
LDH, dan hanya LDH1 dan LDH2 yang dilepaskan dari sel darah merah yang
lisis. Namun, iskemia hepar juga menyebabkan peningkatan total LDH pada
sebagian besar pasien dengan preeklamsia berat atau sindroma HELLP. Oleh
karena itu, peningkatan tidak langsung bilirubin, haptoglobin rendah dan apusan
darah tepi abnormal dengan schistocytes dan atau burr cells digunakan untuk
diagnosis tambahan hemolisis selain LDH.
Elevasi yang signifikan dari alkaline phosphatase seringkali terlihat pada
kehamilan normal. Namun, peninggian transaminase, laktat dehidrogenase dan
bilirubin adanya menunjukkan keadaan patologi pada hepar.
Sayangnya tidak ada konsensus berkaitan dengan parameter laboratorium
untuk diagnosis sindroma HELLP. Kelainan laboratorium sering kembali ke
normal dalam waktu singkat pengiriman dengan secara berkala terjadi peburukan
dalam 24-48 jam pertama postpartum.3
2.8. Penatalaksanaan
Sampai saat ini penanganan sindroma HELLP masih kontroversi. Beberapa
peneliti menganjurkan terminasi kehamilan dengan segera tanpa
memperhitungkan usia kehamilan, mengingat besarnya resiko maternal serta
jeleknya luaran perinatal apabila kehamilan diteruskan. Beberapa peneliti lain
menganjurkan pendekatan yang konservatif untuk mematangkan paru-paru janin
dan memperbaiki gejala klinis ibu . Namun semua peneliti sepakat bahwa
terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi defenitif.1
8
Karena sifat progresif dari penyakit, pasien tersebut harus selalu dirawat di
rumah sakit dengan istirahat yang ketat dan perawatan dalam proses persalinan
karena potensi untuk memuburuknya kondisi ibu atau janin secara tiba-tiba.
Pasien yang didiagnosis dengan sindroma HELLP sebelum 35 minggu harus
dipindahkan ke perawatan tersier. Setelah penilaian status dan stabilisasi ibu, janin
dievaluasi dengan melacak denyut jantung janin, dan ultrasonografi.3
Penanganan sindroma HELLP lebih sulit bila dibandingkan dengan
penanganan preeklampsia, disamping itu perlu penanganan multi disiplin.
Prioritas pertama adalah stabilisasi kondisi ibu terutama terhadap tekanan darah,
balans cairan dan abnormalitas pembekuan darah. Kontrol terhadap tekanan darah
yang tinggi perlu segera dilakukan, terutama bila dijumpai tanda-tanda iritabilitas
syaraf pusat dan kegagalan ginjal.
Seperti penanganan preeklampsia, pemberian sulfas magnesikus masih
merupakan pilihan utama. Transfusi dan pemberian trombosit sering diperlukan
untuk membrantas anemi ataupun koagulopati, tetapi pemberian transfusi darah
harus hati-hati dengan memperhitungkan keseimbangan cairan, apalagi pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Pemberian trombosit dapat
dipertimbangkan apabila kadar trombosit kurang dari 50.000 /mm3, apalagi jika
seksio sesarea akan dilakukan.
Kadang-kadang hasil pemeriksaan laboratorium tidak menggambarkan
jauhnya kerusakan yang terjadi pada jaringan hepar, jumlah penumpukan fibrin,
perdarahan dan lobular nekrosis. Itulah sebabnya beberapa peneliti seperti
Weinstein kurang menyetujui penanganan konservatif dan lebih menganjurkan
untuk segera melakukan terminasi kehamilan.1
9
Tabel 3 Penatalaksanaan sindroma HELLP3
10
<5) dan tidak adanya persalinan aktif, operasi caesar merupakan pilihan yang
lebih baik. Seksio sesaria elektif juga dianjurkan untuk pasien dengan retardasi
pertumbuhan janin atau oligohidramnion.
Magnesium sulfat harus diberikan selama proses persalinan dan awal
postpartum untuk profilaksis terhadap kejang tanpa memandang tekanan darah.
Ini dimulai pada awal periode observasi, terus berlanjut sampai periode
intrapartum, dan kemudian selama 24-48 jam postpartum. Regimen standar
termasuk dosis awal 6 gram magnesium lebih dari 20 menit diikuti dengan dosis
pemeliharaan dua gram per jam secara intravena. Pemantauan serial tekanan darah
diindikasi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dengan serum kreatinin
lebih dari 1 mg / dl.
Seperti pada pasien dengan preeklamsia berat, antihipertensi yang
digunakan untuk tekanan darah sistolik di atas 160, dan atau tekanan diastolik
lebih dari 105 untuk menghindari pendarahan intraserebral. Antihipertensi yang
menjadi pilihan adalah hydralazine, labetalol dan nifedipin. Tekanan darah harus
diperiksa setiap 15 menit selama pemberian terapi antihipertensi, dan setelah
stabil daat dievaluasi setiap jam.3
2.8. Prognosa
Penderita HELLP mempunyai kemungkinan 19 – 27% untuk mendapat
resiko sindroma ini pada kehamilan berikutnya. Dan mempunyai resiko sampai
11
43% untuk mendapat preeklampsia pada kehamilan berikutnya. Sindroma HELLP
kelas 1 merupakan resiko terbesar untung berulang.
Sibak dkk melaporkan angka kematian ibu pada sindroma HELLP 1.1%.
dengan komplikasi seperti DIC ( 21%), solusio plasenta (16%), gagal ginjal akut (
7,7%), udema pulmonum (6%), hematom subkapsular hepar (0,9%) dan ablasio
retina (0,9%).
Angka morbiditas dan mortalitas pada anak berkisar 10 – 60% tergantung
dari keparahan penyakit ibu. Anak yang ibunya menderita sindroma HELLP
mengalami perkembangan janin terhmbat ( IUGR) dan sindroma kegagalan
pernapasan.1
BAB III
LAPORAN KASUS
12
ANAMNESE PRIBADI
Nama : Yariade Gule
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Nias
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Karya Perdana
KU : Penurunan Kesadaran
Telaah : Hal ini dialami os sejak 22/03/2015 pukul 12.00 WIB. Pasien merupakan
rujukan dari RS luar, setelah sebelumnya os kejang sebanyak 3x. Pasien masuk ke
IGD RSHAM Medan pukul 14.00 WIB. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum
kehamilan (-). Riwayat nyeri ulu hati (-). Riwayat pandangan kabur (-). Riwayat
sakit kepala bagian frontalis (+). Riwayat kejang (-). Riwayat mules-mules mau
melahirkan (+). Riwayat keluar lendir darah (+). Riwayat keluar air dari kemaluan
(-). BAK (+) normal BAB (+) normal. RPT : HT (-), DM (-), Asma (-), Penyakit
Jantung (-)
RPO: -
HPHT : 13-8-2014
TTP : 20-5-2015
Riwayat Persalinan:
13
1. Hamil ini
II.PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Sensorium : Somnolen Anemia :+
Proteinuria : (+3)
Status Generalista
Kepala : Conjunctiva Palpebra Inferior Pucat (+/+), Sklera ikterik (-/-)
Status Obstetrik
14
Tegang : letak lintang
Gerakan :-
His :-
USG TAS
-Tidak dilakukan
IV. DIAGNOSA:
15
Penurunan kesadaran ec dd Eklamsia + PG + KDR (30-32) minggu + PK + KJDK
+ Inpartu
FOLLOW UP
16
Pukul hari yang lalu, riwayat - Inj. Dexamethason
09.00 transfusi darah (+) 10mg IV /12 jam
WIB total 4 bag, Riwayat
- SC
batuk (-), Riwayat
demam berulang (+) Interna
O: - Inj Ceftriaxone
1gr/12jam
Sens: compos mentis
Toleransi operasi
TD: 160/100 mmHg
moderate risk. Saat ini
toleransi dari bagian
HR: 100 x/menit
kami ialah moderate
risk. Apabila
RR: 24 x/menit
diperlukan transfusi,
maka kami
T: 37.5º
kembalikan kebagian
anastesi untuk jumlah
transfusi PRC &
Anastesi Trombosit yang
diperlukan .
Kes: ACC tindakan
Anestesi
Operasi SC
berlangsung dari pukul
09.05 – 09.50
17
Telah lahir bayi pukul 09.50 WIB, dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan 1750 g, panjang
badan 43 cm, lingkar kepala 31 cm, apgar score 4/8, anus (+).
16-03- Nyeri luka Sens: compos mentis Post SC a/I PEB + - O2 2-4l/I
- IVFD RL 20
15 operasi HELLP Syndrome
TD: 100/60 mmHg gtt/i
(Obgyn) + Letak Lintang +
- Inj.
HR: 80 x/menit NH1
Ceftriaxone
SL:
18
TFU:1 jari bp,
kontraksi baik
Lab:
HT: 23.3%
Trom: 33 103/mm3
Fibrinogen:215 mg/dl
SGOT: 75
SGPT: 46
LDH: 1031
19
Kreatinin: 0.74 mg/dl
Na/K/Cl: 136/4.3/106
HbsAg: -
Anti HCV: -
17-03- Nyeri luka Sens: compos mentis Post SC a/I PEB + - O2 2-4l/I
- IVFD RL 20
15 operasi, HELLP Syndrome
TD: 100/60 mmHg gtt/i
(Obgyn) demam (+) + Letak Lintang +
- Inj.
HR: 92 x/menit NH2
Ceftriaxone
SL:
Abd:soepel, peristaltic
(+) N
20
warna kuning pekat
18-03- Nyeri luka Sens: compos mentis Post SC a/I PEB + - O2 2-4l/I
- IVFD RL 20
2015 operasi HELLP Syndrome
TD: 110/70 mmHg gtt/i
+ Letak Lintang +
(Obgyn) - Inj.
HR: 92 x/menit NH3
Ceftriaxone
Dyspnoe: -
Cyanosis: -
Oedema: -
SL:
Abd:soepel, peristaltic
(+) N
21
19-03- - Sens: compos mentis Post SC a/I PEB + - Cefadroxil tab
2015 HELLP Syndrome 2x500 mg
TD: 120/80 mmHg - Asam
+ Letak Lintang +
(Obgyn) Mefenamat
HR: 92 x/menit NH4
tab 3x500 mg
RR: 20 x/menit - Ranitidin tab
2x150 mg
T: 37.0º - Vitamin B
comp 1x1
Anemis: + - Pasien PBJ
Icteric: +
Dyspnoe: -
Cyanosis: -
Oedema: -
SL:
Abd:soepel, peristaltic
(+) N
22
BAB IV
DISKUSI
23
Sindroma HELLP ini merupakan kumpulan Pada pasien ini didapati
gejala multisistem pada penderita preeklamsia pemeriksaan laboratorium:
berat dan eklamsia yang terutama ditandai
Hb : 9.00 gr%
dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar
enzim hepar dan penurunan jumlah trombosit AST : 75 U/L
(trombositopenia)
LDH : 1242 IU/L
Trombosit : 41.000/mm3
Gejala dan tanda sindroma HELLP, yaitu: Pada pasien ini ditemukan ialah
malaise, ketidaknyamanan abdomen kuadran gejala badan kuning, nyeri
atas (nyeri ulu hati), nyeri kepala, proteinuria, kepala, edema pretibial. Tanda
hipertensi, mual muntah, pandangan kabur, yang ditemukan ialah hipertensi
perdarahan, asites, jaundice, nyeri pada (TD 160/100 mmHg),
bahudan leher, edema pretibial proteinuria (+3)
24
minggu, atau adanya tanda-tanda pukul 09.05 – 09.50 WIB dan
kegawatdaruratan janin atau jika terdapat lahir bayi pukul 09.50 WIB,
komplikasi sindroma HELLP seperti MOD, dengan jenis kelamin laki-laki,
DIC, gagal ginjal, edema pulmonum, dll. berat badan 1750 g, panjang
badan 43 cm, lingkar kepala 31
Tidak ada konsensus mengenai penggunaan
cm, apgar score 4/8, anus (+).
steroid dosis tinggi seperti dexamethasone
Bayi dirawat diperinatologi.
(10mg setiap 12 jam IV) pada kelas 1 dan 2
sindroma HELLP atau kelas 3 sindrom Pasien diberikan terapi injeksi
HELLP yang rumit, selain untuk indikasi dexamethason 10-10-5-5/12 jam
membantu kematangan paru-paru janin. post SC. Hal ini bukan
ditujukan untuk mebantu
Magnesium sulfat harus diberikan selama
kematangan pari-paru janin,
proses persalinan dan awal postpartum untuk
melainkan untuk menekan fakor
profilaksis terhadap kejang tanpa memandang
inflamasi.
tekanan darah.
Pasien diberikan terapi
magnesium sulfat pada saat
masuk IVFD RL 500cc + MgSO4
40% 30cc 14 gtt/i
BAB 5
RESUME
Ny. W, 26 tahun, G1P0A0, Jawa, Islam, SMK, Ibu rumah tangga, menikah dengan
Tn. M, 25 tahun, Jawa, Islam, SMK, Wiraswasta datang ke RSHAM dengan
badan berwarna kuning. Hal ini dialami pasien sejak hamil muda. Pasien
merupakan rujukan dari RS luar. Riwayat kencing berwarna merah dialami pasien
25
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum
kehamilan (-). Riwayat nyeri ulu hati (-). Riwayat pandangan kabur (-). Riwayat
sakit kepala (+) pada bagian frontal. Riwayat mual (-) dan muntah (-). Riwayat
kejang (-). Riwayat mules-mules mau melahirkan (-). Riwayat keluar lendir darah
(-). Riwayat keluar air dari kemaluan (-). BAK (+) normal BAB (+) normal. Dari
hasil pemeriksaan dijumpai sensorium compos mentis, tekanan darah
160/100mmHg, HR, RR dan suhu dalam batas normal. Dijumpai proteinuria +3.
Dari status generalisata dijumpai sclera icterik dan yang lain batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen dijumpai abdomen membesar asimetris, TFU pertengahan
antara prosesus sipoideus dengan pusat, dan His -. DJJ 152x/menit. Dari USG
kesan IUP (31-32) minggu + severe oligohidramnion + letak lintang + Anak
Hidup. Pasien kemudian diterapi dengan MgSO4 20% 4gr bolus (4-5 menit),
Injeksi Dexamethasone 10mg IV/12 jam(2x) sebelum kelahirannya dan SC.
DAFTAR PUSTAKA
26
2. Martin JN, Blakes PG, Perry KG, etal. The Natural Hystory of HELLP
Syndrome : Patern of Disease Progression and Regression. AmJ Obstet
Gynecol 1991; 164 : 1500 –13.
3. Hemant S, Chabi S, Frey D. Review Article: Hellp Syndrome. The Journal
of Obstetric and Gynecology of India [internet] 2009 [cited 2015 April 5].
Available from URL: http://medind.nic.in/jaq/t09/i1/jaqt09i1p30.pdf.
27