Anda di halaman 1dari 22

RESOLUSI KONFLIK BATAS WILAYAH KABUPATEN GORONTALO -

KABUPATEN GORONTALO UTARA (STUDI ONE MAP POLICY)

BORDERLINE CONFLICT RESOLUTION IN GORORONTALO REGENCY –


NORTH GORONTALO REGENCY (ONE MAP POLICY STUDY)

Ichsan Malik1, Pujo Widodo2, Andi Nurchalis3


Universitas Pertahanan Indonesia
(andinurchalis@gmail.com)

Abstrak -- Otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat kedaerah membawa
sejumlah persoalan dan konsekwensi diantaranya adalah konflik batas wilayah yang
berlarut-larut dan seakan tanpa penyelesaian. Berbagai hal dapat menjadi pemicu konflik
batas wilayah, dari penolakan masyarakat yang tidak ingin bergabung dengan daerah
pemekaran baru, sampai kepada perebutan sumberdaya alam yang kadang berujung ada
kekerasan massa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana Kebijakan Satu Peta
(One Map Policy) diterapkan sehingga menjadi sebuah upaya penyelesaian konflik batas
wilayah. Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis, data penelitian diperoleh
melalui wawancara dan studi pustaka. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian adalah
teori konflik dan resolusi konflik, teori batas wilayah, konsep otonomi daerah serta konsep
Kebijakan Satu Peta (One Map Policy). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, konflik batas
wilayah antara Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara lebih kepada
perbedaan persepsi mengenai acuan penarikan batas wilayah, apakah berpegang pada
batas alam atau kepada kearifan lokal masyarakat. Sedangkan faktor hukum dan kebijakan
daerah sebagai faktor pendukung dalam upaya penyelesaian konflik batas daerah.
Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) yakni penggunaan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
sebagai satu-satunya rujukan peta dalam pemanfaatan dan penggunaan ruang. Kebijakan
Satu Peta (One Map Policy) dengan skala 1:50.000 juga dapat dijadikan sebagai solusi bagi
pemerintah daerah untuk menyelesaikan konflik batas wilayah, serta tumpang-tindihnya
pemanfaatan lahan.
Kata kunci: Resolusi Konflik, Batas Wilayah, Kebijakan Satu Peta (One Map Policy)

Abstract -- The regional autonomy given by the central government to the regional brought a
number of problems and consequences, such as the protracted and disproportionate border
conflict. Various things can trigger conflicts over territorial boundaries, from the usual thing
such as the rejection of people who do not want to join the new expanded area or the natural
resources seizure that sometimes lead to the mass violence. This study aims to see how the
One Map Policy is implemented to become an effort as conflict resolution of territorial
boundaries. The research used descriptive method of analysis, the research data obtained

1
Dr. Ichsan Malik, M.Sc Dosen Fakultas Keamanan Nasional pada Universitas Pertahanan Indonesia.
2
Kol. Inf Dr. Pujo Widodo, SE, M.A, M.D.S, M.Si, M.Si (Han) Dosen Fakultas Strategi Pertahanan pada
Universitas Pertahanan Indonesia.
3
Andi Nurchalis, S,IP, M. Han, lulusan Program Pascasarjana Universitas Pertahanan Indonesia, pada
Program Studi Damai dan Resolusi Konflik.

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 17


through interview and literature study. The theories used in the research are conflict and
conflict resolution theory, borderline theory, regional autonomy concept and One Map Policy
concept. The result of the research show that the borderline conflict between Gorontalo and
North Gorontalo regency happened due to the different perception in defining the boundaries
of the regency, whether to hold on the natural boundary or to local wisdom of the society.
While the law factor and regional policy becpme the supporting factors in conflict resolution.
One Map Policy by using the Indonesia Map of Earth (RBI) as the only map reference is the
proper solution in the protracted borderline conflict.
Key Words: Conflict Resolution, Borderline, One Map Policy

Pendahuluan daerah (teritorial reform) akan

S
istem tata pemerintahan di menghasilkan kesejahteraan rakyat,
Indonesia yang awalnya pelayanan yang lebih baik,
menganut sistem sentralisasi peningkatan kehidupan yang
dengan Undang-undang Nomor 5 demokratis, pertumbuhan ekonomi
Tahun 1974, berubah menjadi sistem yang lebih cepat, meningkatnya
desentralisasi dengan konsep otonomi keamanan dan ketertiban, serta
daerah yang seluas-luasnya sesuai terbangunnya relasi yang harmonis
dengan Undang-undang Nomor 22 antara daerah. Selain membawa
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. kesejahteraan bagi masyarakat,
Perubahan sisitem tata pemerintahan pemekaran daerah juga ternyata
tersebut membawa sejumlah dampak membawa sejumlah persoalan bagi
dan perubahan yang cukup signifikan daerah yang dimekarkan atau yang
terhadap pelaksanaan tata baru terbentuk.
pemerintahan di Indonesia, Secara umum, prinsip dasar yang
diantaranya adalah tuntutan harus dipegang oleh semua pihak
pemekaran daerah. dalam pelaksanaan Otonomi Daerah
Salah satu konsekwensi logis paling tidak adalah; pertama, otonomi
desentralisasi pemerintahan adalah daerah harus dilaksanakan dalam
banyaknya pemekaran daerah atau konteks Negara kesatuan; kedua,
pembentukan Daerah Otonom Baru pelaksanaan Otonomi Daerah
(DOB) yang terjadi dalam kurun waktu menggunakan tata cara desentralistis,
yang cukup singkat. Kebijakan dengan demikian peran (daerah sangat
pemekaran daerah, ditujukan untuk menentukan; ketiga, pelaksanaan
memberikan harapan bahwa penataan Otonomi Daerah harus dimulai dengan

18 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
mendefenisikan kewenangan, konflik dengan kekerasan, pihak yang
organisasi, personal kemudian diikuti menyetujui pemekaran daerah sebagai
dengan keuangan, bukan sebaliknya; suatu solusi untuk mengejar
keempat, perimbangan keuangan yang ketertinggalan pembangunan didaerah
dimaksud adalah perimbangan kadang mengabaikan nilai-nilai sosial
horizontal/antar Daerah, Provinsi dan budaya, politik dan ekonomi serta
Kabupaten/Kota, di samping itu geografi yang sangat heterogen pada
perimbangan vertikal, antar pusat dan daerah yang akan dimekarkan
daerah; kelima, fungsi pemerintah nantinya, hal inilah yang kadang
pusat masih sangat vital, baik dalam menjadi awal mula suatu konflik
kewenangan strategik (moneter, terjadi.
pertahanan, luar negeri, dan hukum), Fenomena konflik batas wilayah
maupun untuk mengatasi yang demikian akut dan menyebar
ketimpangan antar Daerah4. hampir di setiap provinsi. Semua ini
Kebijakan pemekaran daerah diawali dari Undang-undang
tidak hanya membawa dampak positif Pembentukan Daerah (UUPD) yang
tetapi juga dampak negatif bagi daerah tidak dilengkapi dengan lampiran peta
pemekaran. Hal ini kadang terjadi batas wilayah yang benar dan sesuai
karena adanya perbedaan sudut dengan kaidah pemetaan. Pada
pandang kepentingan antara umumnya peta pembentukan daerah
pemerintah pusat dan pemerintah yang terlampir pada UUPD tidak
pusat. Namun kenyataannya, disertai dengan pendefinisian titik
pemekaran daerah relatif mampu koordinat serta garis batas yang tegas.
mengatasi keterisoliran dengan Sehingga ketika Daerah Otonomi Baru
terbangunnya sejumlah infastruktur tersebut disahkan, maka pengklaiman
seperti jalan-jalan baru, fasilitas sosial garis batas yang tumpang tindih
yang lebih bagus, peningkatan dengan daerah induk dan daerah yang
perekonomian dan sebagainya. Dilain berbatasan kerap terjadi.
sisi, keputusan pemekaran daerah juga Ketika otonomi daerah
kadang menimbulkan konflik, bahkan diberlakukan penentuan garis batas
wilayah tidak lagi sebagai penanda saja
4
Dr. J. Kaloh., Mencari Bentuk Otonomi Daerah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal 47.
namun lebih bersifat kepada

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 19


penguasaan dan kewenangan daerah lapangan, namun dapat ditentukan
yang apabila tidak terselesaikan maka secara kartometrik di atas peta dasar.
akan menjadi sumber kerawanan dan Hal ini dilakukan sebagai salah satu
potensi konflik seperti; eksploitasi upaya mempercepat penyelesaian
Sumber Daya Alam (SDA) yang berada konflik batas wilayah yang semakin
di wilayah yang berbatasan antar banyak terjadi.
Provinsi, Kabupaten/Kota, egoisme Penegasan batas daerah
dan keangkuhan dari masing-masing merupakan kegiatan penentuan titik-
daerah yang tidak menyadari titik koordinat batas daerah yang
eksistensinya diantara daerah lainnya, dapat dilakukan dengan metode
disparitas antar etnis, antar wilayah, kartometrik dan/atau survei di
antar tingkat pendidikan, tingkat lapangan, yang dituangkan dalam
sosial, dan tingkat budaya, bentuk dan bentuk peta batas dengan daftar titik-
jenis pelayanan masyarakat yang titik koordinat batas daerah6. Metode
dipengaruhi secara ketat oleh batas kartometrik7 ini diharapkan dapat
wilayah sehingga membingungkan mengurangi kegiatan survei lapangan
masyarakat5. yang biasanya memerlukan dana yang
Mengatasi persoalan konflik besar dan waktu yang relatif lama pada
batas wilayah, Kementerian Dalam kondisi medan yang sulit dijangkau.
Negeri kemudian menerbitkan Sehingga penggunaan metode
Peraturan Menteri Dalam Negeri kartometrik diharapkan dapat
Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman mempercepat penyelesaian batas
Penegasan Batas Daerah yang daerah.
kemudian direvisi menjadi Salah satu daerah yang
Permendagri Nomor 76 Tahun 2012. dimekarkan sejak Provinsi Gorontalo
Salah satu perubahan yang mendasar
6
Ketentuan Umum Peraturan Menteri Dalam
pada Permendagri Nomor 76 tahun Negeri Nomor 76 Tahun 2012, tentang
2012 adalah bahwa penegasan batas Pedoman Umum Penegasan Batas Daerah.
7
Dalam Ketentuan Umum Peraturan Menteri
daerah untuk penentuan koordinat Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012,
dijelaskan bahwa Metode Kartometrik adalah
titik-titik batas tidak harus selalu penelusuran/penarikan garis batas pada peta
kerja dan pengukuran/penghitungan posisi
dilakukan dengan metode survei titik, jarak serta luas cakupan wilayah dengan
menggunakan peta dasar dan peta-peta lain
5
id. at 90 sebagai pelengkap.

20 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
terbentuk tahun 2000 adalah kondisi geografis medan yang sulit,
Kabupaten Gorontalo yang dengan terbitnya revisi tersebut
dimekarkan menjadi Kabupaten memungkinkan penegasan garis batas
Gorontalo Utara melalui Undang- wilayah secara kartometrik atau
undang Nomor 11 Tahun 2007 tentang penentuan koordinat batas diatas peta
Pembentukan Kabupaten Gorontalo dasar dapat dilakukan dan disepakati
Utara di Provinsi Gorontalo. Kabupaten oleh daerah yang berbatasan, maka
Gorontalo Utara secara administratif beberapa daerah yang berbatasan
berbatasan langsung dengan semua langsung dengan Kabupaten
kabupaten yang berada di Provinsi Gorontalo Utara dapat menerima
Gorontalo, serta berbatasan langsung ketentuan tersebut.
dengan Kabupaten Bolaang Namun untuk Kabupaten
Mongondow Utara Provinsi Sulawesi Gorontalo dengan Kabupaten
Utara dan Kabupaten Buol Provinsi Gorontalo Utara, yang melihat bahwa
Sulawesi Tengah. metode ini masih terlalu beresiko
Sebagai daerah yang mempunyai untuk dilakukan dan beranggapan
garis batas wilayah terpanjang, akan menimbulkan konflik ke depan
Kabupaten Gorontalo Utara juga sehingga belum dapat disepakati,
mempunyai potensi konflik keruangan karena sampai dengan saat ini Peta
yang besar khususnya pada konflik Rupabumi Indonesia (RBI)8 untuk
batas wilayah. Menyadari hal tersebut wilayah Sulawesi sebagai Informasi
maka pemerintah Kabupaten Geospasial Dasar (IGD)9 baru sampai
Gorontalo Utara bersama dengan pada skala 1:50.000 yang digunakan
pemerintah Provinsi Gorontalo sejak sebagai peta dasar dalam penegasan
tahun 2010 s/d 2013 telah batas wilayah, dianggap masih kurang
melaksanakan pembangunan pilar
batas antara Kabupaten Gorontalo 8
Dalam UU Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Utara dengan wilayah yang berbatasan Informasi Geospasial dijelaskan bahwa Peta
Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta dasar
langsung melalui pembiayaan APBD yang memberikan informasi secara khusus
untuk wilayah darat.
9
kedua daerah serta APBN. Informasi Geospasial Dasar (IGD) berisi
tentang objek yang dapat dilihat secara
Selain menghadapi kendala langsung atau diukur dari kenampakan fisik
di muka bumi dan yang tidak berubah dalam
pembiayaan yang cukup tinggi dan waktu yang relatif lama.

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 21


untuk dijadikan dasar dalam kawasan termasuk penyelesaian
penentuan garis batas kedua wilayah. sengketa batas wilayah.
Perubahan mendasar dari Berdasarkan hal tersebut, maka
Permendagri Nomor 76 Tahun 2012 dapat diketahui bahwa konflik batas
adalah terakomodirnya penentuan daerah yang terjadi ketika pemekaran
batas wilayah melalui metode daerah telah dilakukan, pada awalnya
kartometrik (penentuan titik koordinat disebabkan oleh tidak terpenuhinya
diatas peta dasar). Peta dasar hanya kaidah-kaidah pemetaan yang jelas
dikeluarkan oleh lembaga tehnis yakni seperti yang tercantum dalam
Badan Informasi Geospasial (BIG)10, lampiran undang-undang
sehingga kekhawatiran terjadinya pembentukan daerah. Peta yang
overlapping kawasan atau batas tercantum dalam lampiran undang-
dengan daerah lain tidak terjadi lagi. undang tersebut tidak memiliki garis
Hal inilah yang menjadi salah satu batas yang jelas (titik koordinat tidak
dasar dari penerapan program tercantum), undang-undang
Kebijakan Satu Peta (One Map Policy)11 pembentukan daerah hanya secara
oleh pemerintah, karena dianggap umum hanya menggambarkan letak
efektif, mudah, dan efesien dalam dan posisi daerah.
menyelesaikan konflik pemanfaatan Berawal dari hal inilah konflik
mulai terjadi, apalagi ketika daerah
yang berbatasan mengandung potensi
10
BIG merupakan lembaga pemerintah yang
melaksanakan dan bertanggungjawab dalam
sumber daya yang cukup menjanjikan
penyediaan Informasi Geospasial Dasar (IGD) untuk memacu pembangunan daerah
sebagaimana amanat dalam Undang-undang
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi atau mempunyai wilayah yang
Geospasial dilakukan oleh Badan yang
disebut Badan Informasi Geospasial (BIG) berbatasan posisi strategis
sebagai pengganti Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) pembangunan daerah kedepan.
11
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 2016 tentang percepatan
Kawasan perbatasan menyimpan
pelaksanaan kebijakan satu peta pada potensi konflik yang sewaktu-waktu
tingkat ketelitian peta skala 1:50.000, Pasal 1
dijelaskan bahwa Kebijakan Satu Peta, yang dapat menjadi konflik, baik yang
selanjutnya disebut KSP adalah arahan
strategis dalam terpenuhinya satu peta yang sifatnya konflik internal (konflik
mengacu pada satu referensi geospasial, satu
standar, satu basis data, dan satu geoportal komunal) antara sesama warga
pada tingkat ketelitian peta skala 1:50.000.
perbatasan, maupun konflik yang

22 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
sifatnya vertikal berupa bagian wilayah yang disengketakan
pembangkangan kepada sebagai obyek bernilai13.
pemerintahan yang sah, bahkan konflik Dari berbagai pengertian tentang
berbatasan dapat bersifat konflik tersebut, terdapat suatu
eksternal/internasional. kondisi yang selalu menyertai dalam
Teori Konflik dan Resolusi Konflik pendefinisian konflik yaitu adanya
Konflik berasal dari bahasa latin yaitu perbedaan. Letak perbedaan tersebut
confligere yang artinya menyerang diantaranya adalah perbedaan-
bersama. Kata tersebut lebih perbedaan dalam keyakinan, nilai,
bermakna konotasi fisik daripada status, kekuasaan, sasaran, tujuan,
moral. Dalam bahasa inggris kedua kebutuhan, kepentingan, hak atas
konotasi tersebut mengandung kata benda dan/atau kedudukan, dan
konflik12. Sedangkan Pruitt dan Rubin kelangkaan sumberdaya, yang
menjelaskan bahwa konflik terjadi kesemuanya melekat pada masing-
ketika tidak terlihat adanya alternatif masing pihak yang berkonflik.
yang dapat memuaskan aspirasi kedua Sehingga secara sederhana konflik
belah pihak dan lebih jauh masing- dapat didefinisikan sebagai suatu
masing pihak memiliki alasan untuk hubungan antara dua pihak atau lebih
percaya bahwa mereka mampu yang memiliki, atau yang merasa
mendapatkan sebuah objek bernilai memiliki sasaran-sasaran yang tidak
untuk diri mereka sendiri atau mereka sejalan. Dengan demikian dari segi
percaya bahwa mereka berhak pelaku konflik, situasi saling
memiliki obyek tersebut. Mengacu berhadapan antar dua pihak atau lebih
pada penjelasan Pruit dan Rubin, dapat yang terlibat konflik menggambarkan
diasumsikan bahwa konflik terjadi situasi “siapa melawan siapa”.
ketika ada obyek bernilai yang Louis R. Pondy, merumuskan lima
dianggap berhak dimiliki oleh masing- tahapan konflik yang disebut "Pondys
masing pihak. Rumusan obyek bernilai Model of Organizational Conflict".
ini membantu untuk mengidentifikasi Menurutnya, konflik berkembang

13
Dean G. Pruit dan Jeffrey Z. Rubin, Teori
konflik sosial, terj.Helly P.Soetjipto dan Sri
12
John Burton., Conflict: Resolution and Mulyanti Soetjipto, (Yogyakarta: Pustaka
Prevention, (London: Macmillan, 1990). Pelajar, 2004), hal. 9-10.

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 23


melalui lima fase secara beruntun, memiliki makna yang berbeda-beda
yaitu: konflik terpendam (laten), menurut kalangan ahli yang fokus
konflik terpersepsi, konflik yang meneliti tentang konflik. Morton
terasa, konflik yang termanifestasi, Deutsch menyatakan bahwa resolusi
serta konflik sesudah penyelesaian. 14 konflik merupakan sekumpulan teori
Dalam penelitian ini konflik dan penyelidikan yang bersifat
menurut Pruitt & Rubin dijadikan dasar eksperimental dalam memahami sifat-
teori untuk menganalisis konflik batas sifat konflik, meneliti strategi
wilayah yang terjadi antara Kabupaten terjadinya konflik, kemudian membuat
Gorontalo dengan Kabupaten resolusi terhadap konflik15. Resolusi
Gorontalo Utara. Teori ini digunakan konflik adalah tentang bagaimana
karena melihat bahwa konflik batas menghadapi konflik, bagaimana
wilayah yang terjadi lebih disebabkan menyelesaikannya, bagaimana
karena belum diterimanya alternatif mengatasinya, bagaimana
pemecahan masalah yang diusulkan mengelolanya dan mungkin bagaimana
yakni Kebijakan Satu Peta (One Map menghilangkan konflik16.
Policy), pemecahan masalah ini belum Resolusi konflik merupakan
dapat memuaskan aspirasi kedua belah istilah yang lebih komprehensif yang
pihak yang mana para pihak masing- menyiratkan bahwa akar terdalam
masing memiliki alasan untuk sebuah yang merupakan sumber dari konflik
masalah dengan sudut pandang yang adalah ditangani dan diubah. Hal ini
berbeda. Sedangkan untuk melihat berarti bahwa perilaku kekerasan tidak
fase konflik yang telah terjadi akan ada lagi, sikap bermusuhan tidak
menggunakan tahapan konflik terjadi lagi serta struktur konflik yang
menurut Louis R. Pondy yang disebut terjadi telah berubah menuju arah
"Pondys Model of Organizational perubahan dan penyelesain konflik
Conflict". dengan baik.
Resolusi konflik atau “conflict
resolution” dalam bahasa Inggris dapat
15
Morton Deutsch, The Resolution of Conflict,
(New Heaven: Yale University Press, 1973),
14
Winardi., Manajemen Konflik “Konflik hal. 420.
16
Perubahan dan Pengembangan”. (Bandung: M. Tafsir M.A., Resolusi Konflik, (Semarang:
CV. Mandar Maju, 2007). CV. Karya Abadi Jaya, Cet. Ke I, 2015), hal.35.

24 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
Sedangkan menurut Hardjana menggambarkan batas wilayah antar
resolusi konflik dapat dibagi menjadi 5 kelurahan/desa, antar kecamatan,
(lima) bentuk yakni; Pertama, bersaing antar kabupaten/kota, antar provinsi,
dan bertanding kemudian akan dan antar negara sesuai UU Nomor 4
menguasai dan memaksa sebagai Tahun 2011 Tentang Informasi
pendekatan menang-kalah, Kedua, Geospasial yang merupakan salah satu
melakukan kerjasama dan menghadapi unsur yang harus digambarkan dalam
konflik sebagai pendekatan menang- peta dasar. Sedangkan dalam
menang, Ketiga, melakukan kompromi Ketentuan Umum Permendagri Nomor
perundingan sebagai pendekatan akan 76 Tahun 2012 tentang Pedoman
menghasilkan para pihak yang Penegasan Batas Daerah, batas
berkonflik tidak ada yang wilayah di darat adalah pembatas
kalah/menang, Keempat, menghindari wilayah administrasi pemerintahan
konflik dan menarik diri dari konflik antar daerah yang merupakan
yang terjadi, serta pendekatan terakhir rangkaian titik-titik kordinat yang
adalah menyesuaikan, memperlunak berada pada permukaan bumi dapat
dan menuruti merupakan pendekatan berupa tanda-tanda alam seperti
kalah-menang17. punggung gunung/pegunungan
Terkait dengan penelitian yang (watershed), median sungai dan atau
dilakukan yakni konflik batas wilayah, unsur buatan dilapangan yang
maka konsep resolusi konflik dapat dituangkan dalam bentuk peta18.
dilakukan melalui bentuk kerjasama Batas daerah merupakan
maupun kompromi para pihak yang pemisah wilayah penyelenggaraan
bertikai, sehingga tidak ada yang kewenangan suatu daerah dengan
dirugikan bahkan dapat daerah lain dan bukan merupakan
menguntungkan kedua daerah yang alokasi teritorial sehingga tidak
bertikai. menentukan kedaulatan19. Kesalahan
Teori Batas Wilayah
18
Batas wilayah yang didefenisikan Pasal 1, Ketentuan Umum Permendagri
Nomor 76 Tahun 2012, tentang Pedoman
sebagai garis khayal yang Penegasan Batas Daerah.
19
Slide Presentasi Direktorat Wilayah
Administrasi dan Perbatasan Direktorat
17
Agus M,. Hardjana,. Konflik di Tempat Kerja, Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian
(Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal 49. Dalam Negeri. Kementerian Dalam Negeri,

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 25


dan tidak akuratnya gambar garis wilayah antar Kabupaten Gorontalo
batas wilayah di peta berpotensi dengan Kabupaten Gorontalo Utara
menimbulkan perselisihan posisional yang didefenisikan sebagai batas
antar daerah yang berbatasan20. pengelolaan serta kewenangan
Kemudian Blair mengemukakan administrasi pemerintahan dari suatu
konsep wilayah fungsional daerah. Batas daerah tersebut
administratif. Konsep wilayah diperoleh melalui tahapan-tahapan
fungsional administratif dilakukan atas penegasan batas wilayah sampai
dasar satuan politik administrasi diatas dengan penetapan batas wilayah oleh
permukaan bumi menjadi unit-unit Menteri Dalam Negeri sebagai pihak
wilayah dalam berbagai tingkatan yang berwenang menetapkan.
mulai dari wilayah negara, provinsi Tahapan penetapan batas wilayah
(state), kabupaten (district), kota sebagaimana tertuang dalam
(municipality), kecamatan dan desa21. Permendagri Nomor 76 Tahun 2012
Sedangkan Dale dan Mc Laughlin serta tentang Pedoman Penegasan Batas
Barry, menyatakan bahwa batas Daerah23, yang meliputi tahapan
teridentifikasi dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut;
Fixed Boundary dan General Boundary. a. Penyiapan dokumen;
Selain kedua jenis batas tersebut, ada b. Pelacakan batas;
pendapat lain yang menyebutkan c. Pengukuran dan penentuan posisi
bahwa terdapat satu buah jenis batas batas;
lagi yang disebut Topological d. Pembuatan peta batas.
Boundary22. Teori Otonomi Daerah
Batas wilayah yang dimaksud Ketentuan dalam Pasal 18 ayat (1)
dalam penelitian ini adalah batas Undang-undang Dasar 1945 beserta
penjelasannya dapat disimpulkan
pada Rapat Koordinasi Pra Grand Design
Survei Dasar dan Sumber Daya Alam
bahwa: Wilayah Indonesia dibagi atas
(Pemetaan Tematik Nasional), 2011. dalam daerah-daerah, baik yang bersifat
20
R., Adler, Geographical Information in
Delimitation, Demarcation and Management otonom maupun bersifat administratif.
of International Land Boundaries, IBRU
Boundary & Territory Briefing, Vol.3, 1995.
21
J.P., Blair., Urban and Regional Economics,
23
(Irwin Inc: 1991) hal. 585. Pasal 5 ayat 1 pada Permendagri Nomor 76
22
Dale dan Mc Laughlin, Land Administration, Tahun 2012, tentang Pedoman Umum
Oxford Press, New York, USA, 1999. Penegasan Batas Daerah.

26 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
Daerah-daerah itu mempunyai didaearah yang menyangkut
pemerintahan, yang pembagian pemekaran daerah, pemilihan kepala
wilayah dan bentuk sususan daerah, rekruitmen birokrasi lokal dan
pemerintahannya ditetapkan dengan pembuatan kebijakan lainnya. Selain
atau atas kuasa undang-undang. itu, ancaman disintegrasi juga dapat
Pembentukan daerah-daerah itu, memicu sebuah konflik. Adanya
terutama daerah-daerah otonom dan potensi sumber daya alam di suatu
dalam menentukan susunan wilayah, juga rawan menimbulkan
pemerintahannya harus dengan perebutan serta penentuan batas
permusyawaratan dalam sistem wilayah yang menyebabkan konflik
pemerintahan negara dan hak-hak asal- berlarut dan berkepanjangan. Konflik
usul dalam daerah-daerah yang horizontal sangat mudah tersulut.
bersifat istimewa (asli). Konsep Kebijakan Satu Peta (One Map
Implikasi negatif dari Policy)
pelaksanaan otonomi daerah yakni Konsep Kebijakan Satu Peta (One Map
terjadinya konflik horizontal antara Policy) ditujukan untuk menyatukan
pemerintah provinsi dengan seluruh informasi peta yang diproduksi
pemerintah kabupaten/kota. Hal ini oleh berbagai sektor ke dalam satu
terjadi akibat adanya penekanan peta secara integratif , dengan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 demikian tidak terdapat perbedaan
yang menekankan bahwa tidak ada dan tumpang tindih informasi dalam
hubungan hierarkhis antara peta yang mana ditetapkan oleh satu
pemerintah provinsi dengan lembaga dalam hal ini Badan Informasi
pemerintah kabupaten/kota, sehingga Geospasial (BIG) untuk ditetapkan
pemerintah kabupaten/kota sebagai one reference, one standard,
menganggap kedudukannya sama dan one database, dan one geoportal.
tidak taat kepada pemerintah provinsi. Secara geospasial, pemekaran
Otonomi daerah memunculkan wilayah pada hakekatnya merupakan
gejala etno-sentrisme atau fenomena proses partisi atau membagi
primordial kedaerahan semakin kuat. permukaan bumi suatu wilayah
Indikasi etno-sentrisme ini dapat provinsi atau kabupaten/kota sehingga
terlihat pada beberapa kebijakan menghasilkan batas wilayah daerah

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 27


provinsi atau kabupaten/kota yang penguasaan lahan, yang berpotensi
baru. Terdapat 2 (dua) tahapan yang memicu konflik sosial. Hal ini
sangat penting di dalam proses disebabkan karena sejumlah instansi
pembagian wilayah sehingga memiliki peta berdasarkan sektoral
menghasilkan batas wilayah yaitu dan kepentingan masing-masing,
tahap penetapan (delimitasi) dan sehingga dapat menimbulkan masalah
penegasan (demarkasi). Dalam antara pemerintah dengan pengusaha,
konteks batas daerah di Indonesia pemerintah dengan masyarakat,
kegiatan penetapan batas daerah pengusaha dengan masyarakat,
adalah bagian dari proses bahkan antar sesama instansi
pembentukan DOB yang berdimensi pemerintah.
politik dan hukum, sedang penegasan Peta wilayah harus dibuat sesuai
batas daerah merupakan kegiatan dengan kaidah pemetaan dari peta
yang bersifat teknis (survei pemetaan) dasar nasional (peta topograf, peta
yang sesuai amanat UUPD harus rupa bumi, citra satelit, atau peta laut
dilakukan oleh Kementrian Dalam yang dibuat oleh instansi yang
Negeri. berwenang) dengan skala antara
Secara praktis, pembagian 1:250.000 sampai dengan 1:500.000
wilayah dilakukan di atas peta dasar untuk pembentukan provinsi, skala
(informasi geospasial), sehingga antara 1:100.000 sampai dengan
didalam proses penetapan dan 1:250.000 untuk pembentukan
penegasan batas daerah diperlukan kabupaten dan skala antara 1:25.000
tersedianya informasi geospasial (peta sampai dengan 1:50.000 untuk
dasar) sebagai infrastruktur dalam pembentukan kota.
memilih letak dan mendefnisikan batas Peta dasar atau yang dikenal
daerah dan hasil dari penetapan dan dengan Peta Rupa Bumi Indonesia
penegasan antara lain juga berupa (RBI), yang akan dijadikan rujukan
informasi geospasial yang disebut peta pemetaan mempunyai 8 (delapan)
batas. layer utama yakni;
Banyak daerah di Indonesia 1. Garis pantai
khususnya pada daerah pemekaran 2. Hipsografi (kontur ketinggian di
terjadi tumpang tindih kepemilikan dan darat)

28 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
3. Hidrografi (kontur kedalaman dikatakan sebagai suatu upaya untuk
wilayah perairan) mengakselerasi penegasan batas
4. Penamaan geografi (toponimi) daerah otonom di Indonesia.
5. Batas wilayah administrasi
6. Utilitas transportasi
7. Bangunan dan fasilitas umum
8. Tutupan lahan24
Bulan Desember 2012 Menteri
Dalam Negeri mengeluarkan kebijakan
mengganti Permendari No.1 tahun Gambar 1. Posisi Batas Indikatif dan
Defenitif
2006 tentang Pedoman Penegasan
Sumber: Badan Informasi Geospasial
Batas Daerah dengan Permendagri (BIG), 2017
Mendukung hal tersebut,
Nomor 76 tahun 2012. Salah satu
Presiden joko Widodo tanggal 27
perubahan yang mendasar pada
Oktober 2014 telah memberikan
Permendagri Nomor 76 tahun 2012
arahan dalam sidang kabinet
dibandingkan Permendagri Nomor 1
paripurna, yang intinya
tahun 2006 adalah bahwa penegasan
mengamanatkan bahwa Kebijakan
batas daerah untuk penentuan
Satu Peta (One Map Policy) harus
koordinat titik-titik batas tidak harus
segera dikerjakan dan
selalu dilakukan dengan metode survei
diimplementasikan. Sehingga pada
lapangan, namun dapat ditentukan
tanggal 2 Februari 2016 Presiden telah
secara kartometrik di atas peta dasar.
menetapkan Peraturan Presiden
Metode kartometrik ini diharapkan
Nomor 9 Tahun 2016 tentang
dapat mengurangi kegiatan survei
Percepatan Pelaksanaan Kebijakan
lapangan yang biasanya memerlukan
Satu Peta Pada Skala 1:50.000.
biaya besar serta waktu yang relatif
Penetapan Perpres tersebut
lama dengan kondisi medan yang sulit
dimaksudkan sebagai salah satu upaya
dijangkau, sehingga hal ini dapat
penyelesaian konflik pemanfaatan

24
ruang dan dalam rangka mendorong
Dr. Asep Karsidi., Kebijakan Satu Peta One
Map Policy “Roh Pembangunan dan penggunaan Informasi Geospasial
Pemanfaatan Informasi Geospasial di
Indonesia”, (Cibinong: Badan Informasi guna pelaksanaan pembangunan
Geospasial, 2016), hal. 12

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 29


nasional dan untuk mendukung Kerajaan Suwawa, Kerajaan Boalemo
terwujudnya agenda prioritas dan Kerajaan Atinggola, maupun ketika
Nawacita. era kolonial Belanda yang membagi
Pembahasan Onderafdeling Kwandang (Kabupaten
Pembentukan Kabupaten Gorontalo Gorontalo Utara) dan Onderafdeling
Utara tahun 2007, secara otomatis Limboto (Kabupaten Gorontalo),
merubah batas wilayah baik secara dibawah masing-masing pimpinan
administratif pemerintahan maupun pemerintahan yang berbeda tidak
secara geospasial (keruangan). pernah meninggalkan catatan secara
Wilayah/desa yang berada pada bagian tertulis mengenai batas-batas daerah
terluar kedua daerah menjadi batas secara rinci. Adapun keberadaan batas-
pembagi kedua kabupaten. Merunut batas tersebut hanya dapat diketahui
dari sejarah pemerintahan yang pernah melalui penuturan secara lisan dari
diberlakukan pada kedua daerah, masyarakat yang bermukim diwilayah
pemekaran Kabupaten Gorontalo perbatasan saat ini, maupun
menjadi Gorontalo Utara hanyalah berdasarkan batas alam seperti
mengembalikan pembagian wilayah gunung atau aliran sungai yang
yang pernah diberlakukan pada era menurut masyarakat setempat
kolonial Belanda yakni Onderafdeling disitulah batas bermula.
Kwandang (Kabupaten Gorontalo Dengan tidak adanya catatan-
Utara) dan Onderafdeling Limboto catatan tersebut maka ketika
(Kabupaten Gorontalo), yang pemekaran daerah dilakukan, hanya
kemudian diubah kembali menjadi memuat peta batas wilayah yang
distrik Kwandang dan distrik Limboto, sifatnya indikatif seperti yang termuat
selain hal itu juga untuk dalam undang-undang pemekaran
mengakomodir keinginan dari daerah. Untuk membuatnya menjadi
masyarakat saat itu yang definitif yakni dengan kesepakatan
menginginkan pemekaran dilakukan. kedua daerah yang berbatasan untuk
Demikian juga dari sejarah menentukan batas secara pasti
pembagian wilayah kerajaan dimasa dilapangan, yang nantinya akan
lalu, yakni ketika masih eksisnya mempunyai kekuatan hukum.
kerajaan Gorontalo, kerajaan Limboto,

30 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
Konflik batas wilayah yang terjadi maka dapat dikatakan wilayah tersebut
antara kedua daerah berdasarkan merupakan kewenangan dari
informasi peneliti dari wawancara Kabupaten Gorontalo, demikian juga
dengan salah satu tokoh masyarakat di ketika arah aliran sungai telah
Kabupaten Gorontalo mengatakan mengarah ke laut maka wilayah
bahwa batas wilayah itu sudah jelas, tersebut merupakan bagian dari
karena sudah diatur oleh orang tua-tua Kabupaten Gorontalo Utara.
dahulu. Hal ini dapat dilihat dari aliran Namun hal ini tidak bisa lagi
sungai, yang mana ketika air sungai dijadian sebagai acuan yang kuat
mengarah ke danau Limboto maka itu bahkan cenderung akan membuat
termasuk wilayah Gorontalo, permasalahan baru, karena
sedangkan kalau air sungai mengarah berdasarkan beberapa pendapat dari
kelaut maka dipastikan itu adalah sejumlah narasumber yang ditemui
wilayah Gorontalo Utara25. menyebutkan bahwa ketika penetapan
Penggunaan unsur-unsur alam batas wilayah kedua daerah mengacu
atau General Boundary seperti yang pada batas alam tersebut, maka batas
dikemukakan oleh Dale dan Mc sesungguhnya malah jauh masuk ke
Laughlin serta Barry dalam wilayah Kabupaten Gorontalo yang
pendefinisian batas wilayah, akan kira-kira terletak pada Desa Labanu (±
mengakibatkan batas menjadi dinamis 6KM) dari posisi yang dipermasalahkan
akibat perubahan bentang alam. oleh kedua daerah26.
Namun demikian, penggunaan unsur Sedangkan ketika peneliti
alam ini umumnya mudah diidentifikasi menanyakan hal yang sama mengenai
oleh masyarakat sekitar. Seperti halnya awal penyebab konflik antara kedua
masyarakat yang bermukim di wilayah daerah, terdapat faktor lain yang
perbatasan khususnya Kabupaten dikatakan sebagai penyebab konflik.
Gorontalo sebagai daerah induk yang Batas wilayah dengan acuan kontur
menganggap bahwa ketika aliran alam (sungai) seperti yang dikatakan
sungai mengarah ke danau Limboto sebelumnya bukanlah menjadi
penyebab utama dari awal terjadinya
25
Wawancara dengan Sekretaris Desa
26
Motilango, Kecamatan Tibawa, Kabupten Wawancara dengan Kepala Biro Pemerintahan
Gorontalo. & Otonomi Daerah Setda Provinsi Gorontalo.

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 31


konflik batas wilayah tersebut, tetapi Hal inilah yang menjadikan
lebih mengarah kepada beberapa permasalahan berlarut-larut bagi
kebijakan yang dilakukan oleh kedua daerah. Walaupun konflik yang
pemerintah Kabupaten Gorontalo terjadi antara kedua daerah sampai
Utara yang mungkin dianggap “kurang saat ini belum memasuki konflik secara
melihat” Kabupaten Gorontalo sebagai terbuka. Namun ketidaksepakatan
daerah induk27. mengenai batas wilayah antara kedua
Implikasi dari pemekaran daerah daerah telah menimbulkan kegelisahan
pada era otonomi daerah ternyata dimasyarakat yang bermukim
memunculkan gejala etno-sentrisme diwilayah perbatasan. Kronologi
atau fenomena primordial kedaerahan terjadinya konflik batas wilayah kedua
yang semakin kuat. Indikasi tersebut daerah dapat diuraikan sebagai
dilihat ketika adanya beberapa berikut;
kebijakan pembangunan yang 1. Tahun 2007, pembentukan
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kabupaten Gorontalo Utara yang
Gorontalo Utara dalam membenahi merupakan daerah pemekaran dari
wilayah perbatasan, yang oleh Kabupaten Gorontalo. Batas
pemerintah Kabupaten Gorontalo wilayah yang disepakati adalah
sebagai daerah induk tidak pernah sesuai dengan undang-undang
dikonfirmasikan sebelumnya oleh pemekaran daerah.
pemerintah Kabupaten Gorontalo 2. Tahun 2008 s/d 2009, mulai
Utara. Hal ini terjadi ketika dibicarakan tentang rencana
pembangunan jalan serta gapura pembangunan pilar batas daerah
perbatasan yang dilakukan Kabupaten dan pembagian pekerjaan jalur
Gorontalo Utara, dipersoalkan oleh batas. Disepakati bahwa
Kabupaten Gorontalo dan bermasalah pembangunan pilar batas sepanjang
sampai saat ini karena dianggap ± 120 KM pembebanan anggaran
dibangun diwilayah administratif diberikan kepada kedua kabupaten
Kabupaten Gorontalo. dan pemerintah Provinsi Gorontalo.
3. Tahun 2010 s/d 2013, dimulai
27
Wawancara dengan Plt. Kepala Desa pembangunan pilar batas secara
Botuwombatu, Kecamatan Kwandang,
Kabupaten Gorontalo Utara.
bertahap dengan jumlah pilar

32 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
sebanyak 40 pilar batas yang terdiri sepenuhnya ke pemerintah Provinsi
atas Pilar Batas Utama (PBU) dan Gorontalo untuk diselesaikan, dan
Pilar Acuan Batas Utama (PABU). permasalahan tersebut sampai
Ditahun itu juga, pembangunan dengan saat ini masih terus di
infrastruktur diwilayah perbatasan mediasi dengan melibatkan semua
semakin gencar dilakukan pihak terkait yang berkompoten.
khususnya oleh Kabupaten Penempatan pilar batas yang
Gorontalo Utara termasuk dibangun antara kedua daerah sebagai
pembangunan gapura dan akses penanda batas wilayah menjadi faktor
jalan kabupaten yang mengacu penyebab terjadinya konflik batas
pada pilar batas yang telah wilayah karena dianggap tidak tepat
dibangun sebelumnya, termasuk dalam hal posisi dan sudah terlalu jauh
juga pemekaran beberapa desa menjorok masuk kewilayah Kabupaten
diwilayah perbatasan. Gorontalo. Ketidaksepakatan tersebut
4. Tahun 2014 s/d sekarang dapat dibagi menjadi dua kategori
permasalahan mengenai yakni tidak sepakat terhadap letak
penempatan pilar batas pada titik batas daerah di peta, atau tidak
koordinat yang tidak sesuai terus sepakat dalam hal letak batas daerah
memicu polemik dikedua daerah. dilapangan. Untuk kasus konflik batas
5. Tahun 2015 tim Kementerian Dalam wilayah Kabupaten Gorontalo dengan
Negeri bersama dengan BIG, Gorontalo Utara ketidaksepakatan
pemerintah Provinsi Gorontalo dan terjadi dilapangan yang
kedua daerah melakukan mengakibatkan batas administrasi
peninjauan ke lokasi yang pada peta daerah tidak sesuai dengan
dipersengketakan, dan hasil dari koordinat batas wilayah seperti yang
peninjauan tersebut tertuang pada tercantum dalam lampiran peta
berita acara yang ditanda tangani undang-undang pembentukan daerah,
oleh semua pihak termasuk kedua seperti pada gambar. 2 berikut;
daerah.
6. Setelah peninjauan tersebut, maka
masalah konflik batas antara kedua
daerah sudah diserahkan

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 33


Ketidaksepakatan kedua daerah
inilah yang dimaksud oleh Pruitt dan
Rubin sebagai konflik kepentingan
(conflict of interest) dalam konteks ini
adalah sebuah pertentangan atau
perbedaan keinginan atau tujuan yang
sesungguhnya diinginkan. Masing-
Gambar 2. Posisi Pilar Batas Kabupaten
Gorontalo – Gorontalo Utara masing daerah bersikukuh dengan
Sumber: Biro Pemerintahan & Otda Setda
pendirian masing-masing.
Provinsi Gorontalo, 2017
Gambar diatas memperlihatkan Ketidaksepakatan karena adanya
adanya ketidaksesuaian pemasangan keinginan yang tidak terakomodir.
pilar batas (ditandai dengan titik Dikaitkan dengan penegasan batas
merah) dengan koordinat batas daerah wilayah, hal ini dapat dipahami karena
dengan peta Rupabumi Indonesia luasan suatu wilayah akan
(RBI) termasuk juga pada peta mempengaruhi jumlah anggaran Dana
lampiran undang-undang alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
pembentukan daerah. sehingga Khusus (DAK) yang akan diterima
menjadi salah satu penyebab dari daerah. Perhitungan alokasi DAU dan
konflik batas wilayah yang terjadi di DAK dalam era otonomi daerah saat ini
kedua daerah. Setelah dilakukan salah satu indikator perhitungannya
peninjauan lapangan oleh kedua adalah luasan daerah otonom.
daerah, pemerintah Provinsi Jika hal ini dikaitkan dengan
Gorontalo, Badan Informasi Geospasial pendapat dari Louis R. Pondy yang
serta Kementerian Dalam Negeri RI membagi konflik dalam lima tahapan
maka disepakati bahwa seluruh yang disebut "Pondys Model of
penempatan pilar batas daerah yang Organizational Conflict", maka konflik
dibangun dan menimbulkan polemik antara kedua daerah masih
antara kedua daerah akan ditegaskan dikategorikan dalam tahapan kedua,
kembali melalui metode kartometrik konflik yang terpersepsi (perceived
sebagai solusi dari permasalahan conflict). Tahapan konflik ini terjadi
tersebut. karena perbedaan persepsi akan
penarikan garis batas yang akan

34 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
dilakukan yang mana kedua daerah menjadi tidak begitu kuat karena data-
telah menghadapi situasi konflik data yang harusnya digunakan sebagai
bagaimana cara mereka memandang dasar untuk melakukan atau tidak
suatu masalah yang sama dari sudut melakukan sesuatu serta untuk
pandang berbeda. Hal ini akan mengambil suatu kebijakan tidak dapat
menimbulkan isu-isu yang akan diperkuat dengan data yang miliki28.
membangun asumsi dalam kelompok Upaya penyelesaian sengketa
yang berkonflik. Ketika hal ini dibiarkan batas wilayah antara Kabupaten
tanpa ada penyelesaian, maka konflik Gorontalo dengan Kabupaten
akan memasuki tahapan konflik yang Gorontalo Utara telah diserahkan
terasa, yakni mulai dirasakannya sepenuhnya kepada pemerintah
dampak dari konflik yang terjadi Provinsi Gorontalo29. Hal ini sesuai
terhadap masyarakat khususnya yang dengan Pasal 25 ayat 2 dari
bermukim diwilayah yang berbatasan. Permendagri Nomor 76 Tahun 2012
Dalam penentuan batas daerah tentang tentang Pedoman Penegasan
otonom peta merupakan dokumen Batas, yakni penyelesaian perselisihan
yang memiliki aspek yuridis (hukum) batas daerah antar kabupaten/kota
dan merupakan bagian yang tidak dalam satu provinsi dilakukan oleh
terpisahkan dari dokumen undang- Gubernur. Percepatan penyelesaian
undang pembentukan daerah otonom. batas antar daerah Kabupaten
Oleh sebab itu dalam hal ketidak Gorontalo dengan Kabupaten
sepahaman dalam hal batas daerah Gorontalo Utara, pada prinsipnya
otonom di peta lampiran undang- merupakan perumusan kebijakan
undang pembentukan daerah, maka sengketa batas daerah yang
sengketa batas akan terjadi. berdasarkan pada beberapa aspek
Pihak pemerintah Kabupaten yaitu yuridis, historis, geografis,
Gorontalo sebagai daerah induk administratif dan penyelesaian sosial
mengakui bahwa sampai dengan saat budaya.
ini mereka tidak memegang data-data
kesepakatan yang pernah terjadi, hal
28
Wawancara dengan Kepala Tata Pemerintahan
ini menyebabkan keinginan-keinginan Setda Kabupaten Gorontalo.
29
Wawancara dengan Kepala Biro Pemerintahan
daerah yang harusnya terakomodir & Otonomi Daerah Setda Provinsi Gorontalo.

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 35


Konflik batas wilayah di Provinsi peneliti hal ini sebenarnya dapat
Gorontalo hampir terjadi pada setiap diselesaikan melaui kerjasama daerah.
segmen batas wilayah antara Pembangunan kawasan perbatasan
kabupaten khususnya pada daerah secara bersama-sama lebih
pemekaran. Untuk metode menguntungkan kedua daerah dan
penyelesaian batas wilayah membawa prospek yang lebih baik
menggunakan metode pemasangan untuk kesejahteraan masyarakat.
pilar pada wilayah yang dapat Dengan adanya konflik yang
dijangkau ataupun wilayah pemukiman terjadi sampai saat ini juga
padat penduduk, sedangkan untuk memperlihatkan bagaimana keinginan
wilayah yang sulit dijangkau atau tidak politik (political will), kedua daerah
memungkinkan untuk pemasangan untuk terus bertahan dengan apa yang
pilar maka metode kartometrik diyakini karena masing-masing daerah
dijadikan solusi untuk penegasan dan mempunyai argument tentang
penetapan batas wilayah secara pasti penarikan garis batas yang seharusnya
dilapangan. menurut masing-masing daerah.
Berdasarkan beberapa Kesimpulan
perbandingan dari penyelesaian konflik Upaya resolusi konflik untuk
batas wilayah yang terjadi di Provinsi permasalahan batas wilayah kedua
Gorontalo dan berhasil diselesaikan daerah telah berjalan dengan
melalui metode kartometrik oleh melakukan pendekatan mediasi
daerah yang bersengketa, persoalan terhadap kedua pemerintah daerah
kemudian untuk Kabupaten Gorontalo seperti yang diatur dalam Permendagri
dan Gorontalo Utara adalah belum Nomor 76 Tahun 2012. Secara penuh
adanya kesepakatan antara kedua kedua pemerintah daerah telah
daerah tentang metode penarikan menyerahkan persoalan batas wilayah
garis batas yang akan dipakai serta ke pemerintah Provinsi Gorontalo, dan
acuan titik koordinat yang digunakan ditindaklanjuti dengan langkah-langkah
untuk penentuan garis batas untuk mempertemukan persepsi
selanjutnya. Terkait dengan kedua daerah mengenai batas wilayah.
permasalahan gapura, motor cross dan Langkah yang telah dilakukan antara
jalan akses kabupaten, menurut lain adalah melaksanakan peninjauan

36 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
bersama antara kedua daerah yang Daftar Pustaka
Buku
difasilitasi oleh pemerintah Provinsi
Blair, J.P., Urban and Regional
Gorontalo dengan dengan Economics, Irwin Inc, 1991.
Burton, John., Conflict: Resolution and
menghadirkan Kementerian Dalam
Prevention, London: Macmillan,
Negeri sebagai peninjau dan Badan 1990
Dale dan McLaughlin, Land
Informasi Geospasial (BIG) sebagai
Administration, Oxford Press,
pihak yang berkompoten dalam New York, USA, 1999.
Dean G. Pruit dan Jeffrey Z. Rubin,
pemetaan batas wilayah.
Teori Konflik Sosial, terj.Helly
Metode kartometrik sebagai P.Soetjipto dan Sri Mulyanti
Soetjipto, Yogyakarta, Pustaka
tehnis dari pelaksanaan Kebijakan Satu
Pelajar, 2004
Peta (One Map Policy) digunakan Hardjana, Agus M., Konflik di Tempat
Kerja, Kanisius, Yogyakarta, 1994.
sebagai solusi untuk penarikan batas
Kaloh, J., Mencari Bentuk Otonomi
yang sulit dijangkau maupun untuk Daerah, Rineka Cipta, Jakarta,
2002
menggantikan posisi pilar yang
Karsidi., Asep., Dr., Kebijakan Satu Peta
kemudian dianulir oleh kedua daerah One Map Policy “Roh
Pembangunan dan Pemanfaatan
karena telah terpasang sebelumnya
Informasi Geospasial di
namun tidak pada koordinat batas Indonesia”. Cibinong, Badan
Informasi Geospasial, 2016
wilayah indikatif yang semestinya.
Moleong, Lexy. J,. Metodologi
Dengan upaya tersebut kedua daerah Penelitian Kualitatif. Bandung,
Remaja Rosda karya, 2011.
telah bersepakat akan menerima hasil
Morton Deutsch, The Resolution of
apapun yang diputuskan oleh Conflict, New Heaven: Yale
University Press, 1973.
pemeirntah provinsi bersama dengan
Sugiyono. Penelitian Pendidikan
pemerintah pusat dengan tetap (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung,
memperhatikan hal-hal yang menjadi
Alfabeta, 2011.
keberatan dan keinginan dari setiap Tafsir., M., M.A., Resolusi Konflik,
Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.
daerah. Sampai dengan saat Tim
Cet. Ke I, 2015
Penegasan Batas Daerah (TPBD) masih Winardi., Prof. DR. SE., Manajemen
Konflik (Konflik Perubahan dan
terus melakukan negosisasi dan
Pengembangan). CV. Mandar
mediasi terhadap permasalahan yang Maju, Bandung, 2007.
dihadapi agar segera terselesaikan.
Jurnal
Adler, R., Geographical Information in
Delimitation, Demarcation and

Resolusi Konflik Batas Wilayah Kabupaten Gorontalo … | Andi Nurchalis | 37


Management of International
Land Boundaries, IBRU Boundary
& Territory Briefing, Vol.3, No.4,
ISBN 1-897643-40-3,
Durham, UK, 1995.

Bahan Seminar dan Lainnya


Direktorat Jenderal Pemerintahan
Umum., Kementerian Dalam
Negeri., Slide materi pada
Presentasi Direktorat Wilayah
Administrasi dan Perbatasan
Rapat Koordinasi Pra Grand
Design Survei Dasar dan Sumber
Daya Alam (Pemetaan Tematik
Nasional), 2011.

Perundang-Undangan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011
tentang Informasi Geospasial.
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 2016 tentang
percepatan pelaksanaan
kebijakan satu peta pada tingkat
ketelitian peta skala 1:50.000.
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 76 Tahun 2012, tentang
Pedoman Umum Penegasan
Batas Daerah.

Wawancara
Wawancara dengan Kepala Biro
Pemerintahan & Otonomi
Daerah Setda Provinsi
Gorontalo, Oktober 2017.
Wawancara dengan Kepala Tata
Pemerintahan Setda Kabupaten
Gorontalo, September 2017.
Wawancara dengan Plt. Kepala Desa
Botuwombatu, Kecamatan
Kwandang, Kabupaten Gorontalo
Utara, Oktober 2017.
Wawancara dengan Sekretaris Desa
Motilango, Kecamatan Tibawa,
Kabupten Gorontalo, September
2017.

38 | Jurnal Prodi Damai dan Resolusi Konflik | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

Anda mungkin juga menyukai