Anda di halaman 1dari 11

KERJASAMA ANTAR DAERAH DAN KETERKAITAN

WILAYAH

Oleh : Tjipto Hartono

ABSTRACT

The stipulation of Law No.32, 2004 is a revision of Law No. 22, 1999 that
arrange the hierarchy relation of provincial government with municipality/
regencies, in which the provincial government coordinate development planning
and various inter region regulations, for the benefit of inter regional cooperation
conducive for regional and national development. Moreover, regional policy could
be developed into regional management and regional marketing, for better inter
regional development. Regionalization could be well implemented with the absence
of local egoism, cultural adjustment, cooperation needs, mutual interest, as well
as facility support.

Keywords: regional development, regional management, regional marketing.

A. PENDAHULUAN daerah lebih mandiri dan berinisiatif


Sejak pemberlakuan Undang- dalam mengembangkan perekono-
Undang Republik Indonesia Nomor mian daerah. Namun disisi lain
32 Tahun 2004 (Revisi atas UU No. otonomi daerah dapat pula
22 Tahun 1999) tentang otonomi menyuburkan egoisme lokal yang
daerah, maka pemerintah daerah kontra produktif bagi perekonomian
diharapkan dapat lebih baik nasional. Kesadaran pemerintah
memberikan pelayanan kepada daerah yang berlanjut pada inisiatif
masyarakat dibandingkan masa lalu. regional dalam rangka pembentukan
Salah satu konsekuensi logis dari regional management akan menjadi
pelaksanaan otonomi daerah adalah kebutuhan bersama. Langkah
meningkatnya upaya masing-masing selanjutnya perlu adanya regional
pemerintah daerah untuk memper- marketing yang dapat dijadikan
kuat perekonomian daerah dengan sebuah instrumen pembangunan
menarik dan mengembangkan nyata yang efektif, sehingga perlu
investasi. Bagaimana pemerintah adanya konsep koordinasi dan
daerah berupaya memanfaatkan dan kerjasama yang sesuai dengan
mengembangkan potensi lokal tradisi masyarakat, yaitu musya-
merupakan salah satu kunci warah.
keberhasilan pembangunan saat ini. Regional management seba-
Di satu sisi kebijakan otonomi gai platform dari berbagai kepen-
daerah diharapkan dapat membuat tingan justru dapat memberikan

707
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 707-717

otonomi daerah. Tujuan otonomi


kontribusi/solusi yang inkonvensional
terhadap berbagai permasalahan daerah itu sendiri adalah untuk
dalam rangka pelaksanaan otonomi meningkatkan pelayanan publik
daerah, sekaligus mengantisipasi melalui demokratisasi, pember-
permasalahan globalisasi. dayaan masyarakat, dan peman-
Egoisme lokal dan keter- faatan potensi daerah yang ber-
batasan kemampuan daerah tidak muara pada peningkatan kesejah-
akan dapat menekan produksi biaya teraan masyarakat. Hal ini akan
tinggi yang semakin dituntut dalam terwujud bila sistem pelayanan publik
alam persaingan global dan yang ada direncanakan dan
sekaligus semakin mempersulit dilaksanakan secara terpadu dan
menjaring peluang-peluang usaha adaptif terhadap tuntutan masyarakat
baru. Dengan demikian kerjasama dengan penerapan desentralisasi
dan koordinasi menjadi bagian yang pembangunan.
sulit untuk dipisahkan dalam Hal-hal yang harus diperhati-
menghadapi pembangunan di masa kan dalam penerapan asas
mendatang dan sesungguhnya telah desentralisasi pembangunan agar
menjadi suatu kebutuhan. tidak menemui hambatan adalah :
Sasaran regionalisasi juga a. Adanya keterkaitan dan kesinam-
dapat membahas permasalahan bungan pelaksanaan pem-
umum maupun sektoral, seperti bangunan yang mensyaratkan
proyek-proyek infrastruktur yang perencanaan pembangunan yang
melibatkan beberapa daerah otonom komprehensif;
(antar kabupaten/kota atau antar b. Adanya keterbukaan dalam
propinsi), seperti Daerah Aliran segala aspek pembangunan
Sungai (DAS) atau jalan tol. Dalam sehingga masyarakat menge-
hal ini keterikatan regional terjalin tahui program apa yang telah,
atas kesamaan kepentingan melalui sedang, dan akan dilaksanakan;
suatu wadah kerjasama dan c. Perlunya partisipasi masyarakat;
koordinasi antar daerah terkait. d. Perlunya perencanaan yang
strategis dan matang merupakan
B. PEMBAHASAN cara untuk meningkatkan kualitas
1. Kerjasama Antar Daerah daerah.
Sebagai Upaya Prospektif
Dalam Pembangunan Daerah. Perubahan format pemerintah
Indonesia saat ini sedang daerah membawa pengaruh besar
berada pada masa transisi, yaitu terhadap wujud, struktur, kultur, dan
perubahan dari iklim politik dan proses penyelenggaraan pemerin-
pemerintahan yang monolitis dan tahan daerah. Perubahan bentuk
sentralistis menuju ke arah yang susunan pemerintah daerah
lebih demokratis dalam pelaksanaan membawa konsekuensi pula

708
Kerjasama Antar Daerah dan Keterkaitan Wilayah (Tjipto Hartono)

terhadap perubahan kedudukan, Regional management yang


kekuasaan, dan wewenang kepala telah terbentuk dan eksis dengan
daerah propinsi sebagai daerah kegiatannya saat ini adalah regional
otonom maupun sebagai wilayah management BARLINGMASCA-
administrasi. Kewenangan propinsi KEB (Kerjasama Pemerintah
secara garis besar mencakup tiga Kabupaten Banjarnegara, Purba-
kewenangan : lingga, Banyumas, Cilacap, dan
a. Kewenangan bidang pemerin- Kebumen), sedangkan yang lainnya
tahan yang bersifat lintas seperti SUBOSUKOWONO-
kabupaten dan kota, serta bidang SRATEN, KEDUNGSAPUR, Sapta
pemerintah tertentu lainnya, yang Mitra Pantura (Sampan), BANJAR
diatur lebih lanjut dalam PP No. KEBUKA, Forum Rembug Rawa
25 Tahun 2000 sebanyak 108 Pening masih embrio dan dalam
kewenangan; proses.
b. Kewenangan yang tidak atau Melihat berbagai kendala dan
belum dapat dilaksanakan permasalahan pembangunan di
daerah kabupaten dan daerah Indonesia saat ini, maka perlu
kota; adanya sebuah terobosan baru
c. Kewenangan dalam bidang dalam upaya menggalang kekuatan
pemerintahan yang dilimpahkan pembangunan di daerah. Dimana
kepada gubernur selaku wakil upaya ini harus sesuai dan
pemerintah. mencerminkan semangat, situasi,
dan kondisi nyata yang ada di
Memperhatikan dari kewena- masyarakat. Salah satu inovasi yang
ngan-kewenangan tersebut maka dapat dipertimbangkan oleh
kewenangan bidang pemerintahan pemerintah kabupaten dan kota saat
yang bersifat lintas kabupaten dan ini adalah konsep regional
kota merupakan peran propinsi. management. Keberadaan kerja-
Pemikiran penulis bahwa fungsi sama antara pemerintah kabupaten/
pemerintah propinsi akan lebih efektif kota merupakan terobosan penting
jika dikelola di tingkat sub-propinsi dalam pengembangan ekonomi
(region) dengan anggota lima regional. Hal ini didasari adanya latar
sampai enam kabupaten/kota, belakang bahwa daerah tidak terikat
tampaknya lebih realistis untuk oleh batasan wilayah administratif
diberlakukan saat ini dalam bentuk seperti masa lalu.
regional management. Namun Ciri khas dari pelaksanaan
pengelolaan region atau regional konsep regional management atau
management sebaiknya dikelola yang dapat disebut sebagai wahana
oleh orang-orang profesional yang komunikasi, kerjasama, dan
memiliki jiwa kewirausahaan, bukan koordinasi antar daerah ini adalah
seorang birokrat. aspek “Komunikasi, Kerjasama, dan

709
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 707-717

Koordinasi” (3K) dalam pemba- 2. Kerjasama Antar Daerah Dan


ngunan antar daerah dalam suatu Keterkaitan Wilayah
kesatuan wilayah yang disepakati Berdasarkan RTRW Propinsi
bersama. Bentuk kerjasama dan Jawa Tengah ditetapkan 8 kawasan
koordinasi yang lahir dari keber- andalan yang merupakan kawasan
samaan kepentingan dalam rangka strategis pengembangan wilayah.
memecahkan permasalahan Namun dalam pengembangan
pembangunan tersebut harus terjadi potensi daerah kawasan ini masih
atas dasar pendekatan win-win belum mencapai hasil optimal, sebab
solution bagi setiap daerah yang penetapan kawasan tersebut hanya
terkait. Hal ini dapat terjadi karena sebatas penetapan batas fisik
karakteristik kerja regional mana- administrasi semata seperti halnya
gement yang khas, yaitu menitik- konsep Satuan Wilayah Pengem-
beratkan pada pemanfaatan sinergi bangan (SWP) tanpa diikuti dengan
sumber daya dan potensi lokal. suatu pendekatan manajemen
Keberhasilan dan pengalaman pembangunan. Padahal semestinya
positif pemanfaatan regional sistem manajemen inilah yang akan
management sebagai instrumen merealisasikan berbagai peluang
pembangunan di negara-negara keterkaitan dan sinergi dalam
yang telah lama menerapkan pengelolaan potensi dan aset
pendekatan desentralisasi, semakin daerah. Di samping itu sistem ini pula
menumbuh kembangkan know how yang akan menjadi instrumen
mengenai strategi pembangunan ini. kerjasama pembangunan antar
Adapun bentuk dan tugas regional daerah dalam rangka mendorong
management yang digunakan perkembangan kawasan secara
tergantung dari tujuan dan keperluan keseluruhan.
pembangunan itu sendiri, seperti Pembentukan manajemen
misalnya di sektor pariwisata, wilayah (regional management)
infrastruktur, pembangunan jalan tol merupakan suatu kebutuhan untuk
dan pengelolaan daerah aliran mewujudkan kerjasama pemba-
sungai yang melintasi beberapa ngunan. Konsep ini tidak hanya
wilayah administratif serta di sektor difokuskan pada satu sektor saja
ekonomi : pelaksanaan konsep tetapi disesuaikan dengan potensi
regional marketing/pemasaran yang dimiliki tiap-tiap daerah. Fokus
wilayah yang melibatkan beberapa regional management adalah
daerah dalam suatu konsep sinergi pembangunan antar daerah
kesatuan wilayah. dengan memberdayakan potensi
ekonominya. Apabila melihat
konteks Jawa Tengah maka
sebenarnya wilayah ini cukup
strategis sebagai pusat produksi,

710
Kerjasama Antar Daerah dan Keterkaitan Wilayah (Tjipto Hartono)

koleksi, distribusi, dan pemasaran potensi dan permasalahan yang ada


barang dan jasa. Secara alami pada wilayah atau daerah. Dari sisi
wilayah ini memiliki keuntungan perekonomian daerah upaya untuk
geografis karena menghubungkan memacu pertumbuhan ekonomi
dua pusat pertumbuhan nasional daerah harus dilakukan secara
yaitu, Jakarta yang melayani terpadu dan sinergis. Dimasa
kawasan barat dan Surabaya yang mendatang perencanaan kebijakan
melayani kawasan timur Indonesia. dan program pembangunan ekonomi
Namun wilayah ini relatif tertinggal dilandasi oleh pemahaman yang
jika dibandingkan dengan propinsi- lebih komprehensif, yaitu :
propinsi tetangganya, dengan a. Pembangunan ekonomi daerah
demikian pemasaran wilayah tidak lagi bersifat sectoral
menjadi isu strategis dalam setiap approach, tetapi menggunakan
upaya pembangunan daerah Jawa pendekatan kawasan sesuai tata
Tengah yang salah satunya dengan ruang maupun keunggulan lokal
konsep regional management berdasarkan kemitraan dan
BARLINGMASCAKEB. sinergitas antar wilayah dan antar
Sebagaimana disinggung di pelaku;
depan, orientasi pembangunan b. Pembangunan ekonomi daerah
ekonomi daerah dilakukan tidak bukan lagi penjumlahan (agre-
mengejar pertumbuhan semata, gative) masing-masing sektor
namun juga dilaksanakan untuk secara terpisah, tetapi didasar-
mengurangi kesenjangan antar kan pada kebutuhan wilayah
daerah. secara utuh yang di-breakdown
Pendekatan sektoral yang kedalam spesifikasi masing-
ditempuh selama ini, khususnya masing program secara jelas
dalam rangka memacu pertumbu- (action oriented);
han ekonomi sosial dan daerah, telah c. Pembangunan ekonomi daerah
ikut memberikan dampak berupa menekankan pada kerjasama
kesenjangan pertumbuhan ekonomi dan sinergitas antar daerah dan
antar kabupaten/kota dan propinsi, antar pelaku berupa komitmen
dan masih terjadinya inefisiensi dan untuk bekerjasama secara
inefektivitas pemanfaatan sumber sinergis sesuai potensi yang ada.
daya yang tidak sesuai dengan
fungsi dan peruntukannya. Harus diakui bahwa di masa
Untuk itu, pelaksanaan pemba- lalu perencanaan pembangunan
ngunan ekonomi daerah tidak lagi sangat sentralistis dan kurang
tepat jika hanya dilakukan hanya membuka peluang bagi daerah untuk
dengan menggunakan pendekatan melakukan perencanaan yang penuh
sektoral semata, namun juga harus dengan inisiatif, kreativitas, dan
mempertimbangkan karakteristik inovatif. Berbeda dengan sekarang

711
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 707-717

sejak pemberlakuan Undang- Pola REDSP di Jawa Tengah


Undang Republik Indonesia Nomor ini adalah merupakan pioneer
32 Tahun 2004 (Revisi UU No. 22 kebijakan pembangunan kewila-
Tahun 1999 tentang Pemerintahan yahan di Indonesia dikarenakan telah
Daerah), maka perencanaan terbukti keberhasilannya dalam
pembangunan ekonomi daerah di bersinergi antar eksekutif dan
era otonomi daerah memerlukan stakeholder dilintas kabupaten/kota
inovasi-inovasi agar daya saing guna mendorong dan mengoptimal-
dapat lebih diciptakan melalui kan potensi daerah. Melalui REDSP
pendekatan sinergis. Untuk itu perlu maka potensi dan peruntukan
dilaksanakan perencanaan pemba- kawasan sebagaimana dituangkan
ngunan daerah yang dialogis dan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang
partisipatif, melalui konsep pema- Wilayah) baik propinsi maupun
saran wilayah (regional marketing) kabupaten/kota dapat disinkronisasi-
agar sinergitas, perencanaan kan dan diisi dengan program-
pembangunan daerah di era otonomi program sektoral yang ada pada
daerah dapat diciptakan, tidak lagi dinas tingkat propinsi maupun
semata-mata penjumlahan total kabupaten/kota. Sehingga RTRW
pendekatan sektoral. tidak lagi sekedar dokumen yang
Pendekatan regional mana- bersifat dead paper karena tidak
gement adalah suatu konsepsi didukung atau diisi dengan komitmen
pengembangan wilayah dengan dan program-program yang jelas.
menitikberatkan pada kerjasama Dalam konteks ini tidak ada lagi
strategis (strategic alliance) antar unsur pemerataan anggaran, tetapi
daerah dalam lingkup special semangatnya adalah bagaimana
geografis (kawasan). anggaran dapat diarahkan untuk
Perencanaan berbasis kawa- menggerakkan inisiatif regional
san sangat strategis dalam konteks dalam rangka memasarkan wilayah-
memacu pembangunan ekonomi nya secara sinergis dan kompetitif.
daerah yang berbasis kerjasama Peran aktor regional sangat penting
antar daerah. Pendekatan ini disebut dalam menggerakkan kerjasama
Regional economic development yang dibentuk untuk memasarkan
strategic programmes (REDSP), potensi antar daerah, tugasnya cukup
yang dapat didefinisikan sebagai berat karena harus mampu mem-
pendekatan strategis untuk mengem- bangun komunikasi, kerjasama, dan
bangkan sumber daya ekonomi yang koordinasi antar daerah dalam
berbasis pada unggulan dan memasarkan potensi wilayah secara
karakteristik region, didukung oleh profesional.
sinergitas program dan kemitraan Beberapa contoh konkrit
yang bersifat lintas daerah serta lintas pendekatan REDSP di Jawa Tengah
pelaku. adalah kerjasama antar kabupaten/

712
Kerjasama Antar Daerah dan Keterkaitan Wilayah (Tjipto Hartono)

kota BARLINGMASCAKEB (Banjar- karena adanya keeratan hubungan


negara, Purbalingga, Banyumas, geografis dan kesamaan kondisi
Cilacap, dan Kebumen), SUBASU- ekologis. Secara geografis kelima
KAWANASRATEN (Surakarta, daerah terletak di antara pengaruh
Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, struktur permukaan tanah perbukitan
Wonogiri, Sragen, dan Klaten), (Pegunungan Tengah) dan daerah
Purwomanggung (Purworejo, landai (pantai selatan). Konsekuensi-
Wonosobo, Magelang, dan Temang- nya, kelima daerah memiliki
gung), Banglor (Rembang dan Blora), keterkaitan daerah hulu dan hilir yang
WANARAKUTI (Juwana, Jepara, sangat kuat. Kondisi ini mendorong
Kudus, dan Pati), KEDUNGSAPUR kebutuhan kerjasama yang solid
(Kendal, Demak, Ungaran, Sala- dalam pembangunan, khususnya
tiga,Semarang,dan Purwodadi), dalam pengelolaan sumber daya
TANGKALLANGKA (Batang, Peka- alam seperti dalam pengelolaan
longan, Pemalang, dan Kajen) dan daerah aliran sungai dan konservasi
BREGAS (Brebes, Tegal, dan Slawi) kawasan lindung. Di samping itu
dan contoh lain yang merupakan keberadaan pantai selatan tidak
implementasi dari kerjasama antar sekedar membutuhkan kepedulian
daerah yaitu pembangunan infra bersama dalam melindungi kawasan
struktur untuk mendukung kelancaran pesisir terhadap abrasi laut dan
pemasaran potensi daerah dan kerusakan lingkungan, tetapi juga
pembangunan wisata terpadu antar menawarkan keuntungan strategis
daerah. dalam pemanfaatan potensi
Proses regionalisasi dapat perikanan laut, wisata bahari, dan
berjalan baik bila didukung oleh pemanfaatan pelabuhan laut sebagai
berbagai faktor internal. Salah satu pintu gerbang perdagangan ke
faktor yang mendukung adalah perairan nasional dan internasional.
kesamaan budaya. Seperti yang Faktor penting berikutnya
terjadi di BARLINGMASCAKEB adalah adanya kesamaan basis
(Banjarnegara, Purbalingga, Banyu- perekonomian pertanian dan
mas, Cilacap, dan Kebumen) yang keeratan hubungan sosial-ekonomi
terbentuk atas keragaman budaya antar masyarakat kelima daerah.
Banyumasan. Secara kultur historis Mayoritas kegiatan ekonomi
kesamaan ciri demografis ini masyarakat dan kontribusi PDRB
mewariskan “ikatan kekeluargaan” terbesar kelima daerah adalah
yang semakin memperkuat kemauan berbasis pertanian. Luasnya lahan
di antara kelima daerah untuk persawahan yang dimiliki dan
memajukan kepentingan bersama. besarnya potensi kelautan yang
Peluang pengembangan terpendam membentuk karakteristik
institusi regional management di masyarakat yang relatif seragam. Hal
antara lima daerah juga dibentuk ini merupakan modal besar sekaligus

713
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 707-717

tantangan untuk mengarahkan mas, Cilacap, dan Kebumen tersebut


pengembangan produk-produk akhirnya mendorong mereka untuk
pertanian menjadi lebih inovatif, membentuk regional management
integratif, dan kompetitif. Potensi ini dan regional marketing yang diawali
juga didukung adanya pola keter- dengan Penandatanganan Kesepa-
hubungan antar masyarakat yang katan Bersama Pembentukan
sudah mapan. Hal ini terlihat dari regional manajemen dan regional
aliran perdagangan di antara kelima marketing untuk Kabupaten Banjar-
daerah yang sangat intensif dan negara, Purbalingga, Banyumas,
semakin kuat dari waktu ke waktu. Cilacap, dan Kebumen oleh para
Potensi keterkaitan di antara bupati di kelima daerah tersebut
kelima daerah juga didukung dengan pada hari Senin tanggal 16
adanya sarana dan prasarana yang Desember 2002 di Purwokerto.
saling melengkapi. Prasarana Beberapa permasalahan yang
perhubungan jalan telah meng- muncul dalam pengembangan
hubungkan kelima daerah, sehingga wilayah adalah sebagai berikut :
mobilitas manusia, barang dan jasa, a. Belum optimalnya pengem-
serta informasi dapat berjalan lancar. bangan potensi wilayah;
Hanya saja fakta di lapangan b. Kesenjangan antar wilayah;
menunjukkan di beberapa lokasi c. Kurangnya sinergitas pemba-
terdapat kondisi sistem transportasi ngunan antar wilayah;
yang buruk dan belum menjangkau d. Kurangnya sarana dan prasarana
desa-desa yang terisolir, khususnya wilayah;
di desa-desa tertinggal. Kondisi ini e. Pelaksanaan pembangunan
justru menjadi “pekerjaan rumah” masih parsial;
bagi kelima daerah yang difasilitasi f. Belum keseluruhan memiliki
oleh regional management untuk rencana pengembangan;
mencari terobosan-terobosan baru g. Fleksibilitas rencana kurang
untuk mengaitkan potensi desa-desa dapat mengikuti dinamika
tersebut ke dalam sistem perdaga- pembangunan;
ngan antar wilayah. Apabila potensi- h. Konflik kepentingan karena
potensi tersebut sudah saling terkait, adanya pemahaman yang
maka peran pelabuhan udara dan berbeda;
laut yang terdapat di wilayah ini i. Inkonsistensi dalam imple-
menjadi sangat penting untuk mentasi.
memasarkan produk unggulan
tersebut ke dalam sistem perda- C. PENUTUP
gangan yang lebih luas. Perkembangan pembangunan
Unsur kesamaan dan kebera- saat ini menunjukkan, bahwa hanya
gaman potensi yang dimiliki wilayah konsep pembangunan berkualitas
Banjarnegara, Purbalingga, Banyu- dan tepat sasaranlah yang akan

714
Kerjasama Antar Daerah dan Keterkaitan Wilayah (Tjipto Hartono)

memperoleh dukungan dan dapat dari penerapan otonomi daerah.


diterima oleh masyarakat. Untuk Praktek transparansi pada proses
memperoleh konsep berkualitas dan pelaksanaan konsep membuka
tepat sasaran dibutuhkan tenaga segala permasalahan wilayah dan
profesional dengan kemampuan dengan demikian setiap daerah
organisasi dan komunikasi khusus. dapat lebih memahami kelebihan
Partisipasi para ahli ini tentu dapat dan kekurangan masing-masing. Hal
berdampak pada peningkatan SDM ini akan lebih memberikan suasana
pihak terkait, karena dalam proses- keterbukaan dan saling pengertian
nya regional management selalu antar daerah, baik sektoral maupun
dibarengi dengan know how tranfer. administratif, sehingga meredam
Salah satu peluang penerapan kecurigaan dan “egoisme daerah”
konsep regional management yang kontra produktif bagi pem-
terletak pada sifat dan orientasi bangunan nasional.
komunikatif yang menjadi ciri Tradisi musyawarah yang
khasnya. Justru karena ruang gerak mengakar pada budaya komunikasi
kompetensi tidak kaku, maka dapat di masyarakat pada umumnya,
melahirkan bentuk-bentuk solusi baru merupakan landasan kuat bagi
(non-konvensional) bagi peme- keberhasilan pelaksanaan regional
cahan masalah daerah, regional management di Indonesia. Dengan
bahkan hingga nasional. demikian menggali dan mengem-
Keberhasilan regional mana- bangkan regional management
gement dalam menangani proyek- yang didukung oleh semua pihak
proyek pembangunan tergantung dari merupakan sebuah upaya yang layak
seberapa besar partisipasi dan iklim untuk segera ditindaklanjuti.
komunikasi kondusif yang tercipta Melalui konsep regional
antar pihak terkait. Pengalaman marketing atau pemasaran wilayah
kerjasama antar instansi sektoral, terbuka peluang pemanfaatan
lintas sektoral dan antar daerah potensi daerah melalui sinergi
dapat menambah wawasan para pemberdayaan. Dengan ‘keber-
pihak terkait, karena dapat melihat samaan’ terbentuk kekuatan sumber
permasalahan dari sisi yang daya yang memperbesar peluang
beragam. dalam mencapai target-target
Melalui konsep regional pembangunan daerah. Melalui
management juga dapat menjawab pemasaran wilayah beban keuangan
kekhawatiran disintegrasi, karena daerah yang sedianya dipikul sendiri
dengan pengalaman kerjasama dapat ditangani wilayah beban
lintas administratif serta komunikasi keuangan daerah yang sedianya
yang terbina dapat membantu dipikul sendiri dapat ditangani
menekan kepentingan sesaat bersama dalam konteks keber-
daerah, sebagai implikasi negatif samaan kepentingan. Pentingnya

715
“Dialogue” JIAKP, Vol. 2, No. 2, Mei 2005 : 707-717

sebuah citra wilayah saat ini telah Pembangunan DEPDAGRI. Jakarta,


menjadi bagian dari salah satu faktor 21 Februari 2005.
keberhasilan pembangunan. Oleh
sebab itu pemasaran wilayah Marsono. 1999. Himpunan Pera-
merupakan komponen penting dalam turan tentang Pemerintahan
strategi pembangunan dimasa Daerah. Jakarta : Djambatan.
mendatang.
Peran pemerintah propinsi Peraturan Daerah Propinsi Jawa
dalam era desentralisasi dapat Tengah Nomor 21 Tahun 2003
diwujudkan dalam pembentukan tentang Rencana Tata Ruang
regional management. Kehadiran Wilayah Propinsi Jawa Tengah.
regional management diharapkan
akan membantu dalam percepatan Peraturan Daerah Propinsi Jawa
pembangunan melalui pengem- Tengah Nomor 11 Tahun 2003
bangan jaringan pasar dan investasi tentang Visi dan Misi.
diprioritaskan dalam rangka
pengembangan potensi unggulan Program RED SP Gubernur Jawa
wilayah. Tengah dalam pengarahan tanggal
Peran serta berbagai pihak 24 Juli 2004 di BAPPEDA Propinsi
baik pemerintah pusat maupun Jawa Tengah.
daerah, termasuk didalamnya dinas
propinsi dan kabupaten/kota, DPRD, Prof. Dr. Ir. Sugiono Soetomo, CES,
badan penanaman modal, pengu- DEA. 2004. “Regional Management
saha, perguruan tinggi, dan elemen & Marketing”. MPWK, Program
masyarakat sangat diharapkan Pascasarjana UNDIP Semarang.
sehingga tercipta iklim investasi dan
semangat kewirausahaan yang Ragil Haryanto, Benjamin
tinggi untuk menciptakan pertum- Abdurahman, Asep Arofah Permana,
buhan ekonomi dan kesejahteraan Hari Adi Agus Setiawan. 2003.
masyarakat daerah. “Regional Management dan
Regional Marketing : Strategi
Pembangunan Daerah dan
DAFTAR PUSTAKA Tantangan Globalisasi”. Curdes
Center for Urban & Urban Regional
Drs. H. Djasri, ST, MM. 2005. Development Studies Magister
“Konsep dan Pelaksanaan Regional Teknik Pembangunan Kota UNDIP
Management BARLINGMAS- Semarang.
CAKEB”. Makalah yang disampai-
kan dalam acara Bimbingan Teknis Suwarno, P.J. 2000. “Demokrasi
Kemitraan Daerah di Dierjen desa di Indonesia : melacak akar
dan sejarahnya”, dalam Dadang J.

716
Kerjasama Antar Daerah dan Keterkaitan Wilayah (Tjipto Hartono)

(penyunting), Arus bawah Demokrasi. Utomo, Warsito. 2000. Makna


Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Otonomi Daerah. Tulisan dalam
Bahan Ajar Diklat Teknik dan
Undang-Undang Republik Indonesia Manajemen Perencanaan Pemba-
Nomor 22 Tahun 1999 tentang ngunan (TMPP) yang diseleng-
Pemerintahan Daerah. garakan Magister Administrasi
Publik (MAP) UGM dengan OTO
Undang-Undang Republik Indonesia Bappenas.
Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.

717

Anda mungkin juga menyukai