Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area
bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tahun 2003, WHO
menyatakan bahwa kanker merupakan masalah kesehatan yang sangat serius karena jumlah
penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker payudara merupakan jenis kanker
kedua di Indonesia yang menyerang kaum wanita setelah kanker serviks (mulut rahim).
Dengan kata lain, kanker serviks adalah urutan pertama terbanyak yang menyerang kaum
wanita di Indonesia. 1,

Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data
yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun
penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun.
Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia
sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang tinggi.
Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial
ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis
histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. 1,3

Di Indonesia sendiri, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap
tahunnya, sedangkan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Setiap harinya
diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena
penyakit tersebut. Pada tahun 2009, kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau sekitar
25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan di Indonesia. Dengan angka kejadian ini, kanker
serviks menduduki urutan kedua setelah kanker payudara pada wanita usia subur 15 – 44
tahun. 1,2

Data tahun 2007 menunjukkan bahwa pemeriksaan visual leher rahim dengan
menggunakan asam asetat (IVA) paling tidak sama efektifitasnya dengan tes pap smear
dalam mendeteksi penyakit dan bisa dilakukan oleh bidan terlatih serta dengan lebih sedikit
logistik dan hambatan teknis, berbiaya rendah dan dapat dilakukan untuk mengendalikan

1
kanker leher rahim dengan fasilitas serta sumber daya terbatas. Pada negara berkembang
seperti Indonesia di mana sumber daya terbatas, maka metode Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA) paling cocok untuk diterapkan sebagai metode skrining kanker leher rahim.

Di Sumatera Barat yang baru di tunjuk untuk merealisasikan program deteksi dini
kanker serviks yaitu (kota Solok) dengan metoda IVA. Kota solok memiliki 4 puskesmas
yang aktif, dimana target Dinas Kesehatan Kota Solok untuk lima tahun sebanyak 9.878
wanita yang tinggal di wilayah Kota Solok mengikuti pemeriksaan deteksi dini IVA, dan
target satu tahunnya sebanyak 1.975 wanita. Sementara pada tahun 2010 hanya 84 (4%)
wanita saja yang sudah melakukan pemeriksaan dini, dan pada tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi 382 (19%) wanita. 1,2,3

Puskesmas Nan Balimo adalah salah satu puskesmas yang berada di kota Solok
Sumatera Barat yang telah merealisasikan program IVA, dari hasil studi awal didapat bahwa
dari tahun 2014 sampai tahun 2015 terdapat sebanyak 63 wanita yang melakukan
pemeriksaan IVA di puskesmas ini, sebanyak 2 wanita yang didiagnosa IVA positif. Menurut
petugas program IVA puskesmas Nan Balimo Solok, jumlah target wanita yang melakukan
pemeriksaan IVA yang harus dicapai minimal 273 orang sesuai yang telah ditetapkan,
sementara di puskesmas ini masih sangat kurang dari target. 4

Dari uraian pada latar belakang di atas antara lain meningkatnya angka kejadian
penyakit kanker serviks dari tahun ke tahun, adanya penderita yang datang dalam kondisi
stadium lanjut karna penderita tidak mengetahui tanda-tanda dan gejala dari penyakit
sehingga tidak melakukan pemeriksaan secara dini serta rendahnya pemanfaatan pelayanan
deteksi dini metoda IVA di puskesmas Nan Balimo Kota Solok.

Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang Rendahnya
Kunjungan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) sebagai deteksi dini kanker
serviks di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo tahun 2015.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Tingkat Kunjungan Pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA) sebagai deteksi dini kanker serviks di Wilayah Kerja Puskesmas
Nan Balimo tahun 2015.

2
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.
2) Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita tentang kanker
serviks dan pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.
3) Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap wanita terhadap kanker serviks di
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.
4) Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan wanita untuk melakukan
pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.

1.3. Manfaat
1) Meningkatkan kemampuan manajemen Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat
(IVA) sebagai deteksi dini kanker serviks.
2) Dapat menyusun rencana usulan kegiatan kedepannya.

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam pembahasan masalah ini adalah mengenai gambaran Puskesmas
Nan Balimo Kota Solok dan manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) mengenai
Rendahnya Kunjungan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) sebagai deteksi dini
kanker serviks di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo tahun 2015.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014, Puskesmas merupakan


unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesahatan perorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi
yaitu penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. UKM esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, pelayanan gizi, dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan. 5

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk


mewujudkan masyarakat yang :
1) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat.
2) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3) Hidup dalam lingkungan sehat

4
4) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama
dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas
g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2) Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

5
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.

2.2. Manajemen
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri
utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih
alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan
keputusan manejerial.

2.2.1. Perencanaan
1) Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan strategi,
kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk menerapkan
keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap pengenalan siklus
perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen
karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan
manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan
yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

2) Langkah-langkah Perencanaan
Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu sebagai
berikut :
1) Analisa situasi
2) Mangidentifikasi masalah prioritas

6
3) Menentukan tujuan program
4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program
5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

2.2.2. Pengorganisasian
1) Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan organisasi

2) Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan mengetahui:
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b. Hubungan organisatoris anta rmanusiayang akan terjadi anggota atau staf organisasi
c. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan wewenang
kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan kepadanya
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi

3) Langkah-langkah Pengorganisasian
Ada lima langkahpentingdalampengorganisasian yaitu sebagai berikut :
a. Tujuanorganisasiharusdipahamiolehstaf
b. Membagipekerjaandalambentukkegiatan-kegiatanpokokuntukmencapaitujuan
c. Menggolongkan kegiatanpokokkedalamsatuan kegiatan yang praktis
d. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakanolehstafdanmenyediakanfasilitas
pendukung yang diperlukanuntukmelaksanakantugasnya
e. Mendelegasikanwewenang

2.2.3. Penggerakan dan Pelaksanaan


1) Pengertian
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan program
(ditetapkan pada fungsi pengorganisasian) untuk mencapai tujuan program (yang dirumuskan

7
dalam fungsi perencanaan).Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajer
mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan manusia)
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

2) Tujuan dan Fungsi Pelaksanaan


Tujuanpelaksanaan yaitu
a. Menciptakan kerja sama yang lebihefisien
b. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memilikidan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan prestasi
kerja staf
e. Memuat organisasi berkembang secara dinamis.

2.2.4. Pengawasan dan Pengendalian


1) Prinsip Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi perencanaan. Melalui
fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan dalam
bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang
dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan dan penyimpangan yang
terjadi harus segera diatasi.Penyimpangan harus dapat dideteksi secara dini dicegah,
dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan.Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan
agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefesienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai
tujuan program dapat lebih diefektifkan.

2) Standar Pengawasan
Standar pengawasan mencakup :
a. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan
kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan dalam situasi yang sama di
masa lalu.
b. Standar kriteria. Standar ini d iterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh petugas yang
sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat profesionalisme staf.

8
3) Manfaat Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat,organisasi yang akan
memperoleh manfaatnya yaitu :
a. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf,
apakah sesuai dengan standard atau rencana kerja, apakah sumber dayanya sudah
digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan
dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efesiensi kegiatan program
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan tugas-
tugasnya
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan
telah dimanfaatkan secara efisien
d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau
diberikan pelatihan lanjutan.

4) Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering dilakukan untuk
mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya terletak pada sasarannya, sumber
data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan
fungsi pengawasan juga mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan
efektifitas pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.

2.3. Pemeiksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)


2.3.1. Definisi
Inspeksi Visual dengan asam asetat adalah pemeriksaan serviks secara langsung tanpa
menggunakan alat pembesaran (mata telanjang) setelah pengusapan serviks dengan asam
asetat 3-5%. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya lesi prekanker
atau kanker melalui perubahan warna epitel serviks menjadi putih yang disebut acetowhite.

Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah
satu metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak direkomendasikan pada wanita
pascamenopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan
tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo. IVA positif bila ditemukan adanya area
berwarna putih dan permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona
transformasi.

9
2.3.2. Patofisiologi Timbulnya Acetowhite

Membran sel terdiri dari lapisan lipid bilayer dengan protein yang tersisip didalamnya
atau terikat pada permukaan sitoplasma. Protein integral membrane tertanam kuat dalam
lapisan lipid. Sebagian protein ini sepenuhnya menimbulkan rentangan pada lapisan ganda
dan disebut protein transmembran dan sebagian lain tertanam dalam lapisan ganda lipid
protein perifer terikat secara longgar pada permukaan internal membrane. Pada sel yang
mengalami proses onkogenesis, protein yang tadinya normal akan berubah menjadi
onkoprotein. Protein normal pada sel lebih tahan terhadap asam, tetapi pada onkoprotein oleh
karena terjadi perubahan protein dengan susunan asam amino yang berubah menyebabkan
sel-sel mudah mengalami destruksi oleh asam sehingga terjadi koagulasi.

Adanya metaplasia squamosa atipik pada serviks akibat stimulus onkogen dalam
perkembangan sel yang mengalami metaplasia akan menampakkan daerah peralihan yang
atipik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan nisbah inti : sitoplsama. Peningkatan ini
berakibat berkurangnya kemampuan sinar untuk menembus epitel. Epitel akan tampak putih
yang segera kelihatan setelah pengusapan asam asetat 3-5%.

Efek pemberian asam asetat akan menyebabkan dehidrasi sel akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik akan menarik
cairan intraseluler sehingga membrane sel akan kolpas dan jarak antar sel semakin dekat.
Epitel kolumnarmenjadi plumper (gemuk) setelah pemberian asam asetat sehingga sel-sel
akan lebih mudah terlihat. Akibatnya bila permukaan sel mendapat sinar, maka sinar tidak
akan diteruskan ke dalam stroma namun akan dipantulkan keluar permukaan sel.

Asam asetat juga mempunyai efek koagulasi protein dalam sitoplasma dan inti
sehingga tampak opaque dan putih. Epitel abnormal memiliki inti dengan kepadatan yang
tinggi, sehingga akan menghambat cahaya untuk menembus epitel. Hal ini menyebabkan sel
akan terlihat berwarna putih (acetowhite) oleh karena warna kemerahan pada pembuluh darah
dibawah sel epitel tidak terlihat. Pada keadaan normal epitel berwarna dan tembus cahaya.
Warna kemerahan yang terlihat merupakan warna pembuluh darah yang terlihat dibawah
epitel. Sel yang mengalami dysplasia paling terpengaruh terhadap pemberian asam asetat
karena memiliki inti yang besar dan kromatin dengan kandungan protein tinggi. Sel-sel yang

10
mengalami destruksi oleh asam asetat sehingga terjadi koagulasi protein, hal ini akan
memberikan gambaran lesi putih pada sel.

Derajat putihnya epitel tersebut menunjukkan daerah dengan peningkatan densitas inti
yang mencerminkan bertambahnya jumlah, ukuran dan konsentrasi DNA sel yang abnormal.
Semakin tinggi konsentrasi protein, epitel akan semakin putih. Kondisi ini akan berhubangan
langsung dengan keparahan dysplasia. Efek asam asetat mencapai puncak sekitar 1-2 menit
sesudah aplikasi dan akan menghilang dalam waktu menit. Tindakan ini dapat dilakukan
beberapa kali selama pemeriksaan.

Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan akan mempunyai inti relatif
menonjol, pada daerah yang imatur dimana inti relative lebih besar dari normal akan terlihat
berwarna putih setelah pengusapan asam asetat tetapi dengan intensita yang kurang dan cepat
menghilang karena epitel metaplasi sangat tipis. Hal ini membedakannya dengan proses
prekanker dimana epitel putih lebih tajam dan lebih lama menghilangnya.

2.3.3. Prosedur Diagnosis IVA


1). Siapa Yang Harus Menjalani Tes IVA

Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30 dan 45
tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita berusia antara 40 dan
50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin
terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal. Sejumlah faktor resiko yang berhubungan
dengan perkembangan kanker leher rahim, diantaranya sebagai berikut:

a. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20)


b. Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya)
c. Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti Chlamydia atau
gonorrhea, dan khususnya HIV/AIDS
d. Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim
e. Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal
f. Merokok

Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (misalnya HIV/AIDS)
atau mengunakan kortikosteroid secara kronis (misalnya pengobatan asma atau lupus)
berisiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka memiliki HPV.

11
2). Kapan Harus Menjalani Tes IVA

Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes tersebut
dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS atau HIV/AIDS.
Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika konseling dibutuhkan. Untuk
masing-masing hasil akan diberikan beberapa instruksi baik yang sederhana untuk ibu
tersebut (misalnya kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 1 tahun secara berkala atau 3/5
tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas seperti kapan dan dimana
pengobatan dapat diberikan, risiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu
merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.

3). Penilaian pasien

Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:

a. Riwayat menstruasi
b. Pola pendarahan (misalnya paska coitus atau menstruasi tak teratur)
c. Paritas
d. Usia pertama kali berhubungan seksual
e. Penggunaan alat kontrasepsi

4). Peralatan dan Bahan Lain

IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana sebagai berikut ini:

a. Meja periksa
b. Sumber cahaya/lampu
c. Spekulum Bivalved (Cusco or Graves)
d. Rak atau wadah peralatan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes IVA harus tersedia di tempat:

a. Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari
serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
b. Sarung tangan periksa harus baru
c. Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika menonjol
melalui bilah spekulum.

12
d. Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%) Untuk melakukan
IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher rahim.

5). Cara Pemeriksaan

Pertama-tama petugas melakukan menggunakan spekulum untuk memeriksa leher


rahim, lalu dibersihkan untuk menghilangkan keputihan, kemudian asam asetat dioleskan
secara merata pada serviks. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK (sambungan
skuamokolumner), sebagai sambungan antara epitel skuamous dan epitel glanduler diperiksa
untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. hasil tes (positif atau negatif) harus
dibahas bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling, jika diperlukan dan
tersedia.

2.3.4. Interpretasi hasil pemeriksaan IVA

Kategori yang dipergunakan untuk interpretasi hasil pemeriksaan IVA yaitu:

1. IVA negatif : serviks normal, permukaan epitel licin, kemerahan, tak ada reaksi warna
putih
2. IVA negatif (radang) : serviks dengan peradangan (servisitis), kelainan jinak lainnya
(polip)
3. IVA positif (prekanker) : dengan ditemukannya bercak putih (acetowhite). Semakin
putih, tebal ddan ukuran besar dengan tepi tumpul, maka makin berat kelainan.
4. IVA positif (Kanker serviks) : gambaran berupa pertumbuhan seperti kembang kol,
nekrotik, rapuh dan mudah berdarah dengan gambaran putih yang keras.

2.3.5. Kelebihan metode IVA

Inspeksi visual dengan asam asetat merupakan metode skrining dengan kelebihan-
kelebihan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan bersifat ridak invasive, mudah pelaksanaanya serta murah


b. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dikerjakan
oleh tenaga medis pada semua tingkat pelayanan kesehatan seperti perawat dan bidan
c. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana
d. Hasil didapat dengan segera, tidak perlu menunggu hasil dari laboratorium
sebagaimana pada pemeriksaan sitologi, sehingga perawatan dapat diberikan segera

13
bahkan bersamaan dengan pemeriksaan ini resiko hilangnya kasus dalam tindak lanjut
kecil
e. Memiliki sensivitas yang tinggi

14
BAB III
HASIL PRAKTIK KLINIK

3.1 Gambaran Umum Institusi


3.1.1 Kondisi Geografi
Peta Wilayah :

Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok mulai beroperasional
pada bulan april 2008. Puskesmas Nan Balimo mempunyai 2 (dua) Kelurahan yaitu
Kelurahan Nan Balimo dengan luas wilayah 759 Ha dan Kelurahan Laing dengan luas
wilayah 815 Ha.Puskesmas Nan Balimo merupakan puskesmas non perawatan atau
puskesmas rawat jalan.
Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :

15
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa
3) Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa

3.1.2 Kondisi Demografi


Berdasarkan data statistik tahun 2014 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Nan Balimo sebanyak 8682 jiwa, dimana menurut kelurahan yaitu:
1) Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7080 jiwa
2) Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1111 jiwa
Mata pencarian penduduk di Kelurahan Nan Balimo dan Kelurahan Laing pada
umumnya bekerja di sektor perdagangan dan sektor pertanian.

3.1.3 Visi Dan Misi


1. Visi
“Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk hidup sehat”
2. Misi
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS
b. Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang kesehatan
c. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan
d. Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan
e. Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi
f. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
g. Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan lingkungan

3.1.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan


1) Gedung Puskesmas
1 buah gedung puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Nan Balimo Kota
Solok
2) Puskesmas Pembantu
a. Pustu Gelanggang Betung
b. Pustu Tembok
c. Pustu Laing Taluk
d. Pustu Laing Pasir
3) Pos Kesehatan Kelurahan

16
a. Poskeskel Nan Balimo
b. Poskeskel Laing
4) Sarana Transportasi
a. Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit
b. Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit

Tabel 3.1. Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Nan BalimoTahun 2015
No Jenis Sarana Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu 4 Unit
3. Poskeskel 2 Unit
4. Posyandu Balita 10 Unit
5. Posyandu Lansia 4 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2015

3.1.5 Ketenagaan Puskesmas


Ketenagaan puskesmas di Puskesmas Nan Balimo terlampir pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Ketenagaan Puskesmas
No Jenis Tenaga Jumlah Ket
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 2
3 Kesehatan Masyarakat 3 1 Kepala Puskesmas
4 Tenaga Perawat 10 1 Sukarela
5 Tenaga Bidan 13 1 sukarela
6 Tenaga Sanitarian 1
7 Tenaga Gizi 3
8 Perawat Gigi 1
9 Tenaga Apotik/gudang obat 3
10 Tenaga Analis 1
11 Tenaga Refraksi Optisi 0

17
12 Tenaga RM 1
13 Tenaga Elektromedik 0
14 Tenaga Umum 0
15 Tenaga Supir 1
16 Penjaga Malam 1
17 Tenaga Kebersihan 1
Total 41
Sumber :Profil Puskesmas Nan Balimo 2015

3.2 Gambaran Umum Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Nan


Balimo
3.2.1 Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
1) Promosi kesehatan
Kegiatan yang dilakukan :
a. Penyuluhan ke Sekolah
b. Penyuluhan di Posyandu
c. Penyuluhan Keliling
d. Pembinaan kelurahan model Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kawasan Tanpa
Rokok (PHBSKTR)
e. Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga

2) Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan yang dilakukan :
 Inspeksi sanitasi dasar
 Rumah sehat
 Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan makanan dan
minuman (ttu-tpm)
 Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
 Pengelolaan sampah rumah tangga
 Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
 Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah
 Penyuluhan kawasan sehat

18
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan

Pencapaian
No Kegiatan Target %
%

1 Akses air bersih * 92 90,8

2 Jamban keluarga * 90 70,5

3 Pembuangan limbah 75 85,13

4 Pengelolaan sampah 95 84,9

5 Rumah sehat 80 87,12

6 TTU 75 89,4

7 TPM 65 82,5

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

3) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB


1. Kegiatan yang dilakukan :
a) Program Kesehatan Ibu
 Kelas Ibu Hamil
 PelayananAnte Natal Care(ANC)
 Kunjungan ibu hamil risiko tinggi
 Kunjungan nifas
 Pemantauan stiker program perencanaan dan pencegahan komplikasi
(P4K/ANC) berkualitas
 otopsi verbal,dll
b) Program Kesehatan Anak
 Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK)
 Kelas Ibu Balita
c) Program Keluarga Berencana
 pelayanan dan konseling
 penanganan komplikasi ringan

19
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu
No. Kegiatan SPM seksi KIA Target Pencapaian (%)

1 Cakupan kunjungan ibu hamil 100% 107,5%


K1
2 Cakupan kunjungan ibu hamil 95% 96%
K4
3 Cakupan ibu hamil dengan 80% 20,3%
komplikasi yang ditangani
4 Cakupan pertolongan persalinan 90% 93.4%
nakes
5 Kunjungan nifas 85% 82,7%
6 Peserta KB aktif 71% 71,6%

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.5 Hasil Kegiatan Program Kesehatan Anak

Progra sasara Pencapaian


No Kegiatan Target(%)
m n (%)

1 (Anak) Jumlah KN1 170 90 88,23

Jumlah KN
2 Lengkap sasaran 170 90 82,7
170

3 DDTK 2x/tahun 659 90 82,9

Jumlah neonatus
4 komplikasi yg 0 80 26,6
ditangani

5 (Bayi) Pelayanan Bayi

6 DDTK 4x/th 170 90 90,5

20
Yankes anak
7 170 85 84,6
balita

Jlh kematian
8 0 - 4
neonates

9 Jlh kematian bayi 0 - 1

Jlh Kematian
10 0 - 0
Balita

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.6 Hasil Kegiatan Program Keluarga Berencana

Peserta KB Peserta KB
DROP OUT
Baru Aktif
Keluraha Jml
No
n PUS Kumulatif Kumulatif Kumulatif

Jml % Jml % Jml %

Nan
1 1250 108 8,64 908 72,6 83 6,64
Balimo

2 Laing 174 41 23,6 133 76,4 23 13,2

Total 1424 149 16,12 1041 74,5 106 16,5

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

4) Perbaikan Gizi Masyarakat


a. Kegiatan yang dilakukan :
 Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb&Agst)
 Pengukuran Status Gizi muridtk/PAUD
 Pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA
 Pemberian PMT Pemulihan
 Kelas gizi
 Survey GAKY tingkat rumah tangga.
 Kegiatan rutin seperti :
 Pemberian vit A

21
 Pemberian tablet Fe
 GERNASDARZI

b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat

No Kegiatan Target (%) Pencapaian(%)

1 D/S Balita 69 65,7

2 N/D’ Balita 87 89.4

3 BGM/D Balita 3 0,9

4 Pendistribusian Vit A 85 98

5 Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe 95 96

Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi


6 80 90.9
ekslusif

Balita gizi buruk mendapat


7 - -
perawatan

Cakupan rumah tangga yg


8 90 100
konsumsi beryodium

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


a. Kegiatan yang dilakukan :
1) Prog. P2P
 Sosialisasi P2P dan Surveilans
 Pemeriksaan kontak TB
 Penyegaran Kader TB
 Penyuluhan HIV – AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan Lapas
 Survey Epidemiologi
 PTM
 Posbindu

22
2) Kusta
 Penemuan dan penanganan kasus
3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC
 Pelacakan Kasus Kontak
 PMO TB
 TB mangkir
 Penyaringan suspect
4) Pencegahan dan Pemberantasan DBD
 Sosialisasi DBD
 Pemantauan Jentik
 Penyelidikan Epiddemiologi (PE)
5) Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia
 penemuan dan penanganan kasus
6) Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies
 Pelacakan Kasus
7) Program Imunisasi
 Pelayanan Imunisasi
 BIAS
 TT WUS
 Sweeping
 Pelacakan KIPI
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P

Pencapaian
No Kegiatan Target %
%

Penemuan kasus BTA


1 70 38
(+) *

Angka Bebas
2 92 77,43
Jentik(ABJ)

Penemuan kasus
3 - 18 org
Pneumoni *

23
4 Pengobatan Diare 100 100

5 Penanganan kasus DBD 100 100

6 Penemuan kasus Kusta - -

7 Rabies : Kasus Gigitan - 19 org

8 Pemberian VAR/SAR - 9

9 IVA : diperiksa 237 org 63org

10 hasil (+) - 2 org

Pemakaian Zink pada


11 100 100
diare pada anak balita

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Program Imunisasi

No Kegiatan Target % Pencapaian%

1 Imunisasi lengkap 90 91.2

2 HB 0 85 92.4

3 BCG 95 95.3

4 Polio 1 95 96.5

5 DPT HB 1 95 101.2

6 DPT HB 3 90 95.9

7 Polio 4 90 98.2

8 Campak 90 91.2

9 BIAS Campak 95 96.3

10 BIAS DT/TT 95 93.9

11 TT WUS SMU 85 91.1

12 TT WUS 85 82.9

24
POSYANDU

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo 2014

3.2.2 Program Pengembangan (Inovasi)


1). Kegiatan
1. UKS
 Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
 Pembinaan Sekolah Sehat
 Pelatihan Dokter Kecil/KaderKesehatan
2. Perkesmas
 Asuhan keperawatan pada keluarga
 Kunjungan rumah KK Resti
3. Kesehatan Jiwa
 Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
 Rujukan kasus jiwa
4. Kesehatan Mata
 Penemuan dan penangan kasus
 Rujukan
5. Kesehatan Lansia
 Pelayanan di dalam dan luar gedung
 Pembinaan kelompok lansia
 Senam lansia
 Penyuluhan kesehatan lansia
 Deteksi Dini Kesehatan Lansia
6. PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)
 pelatihan kader PKPR
 Penyuluhan & konsultasi ke sekolah
 konsultasi bagi remaja
7. Kesehatan Gigi & Mulut
a. Dalam Gedung :
 Pelayanan kedaruratan Gigi
 Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar
 Pelayanan medik gigi dasar

25
b. Luar Gedung
 UKGS
 UKGM

3.3. Hasil Kegiatan Puskesmas


Kegiatan kepaniteraan klinik senior kedokteran Baiturrahmah dilakukan selama 5
minggu di beberapa puskesmas, salah satunya puskesmas nan balimo kota solok. Kegiatan
dari puskesmas ini di mulai dengan adanya pengarahan dari dinas kesehatan berupa materi
terkait program- program yang menjelaskan tentang kegiatan puskesmas. Kepaniteraan klinik
senior melakukan kegiatan di dalam gedung berupa pembelajaran mengenai program –
program, program ini dilakukan di masing- masing pemegang program, mahasiswa yang
berjumlah 6 orang dibagi dalam 3 kelompok, yakni kelompok KIA, Imunisasi dan gizi , serta
poli umum dan P2P. setiap kelompok berisikan 2 orang dan akan diganti setiap minggu nya
sehingga mendapat kesempatan yang sama untuk mempelajari setiap program dari masing –
masing poli.
Kemudian juga dilakukan kegiatan diluar gedung diantaranya adalah

1. Gerakan Sayang Ibu (GSI)

a. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 8 Oktober 2015
Tempat : Kantor Kelurahan Laing
b. Tujuan Kegiatan
 Untuk melihat penyuluhan tentang resiko dan komplikasi ibu hamil
 Untuk melihat penyuluhan gizi untuk ibu hamil
c. Manfaat
 Mengetahui resiko dan komplikasi ibu hamil
 Mengetahui gizi untuk ibu hamil
 Mencegah resiko dan komplikasi ibu hamil

26
2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang

a. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 9 Oktober 2015
Tempat : PAUD Ambun Suri Kelurahan Laing
Tanggal : 19 Oktober 2015
Tempat : PAUD Ar-Rahma Kelurahan Nan Balimo
PAUD Harapan Bunda Kelurahan Laing

b. Tujuan Kegiatan
 Melakukan penimbangan berat badan
 Melakukan pengukuran tinggi badan
 Melakukan pemeriksaan mata
 Mengisi kuisioner tumbuh kembang anak
c. Manfaat
 Mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak
 Mengetahui kelainan perkembangan dan pertumbuhan anak

3. Posyandu

d. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 13 Oktober 2015
Tempat : Posyandu Telaga Biru Kelurahan Laing
e. Tujuan Kegiatan
 Melakukan penimbangan berat badan
 Melakukan pengukuran tinggi badan
 Memberikan imunisasi
 Melakukan penyuluhan tentang Diare
f. Manfaat
 Mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak
 Meningkatkan pengetahuan ibu tentang Diare
 Meningkatkan imunitas anak dengan pemberian imunisasi

27
4. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 15 Oktober 2015
Tempat : Gelanggang Betung Kecamatan Tanjung Harapan

b. Tujuan Kegiatan
- Untuk melihat adanya jentik-jentik di rumah suspek DBD dan minimal 10 rumah
di lingkungannya
- Memberikan bubuk abate di bak penampungan air yang beresiko menimbulkan
jentik nyamuk Aides agepti
- Ditemukannya positif jentik nyamuk pada 8 rumah
- Mengajarkan pada masyarakat tentang 3M plus

c. Manfaat
- Mencegah penyebaran penyakit DBD
- Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)

5. Kunjungan ke Lapas Klas IIB

a. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 22Oktober 2015
Tempat : Jl. Kapten Bahar Hamid km 41 Solok
b. Tujuan
- Memberikan pengobatan pada penghuni Lapas
- Memberikan penyuluhan pada penghuni Lapas tentang Etika Merokok dan HIV
AIDS
c. Manfaat
- Meningkatkan derajat kesehatan penghuni Lapas
- Meningkatkan pengetahuan tentang penyuluhan penyakit

3.4. Fokus Kajian Program


3.4.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data dan wawancara dengan
penanggung jawab program di Puskesmas Nan Balimo. Terdapat 5 upaya kesehatan
masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan,
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, serta

28
pencegahan dan pengendalian penyakit. Identifikasi masalah dilakukan pada masing-masing
program wajib di Puskesmas Nan Balimo. Pada program esensial tersebut masih terdapat
kesenjangan antara target dan pencapaian.
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgens, Seriousness, Growth (USG).
Penilaian dua masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan
puskesmas, wawancara dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas. Permasalahan
ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari
Urgensi, Seriousness,dan Growth.
Uraian dua permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:
1. Rendahnya pencapaian pemeriksaan IVA
Jumlah pencapaian pemriksaan IVA di Puskesmas Nan Balimo hanya ditemukan
sebanyak 63 orang yang seharusnya mencapai target 273 orang
2. Rendahnya pencapaian jamban keluarga
Jumlah pencapaian jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo ditemukan
sebanyak 70,5% yang seharusnya mencapai target 90%.

3.4.2. Penetapan Prioritas Masalah


Beberapa masalah yang ditemukan di Puskesmas Nan Balimo harus ditentukan
prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas.
Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah
menggunakan teknik skoring sebagai berikut :
1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting

29
3. Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting

3.4.3. Penilaian prioritas masalah program di Puskesmas Nan Balimo


Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas USG. Penilaian dua masalah
prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan puskesmas dan wawancara
dengan pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara
target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgensi, Seriousness,dan Growth. Adapun
masalah yang menjadi prioritas utama berdasarkan skala USG adalah rendahnya pencapaian
pemeriksaan IVA .
Tabel.3.10. Penilaian prioritas masalah di Puskesmas Nan Balimo
Masalah U S G P Prioritas

Rendahnya kunjungan 4 4 3 48 P1
pemeriksaan IVA

Rendahnya pencapaian 3 3 3 27 P2
jamban keluarga

30
Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa
( Fishbone) Rendahnya Kunjungan Pemeriksaan IVA

METODE MANUSIA

s
WUS yang malu untuk
pemeriksaan IVA
Kurangnya pengetahuan
Kurangnya masyarakat tentang kanker
sosialisasi/penyuluhan serviks dan pemeriksaan IVA
Rendahnya
KurangnyaPengetahuan kunjungan
masyarakat tentang manfaat
IVA pemeriksaan
IVA

Pemanfaatan media
Kurangnya dana untuk informasi kurang maksimal Akses jauh
sosialisasi
Terbatasnya transportasi Kurangannya dukungan dari
masyarakat suami dan keluarga

DANA SARANA 31
LINGKUNGAN
3.4.4 Analisis Sebab Akibat Masalah
Berdasarkan Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa ( Fishbone) maka dapat dilakukan
analisis sebab akibat masalah tersebut untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari
berbagai penyebab yang ditemukan maka selanjutnya dicari alternatif pemecahan masalah
tersebut.
Tabel 3.11. Analisis Sebab Akibat Masalah
No Variabel masalah
Faktor Penyebab masalah Alternatif Pemecahan masalah
penyebab
1 Manusia  Masih rendahnya pengetahuan  Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang kanker serviks masyarakat mengenai kanker serviks
dan pemeriksaan IVA dan pemeriksaan IVA
 Masih rendahnya pengetahuan  Menjelaskan kepada masyarakat
masyarakat tentang manfaat IVA mengenai pentingnya pemahaman
 WUS yang malu untuk pemeriksaan tentang manfaat pemeriksaan IVA
IVA  Menyakinkan ibu untuk tidak malu
dalam pemeriksaan IVA
 Meningkatkan kerjasama petugas
puskesmas dengan petugas pustu/
poskeskel/ praktek swasta

2 Metode  Kurangnya sosialisasi / penyuluhan  Mengadakan penyuluhan tentang


pada masyarakat mengenai kanker kanker serviks dan IVA baik di
serviks dan pemeriksaan IVA Posyandu.
 Membuat leaflet, stiker, poster untuk
mengingatkan masyarakat tentang
IVA.
3 Dana  Kurangnya dana untuk sosialisasi  Memaksimalkan penggunaan sumber
dana puskesmas yang ada dengan cara
menambahkan alokasi dana BPJS
kesehatan
 Membuat uang kas yang nantinya

32
dapat digunakan untuk kegiatan
penyuluhan.
4 Sarana  Kurangnya pemanfaatan media  Memanfaatkan fasilitas dan sarana
informasi pemeriksaan IVA di puskesmas secara
 Terbatasnya transportasi masyarakat maksimal.
 Setelah melakukan pemeriksaan IVA
memberikan uang transportasi kepada
WUS
5 Lingkungan  Kurangnya dukungan suami dan  Meningkatkan peranan dan dukungan
keluarga suami dan keluarga untuk pemeriksaan
 Akses puskesmas jauh dari IVA
pemukiman penduduk  Memperbaiki akses menuju puskesmas

3.4.5 Plan Of Action


Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam analisis sebab akibat maka
ditentukan Plan of Action yang bertujuan untuk merencanakan kegiatan sesuai dengan
masalah yang terjadi pada rendahnya kunjungan pemeriksaan IVA di wilayah puskesmas
Nan Balimo.

33
NO VOLUME
KEGIATAN TUJUAN SASARAN LOKASI PELAKSANA
. KEGIATAN
1. Penyuluhan kepada Meningkatkan pengetahuan Ibu, pasangan Puskesmas, 1 kali dalam 1 Dokter, kader dan
masyarakat mengenai masyarakat suami-istri posyandu bulan petugas puskesmas
kanker serviks dan
pemeriksaan IVA

2. Membuat leaflet, Meningkatkan pengentahuan Ibu, pasangan Puskesmas, 1 kali dalam 1 Dokter, kader dan
stiker, poster suami-istri posyandu bulan petugas di
puskesmas
3. Pemberian reward Agar WUS dapat mencapai WUS Puskesmas, Setiap melakukan Dokter, kader, dan
(seperti uang transport) akses puskesmas posyandu, rumah acara pemeriksaan petugas puskesmas
masyarakat IVA
4. Tabungan pemeriksaan Memaksimalkan penggunaan Seluruh petugas Puskesmas Setiap hari Petugas puskesmas
IVA sumber dana puskesmas yang puskesmas
(Mengumpulkan uang ada agar dapat digunakan
kas setiap hari sejumlah untuk sosialisasi
1.000 rupiah)
Tabel. 3.12 Plan of Plain

34
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Puskesmas Nan Balimo adalah salah satu puskesmas yang berada di kota Solok
Sumatera Barat yang telah merealisasikan program IVA, dari hasil studi awal didapat bahwa
dari tahun 2015 terdapat sebanyak 63 wanita yang melakukan pemeriksaan IVA di
puskesmas ini, sebanyak 2 wanita yang didiagnosa IVA positif. Menurut petugas program
IVA puskesmas Nan Balimo Solok, jumlah target wanita yang melakukan pemeriksaan IVA
yang harus dicapai minimal 273 orang sesuai yang telah ditetapkan, sementara di puskesmas
ini masih sangat kurang dari target.

Masih rendahnya kunjungan pemeriksaan IVA di wilayah puskesmas Nan Balimo


dapatdiakibatkan dari berbagai aspek seperti masih rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
manfaat IVA, wanita usia subur (WUS) yang malu untuk pemeriksaan IVA, kurangnya
sosialisasi / penyuluhan pada masyarakat mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA,
kurangnya dana untuk sosialisasi, Kurangnya pemanfaatan media informasi, terbatasnya
transportasi masyarakat, kurangnya dukungan suami dan keluarga, akses puskesmas jauh
dari pemukiman penduduk.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam analisis sebab akibat maka


ditentukan Plan of Action yang bertujuan untuk merencanakan kegiatan sesuai dengan
masalah yang terjadi pada rendahnya kunjungan pemeriksaan IVA di wilayah puskesmas
Nan Balimo. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan seperti penyuluhan kepada masyarakat
mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA, membuat leaflet, stiker, poster, pemberian
reward, serta tabungan pemeriksaan IVA.

35
4.2. Saran

 Meningkatkan penyuluhan tentang kanker serviks dan pemeriksaan IVA


 Meningkatkan penyuluhan tentang manfaat pemeriksan IVA dan deteksi dini kanker
serviks
 Mengoptimalkan kerjasama antar dokter, petugas puskesmas dan kader
 Meningkatkan alokasi dana tambahan untuk pelaksaan kegiatan sosialisasi

36
DAFTAR PUSTAKA

1. DEPKES. 2012.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf

2. Wicaksono. 2012. http://eprints.ums.ac.id/25596/2/04.BAB_I.pdf

3. Rusga, Masriani. 2012. http://repository.unand.ac.id

4. Laporan Tahunan Pemeriksaan IVA Tahun 2015. Solok: Puskesmas Nan Balimo

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat

6. Wiyono, Sapto. 2004. Inspeksi Visual Asam Aseta (IVA) Untuk Deteksi Dini Prakanker
Serviks. http://core.ac.uk/download/pdf/11712853.pdf

7. Ningsih, R. 2011. Inspeksi Visual Asam Asetat


(IVA).http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24546/4/Chapter%20II.pdf

8. Dinas Kesehatan Kota Solok. 2015.Profil Kesehatan Kota Solok. Solok: Dinas Kesehatan
Kota Solok.

37

Anda mungkin juga menyukai