PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area
bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. Pada tahun 2003, WHO
menyatakan bahwa kanker merupakan masalah kesehatan yang sangat serius karena jumlah
penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker payudara merupakan jenis kanker
kedua di Indonesia yang menyerang kaum wanita setelah kanker serviks (mulut rahim).
Dengan kata lain, kanker serviks adalah urutan pertama terbanyak yang menyerang kaum
wanita di Indonesia. 1,
Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Data
yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun
penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun.
Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia
sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks yang tinggi.
Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial
ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis
histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. 1,3
Di Indonesia sendiri, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap
tahunnya, sedangkan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Setiap harinya
diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena
penyakit tersebut. Pada tahun 2009, kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau sekitar
25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan di Indonesia. Dengan angka kejadian ini, kanker
serviks menduduki urutan kedua setelah kanker payudara pada wanita usia subur 15 – 44
tahun. 1,2
Data tahun 2007 menunjukkan bahwa pemeriksaan visual leher rahim dengan
menggunakan asam asetat (IVA) paling tidak sama efektifitasnya dengan tes pap smear
dalam mendeteksi penyakit dan bisa dilakukan oleh bidan terlatih serta dengan lebih sedikit
logistik dan hambatan teknis, berbiaya rendah dan dapat dilakukan untuk mengendalikan
1
kanker leher rahim dengan fasilitas serta sumber daya terbatas. Pada negara berkembang
seperti Indonesia di mana sumber daya terbatas, maka metode Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat (IVA) paling cocok untuk diterapkan sebagai metode skrining kanker leher rahim.
Di Sumatera Barat yang baru di tunjuk untuk merealisasikan program deteksi dini
kanker serviks yaitu (kota Solok) dengan metoda IVA. Kota solok memiliki 4 puskesmas
yang aktif, dimana target Dinas Kesehatan Kota Solok untuk lima tahun sebanyak 9.878
wanita yang tinggal di wilayah Kota Solok mengikuti pemeriksaan deteksi dini IVA, dan
target satu tahunnya sebanyak 1.975 wanita. Sementara pada tahun 2010 hanya 84 (4%)
wanita saja yang sudah melakukan pemeriksaan dini, dan pada tahun 2011 mengalami
peningkatan menjadi 382 (19%) wanita. 1,2,3
Puskesmas Nan Balimo adalah salah satu puskesmas yang berada di kota Solok
Sumatera Barat yang telah merealisasikan program IVA, dari hasil studi awal didapat bahwa
dari tahun 2014 sampai tahun 2015 terdapat sebanyak 63 wanita yang melakukan
pemeriksaan IVA di puskesmas ini, sebanyak 2 wanita yang didiagnosa IVA positif. Menurut
petugas program IVA puskesmas Nan Balimo Solok, jumlah target wanita yang melakukan
pemeriksaan IVA yang harus dicapai minimal 273 orang sesuai yang telah ditetapkan,
sementara di puskesmas ini masih sangat kurang dari target. 4
Dari uraian pada latar belakang di atas antara lain meningkatnya angka kejadian
penyakit kanker serviks dari tahun ke tahun, adanya penderita yang datang dalam kondisi
stadium lanjut karna penderita tidak mengetahui tanda-tanda dan gejala dari penyakit
sehingga tidak melakukan pemeriksaan secara dini serta rendahnya pemanfaatan pelayanan
deteksi dini metoda IVA di puskesmas Nan Balimo Kota Solok.
Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang Rendahnya
Kunjungan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) sebagai deteksi dini kanker
serviks di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo tahun 2015.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Tingkat Kunjungan Pemeriksaan Inspeksi Visual
Asam Asetat (IVA) sebagai deteksi dini kanker serviks di Wilayah Kerja Puskesmas
Nan Balimo tahun 2015.
2
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pemeriksaan
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.
2) Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan wanita tentang kanker
serviks dan pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.
3) Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap wanita terhadap kanker serviks di
wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.
4) Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan wanita untuk melakukan
pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo.
1.3. Manfaat
1) Meningkatkan kemampuan manajemen Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat
(IVA) sebagai deteksi dini kanker serviks.
2) Dapat menyusun rencana usulan kegiatan kedepannya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Puskesmas
4
4) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas puskesmas menyelenggarakan fungsi:
1) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Melaksankan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama
dengan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas
g. Memantau pelakasanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan pelayan kesehatan
i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap system kewaspadaan dini dan respon penanggulangan
penyakit.
2) Penyelengggaran UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
Dalam menyelenggarakan fungsi ini, puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
5
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi,
f. Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan
i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan vasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya
j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem
rujukan.
2.2. Manajemen
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam hal ini manejemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri
utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih
alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan
keputusan manejerial.
2.2.1. Perencanaan
1) Pengertian
Perencanaan adalah suatu proses memulai dengan sasaran-sasaran, batasan strategi,
kebijakan, dan rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk menerapkan
keputusan, dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik terhadap pengenalan siklus
perencanaan baru (Steiner). Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen
karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan
manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan
yang dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
2) Langkah-langkah Perencanaan
Dalam perencanaan, terdapat beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu sebagai
berikut :
1) Analisa situasi
2) Mangidentifikasi masalah prioritas
6
3) Menentukan tujuan program
4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program
5) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
2.2.2. Pengorganisasian
1) Pengertian
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting, melalui fungsi pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi (manusia dan yang bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan staf dalam mencapai tujuan organisasi
2) Manfaat Pengorganisasian
Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian seorang manajer akan mengetahui:
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b. Hubungan organisatoris anta rmanusiayang akan terjadi anggota atau staf organisasi
c. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan akan melimpahkan wewenang
kepada staf sesuai dengan tugas pokok yang diberikan kepadanya
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi
3) Langkah-langkah Pengorganisasian
Ada lima langkahpentingdalampengorganisasian yaitu sebagai berikut :
a. Tujuanorganisasiharusdipahamiolehstaf
b. Membagipekerjaandalambentukkegiatan-kegiatanpokokuntukmencapaitujuan
c. Menggolongkan kegiatanpokokkedalamsatuan kegiatan yang praktis
d. Menetapkan kewajiban yang dilaksanakanolehstafdanmenyediakanfasilitas
pendukung yang diperlukanuntukmelaksanakantugasnya
e. Mendelegasikanwewenang
7
dalam fungsi perencanaan).Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana manajer
mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan manusia)
untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
2) Standar Pengawasan
Standar pengawasan mencakup :
a. Standar norma. Standar ini dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan
kegiatan program yang sejenis atau yang dilaksanakan dalam situasi yang sama di
masa lalu.
b. Standar kriteria. Standar ini d iterapkan untuk kegiatan pelayanan oleh petugas yang
sudah mendapat pelatihan. Standar ini terkait dengan tingkat profesionalisme staf.
8
3) Manfaat Pengawasan
Fungsi pengawasan dan pengendalian dilaksanakan dengan tepat,organisasi yang akan
memperoleh manfaatnya yaitu :
a. Dapat mempengaruhi sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf,
apakah sesuai dengan standard atau rencana kerja, apakah sumber dayanya sudah
digunakan sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan
dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efesiensi kegiatan program
b. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan tugas-
tugasnya
c. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan
telah dimanfaatkan secara efisien
d. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
e. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau
diberikan pelatihan lanjutan.
4) Evaluasi
Fungsi pengawasan perlu dibedakan dengan evaluasi yang juga sering dilakukan untuk
mengetahui kemajuan pelaksanaan program. Perbedaaannya terletak pada sasarannya, sumber
data, siapa yang akan melaksanakannya dan waktu pelaksanaannya. Antara evaluasi dengan
fungsi pengawasan juga mempunyai kesamaan tujuan yaitu untuk memperbaiki efesiensi dan
efektifitas pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi perencanaan.
Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah
satu metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak direkomendasikan pada wanita
pascamenopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan
tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo. IVA positif bila ditemukan adanya area
berwarna putih dan permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona
transformasi.
9
2.3.2. Patofisiologi Timbulnya Acetowhite
Membran sel terdiri dari lapisan lipid bilayer dengan protein yang tersisip didalamnya
atau terikat pada permukaan sitoplasma. Protein integral membrane tertanam kuat dalam
lapisan lipid. Sebagian protein ini sepenuhnya menimbulkan rentangan pada lapisan ganda
dan disebut protein transmembran dan sebagian lain tertanam dalam lapisan ganda lipid
protein perifer terikat secara longgar pada permukaan internal membrane. Pada sel yang
mengalami proses onkogenesis, protein yang tadinya normal akan berubah menjadi
onkoprotein. Protein normal pada sel lebih tahan terhadap asam, tetapi pada onkoprotein oleh
karena terjadi perubahan protein dengan susunan asam amino yang berubah menyebabkan
sel-sel mudah mengalami destruksi oleh asam sehingga terjadi koagulasi.
Adanya metaplasia squamosa atipik pada serviks akibat stimulus onkogen dalam
perkembangan sel yang mengalami metaplasia akan menampakkan daerah peralihan yang
atipik. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan nisbah inti : sitoplsama. Peningkatan ini
berakibat berkurangnya kemampuan sinar untuk menembus epitel. Epitel akan tampak putih
yang segera kelihatan setelah pengusapan asam asetat 3-5%.
Efek pemberian asam asetat akan menyebabkan dehidrasi sel akibat peningkatan
osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik akan menarik
cairan intraseluler sehingga membrane sel akan kolpas dan jarak antar sel semakin dekat.
Epitel kolumnarmenjadi plumper (gemuk) setelah pemberian asam asetat sehingga sel-sel
akan lebih mudah terlihat. Akibatnya bila permukaan sel mendapat sinar, maka sinar tidak
akan diteruskan ke dalam stroma namun akan dipantulkan keluar permukaan sel.
Asam asetat juga mempunyai efek koagulasi protein dalam sitoplasma dan inti
sehingga tampak opaque dan putih. Epitel abnormal memiliki inti dengan kepadatan yang
tinggi, sehingga akan menghambat cahaya untuk menembus epitel. Hal ini menyebabkan sel
akan terlihat berwarna putih (acetowhite) oleh karena warna kemerahan pada pembuluh darah
dibawah sel epitel tidak terlihat. Pada keadaan normal epitel berwarna dan tembus cahaya.
Warna kemerahan yang terlihat merupakan warna pembuluh darah yang terlihat dibawah
epitel. Sel yang mengalami dysplasia paling terpengaruh terhadap pemberian asam asetat
karena memiliki inti yang besar dan kromatin dengan kandungan protein tinggi. Sel-sel yang
10
mengalami destruksi oleh asam asetat sehingga terjadi koagulasi protein, hal ini akan
memberikan gambaran lesi putih pada sel.
Derajat putihnya epitel tersebut menunjukkan daerah dengan peningkatan densitas inti
yang mencerminkan bertambahnya jumlah, ukuran dan konsentrasi DNA sel yang abnormal.
Semakin tinggi konsentrasi protein, epitel akan semakin putih. Kondisi ini akan berhubangan
langsung dengan keparahan dysplasia. Efek asam asetat mencapai puncak sekitar 1-2 menit
sesudah aplikasi dan akan menghilang dalam waktu menit. Tindakan ini dapat dilakukan
beberapa kali selama pemeriksaan.
Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan akan mempunyai inti relatif
menonjol, pada daerah yang imatur dimana inti relative lebih besar dari normal akan terlihat
berwarna putih setelah pengusapan asam asetat tetapi dengan intensita yang kurang dan cepat
menghilang karena epitel metaplasi sangat tipis. Hal ini membedakannya dengan proses
prekanker dimana epitel putih lebih tajam dan lebih lama menghilangnya.
Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30 dan 45
tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita berusia antara 40 dan
50 tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin
terdeteksi, biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal. Sejumlah faktor resiko yang berhubungan
dengan perkembangan kanker leher rahim, diantaranya sebagai berikut:
Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (misalnya HIV/AIDS)
atau mengunakan kortikosteroid secara kronis (misalnya pengobatan asma atau lupus)
berisiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika mereka memiliki HPV.
11
2). Kapan Harus Menjalani Tes IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes tersebut
dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS atau HIV/AIDS.
Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika konseling dibutuhkan. Untuk
masing-masing hasil akan diberikan beberapa instruksi baik yang sederhana untuk ibu
tersebut (misalnya kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 1 tahun secara berkala atau 3/5
tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas seperti kapan dan dimana
pengobatan dapat diberikan, risiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu
merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.
a. Riwayat menstruasi
b. Pola pendarahan (misalnya paska coitus atau menstruasi tak teratur)
c. Paritas
d. Usia pertama kali berhubungan seksual
e. Penggunaan alat kontrasepsi
IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana sebagai berikut ini:
a. Meja periksa
b. Sumber cahaya/lampu
c. Spekulum Bivalved (Cusco or Graves)
d. Rak atau wadah peralatan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes IVA harus tersedia di tempat:
a. Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari
serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
b. Sarung tangan periksa harus baru
c. Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika menonjol
melalui bilah spekulum.
12
d. Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%) Untuk melakukan
IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher rahim.
1. IVA negatif : serviks normal, permukaan epitel licin, kemerahan, tak ada reaksi warna
putih
2. IVA negatif (radang) : serviks dengan peradangan (servisitis), kelainan jinak lainnya
(polip)
3. IVA positif (prekanker) : dengan ditemukannya bercak putih (acetowhite). Semakin
putih, tebal ddan ukuran besar dengan tepi tumpul, maka makin berat kelainan.
4. IVA positif (Kanker serviks) : gambaran berupa pertumbuhan seperti kembang kol,
nekrotik, rapuh dan mudah berdarah dengan gambaran putih yang keras.
Inspeksi visual dengan asam asetat merupakan metode skrining dengan kelebihan-
kelebihan sebagai berikut :
13
bahkan bersamaan dengan pemeriksaan ini resiko hilangnya kasus dalam tindak lanjut
kecil
e. Memiliki sensivitas yang tinggi
14
BAB III
HASIL PRAKTIK KLINIK
Puskesmas Nan Balimo Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok mulai beroperasional
pada bulan april 2008. Puskesmas Nan Balimo mempunyai 2 (dua) Kelurahan yaitu
Kelurahan Nan Balimo dengan luas wilayah 759 Ha dan Kelurahan Laing dengan luas
wilayah 815 Ha.Puskesmas Nan Balimo merupakan puskesmas non perawatan atau
puskesmas rawat jalan.
Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
15
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa
3) Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawa
16
a. Poskeskel Nan Balimo
b. Poskeskel Laing
4) Sarana Transportasi
a. Kendaraan Dinas Roda 4 : 1 Unit
b. Kendaraan Dinas Roda 2 : 13 Unit
Tabel 3.1. Data Sarana Dan Prasarana Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Nan BalimoTahun 2015
No Jenis Sarana Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Puskesmas Pembantu 4 Unit
3. Poskeskel 2 Unit
4. Posyandu Balita 10 Unit
5. Posyandu Lansia 4 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 1 Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit
Sumber : Profil Puskesmas Nan Balimo 2015
17
12 Tenaga RM 1
13 Tenaga Elektromedik 0
14 Tenaga Umum 0
15 Tenaga Supir 1
16 Penjaga Malam 1
17 Tenaga Kebersihan 1
Total 41
Sumber :Profil Puskesmas Nan Balimo 2015
2) Kesehatan Lingkungan
a. Kegiatan yang dilakukan :
Inspeksi sanitasi dasar
Rumah sehat
Pemeriksaan tempat tempat umum dan tempat pengolahan makanan dan
minuman (ttu-tpm)
Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
Pengelolaan sampah rumah tangga
Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air
Penyuluhan higiene sanitasi ke sekolah
Penyuluhan kawasan sehat
18
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.3 Hasil kegiatan program kesehatan lingkungan
Pencapaian
No Kegiatan Target %
%
6 TTU 75 89,4
7 TPM 65 82,5
19
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.4 Hasil kegiatan Program Kesehatan Ibu
No. Kegiatan SPM seksi KIA Target Pencapaian (%)
Jumlah KN
2 Lengkap sasaran 170 90 82,7
170
Jumlah neonatus
4 komplikasi yg 0 80 26,6
ditangani
20
Yankes anak
7 170 85 84,6
balita
Jlh kematian
8 0 - 4
neonates
Jlh Kematian
10 0 - 0
Balita
Peserta KB Peserta KB
DROP OUT
Baru Aktif
Keluraha Jml
No
n PUS Kumulatif Kumulatif Kumulatif
Nan
1 1250 108 8,64 908 72,6 83 6,64
Balimo
21
Pemberian tablet Fe
GERNASDARZI
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.7 Hasil kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat
4 Pendistribusian Vit A 85 98
22
2) Kusta
Penemuan dan penanganan kasus
3) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC
Pelacakan Kasus Kontak
PMO TB
TB mangkir
Penyaringan suspect
4) Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Sosialisasi DBD
Pemantauan Jentik
Penyelidikan Epiddemiologi (PE)
5) Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia
penemuan dan penanganan kasus
6) Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies
Pelacakan Kasus
7) Program Imunisasi
Pelayanan Imunisasi
BIAS
TT WUS
Sweeping
Pelacakan KIPI
b. Hasil Kegiatan
Tabel 3.8 Hasil kegiatan Program P2P
Pencapaian
No Kegiatan Target %
%
Angka Bebas
2 92 77,43
Jentik(ABJ)
Penemuan kasus
3 - 18 org
Pneumoni *
23
4 Pengobatan Diare 100 100
8 Pemberian VAR/SAR - 9
2 HB 0 85 92.4
3 BCG 95 95.3
4 Polio 1 95 96.5
5 DPT HB 1 95 101.2
6 DPT HB 3 90 95.9
7 Polio 4 90 98.2
8 Campak 90 91.2
12 TT WUS 85 82.9
24
POSYANDU
25
b. Luar Gedung
UKGS
UKGM
26
2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
b. Tujuan Kegiatan
Melakukan penimbangan berat badan
Melakukan pengukuran tinggi badan
Melakukan pemeriksaan mata
Mengisi kuisioner tumbuh kembang anak
c. Manfaat
Mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak
Mengetahui kelainan perkembangan dan pertumbuhan anak
3. Posyandu
27
4. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
a. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini adalah :
Tanggal : 15 Oktober 2015
Tempat : Gelanggang Betung Kecamatan Tanjung Harapan
b. Tujuan Kegiatan
- Untuk melihat adanya jentik-jentik di rumah suspek DBD dan minimal 10 rumah
di lingkungannya
- Memberikan bubuk abate di bak penampungan air yang beresiko menimbulkan
jentik nyamuk Aides agepti
- Ditemukannya positif jentik nyamuk pada 8 rumah
- Mengajarkan pada masyarakat tentang 3M plus
c. Manfaat
- Mencegah penyebaran penyakit DBD
- Meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ)
28
pencegahan dan pengendalian penyakit. Identifikasi masalah dilakukan pada masing-masing
program wajib di Puskesmas Nan Balimo. Pada program esensial tersebut masih terdapat
kesenjangan antara target dan pencapaian.
Berdasarkan keseluruhan program yang belum mencapai target, dipilih dua masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan skala prioritas Urgens, Seriousness, Growth (USG).
Penilaian dua masalah prioritas tersebut ditentukan berdasarkan data laporan tahunan
puskesmas, wawancara dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas. Permasalahan
ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari
Urgensi, Seriousness,dan Growth.
Uraian dua permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu:
1. Rendahnya pencapaian pemeriksaan IVA
Jumlah pencapaian pemriksaan IVA di Puskesmas Nan Balimo hanya ditemukan
sebanyak 63 orang yang seharusnya mencapai target 273 orang
2. Rendahnya pencapaian jamban keluarga
Jumlah pencapaian jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo ditemukan
sebanyak 70,5% yang seharusnya mencapai target 90%.
29
3. Growth (tingkat perkembangan masalah)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
Rendahnya kunjungan 4 4 3 48 P1
pemeriksaan IVA
Rendahnya pencapaian 3 3 3 27 P2
jamban keluarga
30
Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa
( Fishbone) Rendahnya Kunjungan Pemeriksaan IVA
METODE MANUSIA
s
WUS yang malu untuk
pemeriksaan IVA
Kurangnya pengetahuan
Kurangnya masyarakat tentang kanker
sosialisasi/penyuluhan serviks dan pemeriksaan IVA
Rendahnya
KurangnyaPengetahuan kunjungan
masyarakat tentang manfaat
IVA pemeriksaan
IVA
Pemanfaatan media
Kurangnya dana untuk informasi kurang maksimal Akses jauh
sosialisasi
Terbatasnya transportasi Kurangannya dukungan dari
masyarakat suami dan keluarga
DANA SARANA 31
LINGKUNGAN
3.4.4 Analisis Sebab Akibat Masalah
Berdasarkan Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa ( Fishbone) maka dapat dilakukan
analisis sebab akibat masalah tersebut untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari
berbagai penyebab yang ditemukan maka selanjutnya dicari alternatif pemecahan masalah
tersebut.
Tabel 3.11. Analisis Sebab Akibat Masalah
No Variabel masalah
Faktor Penyebab masalah Alternatif Pemecahan masalah
penyebab
1 Manusia Masih rendahnya pengetahuan Memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang kanker serviks masyarakat mengenai kanker serviks
dan pemeriksaan IVA dan pemeriksaan IVA
Masih rendahnya pengetahuan Menjelaskan kepada masyarakat
masyarakat tentang manfaat IVA mengenai pentingnya pemahaman
WUS yang malu untuk pemeriksaan tentang manfaat pemeriksaan IVA
IVA Menyakinkan ibu untuk tidak malu
dalam pemeriksaan IVA
Meningkatkan kerjasama petugas
puskesmas dengan petugas pustu/
poskeskel/ praktek swasta
32
dapat digunakan untuk kegiatan
penyuluhan.
4 Sarana Kurangnya pemanfaatan media Memanfaatkan fasilitas dan sarana
informasi pemeriksaan IVA di puskesmas secara
Terbatasnya transportasi masyarakat maksimal.
Setelah melakukan pemeriksaan IVA
memberikan uang transportasi kepada
WUS
5 Lingkungan Kurangnya dukungan suami dan Meningkatkan peranan dan dukungan
keluarga suami dan keluarga untuk pemeriksaan
Akses puskesmas jauh dari IVA
pemukiman penduduk Memperbaiki akses menuju puskesmas
33
NO VOLUME
KEGIATAN TUJUAN SASARAN LOKASI PELAKSANA
. KEGIATAN
1. Penyuluhan kepada Meningkatkan pengetahuan Ibu, pasangan Puskesmas, 1 kali dalam 1 Dokter, kader dan
masyarakat mengenai masyarakat suami-istri posyandu bulan petugas puskesmas
kanker serviks dan
pemeriksaan IVA
2. Membuat leaflet, Meningkatkan pengentahuan Ibu, pasangan Puskesmas, 1 kali dalam 1 Dokter, kader dan
stiker, poster suami-istri posyandu bulan petugas di
puskesmas
3. Pemberian reward Agar WUS dapat mencapai WUS Puskesmas, Setiap melakukan Dokter, kader, dan
(seperti uang transport) akses puskesmas posyandu, rumah acara pemeriksaan petugas puskesmas
masyarakat IVA
4. Tabungan pemeriksaan Memaksimalkan penggunaan Seluruh petugas Puskesmas Setiap hari Petugas puskesmas
IVA sumber dana puskesmas yang puskesmas
(Mengumpulkan uang ada agar dapat digunakan
kas setiap hari sejumlah untuk sosialisasi
1.000 rupiah)
Tabel. 3.12 Plan of Plain
34
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Puskesmas Nan Balimo adalah salah satu puskesmas yang berada di kota Solok
Sumatera Barat yang telah merealisasikan program IVA, dari hasil studi awal didapat bahwa
dari tahun 2015 terdapat sebanyak 63 wanita yang melakukan pemeriksaan IVA di
puskesmas ini, sebanyak 2 wanita yang didiagnosa IVA positif. Menurut petugas program
IVA puskesmas Nan Balimo Solok, jumlah target wanita yang melakukan pemeriksaan IVA
yang harus dicapai minimal 273 orang sesuai yang telah ditetapkan, sementara di puskesmas
ini masih sangat kurang dari target.
35
4.2. Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
1. DEPKES. 2012.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf
4. Laporan Tahunan Pemeriksaan IVA Tahun 2015. Solok: Puskesmas Nan Balimo
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
6. Wiyono, Sapto. 2004. Inspeksi Visual Asam Aseta (IVA) Untuk Deteksi Dini Prakanker
Serviks. http://core.ac.uk/download/pdf/11712853.pdf
8. Dinas Kesehatan Kota Solok. 2015.Profil Kesehatan Kota Solok. Solok: Dinas Kesehatan
Kota Solok.
37