Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan

kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong

berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas

panggul.1 Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam

persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan

kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.2

Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena

penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan

ultrasonografi.3

Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang antara lain:

RSUP Dr. Pirngadi, Medan 0,6%; RS Hasan sadikin, Bandung 1,9%; RSUP Dr. Cipto

Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1% dari 12827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut

angka 0,3% dan Holland 0,5 – 0,6%.1

Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan

mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan

prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi

kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan

ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi

untuk melahirkan janin.1

1. DEFINISI

Letak lintang adalah bila dalam kehamilan atau dalam persalinan sumbu panjang janin

melintang terhadap sumbu panjang ibu (termasuk di dalamnya bila janin dalam posisi

oblique).

6
Letak lintang kasep adalah letak lintang kepala janin tidak dapat didorong ke atas tanpa

merobekkan uterus.4

Letak lintang adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu menyilang ibu

secara tegak lurus atau mendekati 90o. Jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini tajam

disebut oblique lie, yang terdiri dari deviated head presentation (letak kepla mengolak) dan

deviated breech presentation (letak bokong mengolak). Karena biasanya yang paling rendah

adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder presentation.5

Menurut letak kepala terbagi atas:

a). Letak lintang I : kepala di kiri

b). Letak lintang II : kepala di kanan

Menurut posisi punggung terbagi atas:

a). Dorso anterior (di depan)

b). Dorso posterior (di belakang)

c). Dorso superior (di atas)

d). Dorso inferior (di bawah)

2. INSIDENSI

Angka kejadian letak lintang berkisar antara 0,5 – 2 %. Dari beberapa rumah sakit

pendidikan di Indonesia dilaporkan : Medan 0,6 %, Jakarta 0,1 % (1948), Bandung 1,9 %.

Grenhill melaporkan 0,3 %.5

3. ETIOLOGI5

Sebab terpenting terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai dinding uterus dan

perut lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar, janin sering

dijumpai dalam letak lintang. Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala

ke dalam rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul dan

7
plasenta previa dan pula mengakibatkan terjadinya letak lintang tersebut. Demikian pula

kelainan bentuk rahim, seperti misalnya uterus arkuatus atau uterus subseptus, juga

merupakan penyebab terjadinya letak lintang.6

Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula

penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor – faktor tersebut adalah :

 Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus,

plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.

 Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.

 Gemelli (kehamilan ganda)

 Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum

 Lumbar skoliosis

 Monster

 Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.

Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan

perut yang lembek.1

4. DIAGNOSIS5

(1) Inspeksi

Perut membuncit ke samping

(2) Palpasi

- Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan

- Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke

dalam pintu atas panggul

- Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri

(3) Auskultasi

Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.

8
(4) Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)

- Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk

menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.

- Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di

kiri, ketiak menutup ke kiri.

- Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.

- Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak,

namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

5. MEKANISME PERSALINAN1,4,5

Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam letak lintang.

Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati dan menjadi lembek atau

bila panggul luas.

Beberapa cara janin lahir spontan

a. Evolutio spontanea

(1) Menurut DENMAN

Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya kepala.

(2). Menurut DOUGLAS

Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong dan akhirnya kepala.

b. Conduplicatio corpore

Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul. Kadang – kadang

oleh karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi

letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang

dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam sampai

rongga panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang

SBR meregang. Hal ini disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie

9
Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila tangan

dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang

dalam tetap sulit merubah letak janin.

Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau

seluruhnya masuk ke dalam rongga perut.

Pada letak lintang biasanya :

- ketuban cepat pecah

- pembukaan lambat jalannya

- partus jadi lebih lama

- tangan menumbung (20-50%)

- tali pusat menumbung (10%)

Keterangan :

VL : Versi Luar

VE : Versi Ekstraksi

10
Menurut Eastman dan Greenhill.1
1. Bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak
lintang, dengan anak hidup.
2. Semua primi gravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea walaupun
tidak ada panggul sempit.
Seksio sesarea didefinisikan sebagai pengeluaran janin hidup atau meninggal melalui
insisi dinding abdomen dan dinding uterus. Katz dan kawan-kawan menganjurkan penggunaan
terminologi histeretomi sebagai pengganti seksio sesarea. Di berbagai bagian dunia, frekuensi
seksio sesarea mengalami peningkatan, sementara di beberapa tempat lainnya frekuensinya tetap
karena perbedaan indikasi dan ketetapan.
Di Indonesia sendiri angka kejadiannya sekitar 30 % di tahun 2002. Di RSCM Jakarta,
sebagai rumah sakit pusat rujukan, mempunyai angka kekerapan rata-rata 41,2 % dengan 18 %
diantaranya adalah kasus seksio sesarea elektif.7 Di RSUP Malalayang, tahun 2001 terdapat 489
kasus, tahun 2002 ada 556 kasus dan tahun 2003 terdapat 493 kasus. Peningkatan ini terjadi
berkat kemajuan dalam bidang antibiotika, teknik operasi yang lebih sempurna, transfusi darah,
anestesi yang lebih baik, pengenalan gawat janin yang cepat dan penurunan paritas.8
Indikasi untuk melakukan seksio sesarea antara lain:9
Indikasi ibu: panggul sempit absolut, tumor pada jalan lahir yang menimbulkan
obstruksi, stenosis serviks/ vagina, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik dan ruptura uteri
membakat.
Indikasi janin: kelainan letak (letak lintang yang tidak bisa diputar, letak sungsang pada
primigravida dan letak muka dengan dagu didepan), gawat janin, bayi besar (>3500 gram pada
letak bokong).
Seorang wanita yang telah mengalami SC sebaiknya tidak hamil selama 3 tahun, untuk
memberi kesempatan pada luka untuk sembuh dengan baik dan untuk mengurangi kemungkinan
ruptura uteri.10
Dalam pengelolaan kehamilan dan persalinan pada bekas seksio sesarea ada beberapa
ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu:10

11
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS

Nama : Ny. Suswita Kombu

Umur : 25 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Wonasa Ling. IV

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

TTL : Kotamobagu, 1 Agustus 1982

Nama suami : Tn. Agung Randi Djakaria / 27 tahun

Pendidikan suami : S1

Pekerjaan suami : PNS PemKot

Masuk RS : 18 September 2012 (33 61 20)

2. ANAMNESIS

Anamnesis Utama : diberikan oleh penderita

Keluhan Utama :

Pasien dikirim dari poliklinik dengan diagnosis G1P0A0, 25 tahun, hamil 38-39 minggu

belum inpartu +Janin intra uterin tunggal hidup letak lintang.

Riwayat Penyakit Sekarang:

- Nyeri perut bagian bawah belum di rasakan

- Pelepasan lendir campur darah (-)

- Pelepasan air (-)

- Pergerakan janin masih dirasakan sampai MRS


12
Riwayat penyakit dahulu:

- Riwayat penyakit darah tinggi, jantung, paru, hati, ginjal dan kencing manis disangkal

- Riwayat anak kembar (-)

- BAB/BAK biasa

Anamnesis Kebidanan

Riwayat Kehamilan Sekarang

Penderita memiliki riwayat mual muntah saat kehamilan muda. Kaki tidak bengkak,

pusing dan sakit kepala tidak ada, pengelihatan tak terganggu, kencing dan defekasi biasa,

keputihan serta perdarahan tidak ada. Penderita tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok..

Pemeriksaan Ante Natal

PAN sebanyak 6 kali di dokter spesialis (Prof. dr. H.L.T. SpOG-K) dan telah di suntik

Tetanus toksoid sebanyak 2 kali.

Riwayat Haid

Penderita mengalami haid pertama pada usia 15 tahun, siklus haid teratur dalam waktu 28

hari, lama setiap kali haid 7 hari. Hari pertama haid terakhir pada tanggal 20 desember 2011

dan taksiran tanggal partus pada tanggal 27 september 2012.

Riwayat Keluarga

Penderita menikah 1 kali, dengan suami yang sekarang 2 tahun. Sekarang hamil yang

pertama. Belum pernah melahirkan. Tidak memiliki riwayat kembar dalam keluarga.

Keluarga Berencana.

Pasien berencana memiliki 2 orang anak, Pasien belum pernah menggunakan KB dan akan

mengikuti KB.

Penyakit atau operasi yang pernah atau sedang dialami

Riwayat anemia, penyakit menular seksual, kencing manis, alergi, penyakit ginjal,

tuberkulosis paru, tekanan darah tinggi disangkal penderita

13
3. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum

Status praesens

- Keadaan umum : Cukup

- Kesadaran : Compos mentis

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 84 x/menit

- Pernapasan : 22 x/menit

- Suhu badan : 36,9ºC

- BB/TB : 69 kg/160cm

- Gizi : Cukup

- Kepala : Kepala bentuk simetris, kedua konjungtiva tidak anemis, kedua

sklera tidak ikterik, telinga normal, tidak ada sekret yang keluar

dari liang telinga, hidung betuk normal, dan tidak ada sekret,

tenggorokan tidak hiperemis, karies dentis (-)

- Leher : Tidak ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening

- Dada : Bentuk simetris normal

- Jantung : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung

- Paru-paru : Tidak ditemukan rhonki dan wheezing di kedua lapangan paru

- Abdomen : Hepar dan lien sukar dievaluasi

- Alat kelamin : Alat kelamin wanita normal

- Anggota gerak : Tidak ditemukan edema, varises tidak ada

- Refleks : Refleks fisiologis normal, refleks patologis negatif

Status Obstetri

Pemeriksaan Luar

14
- TFU : 28 cm

- letak janin : letak lintang II dorso inferior

- BJA : (+) 130-140 x/menit

- His : (-)

- Pergerakan janin : (+)

- TBBA : 2325 gr

Pemeriksaan Laboratorium

- Hb : 11,6 gr/dl

- Leukosit : 13.600/mm3

- Trombosit : 285.000/mm3

Resume Masuk

G1P0A0, 25 tahun, hamil 38-39 minggu masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut

bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan, pelepasan lendir campur darah (-),

pelepasan air dari jalan lahir (-), pergerakan janin (+) SMRS, HPHT : 20 Desember

2011,TTP : 27 September 2012, TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/menit, R : 22 x/menit, S :

36,90C, BB : 69 kg, TB : 160 cm, Status Obstetri : TFU : 28 cm, BJJ : 130-140 x/menit, His

(-), pada inspeksi uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai

dengan umur kehamilannya pada palpasi dirasakan fundus uteri teraba kosong dan teraba

tonjolan-tonjolan kecil, bagian keras berada di atas fosa iliaka dekstra, bagian lunak di atas

fosa illiaka sinistra, punggung janin teraba di bawah umbilicus.

Diagnosa Sementara

G1P0A0, 27 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu

Janin intra uterine tunggal hidup, letak lintang II dorso inferior.

15
Sikap

- Seksio Sesarea

- Konseling, Informed Consent

- Laboratorium, USG, EKG, NST

- Observasi T, N, R, S, His, BJJ

- Sedia donor, setuju operasi

- Lapor konsulen : advis SC

- Lapor PO : SC (20 September 2012)

4. OBSERVASI PERSALINAN

18 September 2012

15.00 S : keluhan (-)

O : KU : cukup Kes : Compos Mentis

T: 120/80 mmHg N : 84 x/menit R : 22 x/ menit

BJJ: 135-138 x/menit, His (-)

A : G1P0A0, 27 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu

Janin intra uterin tunggal hidup letak lintang.

P : - MRS

- Seksio Sesarea

- Konseling, Informed Consent

- Lab, USG, EKG, NST

- Observasi T,N,R,S, His, BJJ

- Lapor Konsulen (Prof. dr. H.L.T. SpOG-K)

- advis : seksio sesarea

- Lapor PO : SC (20 September 2012)

15.00-16.00 : His (-), BJJ : 135-138 x/menit

16
16.00-17.00 : His (-), BJJ : 138-140 x/ menit

19 September 2012

07.00 S : Keluhan (-)

O : Status Presens : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis

T : 120/80 mmHG N: 84 x/menit

R : 20x/menit S : 36,40C

Status Obstetrik : TFU : 28 cm Letak anak : Letak lintang

BJJ : (+) 130-140 x/menit His : (-)

A : G1P0A0, 27 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu

Janin intra uterin tunggal hidup letak lintang.

P : Seksio Sesarea elektif tanggal 20 September 2012

19.30 S : Keluhan (-)

O : Status Presens : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis

T : 120/80 mmHG N: 84 x/menit

R : 20x/menit S : 36,40C

Status Obstetrik : TFU : 28 cm Letak anak : Letak lintang

BJJ : (+) 135-142 x/menit His : (-)

A : G1P0A0, 27 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu

Janin intra uterin tunggal hidup letak lintang.

P : Seksio Sesarea elektif tanggal 20 September 2012

20 September 2012

07.00 S : Keluhan (-)

O : Status Presens : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis

T : 110/70 mmHG N: 80 x/menit

R : 20x/menit S : 36,40C

Status Obstetrik : TFU : 28 cm Letak anak : Letak lintang

17
BJJ : (+) 135-145 x/menit His : (-)

A : G1P0A0, 27 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu

Janin intra uterin tunggal hidup letak lintang.

P : Seksio Sesarea hari ini

10.45 Dilakukan operasi SCTP

Laporan Operasi

Penderita dibaringkan terlentang dimeja operasi. Dilakukan tindakan antiseptik pada

dinding abdomen, ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi. Dalam GA dilakukan

insisi linea mediana inferior, diperdalam lapis demi lapis secara tajam dan tumpul sampai

peritoneum. Kemudian peritoneum dijepit dengan pinset, yakin usus tidak terjepit, digunting

dan dilebarkan. Tampak uterus gravidarum aterm. Identifikasi plika cavum uteri. Selaput

ketuban dipecahkan, cairan putih keruh ±200 cc. Eksplorasi janin letak lintang kepala di

kanan, bayi dilahirkan dengan tarikan kaki. Jam 10.50 lahir bayi perempuan, dengan BBL :

2700 gram, PBL : 45 cm, AS : 6-8. Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat dijepit

dengan 2 kocher dan digunting diantaranya. Bayi diserahkan pada neonati untuk perawatan

lanjut. Plasenta dilahirkan secara manual, implantasi pada fundus. Luka SBR di jepit dengan

beberapa ringtang, cavum uteri dibersihkan dari sisa selaput dan cairan ketuban. Luka SBR

dijahit dua lapis secara simpul dan jelujur. Kontrol perdarahan  tidak ada. Eksplorasi

uterus bentuk arkuatus, kedua tuba dan ovarium baik, kontraksi uterus baik. Cavum

abdomen dibersihkan dari sisa darah. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, peritoneum

di jahit jelujur dengan catgut, fat di jahit simpul dengan catgut, fascia di jahit jelujur dengan

poliglicolic acid (Dexon), subkutan fat di jahit simpu dengan catgut, kulit di jahit simpul

dengan zide. Luka operasi tutup dengan kasa betadine.

11.45 Operasi selesai.

18
KU post operasi

T: 120/80 N: 82 x/menit R: 24 x/menit S: 36,5oC

Kontraksi uterus : Baik

Perdarahan : ±700cc

Diuresis : ±200cc

Instruksi pasca bedah

- Kontrol nadi, tensi, pernapasan, suhu, diuresis, perdarahan, kesadaran

- Puasa sampai flatus (+), peristaltik (+)

- Infus: RL:Dextrosa 5% = 2:2 20 gtt/mnt

- Antibiotik :-inj. Cefftriaxone 3 x 1gr IV

-inj. Metronidazole 2 x 0.5 gr IV

-Vit. C 1 x 1 amp IV

-Transamin 3 x 1 amp IV

-Ketorolac 3 x 1 amp IV

-Cek Hb 2 jam dan 6 jam post op

-Bila Hb < 10 g/dL lakukan trasfusi darah.

Pemeriksaan Darah Lengkap 2 Jam Post Operasi

HB : 11,0 g/dL

Leukosit : 24.600 /mm3

Eritrosit : 3.60 x 106/mm3

Hematocrit : 31.9 %

Trombosit : 281 x 103/mm3

19
Follow Up

21 September 2012

08.00 S : Nyeri perut di daerah operasi

O : Status Presens : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis

T : 110/80 mmHG N: 88 x/menit

R : 20x/menit S : 36,40C

Status Puerpuralis : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/-, bengkak -/-

Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain

gaas. Fluksus (+), BAB (-), BAK (+) diuresis 50 cc/jam

berwarna kuning kecoklatan.

A : P1A0, 25 tahun, post SCTP hari pertama a/i letak lintang

Lahir bayi perempuan dengan BBL : 2700 gr, PBL : 45 cm, AS : 6-8

P : - IVFD : RL : Dextrosa 5% = 2:2 20 gtt/mnt

- inj. Cefftriaxone 3 x 1gr IV

- inj. Metronidazole 2 x 0.5 gr IV

- Vit. C 1 x 1 amp IV

- Transamin 3 x 1 amp IV

- Makan bubur dan minum sedikit-sedikit

22 September 2012

09.00 S : (-)

O : Status Presens : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis

T : 110/70 mmHG N: 84 x/menit

R : 20x/menit S : 36,40C

Status Puerpuralis : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-, bengkak -/-

20
Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.

Fluksus (+), BAB (-), BAK (+)

A : P1A0, 25 tahun, post SCTP hari kedua a/i letak lintang

Lahir bayi perempuan dengan BBL : 2700 gr, PBL : 45 cm, AS : 6-8

P : - ASI on demmand

- Cefadroxil 3 x 1 tab

- Metronidazole 3 x 0.5 gr IV

- SulfatFerosus 1 x 1 tab

- Diet bubur kemudian nasi.

23 September 2012

09.00 S : (-)

O : Status Presens : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis

T : 110/80 mmHg N: 88 x/menit

R : 20 x/menit S : 36,40C

Status Puerpuralis : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-, bengkak -/-

Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.

Fluksus (+), BAB (+), BAK (+)

A : P1A0, 25 tahun, post SCTP hari ketiga a/i letak lintang

Lahir bayi perempuan dengan BBL : 2700 gr, PBL : 45 cm, AS : 6-8

P : - ASI on demmand

- Diet nasi biasa

- Metronidazole 3 x 0.5 gr IV

- SulfatFerosus 1 x 1 tab

21
24 September 2012

09.00 S : (-)

O : Status Presens : KU cukup, Kesadaran Compos Mentis

T : 110/70 mmHG N: 84 x/menit

R : 20x/menit S : 36,40C

Status Puerpuralis : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/-, bengkak -/-

Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.

Fluksus (+), BAB (+), BAK (+)

A : P1A0, 25 tahun, post SCTP hari keempat a/i letak lintang

Lahir bayi perempuan dengan BBL : 2700 gr, PBL : 45 cm, AS : 6-8

P : - ASI on demmand

- Cefadroxil 3 x 1 tab

- Metronidazole 3 x 0.5 gr IV

- SulfatFerosus 1 x 1 tab

- Konseling KB

- pulang hari ini.

22
DISKUSI

1. Apa dasar diagnosis pada kasus ini?

Penderita ini didiagnosis dengan:

G1P0A0, 27 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu

Janin intra uterine tunggal hidup, letak lintang II dorso inferior.

Dignosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

kebidanan. Dari anamnesis diketahui bahwa kehamilan adalah kehamilan pertama. Sesuai

dengan HPHT, saat ini ibu hamil 38-39 minggu dan saat datang ibu belum ada tanda tanda

inpart.

Pada inspeksi uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai

dengan umur kehamilannya pada palpasi dirasakan fundus uteri teraba bagian kecil janin, bagian

keras berada di atas fosa iliaka dekstra, bagian lunak di atas fosa illiaka sinistra, punggung janin

teraba di bawah umbilikus. Bunyi Jantung Janin (BJJ) berada di sekitar umbilikus. Ini

menunjukkan diagnosis letak lintang janin. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan

bahwa pada letak lintang, biasanya kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa

iliaka yang lain.

2. Mengapa terjadi kehamilan letak lintang pada pasien ini?

Mengingat pasien ini adalah primigravida, maka etiologi multiparitas pada pasien ini

disingkirkan. Usia kehamilan yang di hitung dari HPHT pada pasien ini menyingkirkan dugaan

prematuritas. TFU dan riwayat gemeli dalam keluarga tidak ada, menghilangkan kecurigaan

pada kehamilan gemeli. Sehingga penyebab kehamilan letak lintang yang paling dicurigai adalah

karena abnormalitas uterus, bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak

23
dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir. Seperti arkuatus,

bikornus dan septum.

3. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada kasus ini?

PAN pada penderita ini kualitasnya jelek berhubungan sejak ibu megetahui bahwa

bayinya dalam posisi letak intang, ibu tidak pernah mendapatkan anjuran untuk melakukan knee

chest position dan ibu tidak diberitahukan penanganan persalinan yang akan dilakukan. Indikasi

seksio sesarea diberitahukan setelah ibu masuk rumah sakit.

Penderita masuk ke RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou dengan diagnosis G1P0A0, 27 tahun,

hamil 38-39 minggu, belum inpartu. Janin intra uterin, tunggal hidup, letak lintang II dorso

inferior. Adapun penderita ini diambil keputusan untuk dilakukan seksio sesarea karena

penderita adalah primigravida dengan janin hidup, masa kehamilan penderita memasuki masa

aterm, tetapi belum ada tanda-tanda inpartu.

Menurut Eastman dan Greenhill.1

3. Bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak

lintang, dengan anak hidup.

4. Semua primi gravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea walaupun

tidak ada panggul sempit.

4. Bagaimana penanganan pada penderita ini paska seksio sesarea?

Setelah operasi seksio sesarea penderita ditempatkan di ruang pulih sadar dengan

pengawasan yang ketat sampai penderita benar-benar sadar. Pengawasan ketat antara lain

pengawasan tanda vital, keseimbangan cairan, pemberian obat-obatan, diet dan mobilisasi

bertahap setelah penderita sadar.

24
Bila keadaan penderita sudah sadar dan membaik maka penderita dipindahkan ke ruang

perawatan. Pada beberapa kasus dengan luka bekas operasi basah dan terbuka, harus dilakukan

rehecting. Keadaan ini dapt disebabkan perawatan luka post operasi yang tidak baik.

5. Prognosis

Prognosis pada pre operasi dan durante operasi adalah dubia ad malam, karena pada

pasien ini terdapat kelainan letak yaitu letak lintang yang termasuk pada kehamilan dengan

resiko tinggi.

 Bagi ibu

Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan

ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi infeksi intrapartum.5

 Bagi janin

Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan oleh :

(1) Prolasus funiculi

(2) Trauma partus

(3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus

(4) Ketuban pecah dini5

Prognosis pasca operasi: dubia ad bonam, karena ibu dan bayi selama, tidak terdapat

hambatan selama operasi dan tidak ada komplikasi selama masa nifas.

25
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis: G1P0A0, 27 tahun,

hamil 38-39 minggu, belum inpartu + Janin intra uterin, tunggal hidup, letak lintang II

dorso inferior.

2. Penyebab letak lintang pada kasus ini kemungkinan besar karena karena abnormalitas

uterus.

3. Tindakan seksio sesarea pada kasus ini sudah tepat, mengingat status pasien primigravida

dengan usia kehamilan aterm, janin hidup, letak lintang II dorso inferior.

4. Prognosis sebelum operasi pada ibu dan janin sebelum operasi adalah cukup. Prognosis

sesudah operasi pada kasus ini adalah baik karena ibu dan bayi selamat dan tidak ada

komplikasi selama masa nifas.

Saran:

1. Pada saat kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan antenatal yang baik. Penanggulangan

sedini mungkin setelah terdiagnosis dengan melakukan posisi bersujud (knee chest

position), dengan posisi perut seakan-akan menggantung ke bawah.

2. Apabila umur kehamilan sudah 38 minggu ibu harus dirawat di RS yang memiliki

fasilitas seksio dan tenaga ahlinya.

3. Sebaiknya ibu tidak hamil dalam 2 tahun setelah seksio sesarea.

4. Ikut program Keluarga Berencana, dianjurkan untuk menggunakan pil KB setelah

kehamilan sekarang.

5. Perlu adanya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik di Puskesmas maupun dari

pihak Rumah Sakit.

26
KEPUSTAKAAN

1. Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk

Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. Jakarta

2. Mansjoer, A dkk. 2001. Kelaianan pada Persalinan dalam Kapita Selekta Kedokteran

3theds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI. Jakarta

3. Bowes, W. 2006. Management of The Fetus in Transverse Lie. www. Uptodate.com

4. Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2nd eds,

cetakan 1. Medika FK UGM. Yogyakarta.

5. Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri

Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta.

6. Wiknjosastro, Hanifa.,et al. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

7. Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH. Kehamilan dan persalinan dengan parut

uterus. Dalam: Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002; 76-7

8. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT. Panggul Sempin. Dalam : Pedoman

Diagnosis danTerapi Obstetri dan Ginekologi. Manado; hal. 107-8

9. Martohoesodo S, Abadi A. Distosia Karena Kelainan Panggul. Dalam : Wiknjosastro H,

Saifuddin AB, Rachimhadhi T (editor). Ilmu Kebidanan. Ed. 3. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1999. Hal: 640-7

10. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. Dystosia Karena Panggul Sempit. Dalam :

Obstetri Patologi. Bandung; 1984. Hal: 205-14.

27
28

Anda mungkin juga menyukai