Pengelolaan Obat High Alert Medication Rumah Sakit
Pengelolaan Obat High Alert Medication Rumah Sakit
1. AMIODARONE HYDROCHLORIDE
a. AMIODARONE HYDROCHLORIDE
Amiodarone HCl injeksi digunakan untuk mengobati pasien dengan gangguan irama jantung
atau biasa disebut “aritmia”.
b. BENTUK SEDIAAN.
Ampul dilarutkan kedalam 250 ml Glucose 5% w/v, yang konsentrasinya0,6
mg/mlamiodarone Hydrochloride.
f.
Makanan dan Minuman
INTERAKSI.
Makanan dan Minuman
Buah Jeruk atau Jus Jeruk.
Obat lainnya.
1 Azithromycin 8 Phenytoin
2 B– bloker 9 Rifampicin
3 CCB 10 Salmeterol
4 Cimetidin 11 Tramadol
5 Cyprofloxacin 12 Vit-K
6 Codein 13 Tamoxifen
7 Lidocaine 14 Ranolazin
c. EFEK SAMPING
Penggunaan jangka panjang dari chloral hydrate syrup efek kecanduan efek samping
termasuk ruam, ketidaknyamanan lambung dan ginjal yang parah, jantung dan gagal
hati.Overdosis akut sering ditandai dengan mual, muntah, kebingungan, kejang.
d. PENYIMPANAN.
1) Simpan pada tempat kedap udara.
2) Jauhkan dari kelembapan.
3) Hindari dari paparan sinar matahari langsung.
4) Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
3. DIGOXIN
a. DIGOXSIN
Digoxin adalah obat yang diperoleh dari tumbuhan Digitalis lanata.Bunga dari tumbuhan ini
berbentuk seperti lonceng kecil dan warnanya berbeda menurut species dari ungu, merah
muda, putih atau kuning.Tumbuhan ini berasal dariEropa, Asia bagian barat dan tengah.
b. CARA PEMAKAIAN
Cara pemberian Digoxin ada berbagai macam cara diantaranya:
1) Secara Peroral.
2) Secara Intravena.
Pemberian secara intravena maksudnya adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit (suntikan).
c. EFEK SAMPING
Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk:
1) Mual, muntah.
2) Diare.
3) Nyeri abdomen (perut).
4) Gangguan penglihatan.
5) Sakit kepala.
6) Rasa capek.
7) Mengantuk.
d. INTERAKSI OBAT
1) Interaksi dengan makanan :Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang
kaya akan pektin menurunkan absorpsi oral digoxin.
2) Interaksi dengan obat: kaolin-pektin (obat diare) dapat menurunkan penyerapan digoxin.
Pisahkan pemakaian digoxin 1,5-2 jam sebelum obat lain.Loperamida (obat diare) dengan
digoxin. Bila kedua obat ini digunakan secara bersamaan maka efek digoxin dapat
meningkat. Dengan memperlambat gerakan usus halus loperamida menaikkan penyerapan
digoxin oleh tubuh.
e. PENYIMPANAN.
Simpan obat ini dalam wadah aslinya, tertutup rapat, dan jauh dari jangkauan anak-
anak.Menyimpannya pada suhu kamar dan terhindar dari panas dan kelembaban (bukan di
kamar mandi).Membuang semua obat yang sudah rusak atau tidak diperlukan lagi.Bicaralah
dengan apoteker RS Roemani Anda tentang pembuangan obat Anda.
4. EPINEPHRINE
a. EPINEPHRINE
Epinephrine adalah obat yang digunakan untuk penyuntikan pembuluh darah dalam
pengobatan hipersensitivitas akut.
c. CARA PENGGUNAAN
Diinjeksikan secara intramuscular ke dalam jaringan otot pantat atau paha.Merupakan cara
pemberian obat yang paling efektif untuk penanganan pasien yang mengalami syok
anaphilaktik. Mula kerja obat cepat, karena absorbsi terjadi melalui celah antar sel endothel
kapiler tanpa mengalami vasokonstriksi jaringan sekitar.
e. EFEK SAMPING
1) Kardiovaskuler: Angina, aritmia jantung, nyeri dada, flushing, hipertensi, peningkatan
kebutuhan oksigen, pallor, palpitasi, kematian mendadak, takikardi (parenteral),
vasokonstriksi, ektopi ventrikuler.
2) SSP : Ansietas, pusing, sakit kepala, insomnia.
3) Gastrointestinal : tenggorokan kering, mual, muntah, xerostomia.
4) Genitourinari: Retensi urin akut pada pasien dengan gangguan aliran kandung kemih.
5. HEPARIN
A. HEPARIN
Heparin adalah suatu anticoagulant (obatpengencerdarah) yang digunakan untuk mencegah
pembentukan gumpalan darah, juga digunakan sebelum dilakukannya operasi
untukmengurangi resiko terjadinya gumpalan darah. Heparin bekerja dengan cara menutup
reaksi dalam tubuh yang mengarah pada terbentuknya gumpalan darah.
2) Dengan Makanan:
Teh hijau, bawang putih, gingko karena akan menambah aktivitas anti platelet.
D. PENANGANAN
Bila sedang menggunakan anti coagulan dan memang perlu menggunakanobat-obat yang
menyebabkan interaksi, sebaiknya dilakukan pengawasan terhadap kadaranti coagulan di
dalam darahnya, hingga dosisnya dapat disesuaikan seperlunya.Dan apabila terjadi reaksi
yang tidak diinginkan laporkan ke farmasi atau apoteker RS Roemani, hentikan pemberian
obat dan segera hubungi dokter untuk tindakan selanjutnya.
F. PERINGATAN
1) Harus hati-hati pada penderita dengan riwayat alergi, harus dilakukan tes pendahuluan
dengan dosis tidak melebihi 100 IU.
2) Jangan suntik intramuskulus, berisiko iritasi, pendarahan lokal dan hematoma, sedang
absorpsi tidak dapat diandalkan. Harus dilakukan pemeriksaan masa pembekuan darah
dan jumlah trombosit.
3) Ada resiko perdarahan spontan selama pengobatan pada usia lanjut, penderita insufisiensi
ginjal, jantung.
4) Hentikan heparin bila pada minggu kedua jumlah trombosit menurun diakibatkan
peningkatan fibrinogenesis intravaskular.
5) Penyimpanan: Jauhkan dari jangkauan anak dan pada suhu tidak lebih dari 25ºC.
6. INSULIN
a. PENGGUNAAN INSULIN SECARA SUB KUTAN DAN INTRAVENA SECARA TEPAT.
1) Subkutan : menyuntikkan di area yang memiliki lapisan lemak antara kulit dan otot. Pasien
bisa menyuntikkan sendiri insulin tanpa bantuan tenaga medis.
2) Intravena : menyuntikkan langsung ke pembuluh darah vena. Insulin yang diinjeksikan intra
vena biasanya diberikan di klinik atau rumah sakit dengan bantuan tenaga medis.
Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh.
Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula darah (blood glucose) dan merubah
glukosa menjadi energi.
7. KCL 7.46%
a. CARA KERJA OBAT
1) Mengkoreksi kadar ion Potassium dan Chloride dalam darah.
2) Potassium adalah salah satu ion essensial tubuh dan merupakan kation utama dari cairan
intraseluler, berpengaruh dalam fungisi sel dan metabolisme.
3) Essensial untuk metabolisme karbohidrat, penyimpanan glycogen dan untuk sintesa protein.
4) Berpengaruh pada transmembran potensial pada otot-otot termasuk otot jantung.
b. INDIKASI
Mengkoreksi hipokalemia.
c. DOSIS
Larutan injeksi harus diencerkan lebih dahulu sampai kira-kira 0.3% dan diberikan parenteral
menurut kebutuhan.Dosis lazim parenteral adalah sejumlah ekivalen dengan 1 sampai 3 g
potassium chloride.
e. KONTRA INDIKASI
1) Kerusakan ginjal dan oliguira, anuria atau azotemia.
2) Untreated Addison’n disease.
3) Dehidrasi akut.
4) Heat cramps.
5) Hipercalemia.
6) Adynamia episodica hereditaria.
8. KETAMIN INTRAVENA
a. KETAMINE
Memiliki efek pembiusan pada pembedahan dan induksi anastesi sebelum pemberian
anastesi lain dan menjaga jalan napas.Onset/ Efek obat muncul: 30
detik(intravena)Durasi/lama nya efek obat: 5-10 menit. Puncak konsentrasi plasma : 0,75
pg/Ml. Metabolisme pada hati. Ekskresi : urin (91%).
1) DOSISDEWASA.
Induksi anastesi
1-4,5 mg/kg BB (IV bolus pelan)
1-2 mg/kg BB dengan kecepatan infus 0,5ml/kg/menit
Pemeliharaan : 0,1-0,5 mg/menit
2) DOSIS ANAK.
Induksi anastesi: 0,25-0,5 mg.kg BB
Efek Sedasi: 5-20 mcg/kg/menit
dititrasi hingga level sedasi
b. ATURAN PAKAI :
Disuntikkan ke intravena atauintramuscular.
e. PENYIMPANAN:
Suhu kamar 15-30ºC, wadah kedap udara disimpan ditempat terlindung dari cahaya.
9. LIDOCAIN
a. LIDOCAIN
Lidocain (xilokain) adalah anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan
pemberian topikal dan suntikan.Lidocain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapat
melewati sawar darah otak.
b. INDIKASI LIDOKAIN
Larutan lidocain 0,5% digunakan untuk anestesia infiltrasi, sedangkan larutan 1-2% untuk
anestesia blok dan topikal.
c. KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap lidocain atau hipersensitif anestesi lokal golongan amida; (kecuali
pasien dengan pacu jantung artifisial yang berfungsi); injeksi campuran yang mengandung
dextrose dari jagung.
d. INTERAKSI OBAT
Peningkatan efek/toksisitas: efek/level lidokain dapat meningkat oleh amfetamin, amiodaron,
antijamur azol, betabloker, klorpromazin, klaritromisin, delavirdin, diklofenak, doksisiklin,
eritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniazid, mikonazol.
e. EFEK SAMPING
Efek samping lidocain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya
mengantuk, pusing, parestesia, gangguan mental, koma.
f. CARA PENYIMPANAN
Injeksi lidocain stabil pada suhu ruang.Stabilitas campuran parenteral pada suhu ruang
(25ºC) adalah masa kadaluwarsa yang tertera pada wadah sebelum dicampur.Bila telah
dibuka kestabilan hilang setelah 30 hari, untuk pembuangan laporkan kepada instalasi
farmasi RS Roemani.
d. KONTRA INDIKASI.
Hipermagnesemia(kelebihan magnesium), hipokalemia (kekurangan kalium), anuria (susah
buang air kecil).
e. INTERAKSI.
MgSO4 injeksi bila diberikan bersama dengan golongan barbiturat, opiat dan anestesi umum
menambah efek depresan syaraf pusat.
f. PENYIMPANAN.
Injeksi MgSO4 harus disimpan pada temperatur kurang dari 40°C, sebaiknya pada
temperatur diantara 15°-30°, dan hindari pembekuan.MgSO4 injeksi akan berubah menjadi
monohidrat bila dipanaskan pada temperatur antara 150°-160°C.
11. MIDAZOLAM
a. MIDAZOLAM
Midazolam adalah obat golongan Benzodiazepine yang memiliki efek diantaranya ansiolisis,
sedasi, anti konvulsi.Golongan ini banyak digunakan dalam praktik klinik.Memiliki
keunggulan yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah,
margin dosis aman yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak menginduksi enzim
mikrosom di hati.Penggunaannya semakin meningkat pramedikasi dan menimbulkan sedasi
pada pasien dalam monitoring anestesi.
2) Intra Vena
0,02-0,4 mg/kg; ulangi setiap 5 menit sesuai kebutuhan atau naikkan sampai 0,1-0,2 mg/kg.
Sedasi sadar: IV: awal: 0,5-2 mg secara lambat selama paling tidak 2 menit; titrasi perlahan
sampai efek yang diinginkan dengan mengulangi dosis setiap 2-3 menit. Dosis total lazim:
2,5-5 mg, gunakan dosis lebih kecil pada orang tua. Dewasa sehat <60 tahun: beberapa
pasien memberikan respons terhadap dosis 1 mg; berikan tidak lebih dari 2,5mg selama 2
menit. Dosis tambahan dapat diberikan setelah 2 menit setiap peningkatan dosis .total dosis
>5 mg umumnya tidak dibutuhkan .Anestesia: IV: Induksi: pasien tanpa premedikasi: 0,3-
0,35 mg/kg , sampai 0,6 m/kg pada pasien yang resisten. Premedikasi pasien: 0,15-0,35
mg/kg Pemeliharaan: 0,05-0,3 mg/kg atau infuse 0,25-1,5 mcg/kg/menit.
Sedasi pada pasien dengan ventilasi mekanik: IV: infus: 100 mg dalam 250 ml NCl
fisiologis/5% dekstrosa, bila pasien harus membatasi asupan air dapat dipekatkan
maksimum sampai 0,5 mg/ml. Dosis awal 0,02-0,08 mg/kg (sampai 1 mg-5 mg pada pasien
70 kg), ulangi dengan interval 5-15 menit sampai sedasi yang yang diharapkan dicapai atau
infus dengan kecepatan 0,04-0,2 mg/kg/jam dan titrasi untuk mencapai efek yang
diinginkan.
c. KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap midazolam atau komponen lain dalam formula, termasuk
benzilalkohol (sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain); bentuk sediaan parenteral
tidak boleh digunakan untuk intratekal atau epiderual; glaukoma sudut sempit, penggunaan
bersamaan dengan inhibitor kuat CYP3A4 (amprenavir, atazanavir, ritonavir); kehamilan.
d. INTERAKSI OBAT
Hindari penggunaan bersama antijamur azol, klaritromisin, diklofenak, doksisiklin,
eritromisin, imatinib, isoniazid, nefazodon, nikardipin, propofol, protease inhibitor, kunidin,
telitromisin, dan verapamil, aminoglutetimid, karbamazepin, nafsilin, nevirapin, fenobarbital,
fenitoin, dan rifamisin.
Interaksi makanan
1) Hindari Alkohol
2) Jeruk Bali.
3) Herbal (St.Johns wort, valerian, kava-kava, gotu kola)
b. MANFAAT
1) Sebagai salah satu terapicairan elektrolit yangberguna untuk mengaturkeseimbangan
elektrolitdalam tubuh.
2) Khususnya untuk terapicairan pasien yangmengalami Hiponatremia.Hiponatremia
yaitukekurangan kadarNatrium dalam darah(Kadar Natrium<120mmol/L).
c. PENGGUNAAN
Melalui pembuluh darah vena.
d. DOSIS
Dosis 30 – 100 ml per jam selama12– 24 jam (tergantung kebutuhanpasien).
e. EFEK SAMPING.
1) Demam.
2) Infeksi.
3) Tekanan darah menjadirendah (Hipotensi)
4) Kelebihan Natrium(Hipernatremia)
5) Kelebihan Klorida(Hiperkloremia)
6) Kelebihan Osmolaritas(Hiperosmolaritas)
Biasanya efek samping di atasterjadi dengan gejala :
1) Pusing.
2) Lemas.
3) Letih.
b. INDIKASI PEMAKAIAN
1) HYPONATREMIA (Pasien kekurangan natrium)
2) TERAPI RESUSITASI (Terapi penggantian cairan yang hilang dalam kondisi emergency)
3) BRAIN INJURY (Pasien yang mengalami kerusakan otak)
4) HYPOCHLOREMIA (Pasien kekurangan klorida)
c. KONTRA INDIKASI :
1) Pasien gagal ginjal.
2) Pasien jantung.
3) Pasien dehidrasi.
4) Pasien yang mengalami pembengkakan.
e. DOSIS PEMBERIAN
1). Dihitung berdasarkan usia, berat badan, kondisi klinis dan data laboratorium pasien
2). Pemberian nacl injeksi hipertonik tidak boleh melebihi 100ml/jam atau 400ml/24jam dari
larutan yang sudah di encerkan.
h. INTERAKSI OBAT
Hati-Hati penggunaan bersama obat kortikosteroid seperti dexamethasone,
methylprednisolon.
i. PENYIMPANAN
Simpan ditempat yang sejuk dan kering terhindar dari sinar matahari langsung.
4) Golongan tiazolidindion
a) Rosiglitazon, diberikan bersama makan pertama.
b) Pioglitazon, diberikan bersama makan pertama.
c) Efek samping yang mungkin terjadi adalah edema ringan, anemia ringan
c. PENTING !
1) Jika anda merasakan gejala-gejala hipoglikemia (pusing, lemas, gemetar, pandangan
berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung
meningkat) segera hubungi dokter.
2) Jika anda sudah pernah mengalami hipoglikemia, selalu bawa sekantung kecil gula atau
permen manis saat anda bepergian. Segera makan gula atau permen tersebut begitu anda
mendapat serangan hipoglikemia.
3) Jangan konsumsi obat lain tanpa seijin dokter atau apoteker.
4) Obat ini hanya berperan sebagai pengendali diabetes, bukan penyembuh.
5) Obat ini hanya faktor pendukung dalam pengelolaan diabetes, faktor utamanya adalah
pengendalian diet (pola makan) dan olah raga.
6) Rutin memonitor kadar glukosa darah.
d. HIPOGLIKEMIK
1) Hipoglikemik
Hipoglikemik adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal
rendah.
3) Gejala Hipogllikemik
1) Perubahan mood
2) Gemetar.
3) Pucat.
4) Berkeringat.
5) Pusing.
6) Penglihatan kabur.
7) Sakit kepala.
e. PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIK
Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya
selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul.Baik penderita diabetes
maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
b. PENGGUNAAN SITOSTATIKA
1). Sebagai neoadjuvan.
Pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan radiasi.
2). Sebagai terapi kombinasi.
Kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi pada kasus karsinoma stadium lanjut.
3). Sebagai terapi adjuvant.
Sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan atau radiasi.
4). Sebagai terapi utama.
Digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada kasus stadium lanjut dan pada
kasus kanker jenis hematologi (leukemia dan limfoma).
c. INTERAKSI
1). Asam folat dapat menurunkan respon terapi MTX.
2). MTX diberikan bersama trimetropin /sulfametoksasol terjadi peningkatan ES supresi
sumsum tulang.
3). Propanolol dapat meningkatkan cardiotoxicity dari doksorubisin.
4). Doksorubisin dapat meningkatkan konsentrasi penyesuaian dosis asam urat darah dan
agen antigout (allopurinol, kolkisin).
5). Vinkristin dengan Alopurinol meningkatkan efek sitotoksis.
d. EFEK SAMPING
1). Rambut rontok/ menipis.
Kejadian ini bersifat sementara, rambut akan tumbuh kembali jika obat dihentikan.
2). Mual/ muntah.
Tetap diberikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
3). Sembelit.
Berikan makanan berserat tinggi, misal sayuran dan buah buahan.minum banyak.
4). Diare.
Hindari makanan pedas/asam.beri minum banyak dan makanan yang lunak.
5). Stomatitis / sariawan / gomen
Pelihara kebersihan mulut.gunakan sikat gigi yang lembut.
6). Penurunan daya tahan tubuh
Hindari sumber-sumber infeksi dengan menjauhkan anak dari serangan flu, sakit
tenggorokan, cacar air, sakit kulit dll.pelihara kebersihan badan.
7). Perubahan kulit seperti kering, gatal.
Jaga kebersihan kulit.gunakan pelembab yang tidak mengandung alcohol.pakai baju yang
longgar.
6). Sebelum dan sesudah menyiapkan obat sitostatika oral, wajib mencuci tangan dibawah air
mengalir. Sebaiknya tangan tidak menyentuh langsung obat sitostatika, dikarenakan
sebagian besar obat sitostatika bersifat korosif yang berbahaya jika tangan menyentuh
langsung.
e. KONTRA INDIKASI :
Wanita yang sedang hamil/merencanakan kehamilan.
Ibu menyusui.
Hipersensitifitas pada makanan atau obat tertentu.
Anak kurang dari 3 tahun.
g. PERINGATAN !
Gangguan fungsi jantung, pernafasan, hati, ginjal.Hepovolemia atau pasien
lemah.Gangguan metabolisme lemak harus menjadi perhatian. Monitor lemak darah pada
pasien yang beresiko. Hindari pada kehamilan, karena bisa mengakibatkan terminasi pada
trisemester I. Kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin berkurang.Jangan untuk
anestesi obstetric.Resiko kejang bila diberikan pada pasien epilepsy.Monitor tanda
hipotensi, obstruksi saluran nafas, desaturasi oksigen.
b. EFEK SAMPING
Sebagian besar pasien yang disuntikkan rokuronium secara intravena, mengeluh rasa sakit
atau nyeri terbakar di lengan sehingga terjadi penarikan tangan atau fleksi.
c. PENGATASAN ESO
Tramadol 50 mg secara intravena terbukti dapat mengurangi nyeri yang terjadi karena
penyuntikkan rocuronium.
d. INTERAKSI OBAT
Interaksi Obat
Amikasin, clindamicin, gentamicin, lincomycin, netilmicin, piperacilin, tobramycin:
meningkatkan efek muscle relaxant. Colistimethate: Colistimethate dapat mengikat
neuromuscular.
e. DOSIS ROCURONIUM
Tracheal intubation: 0,6 mg/kg; Rapid sequence intubation: 0,6-1,2 mg/kg; Continous
infusion: 10-12 mcg/kg/min.
18. ANTI TROMBOTIK
a. ANTI TROMBOTIK
Penggunaan obat anti trombotik bertujuan mempengaruhi proses trombosis atau
mempengaruhi pembentukan bekuan darah (clot) intravaskular, yang melibatkan platelet
dan fibrin. Obat anti platelet bekerja mencegah perlekatan (adesi) platelet dengan dinding
pembuluh darah yang cedera atau dengan platelet lainnya, yang merupakan langkah awal
terbentuknya trombus. Obat anti koagulan mencegah pembentukan fibrin yang merupakan
bahan esensial untuk pembentukan trombus. Obat trombolitik mempercepat degradasi fibrin
dan fibrinogen oleh plasmin sehingga membantu larutnya bekuan darah.
c. EFEK SAMPING
1) Pendarahan organ dan jaringan.
2) Mual dan muntah.
3) Syok Anafilaksis.
4) Sakit Kepala.
5) Urtikaria.
19. Heparin IV
a. HEPARIN
Heparin merupakan bahan alami yang diisolasi dari mukosa intestinum porcine atau dari
paru-paru sapi. Obat bekerja sebagai anti koagulan dengan mempotensiasi kerja anti
trombin III (AT-III) membentuk kompleks yang berafinitas lebih besar dari AT-III sendiri,
terhadap beberapa faktor pembekuan darah, termasuk trombin, faktor IIa, IXa, Xa, XIa,dan
XIla. Oleh karena itu heparin mempercepat inaktifasi faktor pembekuan darah.
b. FARMAKOKINETIK :
1) Mula kerja : segera pada pemberian IV, 20-60 menit setelah pemberian SK
2) Kadar puncak dalam plasma: 2 – 4 jam setelah pemberian SK
3) Waktu paruh : 30-180 menit.
4) Bioavailabilitas : karena tidak diabsorbsi di saluran cerna, harus diberikan secara parenteral.
5) Metabolisme : terutama di hati dan sistem retikuloendotelial (SRE) ; bisa juga di ginjal.
6) Ekskresi : secara primer diekskresi oleh hati.
d. INDIKASI :
Dosis rendah untuk pencegahan stroke atau komplikasi tromboembolik. Profilaksis
trombosis serebral pada evolving stroke (masih diteliti).
e. KONTRAINDIKASI :
Hipersensitif terhadap heparin, trombositopeni berat, perdarahan yang tidak terkontrol.
f. INTERAKSI OBAT :
Antikoagulan oral, aspirin, dextran, fenilbutazon, ibuprofen, indometasin, dipiridamol,
hidroksiklorokuin, digitalis, tetrasiklin, nikotin, anti histamin, nitrogliserin.
g. EFEK SAMPING :
Perdarahan, iritasi lokal, eritema, nyeri ringan, hematom, ulserasi, menggigil, demam,
urtikaria, asma, rhinitis, lakrimasi, sakit kepala, mual, muntah,reaksi anafilaksis,
trombositopeni, infark miokard, emboli paru, stroke, priapismus, gatal dan rasa terbakar,
nekrosis kulit, gangren pada tungkai. Penggunaan 15.000 U atau lebih setiap hari selama
lebih dari 6 bulan dapat menyebabkan osteoporosis dan fraktur spontan.
h. DOSIS :
Dosis rendah dianjurkan untuk pencegahan stroke dan profilaksis evolving stroke. Pada
pemberian secara SK dimulai dengan 5000 U lalu 5000 U tiap 8-12 jam sampai 7 hari atau
sampai penderita sudah dapat dimobilisasi (mana yang lebih lama). Bila diberi IV, sebaiknya
didrips dalam larutan Dekstrose 5% atau NaCI fisiologis dengan dosis inisial 800 U/jam.
Hindari pemberian dengan bolus. Sesuaikan dosis berdasarkan basil aPTT (sekitar 1,5 kali
nilai normal). Pada anak dimulai dengan 50 U/kgBB IV bolus dengan dosis pemeliharaan
sebesar 100 U/kgBB/4jam perdrips atau 20.000 U/m2/24 jam dengan infus.
i. MONITORING:
Nilai APTT dimonitor ketat agar berkisar 1,5 kali nilai kontrol.
20. WARFARIN
a. WARFARIN
Warfarin merupakan obat yang memiliki efek antikoagulan atau disebut juga sebagai
pengencer darah.
b. KEGUNAAN
Warfarin biasa digunakan untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan gumpalan darah
dalam pembuluh darah.
c. ATURAN PAKAI
Anak:0,05-0,34 mg/kg/hari
Dewasa:Awali dengan dosis 5-10 mg/hari, dosis pemeliharaan biasanya 2-10 mg setiap
hari. Dosis awal yang lebih rendah diperlukan pasien dengan gangguan fungsi hati,
gizi buruk, gagal jantung dan pasien lanjut usia, 2-5 mg diminum 1 kali sehari.
d. EFEK SAMPING:
1) Pendarahan
2) Demam
3) Nyeri.
4) Sakit kepala.
5) Pusing.
6) Mual.
7) Muntah.
8) Kram perut.
9) Diare
e. INTERAKSI
1) Obat yang meningkatkan efek/toksisitas warfarin:asetaminofen, allopurinol, amiodaron,
antifungi, sefalosporin, simetidin.
2) Obat yang menurunkan efek warfarin:agen anti tiroid, barbiturat, karbamazepin, griseofulvin,
hormon kontrasepsi dan sulfasalazin.]
f. PERINGATAN:
1) Hindari penggunaan alkohol dan makanan yang mengandung vitamin K seperti sayuran
hijau, brokoli, bayam, buncis dan teh hijau karena dapat menurunkan efektifitas warfarin.
2) Hindari pada kehamilan, karena dapat menyebabkan kecacatan semasa lahir.
3) Waspadai efek samping warfarin karena dapat menimbulkan pendarahan serius.
4) Ceklah darah secara teratur.
5) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap.
g. PENYIMPANAN
1) Simpan pada tempat kedap udara
2) Jauhkan dari kelembapan
3) Hindari paparan sinar matahari langsung
4) Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
b. ATURAN PAKAI :
Hanya untuk orang dewasa, umumnya ;
1) Subkutan 1-2 kali sehari : 1 ampul.
2) Dosis maksimum sekali : 1 ampul.
3) Dosis maksimum sehari : 2 ampul.
c. EFEK SAMPING
1) Dapat menyebabkan ketergantungan, depresi, penurunan tekanan darah, mual, muntah,
mulut kering, gangguan akomodasi/fotopobia, konstipasi,paralysis pernafasan.
2) Mengantuk, kebingungan, berkeringat,muka kemerahan, vertigo, bradikardi,palpitasi,
hypotensi orthostetik, hypotermi, kegelisahan, perubahan mood dan miosis, kadang dapat
timbul urtikaria, pruritus, kontak dermatis.
3) Pada penyuntikan dapat timbul rasa sakit dan iritasi.
4) Pada dosis tinggi morfin dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan hipotensi dengan
gangguan peredaran darah dan memperdalam koma. Kematian dapat disebabkan karena
kegagalan pernafasan.
d. KONTRA INDIKASI
1) Depresi pernafasan, terutama dalam hal sianosis dan sekresi bronkus yang berlebihan dan
pada masa pemulihan setelah operasi saluran empedu.
2) Alkoholisme akut, kejang-kejang, delirium tremens.
3) Penderita asma bronchiale dan payah jantung sebagai akibat dari penyakit paru-paru kronis.
4) Hati-hati dalam hal miksedema karena toleransi sangat buruk.
f. OVER DOSIS
Gejala yang sering pada over dosis termasuk depresi pernafasan dan hypotensi termasuk
gangguan sirkulasi, memperdalam coma dan hipotermi.Penanganan spesifik naxolone
antidote digunakan untuk mempercepat penetralan depresi pernafasan dan koma yang
disebabkan oleh dosis morfin yang berlebih.
b. INDIKASI.
Untuk meringankan rasa nyeri sedang sampai berat yang tidak responsive terhadap
analgetik non-narkotik.
c. DOSIS.
1) Dewasa ; 25-100 mg setiap 3-4 jam.
2) Anak-anak ; 0,5-2 mg/kg berat badan intramuskuler setiap 3-4 jam.
3) Dosis harus disesuaikan degan berat ringannya rasa nyeri dan respon penderita. Bila prerlu
dosis dikurangi pada penderita usia lajut, penderita kerusakan fungsi ginjal atau fungsi hati.
d. PERINGATAN DAN PERHATIAN.
1). Pethidine sebaiknya tidak diberikan secara intravena kecuali peralatan resusitatif dan
antagonis opoid telah disiapkan.
2). Dosis yang tinggi atau pemberian pethidin dengan cepat secara intravena dapat
menyebabkan terjadinya depresi pernafasan secara cepat, apnea, hipotensi, kolaps sirkulasi
peripherial, bradikardia bahkan berhentinya denyut jaantung.
3). Pethidine injeksi sebaiknya diberikan secara perlahan-lahan dan dalam larutan yang telah
diencerkan.
4). Penggunaan tidak dianjurkan pada penderita dengan luka pada kepala dan kenaikan
tekanan intracranial. Efek depresi pernafasan dan kemampuan untuk meningkatkan tekanan
cairan cerebrospinalis dapat menjadi parah,dan efek klinis menjadi tidak jelas.
5). Pethidin dapat mengaburkan diagnosis dan efek klinis pada pasien dengan kondisi
abdominal akut.
6). Gunakan hanya jika benar-benar diperlukan, dan secara hati-hati, pada kolik empedu,
operasi traktus empedu dan pancreatitis akut, karena adanya sifat spasmodic pethidin pada
traktus empedu dan spincter oddi. Pethidin dapat menimbulkan kesukaran pada saat
eksploirasi oleh alat pada duktus empedu.
7). Pemberian pethidin secara intra arterial yang kurang hati-hati dapat menyebabkan
terjadinya nekrosis dan pembengkakkan.
8). Pethidin dapat mengurangi kecepatan pengosongan lambung dan meningkatkan resiko
terjadinya aspirasi, hal ini disebabkan pethidin dapat menginduksi dengan CNS/coma
selama atau setelah anestesi total.
9). Analgetik opioid mempunyai kecenderungan penyalahgunaan. Ketergantungan fisik dan
fisiologi dapat timbul pada pengulangan dosis. Kecuali pada penderita terminal pethidin
harus dibatasi penggunaannya pada pengobatan untuk nyeri berat yang tidak memberikan
respon terhadap analgetik non opioid.
10). Penghentian penggunaan pethidin secara tiba-tiba pada penderita yang ketergantungan
secara fisik dapat menimbulkan sindroma putus obat,termasuk konvulsi.
11). Neurotoksisitas yang berhubungan dengan pethidin bervariasi tremor, halusinasi, serangan
dan perubahan mood yang disebabkan oleh metabolit norpethidin.
12). Norpethidin umumnya dikeluarkan melalui ginjal, maka pethidin harus digunakan dengan
hati-hati pada pasien gagal ginjal, manula, penderita yang masih sangat muda atau
penderita yang menerima terapi seperti fenobarpital dan fenitoin.
13). Pemberian pethidin dapat menyebabkan hipotensi pada penderita yang kemampuan untuk
menjaga tekanan darahnya tergantung dari volume pengosongan darah atau pemberian
bersama-sama dengan anestetik tertentu atau fenotiazin. Pethidin dapat menyebabkan
hipertensi orthistetik pada penderita rawat jalan.
14). Penderita dengan reisko khusus: hati-hati dan jika diperlukan pengurangan dosis diperlukan
pada penderita manula atau kurang tenaga dan pada penderita dengan kerusakan paru-
paru, hati, ginjal, dan penderita hipotiroid, insufisiensi adrenocortical, hipertrofi prostat atau
penyempitan urethra.
15). Serangan konvulsi dapat disebabkan oleh dosis tinggi. Penderita dengan kelainan serangan
konvulsi harus hati-hati diobservasi, karena pethidin dapat memperburuk konvulsi yang
muncul.
16). Pethidin harus digunakan secara hati-hati pada penderita yang menggunakan abat deprezan
CNS lain seperti hipnotik dan sedative.
17). Penderita nyeri berat dapat mentoleransi dosis tinggi tetapi dapt menyebabkan depresi
pernafasan ketika sakitnya tiba-tiba hilang.
18). Pengurangan output cardiac dapat menyebabkan pengurangan perfusi hepar dan
mengurangi metabolisme pethidin yang menyebabkan terjadinya akumulasi pethidin dengan
pethidin dengan kemungkinan timbulnya efek toksik.
19). Kenaikan tekanan darah dan hambatan sistemik vaskuler sebanding dengan peningkatan
kecepatan denyut jantung dapat disebabkan oleh pethidin, oleh karena itu tidak disarankan
untuk digunakan pada penderita infark cardiac.
20). Pemberian pethidin pada penderita paechromocytoma dapat menyebabkan krisis hipertensi.
21). Hiperglikemia terjadi pada agonis opoid. Oleh karena itu penderita diabet yang memerlukan
pengobatan senyawa ini perlu diperhatikan.
22). Walaupun pethidin biasa digunakan dalam obstetric diketahui bahwa pethidin dapat
melewati barrier plasenta dan dapat menyebabkan depresi system pernafasan pada bayi
yang baru lahir. Antagonis opiod mungkin dibutuhkan untuk mengatasi depresi ini.
23). Metabolisme dan ekskresi dari pethidin pada bayi yang baru lahir lebih kecil jika dibanding
denganorang dewasa akumulasi dan tingkat toksisitas dapat terjadi pada dosis yang rendah.
24). Jika depresi respirasi yang serius terjadi pada penderita yang secara fisik tergantung pada
opioid, antagonis opioid harus diberikan secara hati-hati apada dosis 10-20% dari dosis awal
yang disarankan. Pemberian dosis umum akan menyebabkan timbulnya sindroma putus
obat yang akut, dan keparahannya tergantung dari ketergantungan fisik dan dosis yang
diberikan.
25). Ada beberapa laporan mengenai efek pethidin pada mata. Beberapa laporan menyebutkan
bahwa pethidin menyebabkan miosis, dan beberapa lainnya menyebutkan bahwa pethidin
menyebabkan midriasis atau tidak adanya perubahan pupil. Hingga efek yang lebih jelas
diperoleh, tekanan intra okuler sebaiknya dimonitor pada penderita glaucoma yang diberikan
pethidin.
26). Kegagalan fungsi ginjal : pengurangan fungsi ginjal akan menyebabkan akumulasi metabolit
toksiknorpethidin.
27). Penggunaan pada kehamilan : opiod analgetik dapat menyebabkan depresi respirasi pada
bayi yang baru lahir. Pethidin hanya digunakan pada saat melahirkan, setelah
dipertimbangkan antara kebutuhan ibu dan resikonya terhadap fetus. Bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang diberikan pethidin dapat menunjukkan sindroma putus obat.
28). Pengguanaan pada saat menyusui : pethidin terdapat didalam air susu ibu. Konsentrasi
pethidin dalam air susu ibu setelah pemberian dosis terepitik pada ibu. Belum ditentukan
dan signifikansi secara klinis belum diketahui, penggunaan pethidin pada ibu menyusui tidak
dianjurkan.
29). Efek terhadap kemampuan untuk mengendarai kendaraan dan menjalankan mesin: pethidin
dapt menyebabkan kantuk dan gangguan koordinasi. Penderita harus berhati-hati saat
mengendarai kendaraan atau menjalankan mesin.
e. EFEK SAMPING.
1) Seperti analgesic opoid lainnya,depresi respirasi adalah resiko utama pada terapi pethidin
dapat menyebabkan pusing, mual,berkeringat dingin, perasaan mulut kering.
2) Obat suntik kadang-kadang meyebabkan penurunan tekanan darah.
3) Kepala terasa ringan,sedasi, disorientasi, pandangan kabur, hakusinasi, psikosis, euphoria,
disphoria, lemah, delirium, insomnia, kegelisahan, hiperaktifitas atau agitasi, konvulsi atau
tremor, mengantuk, vertigo, gerakan otot tidak terkoordinasi, gangguan visual miosis,
depresi, midriasis.
4) Retensi air seni, efek antideuritik, pengurangan libido atau potensi.
5) Muka merah, takikardia, bradikardia, palpitasi, pusing, sinkope, orthostetik hipotensi,
pembengkaan yang disebabkan oleh pemberian subkutan.
6) Hipersensitifitas menyebabkan pruritus, urticaria dan gatal-gatal, udema, nyeri pada
suntikan, iritasi jaringan local dan indurasi yang disebabkan oleh pemberian subkutan.
7) Peningkatan tekanan traktus empedu, spasmus spincter choledochoduodinal.
8) Konstipasi, anorekasia, spasmus traktus empedu.
f. KONTRA INDIKASI.
1) Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat “Incipient hepatic encephalopathy”.
2) Depresi pernafasan, atau penderita yang mempunyai gangguan kemampuan pengosongan
respirasi,misalnya emphysema parah, bronchitis kronis parah, kyphoscloliosis, asma
bronchial akut, penyakit kronis saluran pernafasan.
3) Alkoholisme akut, kejang-kejang delirium tremens.
4) Penderita asma bronkhiale dan payah jantung sebagai akibat dari penyakit paru-paru kronik.
5) Hati-hati dalam hal miksedema karena toleransi sangat buruk.
6) Hipersensitifitas terhadap pethidin.
7) Penderita yang menggunakan MAOls (termasuk selegiline) dalam jangka waktu 14 hari
sebelumnya.
8) Kondisi kejang seperti pada status epilepticus, tetanus dan keracunan strychnine, yang
disebabkan oleh efek stimulant pethidin pada spinal cordata. Pethidin juga tidak dapat
digunakan pada pre-eclampsia atau eclampsia.
9) Arutmia cardiac, terutama takhikardia supraventrikuler, cor pulmone. Pethidin mempunyai
efek vagolitik yang dapat menyebabkan kenaikan kecepatan respon ventricular.
10) Asidosis diabetic, jika ada resiko terjadinya koma.
11) Cedera kepala: meningkatkan tekanan intracranial (dapat menimbulkan masalah monitoring
dan diagnostic, juga hipercapnia yang berhubungan dengan depresi respirasi yang dapat
meningkatkan tekanan intracranial.
g. CARA PENYIMPANAN.
Simpan pada suhu dibawah 30ºC, serta terlindung dari matahari.