Anda di halaman 1dari 9

FORMULASI TABLET DISPERSIBEL EKSTRAK KERING DAUN SUKUN DENGAN

CROSCARMELLOSE SODIUM SEBAGAI PENGHANCUR SECARA METODE


GRANULASI KERING

Ari Widayanti, M Ramdhan


Fakultas Farmasi dan Sain UHAMKA JAKARTA
Email: ariwidayanti@yahoo.com

ABSTRAK

Ac-Di-Sol merupakan salah satu bahan tambahan yang biasa digunakan dalam pembuatan
tablet, salah satunya yaitu sebagai penghancur. Penambahan Ac-Di-Sol sebagai bahan
penghancur karena memiliki daya kapilaritas yang tinggi, tujuannya agar tablet yang dihasilkan
terdisintegrasi dengan cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penghancur Ac-
Di-Sol terhadap waktu hancur tablet dispersibel ekstrak kering daun sukun yang di buat dengan
metode granulasi kering.

Ekstrak kering daun sukun diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet dispersibel
dengan penambahan Ac-Di-Sol sebagai penghancur dalam berbagai konsentrasi yaitu 1%, 2%,
3%, 4%, dan 5%. Setelah itu dilakukan evaluasi granul yang meliputi kadar air, waktu alir, sudut
kemiringan, kompresibilitas, distribusi ukuran partikel, dan evaluasi tablet yang meliputi
kekerasan, keregasan, keseragaman bobot, waktu hancur, diameter dan ketebalan.

Pada evaluasi waktu hancur data yang diperoleh untuk formula 1 sampai dengan formula
5 adalah 35,33 detik, 13,17 detik, 55,79 detik, 21,85 detik, 13,27 detik. Dengan menggunakan
ANAVA satu arah yang membandingkan antara waktu hancur dengan konsentrasi Ac-Di-Sol,
didapatkan nilai sig = 0,000 < α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan perbedaan konsentrasi Ac-
Di-Sol akan memberikan perbedaan waktu hancur yang significant. Kemudian dengan uji
lanjutan LSD tidak terjadi perbedaan bermakna antara formula 2 dengan formula 4 dan formula 4
dengan formula 5. Konsentrasi optimum Ac-Di-Sol yang dapat mempercepat waktu hancur tablet
dispersible ekstrak kering daun sukun yaitu pada konsentrasi 4%.

Kata kunci: tablet dispersible, daun Sukun, Ac-di-sol


PENDAHULUAN

Hidup sehat tentu menjadi idaman bagi setiap insan. Seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kefarmasian, obat-obat yang bersumberkan dari bahan alam harus

terus dikembangkan, sehingga dapat diterima oleh masyarakat banyak. Upaya pengembangan

obat tradisional mengarah kepada fitofarmaka yang merupakan teknologi pembuatan sediaan

yang memenuhi persyaratan khasiat, stabilitas fisik maupun kimia dan penetapan dosisnya.

Tanaman daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) merupakan tanaman yang memiliki

khasiat sebagai antidiabetes. Dalam penelitian ini daun sukun (Artocarpus altilis (Park.)

Fosberg) dibuat dalam bentuk ekstrak kering yang diduga mempunyai sifat sebagai pengikat.

Zat penghancur adalah salah satu bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan

tablet, zat penghancur digunakan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika

kontak dengan cairan saluran pencernaan. Zat penghancur dapat berfungsi menarik air ke dalam

tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian. Bahan tambahan

pada tablet selain bahan penghancur terdapat juga bahan pengikat yang berfungsi untuk

mempersatukan partikel menjadi terikat satu dengan yang lainnya. Dilihat dari fungsi kedua

bahan tambahan tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan zat penghancur akan mempercepat

waktu hancur tablet namun dengan adanya bahan pengikat akan mempersulit waktu hancur tablet

tersebut.

Bahan penghancur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Ac-Di-Sol. Hal ini

dikarenakan Ac-Di-Sol yang mempunyai sifat tidak larut dalam air tetapi memiliki kemampuan

mengembang yang nyata dan memastikan kehancuran tablet secara spontan dan sempurna tanpa

pembentukan lendir. Metode yang digunakan pada pembuatan tablet dispersibel ekstrak kering
daun sukun ini menggunakan metode granulasi kering, metode ini digunakan agar lebih efisisen

dan menghasilkan sifat alir yang lebih baik.

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi dan Sain,

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Klender, Jakarta Timur. Penelitian ini

dilakukan selama 6 (enam) bulan yaitu Januari Juni 2013.

B. Alat dan Bahan

Alat

Alat-alat yang digunakan meliputi alat-alat gelas, corong, oven, ayakan pemanas listrik,

timbangan analitik, mesin tablet single punch, alat penguji kekerasan (Hardness tester), alat

penguji keregasan (Friability tester), jangka sorong, lumpang, alu, alat penguji kelembaban

moisture balance, stopwatch, water bath, tanur pengabuan, eksikator, alat penguji sifat alir

(Granule flow tester) alat penguji compresibilitas (Tapped Density tester) dan alat penguji

waktu hancur (Disintegration tester).

Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sukun (Artocarpus

altilis (Park.) Fosberg), Avicel, PVP, Aerosil, Talk, Mg Stearat, Nipagin, Nipasol, dan Ac-

Di-Sol.

Pola Penelitian

a. Karakterisasi ekstrak kering daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg)

1) Susut pengeringan
2) Kadar abu

b. Penetapan konsentrasi ekstrak dalam formula

c. Formulasi tablet

d. Pembuatan tablet

e. Evaluasi massa tablet

f. Evaluasi tablet

Prosedur Penelitian

a. Karakterisasi Ekstrak kering Daun Sukun

1) Susut pengeringan

Ditimbang sebanyak 2 gram sampel lalu di masukkan ke dalam alat Moisture Balance

diatur suhu 1000 selama 30 menit. Setelah 30 menit akan terbaca hasil % susut

pengeringan.

2) Kadar abu

Cawan pengabuan ditimbang. Sejumlah 2 gram sampel ditimbang teliti kemudian di

masukkan ke dalam cawan pengabuan dan dibakar dalam tanur pengabuan sampai

didapat abu. Proses pengabuan dilakukan pada suhu 550○C selama 6 jam kemudian di

dinginkan dalam desikator dan ditimbang.

b. Penetapan konsentrasi ekstrak dalam formula

Ekstrak daun sukun telah diuji aktivitas in-vitro nya dalam menghambat aktivitas enzim

α-glukonidase dengan IC50 = 12,90 ppm. Berdasarkan asumsi bila ekstrak ini diminum

oral dan secara utuh keseluruhan (termasuk senyawa aktifnya) sampai ke dalam darah

dan tempat kerjanya dalam tubuh manusia sebesar 12,90 ppm (sesuai IC 50 nya) dan

volume plasmatik manusia = 45,0 ml/kg bb. Maka jumlah ekstrak yang harus diminum
(sebagai dosis oral) pada manusia dewasa adalah perkalian dari IC 50 X volume

plasmatic(8).

c. Formulasi Tablet

Tablet dibuat dalam lima formula yaitu formula I, II, III, IV dan V. Dengan membedakan

konsentrasi dari setiap formula dengan bobot setiap tablet 200 mg. Formula dapat dilihat

pada tabel I.

Tabel I. Komposisi formula tablet

Komposisi FI FII FIII FIV FV Fungsi

mg Mg mg mg mg

Ekstrak 40 40 40 40 40 Zat aktif

PVP 2 2 2 2 2 pengikat

Aerosil 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Glidan

Talk 4 4 4 4 4 Glidan

Nipagin 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Pengawet

Nipasol 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 Pengawet

Mg Stearat 4 4 4 4 4 Lubrikan

Ac-Di_Sol 2 4 6 8 10 Penghancur

Avicel 101 Pengisi


ad 200 200 200 200 200

d. Pembuatan Tablet

Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi kering yaitu ekstrak kering yang sudah

di haluskan di campur dengan nipagin, nipasol, Avicel, PVP, Ac-Di-Sol, aerosil hingga
homogen. Kemudian Mg stearat dan talk di masukkan setengahnya dan diaduk sampai

homogen kemudian tablet di cetak dalam ukuran yang cukup besar (pembuatan slug).

Setelah itu tablet di hancurkan kembali dan diayak dengan menggunakan ayakan mesh no

16 , kemudian tambahkan sisa Mg stearat dan talk setelah itu dilakukan evaluasi terhadap

massa tablet dan setelah itu di cetak menjadi tablet sebesar 200 mg.

HASIL PENELITIAN

1. Karakterisasi Serbuk Ekstrak Kering Daun sukun (Artocarpus altilis (Park)

Fosberg)

a). Susut pengeringan

Hasil susut pengeringan ekstrak kering Daun Sukun menggunakan alat Moistur Balance

sebesar 2,51%. Data dapat di lihat pada lampiran 1.

b). Kadar abu

Kadar abu yang dilakukan terhadap ekstrak kering Daun Sukun adalah 28,46 %. Data

dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Hasil evaluasi granul tablet dispersibel

Hasil evaluasi granul tablet dispersibel meliputi waktu alir, penentuan sudut kemiringan

aliran, kompresibilitas, dan distribusi ukuran partikel. Dapat dilihat pada tabel VI dan

data dapat dilihat pada lampiran 2.


Tabel VI. Hasil evaluasi granul

Uji Hasil
FI FII FIII FIV FV
Waktu alir 10,9’’ 10,4’’ 9,35’’ 9,03’’ 9,35’’

Sudut 29,190 28,290 24,390 23,900 25,740


kemiringan
Kompresibilitas 7.55% 6.34% 6.66% 7.67% 9.99%
Distribisi 404,85 579,2 536,2 538,6 537,5
ukuran partikel µ µ µ µ µ

3. Hasil evaluasi tablet

Hasil evaluasi fisik tablet dispersibel meliputi sifat organoleptis, keregasan, waktu

hancur, keseragaman bobot, kekerasan, dan keseragaman ukuran (ketebalan dan

diameter). Dapat dilihat pada tabel VII,VIII dan data dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel VII. Hasil uji sifat organoleptis tablet

Uji perlakuan Hasil

a. Bentuk Faset

b. Teksrur Halus

c. Bau Khas

d. Warna Abu-abu bintik coklat tua

e. Rasa Tidak berasa

f. Permukaan Rata

g. Penampilan Mengkilap
Tabel VIII. Hasil uji keregasan, waktu hancur, keseragaman bobot, kekerasan, dan

keseragaman ukuran (ketebalan dan diameter).

Uji Hasil
FI FII FIII FIV FV
Keregasan (%) 0,586 0,706 0,276 0,316 0,44
Waktu hancur 35,33 13,17 55,80 21,86 13,27
(detik)
Keseragaman 226,3 212,3 235,02 220,5
bobot 6 5 4 210,89

Kekerasan 2,335 2,847 2,4 3,326 4,0155


(kg/cm2) 5 5

Diameter (cm) 0,78 0,78 0,78 0,78 0,77

Ketebalan (cm) 0,32 0,32 0,34 0,33 0,31

4. Analisa Statistik

Hasil uji waktu hancur tablet dari tiap formula secara statistik menggunakan anava satu arah

dan diperoleh sig = 0.000 < α = 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sig < α =

0,05, maka Ho ditolak. Jadi adanya perbedaan bermakna antara formula dengan waktu

hancur.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak kering

daun sukun ( Artocarpus altilis (Park.) Fosberg.). dapat diformulasikan dalam sediaan tablet

dispersibel dengan Ac-Di-Sol sebagai bahan penghancur dengan hasil yang memenuhi

persyaratan farmasetika dan dapat digunakan senagai alternatif obat diabetes.


REFERENCE

1. Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Depkes RI. Jakarta: 4,7

2. Departeman Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta. Hal. 6-7

3. Darby. Dispersible-tablet-for-oral-adminitration-dt.http:// www. Freshpatens. com/ Diakses


tanggal 21 Februari 2009

4. Lachman, L., Herbert. A. Liberman., Joseph. L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Terjemahan: Siti Suyatmi. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hal.644-
646, 685-690

5. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Terjemahan: Soendani Noerono.


Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 163-244

6. Wade. Ainley., Weller. P. J. 1994. Hand Book of Pharmaceutical Exipient. American


Pharmaceutical Association and Pharmaceutical Society of Great Britain.
Washington and London. Hal : 84-87, 141-142, 280-282, 310-313,411-
414,424,483.

7. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.Jilid 4.1997. Inventaris Tanaman Obat
Indonesia. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. Bakti Husada. Jakarta.
Hal.15-16

8. Chan S.C., ”New Prenylflavonoids from Artocarpus communis”, J. Nat Prod. Hal 66

9. Suprapti, L.2002. Tepung sukun; Pembuatan dan Pemanfaatannya.Yogyakarta. Kanisius.


Hal. 9,15

10. Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: F. Ibrahim. UI press.
Jakarta. Hal. 245-283

11. Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Hal : 126,
127, 210

12. Wells J. 1992. Pharmaceutical Preformulation : The Phycochemical of Drug Substance.


Ellis Harwood dan Limited. Hal : 210.
13. Agoes G.2008. pengembangan Sediaan Farmasi, edisi revisi dan perluasan. ITB Bandung.
Hal 192-258, 286-301

14. British Pharmacopeia (BP).2001. British Pharmacopeia Commision, London, UK2001, 1810

15. Yusuf, Y. (2013). TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR TANAH SEBAGAI SUMBER AIR MINUM
PADA SKALA RUMAH TANGGA.

Anda mungkin juga menyukai