Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

SEDIAAN TABLET
KELOMPOK 5

Dosen Pengampu :

Kelompok 5 :
1. Sukasmi 202305083
2. Wiji Sri Kusumaningsih 202305084
3. Yohanna Kurniasari 202305085

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
KEBUMEN
2024
1. Latar belakang
Latar belakang ini mengilustrasikan pentingnya pengembangan sediaan obat herbal,
terutama dalam bentuk tablet, yang menggunakan bahan aktif berupa ekstrak tumbuhan
obat Indonesia. Perkembangan ini didasarkan pada permintaan konsumen yang semakin
meningkat akan penggunaan obat-obatan alami dan ramah lingkungan. Seiring dengan
itu, terdapat kebutuhan untuk mengumpulkan informasi mengenai formulasi tablet
dengan bahan aktif ekstrak tumbuhan tersebut.
Dalam konteks ini, peraturan pemerintah, seperti Peraturan Menteri Kesehatan No 6
Tahun 2016, telah mengatur mengenai standar obat herbal terstandar (OHT), yang harus
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan tertentu. Hal ini menunjukkan arah kebijakan
yang mendukung pengembangan dan penggunaan obat herbal sebagai alternatif dalam
perawatan kesehatan.
Penggunaan bahan aktif dari tanaman obat dalam sediaan obat dianggap sebagai
alternatif yang menarik karena keamanannya yang dianggap lebih alami dan potensi efek
samping yang lebih rendah dibandingkan dengan obat-obatan kimia sintetis. Tablet
dipilih sebagai sediaan obat yang potensial karena praktis, dosisnya tepat, dan biaya
produksinya relatif murah.
Dalam pembuatan tablet, metode formulasi yang digunakan menjadi hal penting
untuk dipertimbangkan. Metode granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung
merupakan metode umum yang digunakan, yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan tergantung pada sifat bahan aktif dan eksipien yang digunakan.
Dalam pengembangan sediaan tablet dengan bahan aktif ekstrak tumbuhan obat
Indonesia, metode formulasi yang digunakan menjadi faktor kunci dalam memastikan
kualitas dan efektivitas produk yang dihasilkan. Dari hasil review, metode granulasi
basah merupakan metode yang paling banyak digunakan. Metode ini dipilih karena sifat
granul yang dihasilkan cenderung lebih baik dibandingkan dengan metode lainnya.
Granulasi basah memberikan kelebihan dalam mengatasi zat aktif dengan laju alir yang
buruk dan memiliki kestabilan terhadap air dan pemanasan.
Namun, pemilihan metode formulasi harus disesuaikan dengan sifat ekstrak
tumbuhan dan eksipien yang digunakan. Sebagai contoh, pembuatan tablet dengan
metode granulasi kering cocok digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas
atau pelarut, dan membutuhkan kompresi tanpa bantuan panas ataupun pelarut.
Sementara itu, metode kempa langsung lebih sesuai untuk zat aktif yang memiliki sifat
tidak tahan terhadap pemanasan dan air.
Selain metode formulasi, pemilihan eksipien juga mempengaruhi hasil akhir dari
tablet yang dihasilkan. Eksipien yang dipilih harus memiliki sifat alir yang baik untuk
meningkatkan sifat alir zat aktif dan massa cetak. Hal ini penting untuk memastikan
bahwa massa cetak yang dihasilkan dapat menghasilkan tablet dengan hasil evaluasi
yang baik.
2. Tujuan penelitian
a. Review ini bertujuan untuk mengumpulkan literatur hasil penelitian mengenai
formulasi tablet dengan bahan ekstrak sebagai zat aktifnya
b. Review yang dibuat berisi: tanaman sebagai bahan aktif, metode formulasi tablet,
eksipien yang digunakan dan produk solid yang dihasilkan..

3. Metode penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan metode literature research. Penelusuran jurnal
yang dipublikasi di Indonesia sebagai pustaka primer dicari dengan kata kunci
“formulasi tablet dengan bahan ekstrak”, “formulasi tablet herbal”, dan “tablet herbal
formulation” dengan jangka waktu publikasi jurnal antara tahun 2010-2020.
Metode formulasi tablet dengan bahan aktif ekstrak tumbuhan obat Indonesia
memerlukan pemilihan metode yang tepat, eksipien yang sesuai, dan proses formulasi
yang hati-hati untuk menghasilkan tablet yang berkualitas dan stabil. Dengan mengikuti
langkah-langkah yang disebutkan di atas, formulasi tablet dapat dikembangkan dengan
efektif untuk memanfaatkan potensi terapeutik dari tanaman obat.
Pemilihan Bahan Aktif Ekstrak Tumbuhan Obat.Identifikasi berbagai jenis tanaman
obat yang memiliki potensi sebagai bahan aktif. Evaluasi sifat fisik, kimia, dan
farmakologis dari setiap tanaman yang dipilih. Pilih tanaman dengan kandungan
senyawa aktif yang sesuai dengan tujuan formulasi tablet.
Penyiapan Ekstrak Tumbuhan Obat ekstraksi bahan aktif dari tanaman menggunakan
metode yang sesuai, seperti ekstraksi dengan pelarut atau ekstraksi dengan metode lain
yang sesuai dengan karakteristik tanaman. Lakukan karakterisasi ekstrak untuk
menentukan konsentrasi dan kualitas senyawa aktif.
Penentuan Metode Formulasi pilih metode formulasi yang sesuai, seperti granulasi
basah atau kempa langsung, berdasarkan sifat fisik dan kimia dari ekstrak tumbuhan
obat. Pertimbangkan kestabilan termal dan sensitivitas senyawa aktif dalam ekstrak saat
memilih metode formulasi.
Pemilihan Eksipien, pilih eksipien yang sesuai dengan metode formulasi yang dipilih,
seperti pengikat basah (PVP, CMC), pengisi (amilum, laktosa), pelincir (magnesium
stearat, talcum), dan disintegrant (starch 1500, sodium starch glycolate). Pertimbangkan
kompatibilitas eksipien dengan senyawa aktif dalam ekstrak.
Proses Formulasi Tablet campurkan ekstrak tumbuhan obat dengan eksipien sesuai
dengan formulasi yang telah ditetapkan. Lakukan granulasi basah dengan cara
mencampurkan ekstrak dengan larutan pengikat basah dan eksipien lainnya, atau kempa
langsung dengan mencampurkan ekstrak dengan eksipien kering. Bentuk granul menjadi
tablet dengan menggunakan mesin pencetak tablet.
Evaluasi Sifat Fisik Tablet lakukan evaluasi sifat fisik tablet, termasuk kekerasan,
friabilitas, waktu hancur, dan kecepatan disolusi. Pastikan tablet memenuhi standar
kualitas yang ditetapkan.
Uji Stabilitas lakukan uji stabilitas tablet untuk menentukan kestabilan formulasi
selama masa penyimpanan dengan memperhatikan faktor-faktor seperti suhu, cahaya,
dan kelembaban.
Analisis Data dan Interpretasi Analisis hasil evaluasi dan uji stabilitas untuk
mengevaluasi kualitas dan kestabilan formulasi. Interpretasikan data untuk memperbaiki
formulasi tablet yang telah disiapkan.

4. Hasil penelitian
5. Diskusi
Penelusuran pustaka menunjukkan bahwa dalam penulisan review ini, terdapat 30
jurnal yang digunakan sebagai sumber pembuatan tablet menggunakan bahan ekstrak
tanaman, metode granulasi basah (24 jurnal) dan kempa langsung (7 jurnal) banyak
digunakan.
Metode granulasi basah sering digunakan untuk formulasi tablet yang mengandung
ekstrak tanaman karena ekstrak memiliki laju alir yang kurang baik dibandingkan dengan
zat aktif lain dalam bentuk serbuk
Laju alir ini berpengaruh pada kemampuan aliran granul saat dikempa. Metode
granulasi kering dan kempa langsung menggunakan pengikat kering. Proses
pencampuran dilakukan dengan pengadukan homogen, sehingga kemungkinan distribusi
ukuran partikel, distribusi zat aktif, dan daya ikat antar partikel tidak sebaik pengikat
basah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Winarti, metode granulasi basah digunakan
untuk pembuatan tablet ekstrak Sambung Nyawa (Gynurae procumbens (Lour).Merr).
Dalam penelitian ini, beberapa eksipien digunakan, termasuk PVP sebagai pengikat,
Starch 1500 sebagai penghancur, Mg stearat dan Talk sebagai pelincir, serta variasi
pengisi seperti kalium fosfat, mikrokristalin selulosa, dan laktosa.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa granul yang dihasilkan memiliki sifat fisik yang
baik untuk dikempa. Evaluasi laju alir serbuk menunjukkan hasil yang kohesif untuk
ketiga formula yang diuji. Laju alir granul dipengaruhi oleh kelembaban dan daya ikat
granul. Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, penggunaan eksipien yang
sesuai dapat membantu menutupi kekurangan sifat alir dan kompresibilitas dari ekstrak
tanaman sebagai zat aktif formulasi tablet menggunakan berbagai eksipien untuk
memperbaiki sifat fisik granul dan table. Beberapa penelitian dilakukan dengan
menggunakan berbagai bahan pengikat seperti PVP K-30, Na-CMC, dan gelatin, serta
pengisi seperti laktosa dan amilum.
Hasil evaluasi mutu granul dan tablet menunjukkan bahwa formula dengan pengikat
PVP K-30 menghasilkan hasil uji yang baik, sedangkan formula dengan pengikat Na-
CMC tidak memenuhi syarat friabilitas tablet.
6. Kesimpulan
Penggunaan zat aktif berupa herbal sebagai alternatif pengobatan terhadap obat
dengan zat aktif kimia telah menjadi perhatian yang signifikan. Tablet merupakan
sediaan obat yang umum digunakan karena dosisnya yang tepat dan kemudahan
penggunaannya.
Dalam pembuatan tablet, terdapat tiga metode utama yang digunakan, yaitu granulasi
basah, granulasi kering, dan kempa langsung. penggunaan bahan aktif ekstrak herbal,
metode granulasi basah seringkali menjadi pilihan utama.
Dalam metode granulasi basah, penggunaan pengikat basah diperlukan untuk
memperbaiki sifat fisik ekstrak tersebut. Pengikat basah bertujuan untuk meningkatkan
aliran bahan dan kemampuannya untuk dikompresi menjadi tablet. Pada tablet dengan
dosis zat aktif herbal yang tinggi, metode kempa langsung juga digunakan.
Eksipien yang digunakan dalam metode ini memiliki peran yang lebih terbatas dalam
menutupi kekurangan sifat fisik dari zat aktif herbal. Oleh karena itu, pemilihan metode
formulasi tablet harus disesuaikan dengan sifat ekstrak herbal dan eksipien yang
digunakan.
Pembuatan tablet dengan bahan aktif ekstrak herbal membutuhkan pemilihan metode
formulasi yang tepat, baik itu metode granulasi basah, granulasi kering, atau kempa
langsung. Pemilihan eksipien dan pengikat basah juga harus disesuaikan dengan sifat zat
aktif herbal untuk memastikan sifat fisik tablet yang optimal. Dengan demikian, tablet
dengan zat aktif herbal dapat menjadi alternatif pengobatan yang efektif dan aman bagi
pasien.

7. Daftar Pustaka
Qato DM, Alexander GC, Conti RM, Johnson M, Schumm P, Lindau ST. Use of
Prescription and Over-The-Counter Medications and Dietary Supplements among
Older Adults in The United States. JAMA. 2008; 300: 2867–78.
Cohen PA and Ernst E. Safety of Herbal Supplements: A Guide for Cardiologists.
Cardiovasc Ther. 2010; 28: 246-53.
Banker SG and Anderson RN. Tablet in Lachman, L; Lieberman, the Theory and Practice of
Industrial Pharmacy 3rd ed. Philadelphia: Lea and Febiger. 1986.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi II
(diterjemahkan oleh Suyatni S). Jakarta: UI Press; 1994.
.Walid FS. Upgrading Wet Granulation Monitoring from Handsqueeze Test to Mixing
Torque Rheometry. Saudi Pharmaceutical Journal. 2012; 20: 9-19.
Murtini G dan Elisa Y. Teknologi Sediaan Solid. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2018: 246-251.
Shirode, R. and Gorle, A. 2016. A Review: Granulation Technology For Pharmaceutical
Product Development. World Journal of Pharmaceutical Research

Anda mungkin juga menyukai