Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM ANALISIS SEDIAAN FARMASI


IDENTIFIKASI PARASETAMOL DALAM JAMU MENGGUNAKAN
METODE HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)

DISUSUN OLEH :

No Nama NIM
1. Eviliyana Indah Saputri 202305075
2. Indah Nurani 202305077
3. Lia Nur Pratiwi 202305079
4. Yohanna Kurniasari 202305085

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2024
ABSTRAK

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
Praktikum, Maret 2024
Evilyana Indah saputri1), Indah Nurani2), Lia Nur Pratiwi3),Yohanna Kurniasari4)
ABSTRAK

ANALISIS KANDUNGAN PARACETAMOL DALAM SEDIAAN JAMU X DENGAN


MENGGUNAKAN HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)
Latar Belakang : Paracetamol adalah senyawa yang umum digunakan sebagai analgesik dan
antipiretik. Meskipun efektivitasnya telah terbukti dalam meredakan nyeri dan menurunkan
demam, penggunaan yang tidak terkontrol atau overdosis paracetamol dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan serius, termasuk pendarahan di perut, palpitasi jantung, dan kerusakan hati. Hal
ini menimbulkan kekhawatiran terhadap penggunaan paracetamol dalam obat tradisional atau
herbal, terutama karena kurangnya pengawasan dosis dan potensi interaksi dengan bahan lain
dalam sediaan herbal.
Tujuan Penelitian : untuk menentukan kadar paracetamol dan sampel jamu menggunakan
instrument HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography.
Metode Penelitian : Analisis kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan High Performance
Chromatography (HPLC). Pada percobaan menggunakan metode High Performance Liquid
Chromatography (HPLC), dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif untuk menentukan kadar
paracetamol dalam sampel jamu. Sampel dilarutkan menggunakan aquabidest dan disaring sebelum
diinjeksikan ke dalam HPLC. Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi
(Retention Time/RT) komponen dalam sampel dengan standar paracetamol, sedangkan analisis
kuantitatif dilakukan dengan mengukur luas area di bawah puncak peak pada kromatogram.
Hasil Penelitian : Hasil pembacaan menunjukkan bahwa nilai RT untuk sampel standar
paracetamol menunjukkan variasi yang sangat kecil, menunjukkan konsistensi yang tinggi dalam
hasil analisis. Nilai RT untuk sampel jamu mendekati nilai RT standar paracetamol, menunjukkan
adanya kandungan paracetamol dalam sampel tersebut. Kadar paracetamol dalam sampel jamu X
ditentukan sebesar 4,79.
Kesimpulan : jamu X mengandung paracetamol dengan konsentrasi 4,79 pada rentang waktu
retensi 2,76-2,79, berdasarkan pembacaan menggunakan metode HPLC.
Rekomendasi : Peneliti selanjutnya meneliti analisis lebih lanjut terhadap kandungan lain dalam
jamu X serta pengujian lebih lanjut terhadap keamanan dan efikasi penggunaan jamu tersebut
diperlukan untuk memastikan kualitas dan keamanannya..

Kata Kunci : High Performance Chromatography (HPLC), Jamu X


1
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gombong
2
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gombong
3
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gombong
4
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gombong
ABSTRACT

PHARMACY STUDY PROGRAM GRADUATE PROGRAM


FACULTY OF HEALTH SCIENCES
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY GOMBONG
Practicum , March 2024
Evilyana Indah Saputri 1) , Indah Nurani 2) , Lia Nur Pratiwi 3 ) , Yohanna Kurniasari 4)
ABSTRACT

ANALYSIS OF PARACETAMOL CONTENT IN JAMU X PREPARATION WITH


USING HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (HPLC)
Background : Paracetamol is common compounds used as analgesic and antipyretic . Although its
effectiveness has proven in relieve pain and lowering fever , use of which is not controlled or
paracetamol overdose can cause various problem health serious , incl bleeding in the stomach ,
palpitations heart , and damage heart . This matter give rise to worries to internal use of
paracetamol drug traditional or herbs, esp Because lack of supervision dosage and potency
interaction with other ingredients inside herbal preparations .
Objective Study : For determine paracetamol levels and samples jamu using an HPLC ( High
Performance Liquid Chromatography) instrument.
Research Method: Analysis Qualitative and quantitative with using High Performance
Chromatography (HPLC). On trial use High Performance Liquid Chromatography (HPLC) method
was carried out analysis Qualitative and quantitative For determine internal paracetamol levels
sample jamu . The sample is dissolved use aquabidest and filtered before injected to in HPLC.
Analysis qualitative done with compare time retention (Retention Time/RT) components in sample
with standard paracetamol, meanwhile analysis quantitative done with measure area below peaks
on the chromatogram .
Research result : Reading results show that RT value for sample paracetamol standards show very
small variations , show high consistency in results analysis . RT value for sample jamu approach
standard RT value of paracetamol, shows exists paracetamol content in sample the . Internal
paracetamol levels sample herbal medicine X is determined of 4.79.
Conclusion : Jamu X contains paracetamol with concentration 4.79 on the range time retention
2.76-2.79, based on reading use HPLC method .
Recommendation : Researchers next examined the analysis more carry on to other content in
herbal medicine X as well testing more carry on to safety and efficacy use jamu the required For
ensure quality and safety ..

Say Key : High Performance Chromatography ( HPLC ), Jamu


1
Gombong Muhammadiyah University student
2
Students from Gombong Muhammadiyah University
3
Gombong Muhammadiyah University student
4
Students from Gombong Muhammadiyah University
PENDAHULUAN

Mengobati pegal linu, bahan kimia obat paracetamol yang merupakan salah satu
senyawa yang banyak digunakan dalam pengobatan sering ditambahkan pada obat
tradisional atau herbal. Sudah menjadi rahasia umum bahwa paracetamol bertindak
sebagai analgesik, yang meredakan nyeri, dan antipiretik, yang menurunkan demam.
Paracetamol dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jika digunakan dengan
dosis yang tidak terpantau dengan baik, termasuk pendarahan di perut, jantung berdebar,
dan kerusakan hati. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No .007 Tahun
2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional, bahwa obat tradisional dilarang mengandung
bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Metode analisis obat yang sedang direkomendasikan oleh Farmakope yaitu
Teknik Kromatografi, metode HPLC merupakan teknik kromatografi cair (LC) yang
digunakan sebagai pemisahan berbagai komponen dalam suatu campuran. HPLC juga
merupakan cara identifikasi dan kuantifikasi senyawa dalam proses pengembangan obat.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah metode HPLC
lebih unggul atau tidak dari pendekatan lain dalam menilai kadar paracetamol dalam
sediaan Jamu Racikan. Manfaat dari penelitian ini berupa informasi dan pengalaman
yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, individu akan dapat
mengkonsumsi berbagai obat herbal, terutama sakit dan nyeri herbal, dengan lebih hati-
hati. Sampel jamu pegal linu didapatkan dari berbagai toko jamu di daerah X. Terdapat
tiga merk jamu pegal linu dalam praktikum ini. Paracetamol dalam jamu pegal linu
tersebut dapat diketahui dengan canggihnya instrumen yang digunakan dalam
menganalisis.
METODE

a. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah Labu ukur , beaker glass, pipet,
neraca analitik, sendok porselen, corong, kertas saring, magnetic stirrer.
2. Bahan
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah methanol, paracetamol,
aquabides, jamu.
b. Posedur
1. Menyiapkan pelarut
Methanol sebanyak 210 ml di tambahkan dengan aquabides sampai dengan 70 ml
2. Menyiapkan larutan stok
10 mg paracetamol (0,01 gram) di masukan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian di
tambahkan pelarut pada poin 2 sampai tanda batas.
3. Pembuatan kurva baku 1 ppm, 4 ppm, 6 ppm 8 ppm dan 10 ppm
10
 Konsentrasi larutan stok x 1000 = 100 ppm
100
 Konsentrasi 1 ppm = V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 5.1
5x 1
V1= = 0,05 ml
100
 Konsentrasi 4 ppm = V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 5.4
5x 4
V1 = = 0,2 ml
100
 Konsentrasi 6 ppm = V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 5.6
5x 6
V1 = = 0,3 ml
100
 Konsentrasi 8 ppm = V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 5.8
5x 8
V1 = = 0,4 ml
100
 Konsentrasi 10 ppm = V1.M1 = V2.M2
V1.100 = 5.10
5 x 10
V1 = = 0,5 ml
100
Masing-masing konsentrasi yang sudah di buat masukan kedalam labu ukur 5 ml
kemudian add kan pelarut sampai tanda batas
4. Pembuatan konsentrasi Jamu
Timbang 10 mg ( 0,01 gram) jamu masukan kedalam labu ukur 50 ml kemudian add
kan pelarut sampai tanda batas kemudian di larutkan menggunakan magnetic stirrer
selama 30 menit
5. Penyaringan
Semua konsentrasi yang sudah di buat kemudian di saring terlebih dahulu sebelum di
lakukan pengecekan menggunakan alat HPLC
c. Pengukuran
Pengukuran sampel pada analisis senyawa melalui metode HPLC melibatkan beberapa
langkah penting. Berikut adalah langkah-langkah umum yang terlibat dalam pengukuran
sampel menggunakan metode HPLC:
1. Preparasi Sampel: Sampel yang akan dianalisis harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Ini dapat melibatkan ekstraksi, filtrasi, pengenceran, atau derivatisasi sampel sesuai
kebutuhan. Tujuan dari langkah ini adalah untuk mempersiapkan sampel agar sesuai
dengan kondisi dan persyaratan analisis HPLC.
2. Persiapan Kolom: Kolom HPLC yang sesuai dipilih berdasarkan sifat-sifat senyawa
yang akan dianalisis. Kolom dipasang pada sistem HPLC dan diisi dengan fase diam
atau sorbent yang sesuai. Kolom harus dikondisikan dan diimbangi dengan fase gerak
yang digunakan dalam analisis sebelum pengukuran dimulai.
3. Pengaturan Fase Gerak: Fase gerak atau pelarut yang digunakan dalam HPLC harus
dipilih dengan hati-hati. Fase gerak ini dapat berupa campuran pelarut organik dan air
atau derivat pelarut tertentu tergantung pada sifat senyawa yang akan dianalisis. Fase
gerak harus diperiksa dan diperlakukan sebelum digunakan untuk memastikan
kebersihan dan kompatibilitas dengan sistem HPLC.
4. Pengukuran dan Penginjeksian Sampel: Sampel yang telah dipersiapkan kemudian
diinjeksikan ke dalam sistem HPLC. Injeksi sampel dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan sistem auto-sampler yang terintegrasi. Volume injeksi yang tepat
harus dipastikan agar memberikan konsentrasi sampel yang sesuai untuk analisis.
Selama injeksi, sampel akan memasuki kolom dan mengalami pemisahan berdasarkan
interaksi dengan fase diam dan fase gerak.
5. Deteksi dan Pengukuran: Setelah sampel dimasukkan ke dalam kolom HPLC,
senyawa-senyawa dalam sampel akan dipisahkan dan melewati detektor. Detektor
HPLC, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, atau detektor indeks bias, akan
memberikan respons sinyal berdasarkan keberadaan senyawa-senyawa tertentu dalam
sampel. Sinyal detektor diukur dan direkam sebagai kromatogram yang merekam
waktu retensi (waktu yang diperlukan bagi suatu senyawa untuk melewati kolom) dan
intensitas sinyal.
6. Analisis Data: Data yang dihasilkan dari detektor HPLC dianalisis untuk
menginterpretasikan hasil. Ini dapat melibatkan identifikasi senyawa dengan
membandingkan waktu retensi dengan senyawa standar, analisis kuantitatif dengan
menggunakan kurva kalibrasi, atau analisis lainnya sesuai kebutuhan.
Selama seluruh proses pengukuran, penting untuk menjaga keakuratan dan keandalan
hasil. Penggunaan kontrol kualitas, kalibrasi peralatan, dan pengulangan pengukuran
yang tepat sangat penting dalam memastikan keandalan hasil analisis.

d. Analisis data
Untuk menganalisis data sampel pada analisis senyawa melalui metode HPLC, berikut
adalah beberapa langkah yang umumnya dilakukan:
1. Identifikasi Senyawa: Pertama-tama, periksa kromatogram yang dihasilkan oleh
detektor HPLC. Identifikasi senyawa yang terdapat dalam sampel dapat dilakukan
dengan membandingkan waktu retensi (RT) dari puncak-puncak yang muncul dalam
kromatogram dengan waktu retensi senyawa standar yang diketahui. Jika waktu
retensi puncak dalam sampel cocok dengan waktu retensi senyawa standar, maka
dapat diasumsikan bahwa senyawa tersebut ada dalam sampel.
2. Integrasi Puncak: Setelah identifikasi senyawa, langkah selanjutnya adalah
melakukan integrasi puncak pada kromatogram. Puncak-puncak yang muncul dalam
kromatogram mewakili masing-masing senyawa yang terpisah dalam sampel.
Integrasi puncak melibatkan pengukuran luas di bawah puncak (area) untuk setiap
senyawa. Luas puncak dapat memberikan informasi tentang jumlah senyawa yang
ada dalam sampel.
3. Analisis Kuantitatif: Jika analisis kuantitatif diperlukan, pengukuran luas puncak
yang diintegrasikan dapat dikorelasikan dengan konsentrasi senyawa dalam sampel
menggunakan kurva kalibrasi yang dibuat dengan menggunakan senyawa standar
dengan konsentrasi yang diketahui. Dengan menggunakan persamaan regresi yang
dihasilkan dari kurva kalibrasi, konsentrasi senyawa dalam sampel dapat dihitung.
4. Verifikasi dan Konfirmasi: Untuk memverifikasi hasil analisis, dapat dilakukan
konfirmasi dengan menggunakan teknik analisis tambahan seperti spektroskopi atau
teknik kromatografi lainnya untuk mengidentifikasi senyawa secara lebih spesifik. Ini
membantu memastikan keakuratan identifikasi dan kuantifikasi senyawa dalam
sampel.
5. Interpretasi Hasil: Interpretasi hasil analisis HPLC melibatkan pemahaman tentang
sifat-sifat senyawa yang dianalisis, termasuk waktu retensi (RT) dan distribusi puncak
dalam kromatogram. Selain itu, penggunaan basis data referensi atau literatur yang
relevan dapat membantu dalam mengidentifikasi senyawa yang terpisah dalam
sampel.
Penting untuk mencatat dan mendokumentasikan hasil pengukuran dengan baik
selama proses analisis. Pengulangan pengukuran dan penggunaan kontrol kualitas
yang tepat juga harus dilakukan untuk memastikan keakuratan dan keandalan hasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deret Standarisasi Paracetamol

Konsentrasi AUC RT
1 194,29 2,78
4 320,14 2,77
6 367,44 2,77
8 435,66 2,76
10 483,13 2,77

2. Deret Standarisasi Sampel Jamu

Sampel Jamu AUC RT


Jamu Racikan 2,84 2,79

3. Hasil Kurva Baku Paracetamol


4. Hasil Kurva Baku Sampel Jamu

Berdasarkan data hasil percobaan diatas, data dapat dihitung menggunakan aplikasi
didapatkan hasil yaitu :
F(X) = Y
35,70 = 33,3124x + 162,424
33.3124x = 35,70-162,424
−126,724
X=
33,312
33.3124x = 2,84 – 162,424
−159,584
X=
33,3124
X = - 4,79

HPLC atau High Performance Liquid Chromatography adalah suatu jenis pemeriksaan
untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif suatu molekul dengan cara memisahkan
analit berdasarkan kepolarannya dan kemudian dideteksi dengan menggunakan prinsip
kromatografi (pemisahan) yaitu dengan menggunakan fase gerak cair yang dialirkan melalui
kolom yang merupakan fase diam menuju ke detektor dengan bantuan pompa. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menentukan kadar paracetamol dalam sampel jamu menggunakan
metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC), baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.

Untuk mengidentifikasi suatu analit yang ingin diperiksa keberadaannya ataupun


jumlahnya dalam sampel, maka diperlukan beberapa standar dengan berbagai konsentrasi untuk
menentukan RT dari suatu analit tertentu. RT atau Retention Time adalah waktu ketika injeksi
sampel memasuki kolom hingga terdeteksi. HPLC memisahkan komponen-komponen dalam
sampel berdasarkan perbedaan distribusi di antara dua fase, yaitu fase gerak (yang mengalirkan
larutan) dan fase diam (kolom pemisah). Pemisahan ini didasarkan pada kepolaran komponen-
komponen dalam sampel.

Sampel jamu ditimbang dan dilarutkan menggunakan aquabidest untuk mendapatkan


larutan sampel. Aquabidest digunakan karena dalam analisis HPLC diperlukan pelarut dengan
kemurnian tinggi untuk menghindari gangguan terhadap hasil pemisahan. Larutan sampel
kemudian diencerkan hingga volume tertentu dan disaring untuk memastikan kebersihan sampel
sebelum diinjeksikan ke dalam HPLC.

Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi (Retention Time/RT)


komponen dalam sampel dengan waktu retensi standar. Puncak pertama yang muncul pada
kromatogram kemungkinan besar merupakan komponen paracetamol. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan mengukur luas area di bawah puncak peak pada kromatogram, karena luas
area lebih stabil dalam menentukan konsentrasi.

Sebelum diinjeksikan ke dalam HPLC, baik sampel maupun standar perlu dilakukan
proses degassing untuk menghilangkan gelembung udara. Gelembung udara dapat mengganggu
kondisi HPLC dan memengaruhi hasil kromatogram.

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi selama percobaan ini antara lain sisa sampel
yang tidak larut sepenuhnya, masih terdapat gelembung udara setelah degassing, atau kesalahan
dalam pengoperasian instrument HPLC yang dapat mempengaruhi hasil analisis.

Hasil kromatografi HPLC disebut kromatogram. sumbu X mewakili waktu retensi atau
Retention Time (RT) sedangkan sumbu Y untuk absorbansi unit. Dari kromatogram akan terlihat
grafik parabola dengan satu atau beberapa puncak atau peak yang menunjukkan adanya suatu
analit yang terdeteksi. Untuk menghitung konsentrasi dapat digunakan luas area di bawah
puncak peak atau ketinggian peak. Namun para ahli menyarankan untuk lebih menggunakan luas
area karena nilainya lebih stabil. Dengan membandingkan luas area absorbansi tiap standart
terhadap konsentrasinya, maka dapat ditentukan korelasi dan persamaannya sehingga dapat
dihitung konsentrasi analit yang sama dalam suatu suatu larutan dengan memasukkan dalam
persamaan tersebut.

Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar paracetamol dan sampel jamu
menggunakan instrument HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography). Prinsip dasar
HPLC yaitu berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen dalam sampel di antara dua
fase, fase gerak dan fase diam. Fase gerak yang digunakan berupa air suling dan methanol pa
(3:1).

Dalam preparasi sampel, sampel ditimbang kemudian dilarutkan menggunakan


aquabidest. Digunakan aquabidest karena dalam analisis menggunakan HPLC diperlukan pelarut
dengan kemurnian yang tinggi, sebab larutan sampel yang akan dianalisis jumlahnya sangat
sedikit (sekitar 30Rl" sehingga apabila digunakan pelarut dengankemurnian kurang akan dapat
mengganggu hasil pemisahan. sebelum pengenceran sampel sampai 10 ml, dilakukan sonikasi
terlebih dahulu agar semua komponen dalamsampel larut dan homogen. setelah diencerkan
sampai 10 ml secara kuantitatif, larutan sampel disaring sebanyak dua kali.
Analisis pada percobaan kali ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan membandingkan $aktu retensi komponen dalam sampel dengan
waktu reteensi standar. Puncak Yang akan muncul pada kromatogram adalah puncak komponen
paracetamol terlebih dahulu. Hal tersebut dapat ditentukan berdasarkanstruktur kimia dari
masing-masing komponen. Sebelum dilakukan pemisahan, instrument HPLC harus dikondisikan
padakeadaan optimal agar hasil pemisahan yang didapatkan baik. Kemudian baik sampel
maupun deret standar, sebelum diinjeksikan ke dalam HPLC perlu dilakukan degassing untuk
menghilangkan gelembung udara karena gelembung udara dapat terkumpul dikepala pompa
ataupun detektor sehingga akan mengganggu kondisi HPLC.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama analisis pada percobaan ini
diantaranya, masih terdapat sisa sampel yang telah ditimbang yang tidak ikut dilarutkan sehingga
kadar yang diperoleh kurang akurat, masih terdapat gelembung setelah dilakukan penginjeksian,
atau pengoperasian instrument yang kurang tepat sehingga mempengaruhi hasil kromatogram
yang akan didapat.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembacaan menggunakan metode High Performance Liquid


Chromatography (HPLC), ditemukan bahwa nilai retensi time (RT) untuk sampel standar
paracetamol menunjukkan variasi yang sangat kecil, dengan nilai RT berkisar antara 2,76 hingga
2,79 untuk berbagai konsentrasi yang diuji. Hal ini menunjukkan konsistensi yang tinggi dalam
hasil analisis.
Kemudian, pada sampel jamu yang diuji, ditemukan nilai RT sebesar 2,79. Karena nilai
RT sampel jamu berdekatan dengan nilai RT standar paracetamol, dapat disimpulkan bahwa
sampel jamu tersebut mengandung paracetamol.
Selain itu, dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa kadar paracetamol dalam sampel
jamu X adalah sebesar 4,79.
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa jamu X ditemukan
mengandung paracetamol dengan kadar 4,79 pada retensi time 2,76-2,79 berdasarkan hasil
pembacaan metode HPLC. Hasil ini penting untuk diketahui dalam pengawasan mutu dan
keamanan produk jamu.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, D., Annisa, M. and Dewi, N. (2019) ‘Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang Obat Generik di Kecamatan Sepuluh Koto, Nagari Singgalang, Kabupaten
Tanah Datar’, Healt and Medical Journal, 1(2), pp. 39–43.

Ahmad, N.R. and Omar, F.K. (2018) ‘HPLC Method For Determination Of Paracetamol In
Pharmaceutical Formulations And Environmental Water Samples’, World Journal of
Pharmaceutical Research, 7(15). Available at: https://doi.org/10.20959/wjpr201815-
12814.

Arifah Husna, Permatasari Irma, artini siwi, PENGGUNAAN METODE HPCL PADA
ANALISIS JAMU DEPOT YANG MENGANDUNG ANTALGIN. Juni 2023

Basharat, R. et al. (2021) ‘A Mini-review on Ultra Performance Liquid Chromatography’,


Oriental Journal Of Chemistry, 37(4), pp. 847–857. Available at:
https://doi.org/10.13005/ojc/370411.

BPOM RI (2019) ‘Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019
Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik’. BADAN PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA.
Available at:

Chawla, G. and Kr. Chaudhary, K. (2019) ‘A review of HPLC technique covering its
pharmaceutical, environmental, forensic, clinical and other applications’, International
Journal of Pharmaceutical Chemistry and Analysis, 6(2), pp. 27–39. Available at:
https://doi.org/10.18231/j.ijpca.2019.006.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (1995) Farmakope Indonesia Edisi IV.
IV. Jakarta: departemen Kesehatan Republik Indonesia.
https://sertifikasicdob.pom.go.id/sertif/docs/1PedomanCDOB.pdf.

Risqiyanan, D.I. and Oktaviani, N. (2023) ‘Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang


Obat Paten dan Obat Generik di Desa Simbang Kulon Kecamatan Buaran Kabupaten
Pekalongan’, ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(4), pp. 1475–1483.

Sarmento, Z.L.C. et al. (2020) ‘Penetapan Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan Metode
High Performance Liquid Chromatography (HPLC)’, Cakra Kimia (Indonesian E-
Journal of Applied Chemistry), 8(2), pp. 99–104.

Suprianto, Syamsul, D. and Harfiansyah, M. deddy (2020) ‘Aplikasi Metode Penetapan


Kadar Rutin Parasetamol PT. Kimia Farma, Tbk Secara HPLC pada Sediaan Tablet
Generik dan Bermerek di Medan’, Jurnal Indah Sains & Klinis (J. Indah Sain.Klin.),
1(1).

Ulfa, D.M. and Irawan, D. (2019) ‘Assay Of Paracetamol Syrup In Different Storage
Temperatures By High Performance Liquid Chromatography’, SANITAS : Jurnal
Teknologi dan Seni Kesehatan, 10(1), pp. 72–80. Available at:
https://doi.org/10.36525/sanitas.2019.7.

Yanti, D.F.D. and Marini (2019) ‘Profil Peresepan Obat Generik di Apotek X Kabupaten
Indramayu Periode Januari – Maret Tahun 2019’, Jurnal Farmasi Muhammadiyah
Kuningan, 4(1), pp. 14–20.

Anda mungkin juga menyukai