Tesis
Diajukan Oleh :
DONA FABIOLA THO
07/262179/PTK/4548
Kepada
Tanggal ……………............…
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu
LEMBAR PERSEMBAHAN
ii
”UNTUK SEGALA SESUATU ADA WAKTUNYA”
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan
ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi
manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan
Allah dari awal sampai akhir.
Pengkhotbah 3 : 11
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan berkatNya sehingga tesis ini dengan judul Perilaku Mekanika Papan
iii
Laminasi Bambu Petung dari Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara
Timur Terhadap Beban Lateral Dengan Variasi Susunan Bilah dapat
diselesaikan. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam menyelesaikan studi dan memperoleh derajat kesarjanaan S-2
pada Program Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Laboratorium Struktur Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada, Laboratorium D3 Mesin Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada dan Laboratorium Mekanika Bahan Pusat Studi Ilmu
Teknik PAU Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Selama menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dan
masukan-masukan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan terima
kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES. DEA, selaku pengelola Program
Pascasarjana pada Magister Teknologi Bahan Bangunan yang telah
memberikan izin penelitian dalam penyelesaian tesis ini.
2. Bapak Prof. Ir. Morisco, Ph. D, selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan segala perhatian, waktu, saran dan pengarahan selama
penyelesaian tesis.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. TA. Prayitno, M.For, selaku dosen pembimbing
pendamping yang telah memberikan banyak masukan dan saran-saran yang
bermanfaat dalam penulisan tesis ini.
4. Bapak Dr.-Ing. Ir. Djoko Sulistyo, selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran-saran dan masukan yang bermanfaat pada tesis ini.
5. Yang terhormat bapak-bapak staf pengajar di lingkungan program studi
Magister Teknologi Bahan Bangunan yang namanya tidak dapat disebutkan
satu per satu, mbak Tatik, mbak Ekta, mbak Susi, Santo Ajie Dhewanto, mas
Sugianto, mas Wawan dan mas Haryanto yang selalu memberikan perhatian
kepada penulis. iv
6. Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (Pusbiktek) PKSDM
Departemen PU di Bandung melalui program beasiswanya.
7. Suami tercinta B. Paulus Yos, Putri tercintaku Misella Maria F. Dampung dan
kakakku tercinta Ivona Dara Tho serta adikku tercinta Magdalena Diwna
Yunita Tho yang telah memberikan semangat dan dukungan selama
menyelesaikan studi.
8. Bapak Wika Matana Nion dan Bapak Flores Riduan Sihombing, yang telah
memberikan motivasi dan dukungan moril selama perkuliahan dan penyusunan
tesis ini dan adik Haryani yang telah memberikan bimbingan TOEFL kepada
Penulis.
9. Rekan-rekan MTBB angkatan 2007 yang telah memberikan dukungan,
semangat, motivasi dalam menjalani kebersamaan selama masa studi di
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu semua saran dan kritik membangun ke arah
perbaikan sangat diharapkan. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan dan penelitian tentang papan laminasi dari bambu serta
berguna untuk penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, Nopember 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERNYATAAN ii
HALAMAN PERSEMBAHAN iii
PRAKATA iv
ABSTRACT xiv
v
INTISARI xv
I. PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Perumusan Masalah.....................................................................3
C. Keaslian Penelitian.......................................................................4
D. Tujuan Penelitian.........................................................................6
E. Manfaat Penelitian.......................................................................6
F. Batasan Masalah..........................................................................7
Halaman
VI. PENUTUP.........................................................................................101
A. Kesimpulan..............................................................................101
B. Saran.........................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................104
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRACT
INTISARI
Hasil pengujian lentur untuk type I didapat MOR sebesar 117,38 MPa dan
MOE sebesar 21.490 MPa. Type II didapat MOR sebesar 126,63 MPa dan MOE
sebesar 22.772 MPa. Type III didapat MOR sebesar 84,79 MPa dan MOE sebesar
19.150 MPa. Type IV didapat MOR sebesar 72,00 MPa dan MOE sebesar 16.083
MPa. Rerata kuat tarik tegak lurus permukaan untuk type I, type II, Type III dan
IV berturut-turut sebagai berikut : 0,44 MPa, 1,44 MPa, 1,41 MPa dan 1,30 MPa.
xv
Rerata kuat geser Type I, type II, type III dan type IV berturut-turut didapat 3,40
MPa, 4,55 MPa, 2,33 MPa dan 2,63 MPa.
Kata kunci: Papan laminasi, lentur dan bambu petung (dendrocalamus sp) tanpa
kulit.
xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
121’50’ bujur timur. Bagian utara berbatasan dengan laut Flores, bagian selatan
Ngada tergolong daerah yang beriklim tropis dan terbentang hampir sebagian
besar padang rumput, juga ditumbuhi dengan pepohonan seperti bambu, kemiri,
tropis sehingga perubahan suhu tidak dipengaruhi oleh pergantian musim, tapi
ditentukan oleh perbedaan ketinggian dari permukaan laut. Jika dilihat dari data
curah hujan tahun 2006, curah hujan di kabupaten Ngada tercatat 196 mm,
sedangkan rata-rata jumlah hari hujan di tahun 2006 tercatat sebayak 12 hari per
bulan (sumber : Ngada dalam angka). Kondisi tersebut merupakan salah satu
ditunjukkan dengan luas hutan bambu di Kabupaten Ngada adalah sekitar 30%
dari luas kawasan hutannya yaitu 32.427 Ha dari luas kawasan hutan 108.091 Ha
dan dari luas seluruh wilayah kabupaten Ngada 1.620,92 Km2. Oleh karena itu
bambu merupakan salah satu material konstruksi yang tersebar di hampir seluruh
daerah di Kabupaten Ngada. Bambu adalah salah satu jenis kayu yang banyak
1
2
dipakai sebagai bahan struktur bangunan serta perabot rumah tangga di daerah
Kabupaten Ngada sejak beberapa abad yang lalu. Pemilihan bambu sebagai bahan
bangunan dapat dirasakan pada harganya yang relatif rendah, pertumbuhan cepat,
mudah ditanam, mudah dikerjakan, serta serat bambu memiliki kekuatan tarik
yang tinggi, seperti pada kuat tarik bambu Ori sekitar dua kali tegangan leleh
sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, maka Dinas Kehutanan Kab. Ngada
seluas 200 Ha, yang diharapkan dimasa depan akan dikembangkan pabrik bambu
laminasi di Kabupaten tersebut, sehingga penelitian jenis bambu Petung dari Kab.
lapisan bilah bambu yang direkatkan menjadi satu kesatuan menjadi suatu elemen
Bambu petung jika dibanding dengan bambu jenis lain memiliki peluang
untuk menjadi bahan baku pembuatan papan laminasi. Secara anatomi bambu
petung memiliki ketebalan batang yang lebih tebal dibanding dengan jenis bambu
3
lain. Selain itu bambu petung kuat tarik yang mendekati kuat tarik baja (Morisco,
Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagai bahan pembuat papan laminasi
karena jenis bambu yang banyak terdapat diwilayah Kabupaten Ngada adalah
Pembuatan papan laminasi bambu Petung dari Kab. Ngada Prop. NTT
bilah pada papan laminasi tanpa pemakaian kulit luar bambu terhadap sifat
mekanik yang dihasilkan, menggunakan bahan baku berupa bilah yang tidak
menggunakan kulit luar dibuat menjadi 4 (empat) tipe. Papan laminasi pada
penelitian ini direncanakan sebagai dinding pembatas ruang, jadi secara mekanika
B. Perumusan Masalah
bahwa kayu dalam bentuk kayu lapis juga dipakai sebagai sumber devisa negara.
hutan, kiranya perlu dicari bahan bangunan lain sebagai pengganti kayu hutan.
4
membuat penelitian tentang papan laminasi yang terbuat dari bambu. Diharapkan
hasil penelitian ini akan menambah produk baru bambu sebagai pengganti bahan
konstruksi papan yang terbuat dari kayu. Penelitian ini dimaksudkan untuk
bambu petung dari Kab. Ngada Prop. NTT yang direkat dengan bahan perekat
jenis Urea Formaldehida (UA – 104) dan bahan pengeras (hardener) berupa
C. Keaslian Penelitian
al. (1998) dalam Barly (2005). Mereka meneliti tetang kerapatan papan laminasi
menggunakan bilah dan galar (pelupuh) dari bambu petung dan bambu andong,
menunjukan kerapatan bambu lamina dari bilah bambu andong lebih tinggi
(0,80g/cm3) jika dibanding dengan kerapatan lamina bambu dari galar (pelupuh)
andong (0,70 g/cm3) atau bambu lamina dari galar (pelupuh) bambu petung (0,73
g/cm3). Sulatiningsih (2004) dalam Barly (2005) menyebutkan bahwa lamina dari
bambu andong sangat cocok untuk papan lantai, karena mempunyai sifat mekanis
khusus yaitu kekerasan sisi 443 kg/cm2 lebih tinggi dari kayu jati (428 kg/cm2).
Selain itu laminasi bambu andong mempunyai kestabilan dimensi yang cukup
Penelitian papan laminasi telah dilakukan oleh Sjelly Haniza (2005) yang
meneliti tentang perilaku papan laminasi yang tetap mempertahankan kulit luar
pada lapisan atas dan bawah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan
analisis varians yang dilakukan terhadap papan laminasi bambu petung dari desa
Donomulyo Donokerto – Turi Kab. Sleman terhadap kuat lentur, kuat tarik tegak
lurus permukaan dan kuat geser disimpulkan bahwa : bentuk bahan baku (bilah
atau galar), tetap mempertahan kulit atau tidak dan susunan lapisan dari papan
laminasi akan memberikan pengaruh terhadap sifat mekanik yang dihasilkan. Dan
menghasilkan nilai MOR berkisar antara 80,98 MPa sampai 151,22 MPa, nilai
MOE berkisar antara 16.094 MPa sampai 25.060 MPa, nilai Kuat Geser berkisar
antara 1,96 MPa sampai 3,94 MPa dan nilai Kuat Tarik tegak lurus permukaan
papan laminasi dengan memakai bambu Petung dari Kab. Ngada Prop. NTT yang
tidak mempertahankan kulit luar bambu pada lapisan atas dan bawah. Dari
berbagai sumber literatur dan laporan hasil penelitian yang pernah dibaca, maka
Ngada Prop NTT ini belum pernah dilakukan. dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ditinjau dari asal bahan, penelitian yang dilakukan ini relatif baru.
6
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sifat fisik dan mekanik bambu Petung dari Kab. Ngada, yaitu
kadar air dan kerapatan, tekan sejajar serat, tekan tegak lurus serat, tarik
2. Menghasilkan papan laminasi bambu Petung dari Kab. Ngada yang memiliki
kekuatan tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pengganti papan dari kayu.
pengujian mekanik yang dilakukan yaitu uji lentur, uji geser dan tarik tegak
lurus permukaan.
5. Mengetahui pola kerusakan papan laminasi dari bambu petung terhadap beban
lateral.
E. Manfaat Penelitian
1. Memberi pengetahuan baru tentang papan laminasi dari bambu Petung Kab.
Ngada yang tidak mempertahankan pemakaian kulit luar dari bambu, kepada
menambah nilai dan pemanfaatan bahan bambu sebagai pengganti kayu dalam
dunia konstruksi.
F. Batasan Masalah
papan laminasi bambu dimana kulit luar bambu tidak dipertahankan. Parameter
yang akan diteliti adalan perilaku mekanika papan laminasi terhadap beban lateral
dengan melakukan uji lentur, geser sejajar garis perekatan dan tarik tegak lurus
Formaldehida (UA-104).
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
dan bambu monopodial. Bambu Simpodial mempunyai akar dangkal, dan secara
menghasilkan satu tegakan bambu. Oleh karena itu akar bambu jenis ini tidak
bambu monopodial yaitu bambu yang menyebar. Bambu jenis ini membentuk
hutan monokultur dengan satu tanaman yang dominan, sehingga kurang baik bagi
menerobos tanah padat/agak padat yang menopang sistim akar yang halus dan
tebal. Risoma dari bambu monopodial menghasilkan kuncup hampir pada setiap
internodia. Satu risoma dapat menghasilkan banyak tegakan dan risoma setiap
tahun.
Batang bambu terdiri atas ruas (internodia) dan buku (nodia). Kulit luar
terdiri atas epidermis, sedangkan bagian dalam terdiri atas sarung sklerenkim,
polylamellate.
Begitu banyak jenis bambu di indonesia, tapi hanya beberapa yang umum
memiliki jenis rumpun yang agak rapat. Dapat tumbuh di dataran rendah
tumbuhan ini memiliki rumpun agak jarang, tumbuh didataran rendah sampai
ketinggian 650 m diatas permukaan laut, warna kulit batang hitam, hijau
kehitam-hitaman atau ungu tua, panjang ruas 40-50 cm, diamater 6-8 cm dan
ini memiliki rumpun tidak terlalu rapat, warna kulit batang hijau kekuningan
dengan garis kuning sejajar batang, panjang ruas 40-60 cm, diameter 8-12 cm
4. Bambu Apus / bambu Tali (Giganthocloa Apus) Ciri-ciri bambu apus dapat
diatas permukaan laut. Memiliki panjang ruas 45-65 cm diameter 5-8 mm dan
tebal dinding 3-15 mm. Jenis bambu ini kuat, liat, lurus dan tahan terhadap
9
B. Sifat Fisika dan Mekanika Bambu Petung
Bambu adalah salah satu jenis kayu yang banyak dipakai sebagai bahan
struktur bangunan serta perabot rumah tangga di daerah tropis sejak beberapa
abad yang lalu. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa bambu telah
berfungsi sebagai salah satu kebutuhan manusia, baik untuk perumahan maupun
untuk perabot rumah tangga. Pemilihan bambu sebagai bahan bangunan dapat
Agar suatu bahan dapat dipakai secara optimum, maka sifat mekanik bahan
itu harus dipahami betul. Tanpa pemahanan sifat mekanik, pemakaian bahan dapat
berlebihan sehingga dari segi ekonomis akan boros, sedang pemakaian dengan
ukuran terlalu kecil dapat membahayakan pemakainya. Jika sifat mekanik bahan
lebih optimum.
pada jenis bambu yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan, umur bambu pada
digunakan (pangkal, tengah dan ujung), letak dan jarak masing-masing ruas.
digunakan sebagai bahan konstruksi adalah bahan bangunan kering dengan kadar
air 12%. Ini merupakan kadar air kesetimbangan pada kelembaban udara 70%
yang dianggap sebagai nilai rata-rata yang wajar pada iklim tropis (Suseno, 1999
10
dalam Haniza, 2005). Beberapa sifat mekanika bambu yang penting untuk
1. Berat jenis
Berat jenis bambu berbeda–beda tergantung pada jenis bambu berkisar antara
(p=670-720 kg/m3). Selain itu berat jenis dapat turun akibat proses
tersebut.
2. Kuat tarik
Kekuatan bambu untuk menahan gaya tarik tergantung pada posisi bagian
batang yang digunakan. Bagian ujung memiliki kakuatan terhadap gaya tarik
3. Kuat tekan
Kekuatan bambu untuk menahan gaya tekan tergantung pada bagian ruas dan
bagian antar ruas batang bambu. Bagian batang tanpa ruas memiliki kuat tekan
4. Kuat geser
bambu bergeser dari bagian lain didekatnya disebut dengan kuat geser.
Kuat geser bambu tergantung pada ketebalan dinding batang bambu, bagian
batang tanpa ruas memiliki kekuatan terhadap gaya geser 50% lebih tinggi dari
11
5. Kuat lentur (MOR)
melengkungkan batang bambu atau menahan muatan mati atau hidup karena
bambu merupakan bahan yang elastis, maka lendutan yang terjadi sesuai
dibanding batang yang utuh, karena nilai kekuatannya lebih tinggi. Kepadatan
serat kokoh pada bagian dinding luar batang bambu meningkatkan kekuatan
maupun elastisitas.
Pada tesis ini untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut dilakukan dengan pengujian
rata-rata bambu petung dalam keadaan kering oven adalah 1900 kg/cm 2 (tanpa
buku) dan 1160 kg/cm2 (dengan buku). Ditinjau dari sisi potongan kuat tarik rata-
rata bambu petung pada bagian pangkal 2278 kg/cm2, bagian tengah 1770 kg/cm2
dan pada bagian ujung 2080 kg/cm2, kuat tekan rata-rata bambu petung bulat pada
bagian pangkal 2769 kg/cm2, pada bagian tengah 4089 kg/cm 2 dan pada bagian
ujung 5479 kg/cm2 (Morisco, 1996). Tegangan batas lentur rata-rata 1240 kg/cm2
12
C. Teknologi Perekatan Laminasi
penggabungan bahan baku yang tidak seragam atau dari berbagai kualitas
perekatan yang dilakukan apabila mengikuti prosedur perekatan yang baik sesuai
kadang mampu melebihi daya kohesi substract dari bahan yang direkatkan.
D. Jenis-Jenis Perekat
dibedakan menjadi dua yaitu: perekat jenis thermoplastic yang akan mengeras
dipergunakan untuk beban ringan non struktural. Kedua jenis thermosetting akan
pengembang (extender) dan pengisi (filler) (Tsounomis, 1991 dalam Fakhri, 2001)
bahan yang direkat, permukaan yang direkat, teknik perekat, cara pengujian dan
amplikasi bahan yang digunakan. Bahan yang direkat dipengaruhi oleh beberapa
13
faktor antara lain struktur anatomi bahan, massa jenis, kadar air, sifat permukaan
(Fakhri, 2001). Menurut Prayitno (1996) untuk mendapatkan hasil rekatan yang
baik, pada waktu pelaksanaan sebaiknya bahan baku dalam keadaan kering atau
(Selbo, 1975 dalam Prayitno, 1996). Perekat terlabur (glue spread) yang biasa
dipergunakan untuk perekat bambu laminasi adalah 50#/MDGL, tapi jumlah ini
bisa bervariasi kurang atau lebih tergantung sifat atau keadaan permukaan bahan
Prayitno (1994) dalam Irawati (2004) adalah Urea formaldehida (UF) yang
merupakan hasil reaksi antara Urea dan formaldehida, dimana urea merupakan
sedangkan formaldehida didapat dari hasil oksidasi metanol yang berasal dari gas
alam dan napthalin. Pembuatan bambu laminasi dapat dikerjakan dengan perekat
secara proses panas (1000c) ataupun dingin (300c). Proses panas umumnya
digunakan pada pemakaian non struktual seperti industri kayu lapis, sedangkan
proses dingin lebih sesuai untuk keperluan struktual mengingat tebalnya dimensi
elemen yang direkatkan cukup besar. Penggunaan perekat jenis ini perlu kontrol
keasaman dan harus ditambah bahan pengisi (filler) agar mengisi pori bahan yang
direkat, namun ketebalan garis perekat harus dikontrol tidak lebih dari 0,1 mm
untuk menghindari retak, perekat ini tersedia dalam bentuk cairan atau bubuk.
14
Resin dalam bentuk bubuk perlu dilarutkan terlebih dahulu dengan air sebelum
digunakan, keuntungannya adalah daya simpan yang lebih lama yakni 1-2 tahun.
Resin dalam bentuk cair kepekatanya berkisar 65-70% akan stabil selama
beberapa minggu pada temperatur 200c, dengan kadar 50% resin solid (padat)
untuk beberapa bulan. Kelemahan UF ini adalah tidak tahan terhadap air, suhu dan
(interior).
Peraturan Kayu Indonesia 1961 (PDMB, 1992), seperti tercantum pada Table 2.1.
E. Teori Pengempaan
sehingga garis perekat dapat terbentuk serata dan sepejal mungkin dengan
ketebalan yang setipis mungkin. Oleh karenanya penekanan rakitan yang cukup
15
kuat dan seragam serta homogen pada semua permukaan bahan yang direkat
perekat agar mengalir dari sisi (flow) atau meresap kedalam bahan direkat
permukaan agar tetap kuat (Brown et al, 1952 dalam Prayitno, 1996).
Menurut Chen dan Rice (1973) dalam Prayitno (1996), semakin tebal garis
perekat kekuatan rekat yang dihasilkan justru semakin rendah. Oleh sebab itu
200 psi sering direkomendasikan untuk perekatan kayu (Selbo, 1975 dalam
Prayitno, 1996).
pendek dan pematangan perekat lebih cepat karena telah terbentuk garis
16
2. Pengempaan panas (hot pressing), pengempaan panas dilakukan sebagai tahap
akhir dari proses perekatan, dalam arti langkah pengerasan perekat diusahakan
memerlukan waktu pengempaan rata-rata sekitar 5-7 menit dengan keadaan dan
yang bertujuan untuk mendapatkan dimensi kayu lebih besar. Produk kayu lamina
ini dikenal dengan istilah glulam (Glue Laminated Timber) dapat diartikan sebagai
produk kayu rakitan, dibuat dengan cara merekat sejumlah potongan kayu
sedemikian rupa, sehingga arah serat dari semua potongan pada hakekatnya
sejajar dengan arah panjang dari produk tersebut (Chugg, 1964 dalam jurnal
kearah panjang produk yang dibuat terdapat dua pola susunan yaitu, susunan
17
beberapa hal sifat-sifat lamina tidak jauh berbeda dengan sifat bambu asli, sifat
akhir akan banyak dipengaruhi oleh banyak ruas (nodia) yang terdapat pada
batang dan jenis perekat yang dipakai, (Wijaya, 1995 dalam Oka, 2004). Tarmeze,
kekuatan dan kekakuan dari bambu laminasi yaitu adanya rongga (voids), ketidak
bambu andong lebih tinggi (0,8 g/cm3) jika dibanding dengan kerapatan laminasi
bambu dari gelar (pelupuh) andong (0,70 g/cm 3) atau laminasi bambu dari galar
(pelupuh) bambu petung (0,73 g/cm3). Modulus patah dan keteguhan rekat dari
bilah juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang dibuat dari galar (pelupuh),
(2005) meneliti tentang perilaku papan laminasi yang tetap mempertahankan kulit
luar pada lapisan atas dan bawah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
petung dari desa Donomulyo Donokerto – Turi Kab. Sleman terhadap kuat lentur,
kuat tarik tegak lurus permukaan dan kuat geser disimpulkan bahwa : bentuk
bahan baku (bilah atau galar), tetap mempertahan kulit atau tidak dan susunan
lapisan dari papan laminasi akan memberikan pengaruh terhadap sifat mekanik
18
yang dihasilkan. Pembuatan papan laminasi yang tetap mempertahankan kulit luar
bambu, menghasilkan nilai MOR berkisar antara 80,98 MPa sampai 151,22 MPa,
nilai MOE berkisar antara 16.094 MPa sampai 25.060 MPa, nilai Kuat Geser
berkisar antara 1,96 MPa sampai 3,94 MPa dan nilai Kuat Tarik tegak lurus
lamina berkualitas rendah untuk disisipkan diantara lapisan luar (face) dan
19
III. LANDASAN TEORI
A. Kadar Air
Kadar air bambu adalah nilai yang menunjukkan banyaknya air dalam bambu.
Kemampuan untuk menyerap dan kehilangan air tergantung pada suhu dan
komponen bangunan. Berat air dalam bambu diperoleh dengan cara menghitung
selisih berat bambu dan air dengan berat bambu kering tanur. Kadar air bambu
mempengaruhi kekuatan mekanika bambu yaitu sangat menurun bila kadar air
tinggi. Dalam kondisi kering bambu lebih kuat daripada dalam kondisi segarnya,
namun perbedaan itu seringkali relatif kecil (Mohamod & Liese, 1995 dalam
Kusumaningsih, 1997). Menurut Liese (1980) pada batang bambu yang telah
berumur 3-4 tahun kandungan air lebih tinggi pada bagian pangkal dari pada
batang bambu yang ditebang pada waktu musim kering memiliki kandungan air
minimum. Titik jenuh serat bambu berkisar antara 20 – 22% (Kinshen, dkk., 1956
dalam Kumar, 1988). Kadar air bambu dihitung dari berat bambu dengan volume
bambu pada kadar air tertentu dengan Persamaan 3.1 berikut ini :
(m1 m 2 )
w x100% (3.1)
m2
dengan :
20
m1 = berat benda uji sebelum dikeringkan (g)
B. Kerapatan Bambu
Kerapatan adalah nilai perbandingan antara berat dan volume pada suatu kadar air
kayu, karena menunjukkan jumlah sel yang mampu mendukung beban (Prayitno,
Persamaan 3.2 :
m
ρw = w (3.2)
vw
dengan :
21
Gambar 3.1. Perilaku Lentur Papan
pada bagian yang memanjang terjadi tegangan tarik. Kondisi dimana papan
mampu menahan beban yang diterima disebut kondisi elastis. Kondisi ini akan
berlaku sesuai sebelum bambu mencapai tegangan leleh. Biasanya leleh pertama
akan ditentukan oleh tegangan tekan hal ini disebabkan kuat tekan bambu lebih
Untuk satu beban terpusat pada ½ bentang, seperti terlihat pada Gambar
3
P. l
MoE = 3
[ MPa] (3.3)
4.b.h .γ
22
Dengan P = beban rata-rata dari batas atas dan bawah (N)
l = jarak penopang (mm)
b = lebar benda uji (mm)
h = tebal/tinggi benda uji (mm)
= defleksi pada titik lengkung dihitung dan rata-rata defleksi
batas atas dan bawah (mm)
Nilai modulus elastisitas merupakan ukuran ketahanan kayu terhadap
perpanjangan atau perpendekan akibat pembebanan dari luar, bila balok kayu
pembebanan konstan. Nilai elastisitas kayu sangat berhubungan erat dengan kadar
Setelah tegangan tekan pada serat paling luar mencapai batas tegangan tekan
maksimum, maka kondisi elastis akan terlewati dan masuk pada kondisi plastis.
Pada tahap ini bagian tekan akan meleleh dan terus merambat keserat bagian
dalam, sedangkan serat tarik akan terus mengalami tarik sampai mencapai
tegangan tarik maksimum dan runtuh jika tegangan leleh mencapai maksimum.
maksimum atau beban maksimum yang dapat ditopang oleh benda uji, hingga
rusak atau pecah dalam waktu 1,5 0,5 menit sejak pembebanan. Nilai Mor
3.Pmax . l
MoR = MPa
2.b.h 2
(3.4)
23
dengan :
Untuk mengetahui daya rekat antar partikel. Khususnya pada bagian tengah
papan apabila dilakukan gaya tarik tegak lurus permukaan. Pengujian ini
persamaan:
Pmax
= A
MPa
(3.5)
dengan
Pmax = beban maksimum
memberikan beban secara teratur pada bidang geser benda uji sampai
24
menimbulkan retak akibat geser. Perhitungan kuat geser menggunakan persamaan
dibawah ini :
Pmax
τ // serat = MPa
b.1
(3.6)
dan Geser.
Untuk mendapatkan panjang batas kritis agar terjadi kegagalan lentur dan
geser secara bersamaan dengan menggunakan satu beban terpusat berjarak 1/2
6h
Lcr = (3.7)
8
dengan : Lcr = Panjang kritis terjadi lentur dan geser bersamaan (mm)
= Tegangan lentur (MPa)
= tegangan geser glulam (MPa)
h = tinggi laminasi (mm)
menggambarkan banyaknya perekat agar tercapai garis perekatan yang solid yang
25
kuat. Satuan luas permukaan rekat ditentukan dengan satuan Inggris, yaitu seribu
kaki persegi (1000 square feet) dengan sebutan MSGL (Mean Single Glue Line)
dan dinyatakan dalam satuan pounds (lbs). Bila kedua bidang permukaan dilabur
maka disebut MDGL (Mean Double Glue Line) atau pelaburan dua sisi (Prayitno,
S .A
GPU= 317,5
(3.8)
Apabila luas bidang yang direkat dihitung dalam sentimeter persegi, maka
faktor pembagi pada persamaan diatas diganti menjadi 2048,2 (Prayitno, 1996:
40-41).
a. Bahan perekat ditimbang sebanyak 2/3 jumlah perekat yang diperlukan dan
26
b. Timbang bahan tambahan berupa pengeras ( hardener), bahan pengembang
d. Tambahkan sisa dari jumlah perekat tadi (1/3 nya) kedalam campuran diatas
Yang perlu diperhatikan adalah waktu ikat (setting time ) dari bahan perekat,
H. Hipotesis
Dengan memperhatikan sifat dan perilaku bahan penyusunnya, sifat fisik dan
mekanika maka papan laminasi bambu Petung dari Kab. Ngada dengan variasi
susunan bilah, maka akan memberikan nilai yang berbeda terhadap kuat lentur
27
IV. METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan Penelitian
1. Bambu Petung
dengan diameter bambu + 180 mm dan tebal bambu + 25 mm. Bambu diawetkan
dengan cara direbus dengan larutan air dan boraks selama + 6 jam, kadar boraks 5
sampai kadar air mencapai maksimal 12%. Setelah bambu kering kemudian
semua kulit luarnya dibuang dan dijadikan bilah dengan ukuran (30x1300) mm,
lebar bilah untuk pengujian pendahuluan disesuaikan dengan ukuran benda uji
2. Bahan Perekat
28
a. Bahan perekat yang digunakan adalah jenis UF (Urea Formaldehyde)
dengan kode (UA-104) yang diperoleh dari PT. Palmolite Adhesive Indonesia
(PAI) Probolinggo, Jawa Timur. Perekat jenis ini berbentuk cairan putih, agak
kental disimpan dalam jerigen plastik, dapat mengeras pada suhu kamar serta
HU-12. Hardener yang digunakan berupa bubuk putih yang didapat dari PT.
Pamolite Adhesive Industry (PAI). Gambar bahan pengeras dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
terigu cap Gunung Bromo yang diproduksi oleh PT Indofood Sukses Mandiri
Surabaya. Tepung terigu ini diperoleh dari salah satu toko di Yogyakarta.
B. Peralatan Penelitian
29
Peralatan pendahuluan yang digunakan untuk mengolah bmbu yaitu berua
gergaji tangan biasa yang digunakan untuk memotong bambu menjadi panjang 1,3
parang, sedangkan untuk pembuatan bilah digunakan mesin gergaji pembuat bilah
berikut :
ketebalan yang seragam. Mesin planner yang dipakai adaah merk SCM-S52
30
Gambar 4.4 Mesin Serut (Planner)
Mesin ini digunakan untuk meratakan salah satu sisi bilah-bilah bambu
yang nantinya sebagai acuan untuk meratakan sisi yang lainnya dengan
menggunakan mesin gergaji sirkel (circular panel saw). Mesin yang dipakai
adalah merk SCM F4L buatan Italia, seperti terlihat pada Gambar 4.5.
31
Alat ini digunakan untuk memotong bilah-bilah bambu sesuai dengan
ukuran yang diinginkan. Adapun gambar mesin gergaji pemotong dapat dilihat
Cetakan papan laminasi terbuat dari papan kayu panjang 1,6 meter
dilengkap dengan klem baja sebanyak 5 pasang sebagai pengunci yang diberi baut
sebagai penahan tekanan pada proses pengempaan. Papan cetakan diberi alas
dengan menggunakan plastik atau karpet plastik agar bilah bambu tidak melekat
pada papan cetakan. Papan cetakan diatur sedemikan rupa sehingga bisa bergeser
pengempaan. Alat cetakan papan laminasi seperti terlihat pada Gambar 4.7.
32
Gambar 4.7. Cetakan papan laminasi
laminasi dan dapat ditentukan berapa jumlah beban yang diberikan sehingga
baut. Alat kempa hidrolis yang digunakan yaitu merk Springville dengan
kapasitas 10 ton. Alat kempa hidrolis dapat dilihat pada Gambar 4.8.
33
Alat bantu lain yang digunakan yaitu seperti : kuas, scrap, gelas
− Digital Oven merk ”Memmert UNB 200” untuk mengeringkan benda uji
gram, untuk mengukur berat bambu sebelum dan setelah di oven (Gambar
4.10)
34
− Kaliper merk ”Mitutoyo” dengan ketelitian 0,05 mm (1/128 in) untuk
(a)
(b)
Gambar 4.11 Kaliper (a) dan Moistermeter (b)
beban maximum 10 Ton, untuk menguji Kuat Lentur, Kuat Tekan dan Kuat
35
(a) (b)
Gambar 4.13 Data Logger (a), LVDT (b)
C. Benda Uji
Dimensi untuk pengujian sifat fisik dan mekanik bambu petung berdasarkan
menyesuaikan tebal bahan bambu yang tersedia. Pembuatan benda uji antara lain
untuk kadar air dan kerapatan, tekan tegak lurus serat, tekan sejajar serat, geser
sejajar serat tarik sejajar serat dan lentur. Bentuk dan dimensi benda uji
t = tebal bambu
36
b. Tekan sejajar serat dan tegak lurus serat
optimum, dilakukan untuk tiga variasi dengan tiga ulangan. Jumlah benda uji
37
No. Jenis Pengujian Jumlah Standar Pengujian
Benda uji
1. Kadar air dan kerapatan 3 ISO 3130-1975 (E) dan ISO 3131-1975
Gambar 4.16 Benda uji kadar air & kerapatan (a), Tekan sejajar & tegak lurus
serat (b) & (c), Geser (d), Lentur (e), Tarik sejajar serat (f) dan Blok
Geser (g)
Papan laminasi yang dibuat adalah 4 (empat) tipe sesuai variasi susunan
bilah, dan semua variasi tidak mempertahankan kulit luar bambu. Masing-
masing variasi dibuat sebanyak 4 (empat) buah dengan jumlah keseluruhan papan
38
laminasi yang dibuat adalah 16 (enam belas) buah, yang terlihat pada Gambar
4.17.
a. Type I b. Type II
39
b. Kuat tarik tegak lurus bidang rekat c. Geser // garis perekatan
Tabel 4.2 Jenis pengujian dan jumlah benda uji Papan Laminasi
Jumlah Benda Uji Papan Laminasi
Jenis Pengujian dengan Variasi Susunan Bilah
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV
Kuat Lentur
- Sampel papan laminasi 3 3 3 3
- Papan laminasi 3 3 3 3
D. Pelaksanaan Penelitian
Mada. Pengujian Sifat Fisika Mekanika Bambu petung dan Papan Laminasi
Bahan Pusat Studi Ilmu Teknik PAU dan Laboratorium D3 Mesin Fakultas
40
Teknik Universitas Gadjah Mada. Pelaksanaan penelitian secara umum terlihat
Mulai
Penyiapan bambu
Pengujian : Pengujian :
- Kadar air & Kerapatan - Kuat Tarik
- Kuat Tekan // serat Pengumpulan permukaan
- Kuat Tekan serat Data Pengujian - Kuat Geser //
- Kuat Tarik // serat garis perekatan
- Kuat Geser// Serat - Kuat Lentur
Analisis Data
- Kuat Lentur
- Blok Geser
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
dengan proses perebusan dengan air dan boraks, dengan kadar boraks 5% dari
41
dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
yang telah kering kemudian dibuang kulit luarnya, setelah itu dibelah menjadi
bilah-bilah bambu dengan ukuran + (30 x 1300) mm, dengan ketebalan apa
adanya.
Proses perebusan dan penjemuran bambu dapat dilihat pada Gambar 4.20.
yang diinginkan. Tebal bilah untuk benda uji pendahuluan adalah disesuaikan
dengan tebal bambu, sedangkan tebal bilah untuk papan laminasi disesuaikan type
Papan Laminasi tipe ini terdiri atas 1 (satu) lapis bilah, dengan ukuran bilah
42
b. Papan Laminasi Type II;
Papan Laminasi tipe ini terdiri atas 3 lapisan bilah yaitu lapisan face, lapisan
back dan lapisan core dengan ukuran bilah panjang 1300 mm, lebar 30 mm dan
Papan Laminasi tipe ini terdiri atas 3 lapisan bilah yaitu face dan back dengan
ukuran bilah panjang 1300 mm, lebar 30 mm dan tebal 8,3 mm. Dengan
lapisan core dengan ukuran bilah panjang 120 mm, lebar 30 mm dan tebal 8,3
mm.
Papan Laminasi tipe ini terdiri atas 3 lapisan bilah yaitu lapisan face dan back
dengan ukuran bilah panjang 1300 mm, lebar 30 mm dan tebal 7,5 mm.
Dengan lapisan core dengan ukuran bilah panjang 120 mm, lebar 30 mm dan
tebal 10 mm.
43
Gambar 4.21. Pembuatan bilah bambu
dengan kondisi tebal bambu yang ada. Benda uji pendahuluan yang dibuat
adalah untuk pemerikaan sifat fisika bambu yaitu pengujian kadar air dan
kerapatan bambu. Dan pemeriksaan sifat mekanika bambu yaitu kuat tekan
sejajar serat, kuat tekan tegak lurus serat, kuat tarik sejajar serat, kuat lentur
dan kuat geser. Sampel bambu diambil secara acak, bebas cacat dan tanpa kulit
luar, sehingga dapat mewakili bambu yang digunakan untuk pembuatan papan
laminasi.
Bilah bambu yang disesuaikan dengan dimensi benda uji blok geser dilabur
dengan perekat dengan jumlah perekat terlabur terlihat pada Lampiran 2, dengan
MPa. Kemudian didiamkan pada suhu kamar selama + 10 jam, klem pada benda
uji dibuka dan setelah 3 (tiga) hari blok geser dipotong dengan dimensi
44
disesuaikan dengan standar ASTM. Kebutuhan perekat terlabur terlihat pada
Lampiran 4.
Papan Laminasi dibuat setelah diperoleh hasil pengujian blok geser, yaitu
1. Cek kadar air bilah bambu dengan Moister meter. Disesuaikan dengan
2. Ukuran bilah dipastikan sudah sesuai dengan ukuran bilah pada type Papan
pelaksanaan, bilah bambu dipisahkan sesuai dengan type yang akan dibuat.
panjang 1200 mm. Adapun papan laminasi type I dapat dilihat pada
Gambar 4.22.
45
Gambar 4.22 Papan laminasi type I
- Type II; merupakan variasi susunan bilah 3 (tiga) lapis yang terdiri dari 3
dimensi : tebal 25 mm, lebar 120 mm dan panjang 1200 mm. Adapun
- Type III; merupakan variasi susunan bilah 3 (tiga) lapis yang terdiri dari
lapisan face dan back dengan susunan bilah disusun secara vertikal, dan
25 mm, lebar 120 mm dan panjang 1200 mm. Adapun papan laminasi
46
Gambar 4.24 Papan laminasi type III
- Type IV; merupakan variasi susunan bilah 3 (tiga) lapis yang terdiri dari
lapisan face dan back dengan susunan bilah disusun secara vertikal, dan
mm, lebar 120 mm dan panjang 1200 mm. Adapun papan laminasi type
Bilah-bilah bambu yang kadar airnya telah memenuhi syarat perekatan yaitu 6
– 12%, dilabur dengan perekat dengan mengunakan kuas sampai merata pada
47
Gambar 4.26 Proses Pelaburan Perekat
Untuk papan Laminasi Type I proses perekatan hanya dilakukan 1 (satu) tahap
proses kempa. Sedangkan untuk Papan Laminasi type II, III dan IV, proses
perekatan dilakukan dengan 2 (dua) tahap yaitu proses perekatan bilah untuk
core, dengan proses perekatan seperti pada uraian diatas. Kemudian proses
jarum penunjuk besaran tekanan kempa pada alat kempa yaitu sebesar 2 MPa,
kemudian setelah + 2 menit alat kempa dilepas. Papan laminasi yang telah
dikempa, dibiarkan + 10 jam, setelah itu klem dapat dilepas untuk persiapan
48
benda uji berikut. Proses Perekatan dan proses kempa dapat dilihat pada
proses perataan sisi bawah dan sisi atas papan dengan menggunakan mesin
penyerut (planner). Setelah itu dilakukan perataan pada bagian tepi dengan
menggunakan gergaji sirkel (circular pannel saw). Setelah itu papan Laminasi
49
siap diuji. Proses perataan Papan Laminasi dan Hasil Akhir Papan Lamnasi
papan laminasi berukuran (20 x 120 x 1200) mm (type I), papan laminasi
ukuran (25 x 120 x 1200) mm (type II,III dan IV) dan benda uji lentur
50
laminasi dengan dimensi sesuai standar ISO 3133-1975 (E) dan ISO 3349-
1975 (E) yaitu berukuran (20 x 20 x 280) mm. Benda uji dites dengan
menggunakan alat uji lentur, jarak bentang antar tumpuan 1000 mm untuk
papan laminasi bentang panjang dan jarak bentang 260 mm untuk sampel
alat LVDT yang dicetak dengan data logger. Pengujian lentur dilakukan di
dengan load cell untuk membaca beban yang dihasilkan, LVDT untuk
membaca regangan yang dicetak dengan data logger. Hasil yang diperoleh
51
digunakan untuk mengetahui kuat geser sejajar garis perekatan Papan
c. Pengujian tarik tegak lurus permukaan. Dimensi benda uji dibuat menurut
tarik. Besarnya beban yang diperlukan untuk menarik sampel dihitung setiap
kenaikan 5 digit pada alat pembacaan beban dan regangan yang terjadi
dibaca lewat dial yang diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat dibaca
setiap perubahan yang terjadi. Pengujian kuat tarik tegak lurus permukaan
Ilmu Teknik PAU UGM. Pelaksanaan pengujian kuat tarik tegak lurus
52
Gambar 4.31 Uji tarik tegak lurus permukaan Papan Laminasi
6. Analisis Data
1. Kadar Air
53
Kadar air bambu petung dari Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara
penghitungan memberikan nilai kadar air berkisar antara 10,40% sampai 10,47 %,
dengan rata-rata 10,42% secara lengkap data disajikan pada tabel 5.1 dan
Lampiran 5. Kadar air benda uji ini telah sesuai dengan kadar air yang disyaratkan
pada Perencanaan Konstruksi Kayu di Indonesia yaitu kayu kering udara berkisar
antara (12 – 18)% (PKKI, 1961). Hasil Pemeriksaan kadar air sesuai ISO 3130-
persyaratan kadar air sebesar (6 – 12)%, sehingga nilai kadar air rata-rata bambu
petung yaitu sebesar 10,42% sudah memenuhi syarat untuk proses perekatan
54
55
2. Kerapatan
Kerapatan bambu petung dari hasil uji pendahuluan yang dilakukan dengan
melakukan tiga kali ulangan didapat nilai kisaran 0,62 gram/ cm3 sampai 0,67
bambu petung sesuai standar ISO 3131-1975 disajikan pada Tabel 5.2 dan
Lampiran 5.
kedalam kelas kuat II dengan nilai kerapatan antara 0,6 – 0,9 g/cm³.
3. Sifat Mekanika
bambu petung dilakukan pada kadar air rata-rata 10,42 % Hasil pengujian sesuai
standar ISO 1975 secara lengkap disajikan dalam bentuk Tabel 5.3 dan Lampiran 6
s/d 10.
56
bambu cenderung ditentukan oleh pola serat dan jenis beban yang didukung. Sifat
mekanik yang dihasilkan bambu petung dari Kab. Ngada masih memenuhi standar
tegangan yang diijinkan di Indonesia menurut Frick (2004) yaitu : Tekan // serat
7,85 MPa, Tarik // serat 29,40 MPa, Lentur 9,80 MPa dan Geser 2,45 MPa.
Sifat mekanika bambu petung Kab. Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur
dibandingkan dengan sifat mekanika bambu petung dari Desa Alas Ombo
memperlihatkan sifat yang tidak jauh berbeda, dimana perbedaan sifat kedua
Tabel 5.4 Perbandingan Nilai pengujian mekanika Bambu Petung Kab. Ngada dan
Bambu Petung Desa Alas Ombo, Kec. Weru Kab. Sukharjo Jawa Tengah
Kekuatan Benda Uji (Mpa)
BP-Ngada BP-Sukharjo
No. Jenis Pengujian
1. Tekan // serat 59,92 58,21
2. Tekan serat 19,28 16,49
3. Tarik // serat 255,37 218,37
4. Lentur MOR 112,60 125,45
5. Geser // serat 12,36 8,15
variasi campuran menunjukkan bahwa tiap campuran memberikan nilai kuat geser
yang berbeda. Dari ketiga variasi campuran tersebut memberikan hasil seperti
Tabel 5.5. Nilai kuat geser dari blok geser laminasi bambu petung
jumlah perekat secara lengkap sesuai standar ASTM disajikan pada Tabel 5.5 dan
grafik hubungan jumlah perekat terhadap beban dapat dilihat pada Gambar 5.1
58
dengan kuat geser bambu, dengan demikian diharapkan kegagalan struktur akibat
dan geser bersamaan apabila diberi beban, dihitung dengan Persamaan 3.7,
dengan besaran yang diperoleh dari uji pendahuluan bambu petung yang
didapatkan nilai :
- Dari data diatas diperoleh panjang optimum papan laminasi dengan tebal 2 cm
adalah :
σ.h 112,60 x 2
L0 = = = 9,11 cm = 91,10 mm.
2τ 2x12,36
Diperoleh panjang optimum papan laminasi sebesar 9,11 cm, sedangkan dalam
- Dari data diatas diperoleh panjang optimum papan laminasi dengan tebal 2,5 cm
adalah :
Diperoleh panjang optimum papan laminasi sebesar 11,38 cm, sedangkan dalam
pada papan laminasi type I dengan dimensi (20 x 120 x 1200) mm. Pengujian ini
terdiri atas Papan laminasi type I-A memberikan hasil beban maksimum pada
mengalami kenaikan dan pengujian dihentikan sampai pada lendutan 70,30 mm.
papan laminasi type I-C memberikan hasil maksimum pada pembebanan 3.980 N
dengan lendutan 59,74 mm. Pengujian dihentikan sampai pada lendutan 68,46
mm karena beban tidak mengalami kenaikan lagi. Dari data yang didapat
diperoleh nilai rata-rata (MOR) adalah 117,38 MPa dan nilai Modulus Elastisitas
(MOE) sebesar 21.490 MPa. Kerusakan terjadi pada daerah tengah bentangan
berupa retak-retak yang memotong arah tegak lurus serat bambu lapis bawah
papan laminasi. Hubungan antara lendutan dan beban ditampilkan pada Gambar
Gambar 5.2 Grafik hubungan lendutan dan beban type I-A, I-B, I-C.
memperlihatkan batas peralihan yang nyata antara batas elastis dan plastis. Pada
ketiga sampel mempunyai garis beban lendutan dengan kemiringan yang sama
61
dibawah beban 2.000 N dan mempunyai kemiringan yang berbeda diatas beban
2.000 N.
1000 mm dan dimensi (25 x 120 x 1200) mm. Pengujian papan laminasi type II
terdiri atas Pengujian terhadap papan laminasi type II-A memberikan hasil beban
lendutan 87,22 mm. Pengujian Papan Laminasi Type II-B memberikan hasil beban
sebesar 59,14 mm. Pengujian pada Papan Laminasi Type II-C memberikan hasil
beban maksimum pada pembebanan 6.490 N dengan lendutan sebesar 66,75 mm,
pembebanan 83,38 mm. Dari data diatas diperoleh nilai rata-rata modulus patah
(MOR) adalah 126,63 MPa dan nilai Modulus Elastisitas sebesar 22.772 MPa.
Kerusakan terjadi pada daerah tekan, di tengah bentang bagian bawah papan
laminasi berupa retak yang memotong arah tegak lurus serat bambu dan retak-
retak halus disekitar lokasi tengah bentang. Hubungan antara lendutan dan beban
Gambar 5.3 Grafik hubungan lendutan dan beban type II-A, II-B, II-C.
peralihan yang nyata antara batas elastis dan plastis. Pada ketiga sampel
mempunyai garis beban lendutan dengan kemiringan yang sama dibawah beban
2.500 N dan mempunyai kemiringan yang berbeda diatas beban 2.500 kg.
Pengujian lentur pada papan laminasi type III dengan bentang sepanjang
1000 mm dan dimensi (25x120x1200) mm. Pengujian papan laminasi type III
terdiri atas Pengujian terhadap papan laminasi. Pengujian terhadap papan laminasi
disebabkan beban tidak mengalami kenaikan. Pengujian papan laminasi type III-B
58,55 mm, dan pengujian dihentikan sampai pada lendutan 86,58 mm. Pengujian
63
4.760 dengan lendutan 64,47 mm, dan pengujian dihentikan sampai pada lendutan
88,200 mm, disebabkan karena tidak ada kenaikan beban lagi. Nilai yang didapat
dari data diatas berupa modulus patah (MOR) sebesar 84,79 MPa dan nilai
Modulus Elastisitas (MOE) sebesar 19.150 MPa. Kerusakan terjadi berupa retak
melebar pada lapisan bilah bagian bawah papan laminasi atau terjadi pemisahan
antara bilah pada daerah tekan ditengah bentang. Hubungan lendutan dan beban
Gambar 5.4 Grafik hubungan lendutan dan beban type III-A, III-B, III-C.
64
peralihan yang nyata antara batas elastis dan plastis. Pada ketiga sampel
mempunyai garis beban lendutan dengan kemiringan yang sama dibawah beban
meliputi pengujian terhadap papan laminasi type IV-A yang menunjukan hasil
bahwa beban maksimum terjadi pada pembebanan 3.400 N dengan lendutan 45,82
beban maksimum terjadi pada pembebanan 3.600 N dengan lendutan 37,73 mm,
kenaikan lagi. Pengujian terhadap papan laminasi type IV-C menunjukkan bahwa
beban maksimum terjadi pada pembebanan 3.800 N dengan lendutan 53,70 mm.
Pengujian dihentikan pada lendutan 65,55 mm. Nilai rata–rata dari modulus patah
(MOR) dari type IV adalah 72 MPa dan Modulus Elastisitas (MOE) adalah 16.083
MPa. Kerusakan yang terjadi berupa retak halus memanjang di daerah tengah
65
bentangan. Grafik hubungan lendutan terhadap beban dapat dilihat pada Gambar
Gambar 5.5 Grafik hubungan lendutan dan beban type IV-A, IV-B, IV-C
peralihan yang nyata antara batas elastisitas dan plastis. Pada ketiga sampel
mempunyai garis beban lendutan dengan kemiringan yang sama dibawah beban
type papan laminasi disajikan dalam Tabel 5.6 dan Gambar 5.6 berikut ini :
Rerata hasil pengujian MOR papan laminasi pada variasi susunanan bilah
Gambar 5.6. Pengaruh variasi susunan bilah terhadap modulus patah (MOR)
laminasi disajikan pada Tabel 5.7. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 12-25.
Tabel 5.7 Univariate analysis of variance Modulus patah (MOR) Papan Laminasi
67
(9,78), berarti bahwa ada interaksi yang sangat signifikan antara variasi
hitung (22,41) > F tabel pada taraf signifikan 5% (18,51) dan F hitung
(22,41) < F Tabel pada taraf signifikan 1% (98,50), berarti bahwa ada
patah (MOR) kedua type tersebut. Type I-Type III menunjukkan bahwa F
hitung (54,85) > F tabel pada taraf signifikan 5% (18,51) dan F hitung
(54,85) < F Tabel pada taraf signifikan 1% (98,50), berarti bahwa ada
hitung (453,07) > F tabel baik pada taraf signifikan 5% (18,51) maupun
pada kedua type tersebut. Type II-Type III menunjukkan bahwa F hitung
(53,37) > F tabel pada taraf signifikan 5% (18,51) dan F hitung (53,37) <
(734,75) > F tabel baik pada taraf signifikan 5% (18,51) maupun taraf
antara variasi susunan bilah dengan modulus patah (MOR) pada kedua
Tabel 5.8. Hasil Signifikansi pada Post Hoc Test MOR Papan Laminasi
Hasil analisis pada Tabel 5.8 diatas menunjukkan ha-hal sebagai berikut :
69
a. Yang tidak berbeda nyata/tidak signifikan adalah type III terhadap type
IV
72,00 MPa sampai 126,63 MPa, sangat dipengaruhi oleh variasi susunan
tidak ditentukan oleh kadar airnya tetapi oleh variasi susunan laminanya.
Kerusakan yang terjadi adalah kerusakan tarik pada permukaan bawah papan
laminasi.
type papan laminasi disajikan dalam Tabel 5.9 dan Gambar 5.7 berikut ini :
Rerata hasil pengujian MOE papan Laminasi pada variasi susunanan bilah
sedangkan terendah sebesar 16.083 MPa pada papan Laminasi dengan variasi
(9,78), berarti bahwa ada interaksi yang sangat signifikan antara variasi
hitung (1,69) < F tabel pada taraf signifikan 5% (18,51) dan F hitung
72
Type III menunjukkan bahwa F hitung (7,65) < F tabel pada taraf
(23,73) > F tabel baik pada taraf signifikan 5% (18,51) dan F hitung
(23,73) < F tabel pada taraf signifikan 1% (98,50), berarti bahwa ada
(98,50), berarti bahwa ada interaksi yang sangat signifikan antara variasi
bahwa ada interaksi yang sangat signifikan antara variasi susunan bilah
dengan Modulus Elastisitas (MOE) pada kedua type tersebut. Type III-
5% (18,51) dan < F tabel pada taraf signifikan 1% (98,50), berarti bahwa
73
Tabel 5.11. Hasil Signifikansi pada Post Hoc Test MOE Papan Laminasi
Hasil analisis pada Tabel 5.11 diatas menunjukkan ha-hal sebagai berikut :
c. Yang berbeda sangat nyata ( α =1%) adalah type II terhadap type III.
(MOE) berkisar antara 16.083 MPa sampai 22.772 MPa, sangat dipengaruhi oleh
berhubungan erat dengan sifat bambu, perekatan bilah bambu, keberadaan nodia
Nilai MOR dan MOE yang diperoleh dari pengujian papan laminasi, nilai
tertinggi pada papan laminasi type II dan terendah pada papan laminasi type IV,
74
hal ini karena pada papan laminasi type II posisi bilah secara sejajar dan arah
garis perekat tegak lurus dengan arah pembebanan sehingga papan mampu
menahan beban yang lebih besar dan lebih bersifat elastis. Untuk papan laminasi
type IV posisi bilah pada bagian tengah (core) disusun secara vertikal ke arah
panjang papan dan tegak lurus dengan bilah bagian face dan back, arah garis
perekat bagian core sejajar dengan arah pembebanan sehingga posisi bagian core
Pengujian sampel papan laminasi type I-1, sample diambil dari papan laminasi
dengan lendutan 14,04 mm. Pengujian dihentikan sampai pada lendutan 21,30
papan laminasi type I-2, sampel diambil dari papan laminasi sebelah kiri atas
10,06 mm. Pengujian dihentikan sampai pada lendutan 23,01 mm. Pengujian
sampel papan laminasi type I-3, sampel diambil ditengah bentangan papan
lendutan 10,35 mm, Pengujian dihentikan sampai pada lendutan 25,14. Nilai
rata–rata dari modulus patah (MOR) dari sampel papan laminasi type I adalah
128,15 MPa dan Modulus Elastisitas (MOE) adalah 15.063 MPa. Kerusakan yang
hubungan lendutan terhadap beban dapat dilihat pada Gambar 5.8 dan Lampiran
12.
peralihan yang nyata antara batas elastis dan plastis. Pada ketiga sampel
mempunyai garis beban lendutan dengan kemiringan yang sama di bawah beban
Pengujian terhadap sampel papan laminasi type II-1, sampel diambil dari papan
3.120 N dengan lendutan 7,88 mm. Pengujian dihentikan sampai pada lendutan
Pengujian sample papan laminasi type II-2, sampel diambil dari papan laminasi
76
dengan lendutan 8,16 mm. Pengujian dihentikan sampai pada lendutan 8,92 mm.
Pengujian sampel papan laminasi type II-3, sampel diambil ditengah bentang
mm. Pengujian dihentikan sampai pada lendutan 9,89 mm. Nilai rata – rata dari
modulus patah (MOR) dari sampel papan laminasi type II adalah 106,06 MPa dan
Modulus Elastisitas (MOE) adalah 9.790 MPa. Kerusakan yang terjadi berupa
terhadap beban dapat dilihat pada Gambar 5.9 dan Lampiran 12.
peralihan yang nyata antara batas elastis dan plastis. Pada ketiga sampel
Pengujian terhadap sampel papan laminasi type III-1, sampel diambil dari
kenaikan lagi. Pengujian sample papan laminasi type III-2, sampel diambil dari
pada lendutan 27,04 mm. Pengujian sampel papan laminasi type III-3, sampel
2.440 N dengan lendutan 6,55 mm. Pengujian dihentikan sampai pada lendutan
9,67 mm. Nilai rata – rata dari modulus patah (MOR) dari sampel papan laminasi
type III adalah 80,14 MPa dan Modulus Elastisitas (MOE) adalah 8.380 MPa.
bentangan. Grafik hubungan lendutan terhadap beban dapat dilihat pada Gambar
peralihan yang nyata antara batas elastis dan plastis. Pada ketiga sampel
mempunyai garis beban lendutan dengan kemiringan yang sama dibawah beban
Pengujian terhadap sampel papan laminasi type IV-1, sampel diambil dari
kenaikan lagi. Pengujian sample papan laminasi type IV-2, sampel diambil dari
pada lendutan 35,28 mm. Pengujian sampel papan laminasi type IV-3, sampel
2.920 N dengan lendutan 19,18 mm. Pengujian dihentikan sampai pada lendutan
79
38,89 mm. Nilai rata – rata dari modulus patah (MOR) dari sampel papan
laminasi type IV adalah 81,25 MPa dan Modulus Elastisitas (MOE) adalah 7.391
MPa. Kerusakan yang terjadi berupa retak halus memanjang di daerah tengah
bentangan. Grafik hubungan lendutan terhadap beban dapat dilihat pada Gambar
peralihan yang nyata antara batas elastis dan plastis. Pada ketga sampel
mempunyai garis beban lendutan dengan kemiringan sama dibawah beban 1.500
Hasil pengujian Modulus Patah (MOR) secara lengkap untuk empat type
sampel papan laminasi disajikan dalam Tabel 5.9 dan Gambar 5.12 berikut ini :
80
Rerata hasil pengujian MOR papan Laminasi pada variasi susunanan bilah
sedangkan terendah sebesar 80,14 MPa pada papan laminasi dengan variasi
Gambar 5.12. Pengaruh variasi susunan bilah terhadap modulus patah (MOR)
laminasi disajikan pada Tabel 5.13. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat
Tabel 5.13 Univariate analysis of variance rerata kuat lentur (MOR) sampel papan
laminasi , dimensi (20x20x280) mm dan (25x20x280) mm
Hasil analisis variansi untuk Modulus Patah (MOR) sampel papan laminasi
(Tabel 5.13) :
(9,78), berarti bahwa ada interaksi yang sangat signifikan antara variasi
hitung (7,95) < F tabel pada taraf signifikan 5% (18,51) dan F hitung
terhadap nilai modulus patah (MOR) pada kedua type tersebut. Type I-
Type III menunjukkan bahwa F hitung (45,31) > F tabel pada taraf
variasi susunan bilah dengan Modulus patah( MOR) kedua type tersebut.
variasi susunan bilah dengan modulus patah (MOR) pada kedua type
tersebut. Type II-Type III menunjukkan bahwa F hitung (5,15) < F tabel
(34,17) > F tabel pada taraf signifikan 5% (18,51) dan F hitung (34,17)
< F tabel taraf signifikan 1% (98,50), berarti bahwa ada interaksi yang
Tabel 5.14. Hasil Signifikansi pada Post Hoc Test MOR sampel
Papan Laminasi
Type IV Type III Type II
Type I 0,034* 0,021* 0,106ns
Type II 0,028* 0,151ns
Type III 0,915ns
Keterangan : ns = tidak signifikan (x > 0,05), * = signifikan (0,01 < x < 0,05),
** = sangat signifikan (x < 0,01).
Hasil analisis diatas pada Tabel 5.14 diatas menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Yang tidak berbeda nyata/tidak signifikan adalah type I terhadap type II,
type II terhadap type III dan type III terhadap type IV.
15.063 MPa, sedangkan terendah sebesar 7.391 MPa pada papan Laminasi dengan
(Tabel 5.16) :
(9,78), berarti bahwa ada interaksi yang sangat signifikan antara variasi
(18,51) dan F hitung (33,93) < F Tabel pada taraf signifikan 1% (98,50),
berarti bahwa ada interaksi yang signifikan antara variasi susunan bilah
(13,56) < F tabel pada taraf signifikan 5% (18,51) maupun F Tabel pada
hitung (87,54) > F tabel pada taraf signifikan 5% (18,51) dan F hitung
(87,54) < F Tabel pada taraf signifikan 1% (98,50), berarti bahwa ada
Tabel 5.17. Hasil Signifikansi pada Post Hoc Test MOE Papan Laminasi
a.Yang tidak berbeda nyata/tidak signifikan adalah type I terhadap type II,
type II terhadap type III dan type III terhadap type IV.
Hasil analisis varians pada Tabel 5.13 (MOR) dan 5.16 (MOE)
menunjukkan bahwa ada pengaruh susunan bilah bambu terhadap kuat lentur
papan laminasi. Untuk melihat perbedaan variasi pada papan laminasi dilakukan
uji Tukey seperti terlihat pada Tabel 5.14 (MOR) dan Tabel 5.17 (MOE). Kuat
lentur papan laminasi menghasilkan nilai yang berbeda (type I s/d type IV) ini
disebabkan karena adanya susunan bilah yang berbeda pada papan laminasi.
Susunan bilah type I mengikuti pola bilah vertikal terdiri atas 1 lapis bilah, type II
mengikuti pola bilah horizontal terdiri atas 3 lapis bilah, type III dengan lapis
face, back dan core mengikuti pola bilah horizontal sedangkan type IV dengan
lapis face dan back mengikuti pola horizontal sedangkan lapis core mengikuti pola
88
bilah vertikal (lihat gambar 4.14). Hasil pengujian kuat lentur menunjukkan
bahwa kuat lentur type I lebih besar dari keempat type papan laminasi. Ini
bagian luar. Sedangkan pada papan laminasi type II, III dan IV lebih kecil dari
papan laminasi type I. Ini disebabkan karena pada susunan bilah horizontal
pembebanan pada arah radial, sehingga yang menjadi kontrol terhadap kekuatan
adalah bambu bagian dalam (bagian terlemah). Kekuatan bambu bagian luar lebih
kuat dari bambu bagian dalam karena bambu bagian luar lebih banyak
(Yap, 1967 dalam Nani Nuriyatin, 2004). Arah pembebanan papan laminasi dapat
Radial
Tangensial
89
Bambu bagian
luar (penuh dg
Sklerenkim)
Bambu bagian
dalam (sklerenkim
lebih jarang)
Pengujian pada kuat tarik tegak lurus permukaan dilakukan tiga kali
ulangan untuk setiap typenya, hasil dari pengujian tersebut adalah sebagai
90
berikut : untuk type I didapat tegangan rata-rata sebesar 0,44 MPa. Benda uji
mengalami rusak akibat tarik pada beban maksimum, kerusakan terjadi pada
daerah inti yang tertarik meyebabkan terpisahnya lapisan menjadi dua bagian.
Hasil perhitungan rata-rata dari pengujian ini disajikan dalam Tabel 5.18 dan
Lampiran 13.
Pengujian tarik untuk type II didapat tegangan rata-rata sebesar 1,44 MPa.
lapis bagian atas dari benda uji. Kerusakan terjadi pada daerah inti dan sebagian
pada lokasi perekatan. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 5.19 serta Lampiran
13.
Pengujian tarik untuk type III didapat tegangan rata-rata sebesar 1,41 MPa.
Penarikan dihentikan setelah benda uji mengalami kerusakan atau terpisah bagian
yang ditarik dari benda uji. Kerusakan terjadi disekitar bidang inti. Hasil
Tabel 5.20 Hasil pengujian tarik tegak lurus permukaan type III
Dimensi Beban Tegangan
No Tipe Rerata
L (mm) P (mm) Newton MPa
1. III-1 40,50 50,50 3.060 1,50
2. III-2 40,50 50,50 3.740 1,83 1,41
3. III-3 40,50 50,50 1.880 0,92
Pengujian tarik untuk type IV didapat tegangan rata-rata sebesar 1,30 MPa.
Pengujian dihentikan setelah benda uji terpisah antara lapis atas dengan lapis
tengah ( inti). Kerusakan yang terjadi hampir sama dengan kerusakan pada tipe-
tipe sebelumnya yakni kerusakan disekitar daerah inti. Hasil perhitungan disajikan
Rerata hasil pengujian kuat tarik untuk keempat type papan laminasi
adalah kuat tarik tegak lurus permukaan papan laminasi type I sebesar 0,44 MPa,
papan laminasi type II sebesar 1,44 MPa, papan laminasi type III sebesar 1,41
Untuk mengetahui lebih jelas nilai kuat tarik tegak lurus permukaan antara
type-type papan laminasi dengan variasi susunan bilah dapat dilihat pada Gambar
5.14.
92
permukaan sampel papan laminasi disajikan pada Tabel 5.22. Perhitungan secara
Tabel 5.22 Univariate analysis of variance rerata kuat tarik tegak lurus
Permukaan.
Hasil analisis variansi untuk kuat tarik tegak lurus permukaan sampel papan
tabel pada taraf signifikan 5% (4,76) dan F hitung (9,74) < F tabel pada
94
antara variasi susunan bilah dengan kuat tarik tegak lurus permukaan
hitung (69,09) > F tabel pada taraf signifikan 5% (18,51) dan F tabel
(69,09) < F tabel pada taraf signifikan 1% (98,50), berarti bahwa ada
interaksi yang signifikan antara variasi susunan bilah dengan kuat tarik
tegak lurus permukaan pada kedua type tersebut. Type I-Type III
terhadap nilai kuat tarik tegak lurus permukaan pada kedua type tersebut.
berarti bahwa ada interaksi yang sangat signifikan antara variasi susunan
bilah dengan kuat tarik tegak lurus permukaan pada kedua type
tersebut. Type II-Type III menunjukkan bahwa F hitung (0,01) < F tabel
tidak signifikan/tidak berbeda nyata terhadap nilai kuat tarik tegak lurus
bahwa F hitung (1,19) < F tabel baik pada taraf signifikan 5% (18,51)
95
terhadap nilai kuat tarik tegak lurus permukaan pada kedua type tersebut.
Type III-Type IV menunjukkan F hitung (0,24) < F tabel baik pada taraf
terhadap nilai kuat tarik tegak lurus permukaan pada kedua type tersebut.
terbukti nyata, perlu dilakukan uji Tukey HSD pada Tabel 5.23.
Tabel 5.23. Hasil Signifikansi pada Post Hoc Test kuat tarik tegak lurus
permukaan sampel Papan Laminasi
Type IV Type III Type II
ns
Type I 0,004** 0,075 0,014*
ns ns
Type II 0,386 0,938
Type III 0,673ns
Keterangan : ns = tidak signifikan (x > 0,05), * = signifikan (0,01 < x < 0,05),
** = sangat signifikan (x < 0,01).
Hasil analisis pada Tabel 5.23 diatas menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
III, type II terhadap type III dan terhadap type IV dan type III terhadap
type IV.
Hasil analisis varians pada Tabel 5.22 menunjukkan bahwa ada pengaruh
susunan bilah bambu terhadap kuat tarik tegak lurus permukaan papan laminasi.
Untuk melihat perbedaan variasi pada papan laminasi dilakukan uji Tukey seperti
terlihat pada Tabel 5.23. Kuat tarik tegak lurus permukaan papan laminasi
menghasilkan nilai yang berbeda (type I s/d type IV) ini disebabkan karena
adanya susunan bilah yang berbeda pada papan laminasi. Susunan bilah type I
mengikuti pola bilah vertikal terdiri atas 1 lapis bilah, type II mengikuti pola
bilah horizontal terdiri atas 3 lapis bilah, type III dengan lapis face, back dan core
mengikuti pola bilah horizontal sedangkan type IV dengan lapis face dan back
mengikuti pola horizontal sedangkan lapis core mengikuti pola bilah vertikal
(lihat gambar 4.14). Hasil pengujian kuat tarik tegak lurus permukaan papan
laminasi menunjukkan bahwa kuat tarik tegak lurus permukaan type I lebih kecil
dari keempat type papan laminasi, ini disebabkan karena pada pengujian kuat
tarik, arah pembebanan tarik tegak lurus permukaan. Hasil Pengujian kuat tarik
tegak lurus permukaan papan laminasi type I menghasilkan nilai terkecil diantara
keempat type papan laminasi karena pada susunan bilah vertikal, pembebanan
tarik tegak lurus permukaan adalah arah radial, sehingga yang menjadi kontrol
pada papan laminasi type II, III dan IV lebih besar dari papan laminasi type I. Ini
disebabkan karena pada susunan bilah horizontal pembebanan tarik tegak lurus
kekuatan adalah bambu bagian luar. Arah pembebanan papan laminasi dapat
a. Type I b. Type II
Radial
Tangensial
Tangensial Tangensial
Gambar 5.16 Pembebanan arah radial dan tangensial pada uji tarik tegak lurus
permukaan papan laminasi
Nilai rata-rata kuat geser sejajar garis perekatan papan laminasi dengan 4
(empat) type variasi susunan bilah yang dilakukan tiga kali ulangan, memberikan
hasil untuk masing-masing type adalah sebagai berikut : Pengujian untuk type I
didapat nilai rata-rata kuat geser sebesar 3,40 MPa. Pembacaan beban dihentikan
98
Kerusakan terjadi pada benda uji adalah retak-retak halus disekitar bidang geser
terhadap lapis yang ditinjau. Kerusakan terjadi pada bidang inti papan laminasi.
Pengujian untuk type II didapat nilai rata-rata kuat geser sebesar 4,55
MPa. Pembacaan beban dihentikan setelah hasil yang dikeluarkan data logger
retak-retak sampai terpisahnya benda uji pada bidang geser. Kerusakan terjadi
pada bidang inti papan laminasi. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 5.25
Pengujian untuk type III didapat nilai rata-rata kuat geser sebesar 2,33
MPa. Kerusakan terjadi disepanjang bidang geser, berupa retak memanjang yang
cukup lebar tetapi tidak membuat benda uji menjadi hancur secara fisik. Tetapi
99
jika ditinjau secara mekanik beban yang dapat dipikul oleh benda uji semakin
kecil. Kerusakan terjadi pada bidang inti papan laminasi. Hasil perhitungan
Tabel 5.26 Hasil pengujian kuat geser // garis perekatan type III
Dimensi Beban Tegangan
No Tipe Rerata
L (mm) P (mm) Newton MPa
1. III-1 50,20 38,30 3.380 1,76
2. III-2 50,10 38,10 4.000 2,08 2,33
3. III-3 50,30 38,30 6.090 3,17
Pengujian untuk type IV didapat nilai rata-rata kuat geser sebesar 2,63
MPa. Kerusakan terjadi disepanjang bidang geser, berupa retak memanjang yang
cukup lebar sehingga benda uji mengalami pemisahan pada bidang geser.
Kerusakan terjadi pada bidang inti papan laminasi. Hasil perhitungan disajikan
Rerata hasil pengujian kuat geser terhadap perekat untuk keempat type
papan laminasi adalah type I sebesar 3,40 MPa, papan laminasi type II sebesar
4,55 MPa, papan laminasi type III sebesar 2,33 MPa sedangkan papan laminasi
Untuk mengetahui lebih jelas nilai kuat geser terhadap perekat antara type-
type papan laminasi dengan variasi susunan bilah dapat dilihat pada Gambar 5.16.
Hasil Univariate analysis of variance untuk kuat geser terhadap perekat sampel
papan laminasi disajikan pada Tabel 5.27, dan perhitungan secara lengkap dapat
Tabel 5.28 Univariate analysis of variance rerata kuat geser // garis perekatan
papan laminasi
101
Hasil analisis variansi untuk kuat geser sejajar garis perekatan papan
laminasi ditinjau pada empat variasi dan dua variasi menunjukkan bahwa F hitung
< F Tabel pada taraf signifikan 5% maupun F tabel pada taraf signifikan 1%,
seperti terlihat pada Tabel 5.28. Berarti bahwa pengaruh variasi susunan bilah
tidak signifikan/tidak berbeda nyata terhadap nilai kuat geser sejajar garis
perekatan terhadap keempat type sampel papan laminasi. Oleh sebab itu tidak
dilakukan uji Tukey HSD karena pengaruh perlakuan tidak signifikan terhadap
Hasil pengujian geser sejajar garis perekatan papan laminasi pada kisaran
2,33 – 4,55 MPa menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan terhadap masing-
masing type variasi susunan bilah. Hal ini menunjukkan bahwa variasi susunan
bilah tidak mempengaruhi nilai kuat rekat bilah bambu karena sebelum direkat,
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian sifat fisika dan mekanika bambu petung dari
Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur, serta pengujian yang dilakukan
terhadap benda uji papan laminasi. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
tekan sejajar serat 59,92 MPa, Kuat tekan tegak lurus serat 19,28 MPa, geser
sejajar serat 12,36 MPa, kuat tarik sejajar serat 255,37 MPa, MOR 112,60,
2. Nilai Kerapatan Bambu Petung diperoleh 0,64 g/cm³. Menurut PKKI 1961,
bambu Petung termasuk kedalam kelas kuat II dengan nilai kerapatan 0,6-0,9
g/cm³.
4. Hasil pengujian lentur papan laminasi bambu petung sebagai berikut : type I
didapat MOR sebesar 117,38 MPa dan MOE sebesar 21.490 MPa. Type II
didapat MOR sebesar 126,63 MPa dan MOE sebesar 22.772 MPa. Type III
didapat MOR sebesar 84,79 MPa dan MOE sebesar 19.150. Type IV didapat
5. Dari pengujian kuat geser sejajar garis perekatan type I didapat nilai geser
sebesar 3,40 MPa. Type II didapat nilai geser sebesar 4,55 MPa. Type III
didapat nilai geser sebesar 2,33 MPa. Type IV didapat nilai geser sebesar 2,63
MPa.
6. Pengujian kuat tarik tegak lurus permukaan didapat nilai sebagai berikut :
type I sebesar 0,44 MPa. Type II sebesar 1,44 MPa, type III didapat 1,41 MPa
variasi type papan atau dua variasi type papan laminasi hasil pengujian kuat
lentur (MOR & MOE) dan kuat tarik tegak lurus permukaan dapat
disimpulkan bahwa: variasi susunan bilah tanpa pemakaian kulit luar bambu
terhadap sifat mekanik yang dihasilkan. Sedangkan hasil pengujian kuat geser
sejajar garis perekatan, variasi susunan bilah tanpa pemakaian kulit luar
B. Saran
pengawet, umur pada waktu penebangan dan waktu tebang. Bambu sebaiknya
dipanen pada musim kemarau atau pada saat kadar air bambu minimum.
104
2. Untuk memberikan tampilan yang lebih rapat dari papan laminasi, maka perlu
3. Papan laminasi terdiri atas beberapa lapisan agar didapat hasil uji mekanik
(variasi susunan bilah 3 lapis dengan susunan horizontal), karena hasil uji
mekanik yang didapat memberikan nilai tertinggi dibanding dengan type lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Irianto, 2004, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Barly, 2005, Catatan Penelitian Bambu di Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan,
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Perbambuan di Indonesia,
Perbindo Yogyakarta.
Fakri, 2001, Pengaruh Jumlah Kayu Pengisi Balok Komposit Kayu Keruing-
Sengon Terhadap Kekuatan dan Kekakuan Balok Kayu Laminasi (Glulam
Beams), Tesis Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
(tidak diterbitkan)
105
Kumbang Bubuk, Tesis, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. (Tidak diterbitkan).
Morisco, 1995, Bambu sebagai Bahan Bangunan, Pidato Ilmiah pada Dies Natalis
XXXIII Universitas Mataram.
Nasriadi, 2004, Pengaruh Susunan Laminasi Bambu Terhadap Kuat Geser Balok
Laminasi Galar Bambu Petung, Tesis, Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. (tidak diterbitkan)
Nani Nuriyatin, 2004, Studi Sifat Anatomi pada Lima Jenis Bambu, Jurnal
Penelitaian UNIB, Vol X No. 1.
Prayitno, TA. 1995, Pengujian Sifat Fisika dan Mekanika menurut ISO
(terjemahan), Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Prayitno, TA. 1996, Perekat Kayu, Bagian Penerbit Fakultas Kehutanan UGM,
Yogyakarta
Prayitno, T.A., 2001, Rekayasa Kayu dan Bambu, Program Studi Teknik Sipil
Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
106
Setyawati, 2008, Pengaruh Ekstrak Tembakau Terhadap Sifat dan Perilaku
Mekanik Laminasi Bambu Petung, Tesis, Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. (tidak diterbitkan)
www.dephut.go.id/INFORMASI/INFPROP/Dishut_NTT/Program_2006_Renja_2
007
107
LAMPIRAN
108
Lampiran 1
109
Temperature : 35 0C
f. Hot Press
Time : 50 – 70 second
Pressure : 5 – 8 Kg/cm2
Temperature : 105 – 110 0C
110
Lampiran 2
111
Lampiran 3
V rongga = x ( D2+4D4 ) 2 xL
x 16,2+15,3 2
= x 130 = 25.314,8 cc
4
V air = 95 % x V larutan
= 95 % x 593,8 = 564,11 cc
112
Lampiran 4
- Perbandingan campuran :
Perekat UA – 104 = 150 bagian
Bagian pengembang = 25 bagian
Bahan pengeras = 0,5 bagian
40x150
Untuk 40/MSGL = 2048,2 = 2,929 gram
Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 2,929 = 3,222 gram
50x150
Untuk 50/MSGL = 2048,2 = 3,662 gram
Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 3,662 = 4,028 gram
60x150
Untuk 60/MSGL = 2048,2 = 4,394 gram
Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 4,394 = 4,833 gram
Campuran yang dibutuhkan untuk 40/MDGL
150
Perekat = x 3,222 = 2,754 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 3,222 = 0,459 gram
Lampiran 4-1
113
0,5
Pengeras = x 3,222 = 0,0092 gram
175,5
Lampiran 4-2
- Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 9,52 = 10,62 gram
- Campuran yang dibutuhkan :
150
Perekat = x 10,62 = 9,08 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 10,62 = 1,51 gram
0,5
Pengeras = x 10,62 = 0,03 gram
175,5
S .A
- GPU = 2048,2
115
Bagian pengembang = 25 bagian
Bahan pengeras = 0,5 bagian
50 x130
- Untuk 50/MSGL = 2048,2
= 3,17 gram
- Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 3,17 = 4,27 gram
- Campuran yang dibutuhkan :
150
Perekat = x 4,27 = 3,65 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 4,27 = 0,61 gram
0,5
Pengeras = x 4,27 = 0,01 gram
175,5
Tahap II :
Luas bidang rekat :
Panjang = 130 cm
Lebar = 13 cm
Jumlah lapisan = 3 lapis
Luas bidang rekat = 13 x 130 = 1.690 cm2
Lampiran 4-4
S .A
- GPU = 2048,2
116
50 x1690
- Untuk 50/MSGL = 2048,2
= 41,26 gram
- Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 41,26 = 42,36 gram
- Campuran yang dibutuhkan :
150
Perekat = x 42,36 = 36,20 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 42,36 = 6,03 gram
0,5
Pengeras = x 42,36 = 0,12 gram
175,5
- Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 3,17 = 4,27 gram
117
- Campuran yang dibutuhkan :
150
Perekat = x 4,27 = 3,65 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 4,27 = 0,61 gram
0,5
Pengeras = x 4,27 = 0,01 gram
175,5
Tabel jumlah perekat untuk papan laminasi type III (face & back)
Jumlah bilah Jumlah Jumlah Jumlah Total berat
(bh) UA-104 tepung Hardener
(gr) (gr) (gr) (gr)
7 25,55 4,27 0,07 29,89
8 29,20 4,88 0,08 34,16
9 32,85 5,49 0,09 38,43
10 36,50 6,10 0,10 42,70
Tahap II (core) :
Dimensi bilah :
Panjang = 13 cm
Lebar = 1 cm
Tebal = 3 cm
Jumlah lapisan = 1 lapis
Jumlah bilah 1 lapisan = 44 buah
Luas bidang rekat = 1 x 13 = 13 cm2
Lampiran 4-6
S .A
GPU = 2048,2
- Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 0,32 = 1,42 gram
118
- Campuran yang dibutuhkan :
150
Perekat = x 1,42 = 1,21 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 1,42 = 0,20 gram
0,5
Pengeras = x 1,42 = 0,004 gram
175,5
Lampiran 4-7
- Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 41,26 = 42,36 gram
- Campuran yang dibutuhkan :
150
Perekat = x 42,36 = 36,20 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 42,36 = 6,03 gram
119
0,5
Pengeras = x 42,36 = 0,12 gram
175,5
Tabel jumlah perekat untuk papan laminasi type III Tahap III
Jumlah lapisan Jumlah Jumlah Jumlah Total berat
(bh) UA-104 tepung Hardener
(gr) (gr) (gr) (gr)
1 36,20 6,03 0,12 42,35
2 72,40 12,06 0,24 84,70
Lampiran 4-8
- Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 3,17 = 4,27 gram
- Campuran yang dibutuhkan :
150
Perekat = x 4,27 = 3,65 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 4,27 = 0,61 gram
120
0,5
Pengeras = x 4,27 = 0,01 gram
175,5
Tabel jumlah perekat untuk papan laminasi type IV (face & back)
Jumlah bilah Jumlah Jumlah Jumlah Total berat
(bh) UA-104 tepung Hardener
(gr) (gr) (gr) (gr)
7 25,55 4,27 0,07 29,89
8 29,20 4,88 0,08 34,16
9 32,85 5,49 0,09 38,43
10 36,50 6,10 0,10 42,70
Tahap II (core) :
Dimensi bilah :
Panjang = 13 cm
Lebar = 3 cm
Tebal = 1 cm
Jumlah lapisan = 1 lapis
Jumlah bilah 1 lapisan = 130 buah
Luas bidang rekat = 3 x 13 = 39 cm2
S .A
GPU = 2048,2
Lampiran 4-9
- Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 0,32 = 2,05 gram
- Campuran yang dibutuhkan :
150
Perekat = x 2,05 = 1,75 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 2,05 = 0,29 gram
0,5
Pengeras = x 2,05 = 0,005 gram
175,5
121
Tabel jumlah perekat untuk papan laminasi type IV (core)
Jumlah bilah Jumlah Jumlah Jumlah Total berat
(bh) UA-104 tepung Hardener
(gr) (gr) (gr) (gr)
125 218,75 36,25 0,63 255,63
126 220,50 36,54 0,63 257,67
127 222,25 36,83 0,64 259,72
128 224,00 37,12 0,64 261,76
129 225,75 37,41 0,65 263,81
130 227,50 37,70 0,65 265,85
Lampiran 4-10
- Perekatan dua sisi (MDGL), ditambah 10% = 1,1 x 41,26 = 42,36 gram
- Campuran yang dibutuhkan :
150
Perekat = x 42,36 = 36,20 gram
175,5
25
Pengembang = 175,5 x 42,36 = 6,03 gram
0,5
Pengeras = x 42,36 = 0,12 gram
175,5
122
Tabel jumlah perekat untuk papan laminasi type IV Tahap III
Jumlah lapisan Jumlah Jumlah Jumlah Total berat
(bh) UA-104 tepung Hardener
(gr) (gr) (gr) (gr)
1 36,20 6,03 0,12 42,35
2 72,40 12,06 0,24 84,70
Lampiran 5
123
124
Lampiran 6
Lampiran 7
125
Lampiran 8
126
Lampiran 9
127
Lampiran 10
128
Lampiran 10-1
129
Lampiran 10-2
130
Lampiran 10-3
131
Lampiran 10-4
132
Lampiran 11
133
Lampiran 12
134
135
Lampiran 12-1
Lampiran 12-2
136
Lampiran 12-3
137
Lampiran 12-4
138
Lampiran 12-5
139
Lampiran 12-6
140
Lampiran 12-7
141
Lampiran 12-8
142
Lampiran 12-9
143
Lampiran 12-10
144
Lampiran 12-11
145
Lampiran 12-12
146
Lampiran 12-13
147
Lampiran 12-14
148
Lampiran 12-15
149
Lampiran 12-16
150
Lampiran 12-17
151
Lampiran 12-18
152
Lampiran 12-19
153
Lampiran 12-20
154
Lampiran 12-21
155
Lampiran 12-22
156
Lampiran 12-23
157
Lampiran 12-24
158
Lampiran 12-25
159
Lampiran 12-25a
160
Lampiran 12-26
161
Lampiran 12-26a
162
Lampiran 12-27
163
164
Lampiran 12-27a
Lampiran 12-28
165
Lampiran 12-28a
166
Lampiran 13
167
Lampiran 13-1
168
169
Lampiran 13-2
170
Lampiran 13-3
Lampiran 13-4
171
Lampiran 13-5
172
Lampiran 13-6
173
Lampiran 13-7
174
Lampiran 13-8
175
Lampiran 13-9
176
Lampiran 13-10
177
Lampiran 13-11
178
Lampiran 13-12
179
180
Lampiran 13-13
181
Lampiran 13-13a
182
Lampiran 14
183
Lampiran 14-1
184
Lampiran 14-2
185
Lampiran 14-3
186
Lampiran 14-4
187
Lampiran 14-5
188
Lampiran 14-6
189
Lampiran 15
190
Lampiran 15-1
191
Lampiran 15-1a
192
Lampiran 15-1b
193
Lampiran 15-1c
194
Lampiran 15-1d
Sumber : Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Prof.Dr. H. Agus Irianto, 2004
195
Lampiran 16
1 109.2200 . 1
2 118.6500 . 1
I
3 124.2700 . 1
1 119.7000 . 1
2 130.4900 . 1
II
3 129.6900 . 1
1 82.0000 . 1
2 77.3400 . 1
III
3 95.0400 . 1
1 68.0000 . 1
2 72.0000 . 1
IV
3 76.0000 . 1
1 94.7300 23.87472 4
2 99.6200 29.29369 4
Total
3 106.2500 25.26447 4
Total 126947.167 12
196
a R Squared = .981 (Adjusted R Squared = .966)
197
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOR
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 109.2200 . 1
2 118.6500 . 1
I
3 124.2700 . 1
Total 117.3800 7.60495 3
1 82.0000 . 1
2 77.3400 . 1
III
3 95.0400 . 1
Total 84.7933 9.17467 3
1 95.6100 19.24745 2
2 97.9950 29.21058 2
Total
3 109.6550 20.66873 2
Total 101.0867 19.37450 6
198
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOR
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 109.2200 . 1
2 118.6500 . 1
I
3 124.2700 . 1
Total 117.3800 7.60495 3
1 68.0000 . 1
2 72.0000 . 1
IV
3 76.0000 . 1
Total 72.0000 4.00000 3
1 88.6100 29.14694 2
2 95.3250 32.98653 2
Total
3 100.1350 34.13204 2
Total 94.6900 25.44283 6
199
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOR
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 119.7000 . 1
2 130.4900 . 1
II
3 129.6900 . 1
Total 126.6267 6.01199 3
1 82.0000 . 1
2 77.3400 . 1
III
3 95.0400 . 1
Total 84.7933 9.17467 3
1 100.8500 26.65793 2
2 103.9150 37.58273 2
Total
3 112.3650 24.50125 2
Total 105.7100 23.94025 6
200
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOR
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 119.7000 . 1
2 130.4900 . 1
II
3 129.6900 . 1
Total 126.6267 6.01199 3
1 68.0000 . 1
2 72.0000 . 1
IV
3 76.0000 . 1
Total 72.0000 4.00000 3
1 93.8500 36.55742 2
2 101.2450 41.35868 2
Total
3 102.8450 37.96456 2
Total 99.3133 30.26680 6
201
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOR
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 82.0000 . 1
2 77.3400 . 1
III
3 95.0400 . 1
Total 84.7933 9.17467 3
1 68.0000 . 1
2 72.0000 . 1
IV
3 76.0000 . 1
Total 72.0000 4.00000 3
1 75.0000 9.89949 2
2 74.6700 3.77595 2
Total
3 85.5200 13.46331 2
Total 78.3967 9.44302 6
202
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOE
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 21791.0000 . 1
2 21334.0000 . 1
I
3 21345.0000 . 1
Total 21490.0000 260.73166 3
1 21215.0000 . 1
2 22972.0000 . 1
II
3 24130.0000 . 1
Total 22772.3333 1467.72148 3
1 18092.0000 . 1
2 18802.0000 . 1
III
3 20557.0000 . 1
Total 19150.3333 1268.88074 3
1 15377.0000 . 1
2 14717.0000 . 1
IV
3 18155.0000 . 1
Total 16083.0000 1824.49664 3
1 19118.7500 2977.14028 4
2 19456.2500 3595.13452 4
Total
3 21046.7500 2462.88833 4
Total 19873.9167 2892.67990 12
203
Replikasi 8481040.667 2 4240520.333 4.356 .068
Error 5841026.667 6 973504.444
Total 4831714331.000 12
Corrected Total 92043566.917 11
a R Squared = .937 (Adjusted R Squared = .884)
204
Corrected Total 6910942.833 5
a R Squared = .578 (Adjusted R Squared = -.056)
205
Total 2489022179.000 6
Corrected Total 11567138.833 5
a R Squared = .814 (Adjusted R Squared = .536)
206
Error 3696619.000 2 1848309.500
Total 2168242505.000 6
Corrected Total 50647011.500 5
a R Squared = .927 (Adjusted R Squared = .818)
207
Perlakuan 19678326.000 1 19678326.000 142.673 .007
Replikasi 7252676.333 2 3626338.167 26.292 .037
Error 275853.000 2 137926.500
Total 2663471826.000 6
Corrected Total 27206855.333 5
a R Squared = .990 (Adjusted R Squared = .975)
208
Corrected Model 76243583.000(a) 3 25414527.667 27.577 .035
Intercept 2264605392.667 1 2264605392.667 2457.286 .000
Perlakuan 67120770.667 1 67120770.667 72.832 .013
Replikasi 9122812.333 2 4561406.167 4.950 .168
Error 1843176.333 2 921588.167
Total 2342692152.000 6
Corrected Total 78086759.333 5
a R Squared = .976 (Adjusted R Squared = .941)
210
Total 80.1400 10.64832 3
1 80.9100 . 1
2 75.6600 . 1
IV
3 87.1800 . 1
Total 81.2500 5.76752 3
1 96.3300 28.03488 4
2 99.1775 23.31532 4
Total
3 95.9175 19.41519 4
Total 97.1417 21.62644 12
211
Total 99.0267 7.26784 3
1 114.7950 31.23291 2
2 114.3250 23.93556 2
Total
3 111.6450 6.61145 2
Total 113.5883 17.90903 6
212
3 73.2000 . 1
Total 80.1400 10.64832 3
1 105.8500 43.88305 2
2 111.8250 27.47110 2
Total
3 94.7600 30.49044 2
Total 104.1450 27.96421 6
213
1 80.9100 . 1
2 75.6600 . 1
IV
3 87.1800 . 1
Total 81.2500 5.76752 3
1 108.8950 39.57677 2
2 103.4550 39.30807 2
Total
3 101.7500 20.60509 2
Total 104.7000 26.80192 6
214
1 74.8200 . 1
2 92.4000 . 1
III
3 73.2000 . 1
Total 80.1400 10.64832 3
1 83.7650 12.65014 2
2 94.9000 3.53553 2
Total
3 90.0850 23.87900 2
Total 89.5833 13.17176 6
215
3 106.9700 . 1
Total 99.0267 7.26784 3
1 80.9100 . 1
2 75.6600 . 1
IV
3 87.1800 . 1
Total 81.2500 5.76752 3
1 86.8100 8.34386 2
2 86.5300 15.37250 2
Total
3 97.0750 13.99364 2
Total 90.1383 11.36826 6
216
3 73.2000 . 1
Total 80.1400 10.64832 3
1 80.9100 . 1
2 75.6600 . 1
IV
3 87.1800 . 1
Total 81.2500 5.76752 3
1 77.8650 4.30628 2
2 84.0300 11.83697 2
Total
3 80.1900 9.88535 2
Total 80.6950 7.68310 6
217
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 13490.0000 . 1
2 17133.0000 . 1
I
3 14566.0000 . 1
Total 15063.0000 1871.66210 3
1 10356.0000 . 1
2 9184.0000 . 1
II
3 9830.0000 . 1
Total 9790.0000 587.02300 3
1 8180.0000 . 1
2 8171.0000 . 1
III
3 8788.0000 . 1
Total 8379.6667 353.65567 3
1 8467.0000 . 1
2 6579.0000 . 1
IV
3 7128.0000 . 1
Total 7391.3333 971.15618 3
Total 1 10123.2500 2443.26030 4
2 10266.7500 4701.39712 4
3 10078.0000 3192.19089 4
Total 10156.0000 3231.46328 12
218
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOE
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 13490.0000 . 1
2 17133.0000 . 1
I
3 14566.0000 . 1
Total 15063.0000 1871.66210 3
1 10356.0000 . 1
2 9184.0000 . 1
II
3 9830.0000 . 1
Total 9790.0000 587.02300 3
1 11923.0000 2216.07265 2
2 13158.5000 5620.79180 2
Total
3 12198.0000 3348.85772 2
Total 12426.5000 3143.31747 6
219
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOE
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 13490.0000 . 1
2 17133.0000 . 1
I
3 14566.0000 . 1
Total 15063.0000 1871.66210 3
1 8180.0000 . 1
2 8171.0000 . 1
III
3 8788.0000 . 1
Total 8379.6667 353.65567 3
1 10835.0000 3754.73701 2
2 12652.0000 6337.09097 2
Total
3 11677.0000 4085.66298 2
Total 11721.3333 3853.74621 6
220
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOE
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 13490.0000 . 1
2 17133.0000 . 1
I
3 14566.0000 . 1
Total 15063.0000 1871.66210 3
1 8467.0000 . 1
2 6579.0000 . 1
IV
3 7128.0000 . 1
Total 7391.3333 971.15618 3
1 10978.5000 3551.79736 2
2 11856.0000 7462.80497 2
Total
3 10847.0000 5259.46024 2
Total 11227.1667 4408.49704 6
221
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOE
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 10356.0000 . 1
2 9184.0000 . 1
II
3 9830.0000 . 1
Total 9790.0000 587.02300 3
1 8180.0000 . 1
2 8171.0000 . 1
III
3 8788.0000 . 1
Total 8379.6667 353.65567 3
1 9268.0000 1538.66436 2
2 8677.5000 716.29917 2
Total
3 9309.0000 736.80527 2
Total 9084.8333 885.76485 6
222
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOE
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 10356.0000 . 1
2 9184.0000 . 1
II
3 9830.0000 . 1
Total 9790.0000 587.02300 3
1 8467.0000 . 1
2 6579.0000 . 1
IV
3 7128.0000 . 1
Total 7391.3333 971.15618 3
1 9411.5000 1335.72471 2
2 7881.5000 1842.01316 2
Total
3 8479.0000 1910.60252 2
Total 8590.6667 1497.05600 6
223
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: MOE
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 8180.0000 . 1
2 8171.0000 . 1
III
3 8788.0000 . 1
Total 8379.6667 353.65567 3
1 8467.0000 . 1
2 6579.0000 . 1
IV
3 7128.0000 . 1
Total 7391.3333 971.15618 3
1 8323.5000 202.93965 2
2 7375.0000 1125.71400 2
Total
3 7958.0000 1173.79726 2
Total 7885.5000 848.72110 6
224
Univariate Analysis of Variance
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Kuat Tarik
Perlakuan Replikasi Mean Std. Deviation N
1 .4400 . 1
2 .4100 . 1
I
3 .4700 . 1
Total .4400 .03000 3
1 1.2100 . 1
2 1.5000 . 1
II
3 1.6300 . 1
Total 1.4467 .21502 3
1 1.5000 . 1
2 1.8300 . 1
III
3 .9200 . 1
Total 1.4167 .46069 3
1 1.2800 . 1
2 1.3800 . 1
IV
3 1.2500 . 1
Total 1.3033 .06807 3
1 1.1075 .46184 4
2 1.2800 .61041 4
Total
3 1.0675 .49277 4
Total 1.1517 .48506 12
225
Intercept 15.916 1 15.916 224.178 .000
Perlakuan 2.060 3 .687 9.673 .010
Replikasi .102 2 .051 .718 .525
Error .426 6 .071
Total 18.504 12
Corrected Total 2.588 11
a R Squared = .835 (Adjusted R Squared = .698)
226
Error .043 2 .022
Total 6.954 6
Corrected Total 1.614 5
a R Squared = .973 (Adjusted R Squared = .933)
227
Replikasi .186 2 .093 .773 .564
Error .240 2 .120
Total 7.028 6
Corrected Total 1.857 5
a R Squared = .871 (Adjusted R Squared = .676)
228
Perlakuan 1.118 1 1.118 237.035 .004
Replikasi .002 2 .001 .173 .852
Error .009 2 .005
Total 5.688 6
Corrected Total 1.129 5
a R Squared = .992 (Adjusted R Squared = .979)
229
Intercept 12.298 1 12.298 70.841 .014
Perlakuan .001 1 .001 .008 .938
Replikasi .170 2 .085 .489 .672
Error .347 2 .174
Total 12.816 6
Corrected Total .518 5
a R Squared = .330 (Adjusted R Squared = -.675)
230
Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .082(a) 3 .027 1.065 .518
Intercept 11.344 1 11.344 444.562 .002
Perlakuan .031 1 .031 1.208 .386
Replikasi .051 2 .025 .993 .502
Error .051 2 .026
Total 11.476 6
Corrected Total .133 5
a R Squared = .615 (Adjusted R Squared = .037)
232
3 3.4400 . 1
Total 2.6300 .87023 3
1 3.1100 1.63847 4
2 3.0550 .84481 4
Total
3 3.5275 .77099 4
Total 3.2308 1.06653 12
233
3 3.7500 1.24451 2
Total 3.9783 .78367 6
234
2 2.7100 .89095 2
3 3.0200 .21213 2
Total 2.8683 .82722 6
235
1 2.8500 1.61220 2
2 3.0400 .42426 2
Total
3 3.1550 .40305 2
Total 3.0150 .77930 6
236
3 3.1700 . 1
Total 2.3367 .73921 3
1 3.3700 2.27688 2
2 3.0700 1.40007 2
Total
3 3.9000 1.03238 2
Total 3.4467 1.33542 6
237
2 2.7400 . 1
3 3.4400 . 1
Total 2.6300 .87023 3
1 3.3450 2.31224 2
2 3.4000 .93338 2
Total
3 4.0350 .84146 2
Total 3.5933 1.22588 6
238
1 1.7100 . 1
2 2.7400 . 1
IV
3 3.4400 . 1
Total 2.6300 .87023 3
1 1.7350 .03536 2
2 2.4100 .46669 2
Total
3 3.3050 .19092 2
Total 2.4833 .73980 6
Lampiran 17
239
Gambar Pola kerusakan pengujian lentur papan laminasi
Lampiran 18
240
Gambar Pola kerusakan pengujian lentur sampel papan laminasi
Lampiran 18a
241
Gambar Pola kerusakan tarik tegak lurus bidang rekat
242