Anda di halaman 1dari 17

KARYA TULIS ILMIAH

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

NURSUCI ARFIANY

1516041005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan
kasih- Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Model Pembelajaran Kooperatif tipe think pair share”.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan
membantu mahasiswa khususnya mahasiswa Prodi Pendidikan IPA dalam
memahami mata kuliah Kapita Selekta juga dapat menambah wawasan
serta bermanfaat didalam kehidupan sehari-hari.
Akhir kata, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi
kemajuan dan masukan dalam pembuatan karya tulis ilmiah selanjutnya.

Makassar, 18 April 2018

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 3
D. Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Karakteristik Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share ............ 4
B. Sintaks Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share ..................... 6
C. Skenario kegiatan Model pembeljaran kooperatif tipe think pair share ...... 8
D. Kelebihan & Kekurangan Model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share .......................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman mengenai pendidikan berubah dari waktu ke waktu serta dari
pendidik yang satu ke pendidik yang lain. Pendidikan pada dasarnya memang
bisa dipahami sebagai proses, di mana pendidik melakukan transfer pengetahuan,
kecakapan dan nilai-nilai kepada anak didik dalam suatu proses pembentukan
kemampuan fisik (yang sehat), kemampuan nalar (yang cerdas) maupun karakter
(yang utama), melalui suatu proses yang merupakan upaya sosialisasi dan
enkulturasi yang terlembaga, baik dalam ranah formal, non formal, dan informal
(Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010).
Peserta didik menjadi sasaran utama dalam pelaksanaan sistem
pendidikan. Sistem pendidikan yang dilaksanakan diharapkan mampu
memberikan perubahan ke arah yang lebih baik bagi peserta didik dan tentunya
menghasilkan individu-individu yang berkualitas. Setiap individu peserta didik
tentunya tidak sama satu sama lain dalam hal kemampuan ataupun tingkatan serta
kepribadian dan karakter dari masing-masing individu. Proses pembelajaran
mulai dari merencanakan, melaksanakan, kemudian mengevaluasi pembelajaran
dan kembali mengulang siklus tersebut tentunya menjadi PR bagi guru sendiri
bagaimana menciptakan suasana belajar yang dapat membuat peserta didik
senang untuk belajar tetapi tetap optimal.
Guru tidak hanya berfungsi sebagai sumber ilmu, tetapi juga harus
berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam pengembangan minat peserta
didik dalam mencari ilmu pengetahuan secara mandiri. Kekreativitasan guru
dalam menumbuhkan minat peserta didik untuk menggali ilmu secara mandiri ini
sangat penting dibanding transfer ilmu yang diperoleh peserta didik dari guru
secara langsung. Salah satu tugas utama guru untuk memastikan bahwa melalui
mekanisme pembelajaran yang dikembangkan, setiap individu dapat
mengembangkan seluruh potensi diri yang dimilikinya untuk menjadi manusia
pembelajar yang berhasil. (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010).

1
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 yang
menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu perlu
mempelajari dan mengaplikasikan inovasi dalam proses pembelajaran, salah
satunya dengan menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif (L.
Surayya, I W. Subagia, I N. Tika, 2014)
Berbagai model pembelajaran telah dikembangkan oleh para ahli agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi peserta didik. Dalam pembelajaran kooperatif ditekankan
keterlibatan aktif siswa dengan cara siswa belajar memecahkan masalah,
mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian
menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan kepadanya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, adapun rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS)?
2. Apa saja sintaks Model Pembelajaran Kooperatif?
3. Bagaimana skenario Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS)?
4. Apa saja kelebihan & kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS)?

2
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yaitu:
1. Memahami karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS)
2. Mengetahui sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
3. Memahami sKenario Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS)
4. Mengetahui kelebihan & kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS)

D. Manfaat
Adapun manfaat pembuatan yaitu:
1. Memberikan Informasi mengenai Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS)
2. Menambah pengetahuan & wawasan mengenai Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
3. Dapat digunakan sebagai refrensi mengenai Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share


(TPS)
Menurut Slavin (1995) model pembelajaran kooperatif merupakan
kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-kelompok kecil, di mana peserta
didik belajar dan bekerjasama untuk mendapatkan pengalaman belajar yang
optimal baik pengalaman individu maupun kelompok. Melalui pembelajaran
kooperatif setiap anggota kelompok saling bekerjasama dalam meningkatkan
kemajuan belajar dan membantu keberhasilan seluruh anggota kelompok,
peserta didik akan termotivasi untuk belajar lebih aktif dalam pembelajaran,
peserta didik dapat mengatasi permasalahan dan bekerjasama dalam
meningkatkan perkembangan belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu
tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan
bersama, sehingga setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang
sama untuk keberhasilan kelompoknya. Ada beberapa variasi dalam model
pembelajaran kooperatif, yakni STAD, Jigsaw, Group Investigation (GI),
Teams Games Tournaments (TGT), Think Pare Share (TPS), dan Numbered
Head Together (NHT).
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan
model pembelajaran kooperatif yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi. Prosedur yang digunakan dalam model think pair share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, merespon dan saling membantu
(Trianto, 2010). Menurut Joyce dkk (2009) latihan bekerja sama bisa
dilakukan dengan pengelompokan sederhana, yakni dengan dua siswa dalam
satu kelompok yang ditugaskan untuk menyelesaikan tugas kognitif.
Model pembelajaran think pair share terdiri dari tiga tahap, yaitu
tahap thinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi).

4
Pada tahap think siswa harus berpikir sendiri tentang jawaban atas
permasalahan yang diberikan oleh guru. Berpikir merupakan proses kognitif,
yaitu suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Ketika harus
berpikir, maka akan ada dialog dengan diri sendiri.
Pada tahap pair, siswa akan berpasangan untuk mendiskusikan hasil
berpikir mereka sebelumnya. Dalam berdiskusi diperlukan beberapa
keterampilan berpikir, antara lain: mengenal masalah; menemukan cara-cara
yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah tersebut;
mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan; memahami dan
menggunakan bahasa yang tepat dan jelas; menganalisis data; dan menarik
kesimpulan. Keterampilan-keterampilan berpikir ini merupakan landasan
untuk berpikir kritis.
Sedangkan pada tahap share, siswa akan berbagi dengan seluruh
kelas. Pada tahap ini diperlukan diperlukan kemampuan untuk mengatakan
sesuatu dengan penuh percaya diri.
Think pair share adalah strategi pembelajaran kooperatif itu
mencakup tiga komponen, yaitu, waktu untuk berpikir, waktu untuk berbagi
dengan mitra, dan waktu untuk berbagi di antara pasangan ke kelompok yang
lebih besar. Penggunaan strategi menyatukan kognitif dan aspek sosial
pembelajaran, mempromosikan pengembangan berpikir dan membangun
pengetahuan (Bamiro,2015)
Menurut Khaleel (2017) Langkah-langkah Think Pair Share dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Langkah Berpikir
Strategi dimulai ketika guru menawarkan pertanyaan yang menarik untuk
dipikirkan atau masalah terkait dengan topik pelajaran untuk mencari
solusi Kemudian guru meminta siswa untuk berpikir sendiri
menyelesaikan masalah atau masalah yang dihadapi dan memberi mereka
waktu khusus untuk berpikir dan waktu ditentukan untuk refleksi individu
atas dasar pengetahuan siswa dan sifat pertanyaan dan tingkat
kompleksitas (Susan, 2001).

5
2. Langkah Berpasangan
Guru meminta siswa untuk berpisah menjadi berpasangan dan
mendiskusikan apa yang mereka pikirkan tentang siapa yang akan
melakukannya siswa untuk mendiskusikan dan berbagi ide yang dicapai
dengan langkah berpikir bersama rekannya yang duduk di sebelahnya dan
masing-masing mereka sedang berusaha menyampaikan pendapatnya
kepada rekannya dan meyakinkannya. Juga bertukar pandangan dan ide
untuk mencapai jawaban umum (Christine, 2001).
3. Langkah Berbagi
Guru dapat berpartisipasi dengan masing-masing pasangan siswa dengan
pasangan lain untuk membuat siswa berpikir bersama dan ini akan
menghemat waktu dan upaya pada guru, Sebaliknya guru mendiskusikan
(20) pasang siswa, misalnya, akan dibahas (10) kelompok pada saat yang
sama (Saleh dan Ibrahim, 2015).

B. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)


Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran
kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.

FASE – FASE PERILAKU GURU

Fase 1 : present goals and set


Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan memper
mempersiapkan peserta didik siap
siapkan peserta didik
belajar.

Fase 2 : present information


Mempresentasikan informasi kepada
Menyajikan informasi
paserta didik secara verbal.

Fase 3 : organize students into Memberikan penjelasan kepada peserta


learning teams didik tentang tata cara pembentukan
Mengorganisir peserta didik ke tim belajar dan membantu kelompok

6
dalam tim – tim belajar melakukan transisi yang efisien.

Fase 4 : assist team work and study


Membantu tim- tim belajar selama
Membantu kerja tim dan belajar
peserta didik mengerjakan tugasnya.

Menguji pengetahuan peserta didik


Fase 5 : test on the materials mengenai berbagai materi
Mengevaluasi pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.

Fase 6 : provide recognition


Mempersiapkan cara untuk mengakui
Memberikan pengakuan atau
usaha dan prestasi individu maupun
penghargaan
kelompok.

1. Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi
maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena
siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam
pembelajaran.
2. Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi
akademik.
3. Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam
kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan
kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual
untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini

7
terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya
menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.
4. Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-
tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini
bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau
meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.
5. Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang
konsisten dengan tujuan pembelajaran.
6. Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa.
Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang
dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui
usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain.
Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-
timnya saling bersaing.

C. Skenario Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan


1) Guru menayakan kabar dari
siswa.
2) Guru mengajak siswa untuk
Pendahuluan
berdoa sebelum memulai
pelajaran.
Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan
3) Guru mengajukan pertanyaan
menyiapkan kelas
kepada peserta didik
4) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran hari ini.

8
Guru memberikan informasi kepada
siswa dengan menayangkan video, film
atau media lainnya.
1) Langkah berpikir/Think
Guru menawarkan pertanyaan
yang menarik untuk dipikirkan
Inti atau masalah terkait dengan topik
pelajaran untuk mencari solusi
Fase 2 : Menyajikan Informasi Kemudian guru meminta siswa
untuk berpikir sendiri
menyelesaikan masalah atau
masalah yang dihadapi dan
memberi mereka waktu khusus
untuk berpikir dan waktu
ditentukan untuk refleksi individu
atas dasar pengetahuan siswa
2) Langkah Berpasangan/Pair
Guru meminta siswa untuk
berpisah menjadi berpasangan
dan mendiskusikan apa yang
mereka pikirkan serta berbagi ide
yang dicapai dengan langkah
Fase 3 : Mengorganisasikan siswa ke berpikir bersama rekannya yang
dalam kelompok-kelompok belajar duduk di sebelahnya dan masing-
masing mereka sedang berusaha
menyampaikan pendapatnya
kepada rekannya dan
meyakinkannya. Juga bertukar
pandangan dan ide untuk
mencapai jawaban umum

9
3) Langkah Berbagi/Share
Guru dapat berpartisipasi dengan
Fase 4 : Membimbing kelompok
masing-masing pasangan siswa
bekerja dan belajar
dengan pasangan lain untuk
membuat siswa berpikir bersama
Guru bersama seluruh siswa
menentukan jawaban yang benar
Fase 5 : Evaluasi
dari pendapat siswa yang
menjawab pertanyaan.
1) Guru memberikan penghargaan
kepada individu/kelompok yang
berkinerja baik.
2) Guru memberikan kuis atau tes
tulis untuk mengecek pemahaman
siswa.
Penutup
3) Guru memberikan pesan moral/
motivasi.
Fase 6 : Memberikan Penghargaan
Guru mengakhiri pembelajaran
hari ini dengan mengajak siswa
berdoa setelah pembelajaran
berakhir, agar ilmu yang
disampaikan hari ini dapat
bermanfaat untuk kedepannya.

D. Kelebihan & Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think


Pair Share (TPS)
1. Kelebihan pembelajaran kooperatif
a. Peserta didik secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami
suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu
dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta

10
mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara
tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh
guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang
diajarkan.
c. Peserta didik akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar
pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan
kesepakatan dalam memecahkan masalah.

2. Kekurangan pembelajaran kooperatif

a. Guru memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;


b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share merupakan
model pembelajaran kooperatif yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi. Prosedur yang digunakan dalam model think pair share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, merespon dan saling membantu.
Model pembelajaran think pair share terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
thinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi).
Adapun sintaks model pembelajaran kooperatif tipe think pair share
adalah Menyampaikan tujuan dan memper siapkan peserta didik, Menyajikan
informasi, Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim belajar, Membantu
kerja tim dan belajar, Mengevaluasi dan memberi pengakuan & penghargaan.
Skenario model pembelajaran kooperatif tipe think pair share antara
lain langkah berpikir ketika guru meminta siswa untuk berpikir sendiri
menyelesaikan masalah atau masalah yang dihadapi selanjutnya langkah
berpasangan yakni guru meminta siswa untuk berpisah menjadi berpasangan
dan mendiskusikan apa yang mereka pikirkan dengan langkah berpikir
bersama rekannya yang duduk di sebelahnya dan masing-masing mereka
sedang berusaha menyampaikan pendapatnya kepada rekannya dan
meyakinkannya. Juga bertukar pandangan dan ide untuk mencapai jawaban
umum dan terakhir langkah berbagi yaitu guru dapat berpartisipasi dengan
masing-masing pasangan siswa dengan pasangan lain untuk membuat siswa
berpikir bersama dan mendiskusikannya.
Salah satu contoh kelebihan Model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share adalah peserta didik secara langsung dapat memecahkan masalah,
memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu
dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan
di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Yang menjadi kekurangan Model

12
pembelajaran kooperatif tipe think pair share selama kegiatan diskusi
kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang
dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

B. Saran
Diharapkan setelah mempelajari Model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share mahasiswa mengetahui cara membut perangkat pembelajaran
menggunakan model kooperatif serta mampu mengaplikasikan model
pembelajaran tersebut kelak ketika melakukan sebuah penelitian.

13
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Suprijono. 2009. Coopertive Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta : Pustaka pelajar

Bamiro, Adekunle. 2015. Effects of Guided Discovery and ThinkPair-Share


Strategies on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry.
Jurnal Internasional Teknologi dalam Pembelajaran, 21 (1), 1-7.
Publikasi Common Ground Penerbitan, University of Illinois, USA
(2015)

BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta: Badan Standar
Pendidikan Nasional.

Christine,s.(2001) Using think-pair-share team up to learning from each other


,the johns hopking university, Baltimore,Maryland

Joyce B., Weil M., and Calhoun E. 2009. Models of Teaching : Model-model
Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Khaleel, Ribhi Ahmad Hamdan. 2017. Pengaruh Strategi (Think - Pair - Share)
Pada Pencapaian Ilmu Sains Siswa Kelas Iii Dalam Pendidikan Di Kota
Irbid. Jurnal Pendidikan dan Praktik Vol.8, No.9, 2017

L. Surayya, I W. Subagia, I N. Tika. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Think


Pair Share Terhadap Hasil Belajar Ipa Ditinjau Dari Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa. e-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi IPA (Volume 4 Tahun 2014)

Saleh, Hossam Yusuf and Ibrahim, Hadeel Sajid. 2015. the Effect of (think, pair,
share) strategy on the students of Biology achievement in Algas and their
attitude toward it. Diyala Journal of Human Research, 66.1- 1

Slavin, Robert E., 1995. Cooperative Learning. Theory, Research, and Practice.
Massachusets: Allyn&Bacon

Susan, L.2001. Using think-pair-share in collage classroom, center for learning


and teaching excellence, Arizona state university

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta :


Kencana Prenada Media

14

Anda mungkin juga menyukai